Maridi. Mengangkat Budaya dan Kearifan Lokal dalam Sistem Konservasi Tanah dan Air
Maridi
Prodi P. Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jl. Ir. Sutami No. 36 Kentingan, Surakarta
E-mail: maridi_uns@yahoo.com / maridi@staff.uns.ac.id
Abstrak: Kualitas lingkungan hidup saat ini sebagian besar mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya, sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang tangguh
dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Berbagai asas dipergunakan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu asas tersebut adalah budaya dan kearifan lokal. Kearifan lokal
adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan
mengelola lingkungan hidup secara lestari. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Salah satu permasalahan
yang menjadi perhatian saat ini adalah krisis air yang diakibatkan berkurangnya sumber air dan menurun-nya
kualitas tanah dan air yang mengancam ketersediaan air di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan dalam
rangka konservasi tanah dan air baik oleh pemerintah maupun pemerhati lingkungan. Pengelolaan sumber
daya air dan tanah bukan hanya tanggung jawab pemerintah yang dituangkan dalam berbagai kebijakan
tertulis, namun juga tanggung jawab masyarakat setempat yang nampak dalam pengetahuan dan pengalaman
masyarakat dalam aktivitas menjalankan berbagai aktivitas pengelolaan air dan tanah. Sinergi yang baik
antara pemerintah, pemerhati lingkungan, serta budaya dan kearifan lokal yang telah lama berkembang dan
dipertahankan di masyarakat diharapkan dapat menjadi strategi konservasi tanah dan air yang efektif.
Kata Kunci: kearifan lokal, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, nilai-nilai luhur, budaya, air dan tanah
keragaman karakter dan fungsi ekologis; (2) sebaran Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya
penduduk; (3) sebaran potensi sumber daya alam; (4) Mineral/ Air, serta Dalam Negeri)
kearifan lokal; (5) aspirasi masyarakat; dan (6) Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan
perubahan iklim. pemerhati lingkungan untuk melaksanakan program
Salah satu permasalahan yang saat ini menjadi konservasi tanah dan air. Upaya-upaya tersebut
perhatian di Indonesia adalah masalah krisis air, diantaranya melalui peraturan perundang-undangan
sehingga diperlukan upaya konservasi tanah dan air. yang ada, salah satunya pada UU Nomor 37 Tahun
Air menurut Sulastriyono (2009) merupakan sumber 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air. UU Nomor
daya alam yang mutlak diperlukan bagi makhluk 37 Tahun 2014 pasal 2 menyebutkan bahwa
hidup. Tidak satupun makhluk di bumi ini yang tidak penyelenggaraan konservasi tanah dan air
memerlukan air. John (2013) menambahkan bahwa berdasarkan pada beberapa asas yaitu: (1) partisipatif;
air merupakan salah satu komponen penting (2) keterpaduan; (3) keseimbangan; (4) keadilan; (5)
kebutuhan makhluk hidup yang harus diatur kemanfaatan; (6) kearifan lokal; serta (7) kelestarian.
penggunaannya secara seimbang. Keberadaan air Lebih lanjut pada pasal 46 disebutkan bahwa
sebagai sumber utama di bumi mengalami ancaman masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk
yang ditunjukkan dengan terjadinya krisis air. Krisis berperan serta dalam penyelenggaraan Konservasi
air umumnya disebabkan karena adanya perubahan Tanah dan Air yang dilakukan oleh Pemerintah
iklim, sistem penggunaan lahan yang buruk, dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kerusakan ekosistem daerah tangkapan air hujan, kewenangannya. Pelaksanaan peran serta masyarakat
serta kebutuhan konsumsi air terus meningkat dilakukan dengan memperhatikan kearifan lokal yang
(Sancayaningsih et al, 2013). Krisis air dapat berupa dapat dilakukan dalam penyusunan perencanaan,
ancaman terhadap kekurangan air di musim kemarau, pendanaan, pengawasan, dan atau pengajuan gugatan
banjir di musim penghujan dan terjadinya perwakilan/kelompok.
