HIDROLOGI LINGKUNGAN
Dosen : Andi Renata Ade Yudono, ST., M.Sc.
HALAMAN SAMPUL
Disusun Oleh:
Nama : Meysa Andini Putri
NIM : 114200024
Kelas : Hidrologi Lingkungan A
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2019 TENTANG SUMBER DAYA AIR .. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rangkuman UU No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air ............................... 2
BAB II KEUNIKAN SISTEM HIDROLOGI PADA KAWASAN KARST ...................... 5
2.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 5
2.2 Tinjauan Pustaka ......................................................................................................... 5
2.2.1 Kawasan Karst ..................................................................................................... 5
2.2.2 Karakteristik Kawasan Karst ............................................................................... 6
2.2.3 Hidrogeologi Kawasan Karst ............................................................................... 6
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi ................................................................................ 8
2.2.5 Hidrologi karst ..................................................................................................... 9
2.3 Studi Kasus................................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2019
TENTANG SUMBER DAYA AIR
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air bertujuan untuk
mengatur pengelolaan air secara berkelanjutan, memastikan ketersediaan air bagi
kebutuhan semua pihak, serta melindungi lingkungan air untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan di Indonesia. Sebagai bagian dari sumber daya air, air memiliki peran
penting dalam produksi dan kesejahteraan masyarakat yang diatur oleh negara sesuai
dengan prinsip-prinsip Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1
1.2 Rangkuman UU No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air terdiri dari 16
Bab, 79 Pasal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang
Sumber Daya Air adalah peraturan hukum yang mengatur pengelolaan, pemanfaatan,
perlindungan, dan pengendalian sumber daya air di Indonesia. Undang-undang ini
memiliki beberapa poin penting sebagai berikut :
2
j) Pendanaan dan Investasi: Membahas tentang pendanaan dan investasi dalam
pengelolaan sumber daya air, termasuk mekanisme pembiayaan dan insentif bagi
investasi di sektor air.
k) Pengawasan dan Penegakan Hukum: Menjelaskan mengenai pengawasan
pelaksanaan undang-undang serta sanksi-sanksi hukum bagi pelanggaran yang
dilakukan.
a) Hak dan Kewajiban Pengguna: Undang-undang ini menjamin hak akses masyarakat
terhadap air yang cukup dan berkualitas. Pengguna air diwajibkan untuk menjaga
kelestarian dan tidak merusak sumber daya air.
b) Izin Penggunaan Air: Undang-undang ini mengatur tentang pemberian izin
penggunaan air, termasuk tata cara perizinan, kriteria penggunaan, dan tanggung
jawab pemegang izin.
c) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS): Undang-undang ini mendorong
pengelolaan DAS secara terpadu, termasuk perencanaan, pengelolaan, dan pemulihan
fungsi DAS.
d) Kawasan Lindung dan Rehabilitasi: Pemerintah berwenang menetapkan kawasan
lindung dan rehabilitasi sumber daya air untuk menjaga kualitas dan fungsi ekosistem
air.
e) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan: Undang-undang ini menegaskan perlunya
pengendalian pencemaran dan kerusakan sumber daya air serta mengenai sanksi bagi
pelanggar.
f) Penegakan Hukum dan Sanksi: Undang-undang ini menetapkan mekanisme
penegakan hukum dan sanksi yang berlaku bagi pelanggaran terhadap ketentuan
undang-undang ini.
g) Peran Pemerintah: Pemerintah memiliki peran dalam mengatur, mengawasi, dan
memberikan dukungan teknis untuk pengelolaan sumber daya air.
h) Partisipasi Masyarakat: Undang-undang ini memberikan peran yang lebih besar
kepada masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Partisipasi ini dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya menjaga kualitas dan
kuantitas air.
i) Kerjasama Antarstakeholder: Undang-undang ini mendorong kerjasama antara
pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam pengelolaan sumber daya air.
j) Tantangan Implementasi: Meskipun memiliki potensi besar, tantangan implementasi
undang-undang ini mungkin melibatkan harmonisasi antara sektor-sektor yang
3
berbeda, alokasi sumber daya, dan peningkatan kesadaran serta keterlibatan
masyarakat.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air adalah tonggak
penting dalam upaya mengatur dan mengelola sumber daya air di Indonesia. Undang-
undang ini menangkap kompleksitas tantangan dalam pengelolaan air yang menjadi
semakin penting di tengah perubahan lingkungan dan tuntutan pembangunan
berkelanjutan. Secara keseluruhan, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang
Sumber Daya Air menandai langkah penting dalam mengelola aset berharga ini dengan
pendekatan yang seimbang antara pemanfaatan dan pelestarian. Implementasi yang efektif
dan kolaboratif akan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan dan mencapai tujuan yang
diinginkan.