pencemaran air. Sumber air dapat berupa mata air, air Direktorat Pengkajian Bidang Sosial dan
tanah, sungai, danau, telaga, dan lain sebagainya Budaya (2013) menyatakan bahwa kebijakan sistem
sehingga kualitas tanah dan air mutlak diperlukan pengelolaan air nasional harus diarahkan pada
dalam upaya untuk konservasi tanah dan air. terwujudnya penyediaan air bagi seluruh rakyat
Beberapa masalah yang mengancam ketahanan Indonesia secara adil dan merata baik untuk
air di Indonesia menurut Direktorat Pengkajian kebutuhan sehari-hari (domestik) maupun untuk
Bidang Sosial dan Budaya (2013) antara lain: mendukung pembangunan nasional (pertanian,
a. Bertambahnya luas lahan kritis (13,1 juta ha pada produksi, energi, dan lain-lain. Salah satu strategi
tahun 1992 dan 18,5 juta ha pada tahun 2009) yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan
b. Berkurangnya daerah resapan air karena diubah tersebut adalah membangun mindset masyarakat dan
menjadi kawasan kota dan industri (alih fungsi seluruh pemangku kepentingan, bahwa air bukan
lahan pertanian sebesar 35000 ha/th mengancam merupakan sumberdaya alam yang tak terbatas. Oleh
ketahanan pangan dan krisis air) karena itu, sumber daya air perlu dikelola secara baik
c. Tingginya pemakaian air tanah (di beberapa kota dan bertanggung jawab melalui beberapa upaya yang
besar, 73% penduduk menggunakan air tanah) melibatkan masyarakat dan memperhatikan kearifan
d. Bertambahnya penggunaan air karena lokal yang telah berkembang di masyarakat.
pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas Pengelolaan sumberdaya air menurut Aulia dan
kehidupan Dharmawan (2010) harus disesuaikan dengan kondisi
e. Tercemarnya sumber-sumber air (sungai, danau, lokal dan kearifan lokal pada setiap daerah karena
air tanah) karena tidak tersedia sarana pengolah setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda
air limbah di perkotaan beda. Kearifan lokal yang berkaitan dengan
f. Pemanasan global/kenaikan muka air laut yang pengelolaan sumberdaya alam sebagai tata
menimbulkan gangguan pertambakan, abrasi, dan pengaturan lokal yang telah ada sejak masa lalu
memperberat masalah banjir kota-kota tepi pantai dengan sejarah dan adaptasi yang lama dapat
(mengancam 450.000 ha tambak, 10.666 desa ditemukan pada beberapa komunitas tertentu di
pantai dengan 16 juta penduduk yang tinggal di Indonesia. Keterpaduan yang sinergis dan harmonis
kawasan pantai) dalam pengelolaan sumber daya tanah dan air antara
g. Belum terpadunya program kewenangan dan pemerintah, pemerhati lingkungan, serta kearifan
tanggungjawab antar lembaga/kementerian dalam lokal dan budaya yang berlaku di masyarakat
hal pengelolaan lahan dan air (Kementerian diharapkan dapat menjadi strategi yang efektif
Kehutanan, Pekerjaan Umum, Pertanian, konservasi tanah dan air.
dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan Kearifan lokal yang berkaitan dengan konservasi
diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan- tanah dan air dapat diartikan sebagai berbagai bentuk
pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda pengetahuan baik nilai, norma, maupun aturan khusus
antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun yang sampai saat ini masih dilakukan, ditaati, dan
memiliki makna yang sama. dijaga kelestariannya oleh masyarakat di suatu tempat
Berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan untuk menjaga kelestarian sumber daya air,
lingkungan hidup terdapat beberapa pengertian mencegah kerusakan tanah, serta mengatur
kearifan lokal yang lain. Pengertian kearifan lokal penggunaan sumber daya air dan tanah yang berada
pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan di lingkungannya. Kearifan lokal dalam
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu nilai-nilai hubungannnya dengan konservasi air dan tanah dapat
luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat berupa nilai-nilai yang diwujudkan dalam praktek
untuk antara lain melindungi dan mengelola ritual dan upacara adat atau norma baik berupa
lingkungan hidup secara lestari. Pada pasal 2 anjuran maupun larangan untuk menggunakan
disebutkan bahwa perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air dan tanah secara berlebihan, atau
lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan beberapa bahkan dapat berupa sanksi bagi yang tidak
asas yang salah satunya adalah asas kearifan lokal. menaatinya. Nilai-nilai luhur tersebut berawal dan
Kemudian pada penjelasan Pasal 2 huruf (l) berasal dari nilai luhur yang disepakati oleh rakyat
disebutkan yang dimaksud dengan asas kearifan penduduk wilayah tertentu.
lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan 3. BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan INDONESIA YANG MENUNJANG
masyarakat. KONSERVASI TANAH DAN AIR
Lebih lanjut dalam undang-undang tersebut,
pada Pasal 70 ayat (1) disebutkan bahwa masyarakat Upaya menjaga keseimbangan dengan
memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas- lingkungannya masyarakat memiliki norma-norma,
luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan nilai-nilai atau aturan-aturan yang telah berlaku turun
pengelolaan hidup yang pada ayat (3e) disebutkan temurun yang merupakan kearifan lokal setempat.
salah satu peran masyarakat adalah mengembangkan Beberapa contoh praktek-praktek budaya dan
dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka kearifan lokal di Indonesia yang menurut Suhartini
pelestarian fungsi lingkungan hidup. (2009) antara lain sebagai berikut.