Undang-undang ini menerapkan pendekatan yang holistik dan komterhadap
pengelolaan sumber daya air, mengakui keterkaitan antara air permukaan dan air tanah
serta dampaknya terhadap ekosistem dan masyarakat. Pendekatan ini penting mengingat
saling ketergantungan antara komponen-komponen tersebut. Kemudian selain tu Undang-
undang ini mengadopsi pendekatan yang komprehensif, mengintegrasikan aspek-aspek
seperti perlindungan lingkungan, keseimbangan penggunaan, adaptasi perubahan iklim,
dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Undang-undang ini
mengakui kompleksitas tantangan dalam mengelola air di tengah perubahan lingkungan,
meningkatnya tuntutan pembangunan, dan ancaman perubahan iklim. Dengan
implementasi yang tepat dan sinergi dari berbagai pihak, undang-undang ini dapat
berkontribusi pada keberlanjutan sumber daya air di Indonesia, yang merupakan aset
krusial bagi masa depan negara.
4
BAB II
KEUNIKAN SISTEM HIDROLOGI PADA KAWASAN KARST
Salah satu aspek penting dalam hidrologi kawasan karst adalah sistem drainase
yang kompleks. Air hujan yang jatuh di atas permukaan karst akan meresap ke dalam
tanah melalui retakan dan celah-celah batuan kapur. Proses ini menyebabkan air
meresap ke dalam sistem bawah tanah yang rumit, membentuk jaringan sungai bawah
tanah yang luas dan kompleks. Akibatnya, aliran air dalam sistem karst dapat berpindah
dengan cepat antara permukaan dan bawah tanah, serta dapat mengalami fluktuasi yang
tajam sesuai dengan musim hujan dan kemarau.
Kawasan karst adalah wilayah yang memiliki karakteristik hidrologis yang unik.
Wilayah ini terbentuk melalui proses pelarutan batuan yang mudah larut seperti batuan
karbonat dan garam (Ford dan William, 1992). Proses pelarutan ini menghasilkan
kondisi yang ekstrem, dengan kekeringan pada permukaan tetapi ketersediaan air yang
melimpah di bawah permukaan (Cahyadi, 2010). Inilah yang membuat kawasan karst,
terutama di Indonesia, lebih dikenal sebagai daerah yang sering mengalami kekeringan,
walaupun sebenarnya memiliki sumber daya air yang berlimpah di dalam lapisan bawah
permukaan.
Pengertian tentang kawasan karst yang mengartikan kawasan karst dilihat dari
jenis batuannya saja dapat dilihat misalnya dalam Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 1456 K/20/MEM/2000 tentang pengelolaan kawasan
karst yang saat ini sudah digantikan dengan PERMEN ESDM No. 17 Tahun 2012
5
Tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst. Tinjauan definisi kawasan karst
yang hanya didasarkan oleh litologi saja memiliki kelemahan ditinjau dari sudut
pandang hidrologi. Hal ini karena kawasan batuan karbonat yang belum berkembang
menjadi kawasan karst akan didominasi oleh kondisi hidrologi airtanah yang dikontrol
oleh ruang antar butir batuan, sedangkan pada kawasan yang telah berkembang sebagai
kawasan karst akan lebih didominasi ossleh lorong-lorong hasil proses pelarutan.
a. Harus terdapat batuan yang mudah larut seperti limestone. Batuan seperti dolomit,
dan chalk juga dapat berkembang menjadi topografi karst namun
perkembangannya tidak secepat limestone.
b. Batuan yang mudah larut tersebut harus bervolume besar (tebal dan luas), banyak
rekahan dan memiliki penutup lahan yang rapat.
c. Batuan tersebut mengalami pengangkatan yang cukup tinggi sehingga membentuk
lembah mayor yang didasari oleh batuan mudah larut yang memiliki rekahan
batuan yang baik. Kondisi tersebut sangat penting untuk memudahkan airtanah
mengalir ke bawah (vertikal) melalui diaklas-diaklas pada batuan, proses pelarutan
dan membentuk aliran sungai bawah tanah.
d. Memiliki curah hujan yang tinggi, karena air hujan merupakan media utama dalam
proses pelarutan.
6
oleh lorong-lorong pelarutan. Kondisi demikian disebut sebagai kondisi anisotropis, di
mana kondisi ini memungkinkan aliran airtanah ke segala arah memiliki peluang tidak
sama.
a. Duality of The Recharge, atau dualitas dari aliran masukan, merujuk pada dua sifat
atau metode melalui mana air memasuki sistem akuifer. Ini bisa terjadi melalui
autogenik atau allogenik . Autogenik digunakan untuk merujuk pada masukan air
tanah yang berasal dari dalam kawasan karst itu sendiri. Dengan kata lain, air ini
berasal dari air hujan yang turun langsung di atas topografi karst, kemudian meresap
ke dalam tanah melalui celah-celah atau lorong-lorong pelarutan (White, 1990)
b. Duality of the infiltration process/ Duality of the groundwater flow merupakan
kondisi proses infiltrasi yang terjadi di kawasan karst dapat berupa diffuse, di mana
air meresap melalui lapisan tanah dan zona tak jenuh melalui ruang antar butir
batuan atau tanah serta dapat pula terinfiltrasi dengan cara conduit, di mana infiltrasi
terkonsentrasi melalui ponor atau sinking stream yang kemudian masuk ke sistem
airtanah. Duality of the groundwater flow prosses terbagi menjadi aliran lambat
melalui ruang antar butir batuan (diffuse), aliran sedang melalui rekahan rekahan
batuan (fissure/campuran) dan aliran cepat yang melalui jaringan loronglorong
pelarutan (conduit) (White, 1990)
c. Duality of the discharge process menunjukkan perbedaan debit mataair yang keluar
akibat dominasi sistem aliran. Tipe infiltrasi dan sistem aliran diffuse akan
7
mengahasilkan mataair dengan debit aliran yang relatif kecil. Sebaliknya, tipe
infiltrasi dan sistem aliran conduit akan menghasilkan mataair yang memiliki
mataair dengan debit yang besar. Sistem aliran diffuse menghasilkan mataair
dengan respon terhadap hujan yang lambat, sedangkan pada sistem aliran conduit
akan memiliki respon terhadap hujan yang cepat (White, 1990)
8
a. Temperatur mendorong proses karstifikasi terutma dalam kaitannya dengan
aktivitas organisme. Daerah dengan temperatur hangat seperti di daerah tropis
merupakan tempat yang ideal bagi perkembangan organisme yang selanjutnya
menghasilkan CO2 dalam tanah yang melimpah. Temperatur juga menentukan
evaporasi, semakin tinggi temperatur semakin besar evaporasi yang pada akhirnya
akan menyebabkan rekristalisasi larutan karbonat di permukaan dan dekat
permukaan tanah.
b. Kecepatan reaksi sebenarnya lebih besar di daerah temperatur rendah, karena
konsentrasi CO2 lebih besar pada temperatur rendah. Namun demikian tingkat
pelarutan di daerah tropis lebih tinggi karena ketersediaan air hujan yang melimpah
dan aktivitas organisme yang lebih besar.
c. Penutupan hutan juga merupakan faktor pendorong perkembangan karena hutan
yang lebat akan mempunyai kandungan CO2 dalam tanah yang melimpah akibat
dari hasil perombakan sisa-sisa organik (dahan, ranting, daun, bangkai binatang)
oleh mikro organisme. Semakin besar konsentrasi CO2 dalam air semakin tinggi
tingkat daya larut air terhadap
a. Sumber air dengan akuifer bebas, terlihat sebagai kali yang keluar dari gua atau celah.
Harus dapat dibedakan apakah kali ini Resurgence atau Exsurgence.
b. Resurgence (exogenous spring), yaitu sungai hasil munculnya kembali aliran sungai
permukaan, yang dibagian hulu menghilang memasuki celah atau swallow hole atau
gua. Exsurgence bila airnya berasal dari tetesan air perkolasi dan kondensasi intern
karst itu sendiri, disebut juga endegenous (karst water spring).
c. Sumber Air Sewaktu Banjir, Variasi tipe 1 yang hanya mengalir keluar pada saat hujan
lebat. Lorong bawah tidak dapat menampung air surplus dan lorong atas yang biasanya
kering mengalirkan air vadose.
d. Sumber Air Artesis, muncul keluar dari reservoir air yang biasanya besar oleh tekanan
hidrostatis. Dicirikan lorong yang curam, berbentuk silindris, berdinding batu gamping,
dapat pula terlihat keluar melalui lapisan alluvium atau pasir yang menutupi lorong
bagian atasnya.
9
e. Sumber Air Periodik, ditimbulkan karena adanya lorong ireguler dan sifon-sifon dibalik
sumber air. Sumber air ini kadang hanya mengeluarkan air secara periodik bila debit
cukup deras, sewaktu hujan. Pada debit kecil air mengalir seperti biasa secara kontinu.
f. Sumber air di bawah laut, submarine spring, dapat dijumpai sepanjang pantai karstik
(Trombe 1952).
Kawasan karst merupakan wilayah yang unik. Kawasan ini terbentuk oleh
proses pelarutan batuan karbonat dan batuan garam (Aprilianti, 2022). Kondisi kering
pada bagian permukaan dan kaya air di bagian bawah permukaan terjadi karena proses
pelarutan. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilianti (2022) membahas tentang
keunikan hidrologi pada wilayah karst di Kabupaten Gunung Kidul.
Adapun keunikan dari kawasan karst adalah keberadaan goa dan sungai bawah
tanah. Goa-goa tersebut pada umumnya bertingkat dengan ukuran kurang dari satu
meter hingga ratusan meter persegi dengan bentuk vertikal miring maupun horisontal.
Goa-goa karst hampir semuanya dihiasi dengan ornamen (speleothem) yang sangat
beragam dari mulai yang sangat kecil (helectite) hingga yang sangat besar (column)
dengan bentuk dan warna yang bervariasi.Berikut adalah contoh keunikan hidrologi
pada wilayah karst yang ada di kabupaten Gunung Kidul
10
Kawasan Karst Gunung Sewu berkembang cukup baik. Sebuah wilayah
karst yang memiliki hasil batugamping yang cukup tebal dan luas. Serta mudah
larut membentuk lubang dan retakan yang berkembang menjadi topografi karst.
Curah hujan tinggi di wilayah tropis ini sangat mendukung sebagai media
pelarut yang paling efektif. Pada Kawasan ini memiliki akuifer sekunder yang
umumnya terdapat pada retakan-retakan batugamping, goa-goa atau sungai
bawah tanah.. Hal ini tergantung pada bentuk, ukuran, kemiringan, dan jaringan
bawah tanah yang terbentuk.
b. Luweng Blimbing
11
Gambar 2.3 Karst Gunung Sewu
(Sumber : Aprilianti, 2022)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Undang-undang No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air ini menerapkan
pendekatan yang holistik dan komterhadap pengelolaan sumber daya air, mengakui
keterkaitan antara air permukaan dan air tanah serta dampaknya terhadap ekosistem dan
masyarakat. Pendekatan ini penting mengingat saling ketergantungan antara
komponen-komponen tersebut. Undang-undang ini mengakui kompleksitas tantangan
dalam mengelola air di tengah perubahan lingkungan, meningkatnya tuntutan
pembangunan, dan ancaman perubahan iklim.
2. Kawasan Karst memiliki karakteristik hidrologi berupa kondisi isotropis dan
anisotropis. Serta 3 Sistem Hidrologi yaitu Duality of The Recharge, Duality of The
Infiltration Process dan Duality of The Discharge Process. Adapun potensi nya berupa
sumberdaya Mineral, Lahan, Hayati, Air dan Lanskap. Selain itu, terdapat contoh
keunikan hidrologi pada wilayah karst di Kabupaten Gunung Kidul seperti Karst
Gunung Lawu, Luweng Blimbing, Goa Gremeng dan Goa Kalisuci. Namun walaupun
begitu di Kawasan Karst Gunung Kidul tetap memiliki tantangan seperti kekeringan
dan pencemaran air.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianti, Dwi Arum, (2022) Keunikan Hidrologi pada Wilayah Karst di Kabupaten Gunung
Kidul. ) Makalah Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Cahyadi, A. 2010. Pengelolaan Kawasan Karst dan Peranannya dalam Siklus Karbon di
Indonesia. Proseeding Seminar Nasional Perubahan Iklim di Indonesia. Sekolah Pasca
Sarjana UGM Yogyakarta.
Ford, D. dan Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology. London: Chapman and
Hall.
Haryono, E. dan Adji,T.N. 2004. Geomorfologi dan Hidrologi Karst. Yogyakarta : Fakultas
Geografi UGM
PERMEN ESDM No. 17 Tahun 2012 Tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst.
Thornbury, W. D. 1958. Principles of Geomorpholohy. New York: John Wilay and Sons, Inc.
White, W.B. 1988. Geomorphology and Hydrology of Karst Terrains. New York: Oxford
University Press.
14