Pada hubungannya dengan kehidupan manusia a. Pranoto mongso
sebagai bagian dari sistem ekologis, Keraf (2002) Salah satu kearifan lokal yang terdapat di Jawa
dalam Iskandar (2014) menyatakan istilah kearifan yaitu Pranoto Mongso. Pranoto Mongso atau aturan
ekologi yang diartikan sebagai pengetahuan, waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan
keyakinan, pemahaman atau wawasan, serta adat yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan
kebiasaan yang menuntun perilaku manusia dalam digunakan sebagai patokan untuk mengolah
kehidupan di dalam komunitas ekologis. Pada pertanian. Pranoto Mongso dapat memberikan arahan
umumnya, kearifan ekologi tersebut dimiliki dan pada petani untuk bercocok tanam mengikuti tanda-
disebarluaskan secara kolektif kepada semua anggota tanda alam dalam mongso yang bersangkutan, tidak
komunitas. Berbagai pengetahuan tersebut memanfaatkan lahan seenaknya sendiri meskipun
menyangkut banyak aspek misalnya tentang jenis- sarana prasarana mendukung seperti air dan saluran
jenis tanaman, binatang, batuan dan mineral, irigasinya. Melalui perhitungan pranoto mongso
topografi, tata guna lahan, jenis-jenis dan kesuburan maka alam dapat terjaga keseimbangannya. Pranoto
tanah, tipe vegetasi, penggunaan tumbuhan dan Mongso dipelopori oleh raja Surakarta Pakubuwono
binatang untuk bahan obat-obatan, penyakit manusia VII dan mulai dikembangkan sejak 22 Juni 1856.
dan hewan, gejala meteorologis, dan lain sebagainya. Secara umum gambaran kalender Pranoto mongso
Kearifan ekologi diturunkan dan disebarluaskan antar yang terdapat di Jawa tersebut dapat dilihat pada
generasi pada satu komunitas tertentu melalui Gambar 1.
berbagai media dengan menggunakan bahasa
indung atau bahasa ibu.
b. Nyabuk Gunung terdapat tiga mata air yang mengalir sepanjang tahun
Nyabuk Gunung merupakan cara bercocok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitar
tanam dengan membuat teras sawah yang dibentuk desa Beji. Terjanyanya kelestarian hutan adat ini
menurut garis kontur. Cara ini banyak dilakukan di tidak lepas dari kearifan lokal yang sampai saat ini
lereng bukit sumbing dan sindoro. Cara ini dipertahankan oleh masyarakat yang salah satunya
merupakan suatu bentuk konservasi lahan dalam diwujudkan dalam pembentukan kelompok
bercocok tanam karena menurut garis kontur. Hal ini Jagawana. Jagawana merupakan kelompok
berbeda dengan yang banyak dilakukan di Dieng masyarakat yang bertugas untuk menjaga dan
yang bercocok tanam dengan membuat teras yang memelihara vegetasi di daerah tangkapan air mata air
memotong kontur sehingga mempermudah terjadinya Wonosadi. Masyarakat tidak pernah mengambil kayu
longsor. dan merusak aneka tumbuhan langka. Pohon-pohon
c. Pohon keramat yang mati tersambar petir tidak ditebang melainkan
Pada hampir semua daerah di Jawa, dan dibiarkan menjadi humus.
beberapa wilayah lain di Indonesia, terdapat budaya d. Kearifan lokal komunitas adat Karampuang di
menganggap suatu tempat dengan pohon besar (misal Sulawesi
beringin) adalah tempat yang keramat. Kearifan lokal Komunitas adat Karampuang memiliki
ini memberikan dampak positif bagi lingkungan beberapa cara tersendiri yang merupakan bagian dari
dimana jika suatu tempat dianggap keramat misal sistem budaya dalam mengelola hutan dan
terdapat pohon beringin, maka hal ini merupakan sumberdaya alam. Hutan merupakan bagian yang
salah satu bentuk konservasi karena dengan tidak terpisahkan dengan alam sehingga untuk
memelihara pohon tersebut menjaga sumber air, menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya
dimana beringin memiliki akar yang sangat banyak terdapat aturan dan norma yang harus dipatuhi oleh
dan biasanya di dekat pohon tersebut ada sumber air. semua warga masyarakat. Dewan adat Karampuang
Salah satu contoh nyata kearifan lokal ini nampak sebagai simbol penguasa tradisional, sepakat untuk
pada masyarakat di Desa Beji, Ngawen, mengelola hutan adat yang ada dengan menggunakan
Gunungkidul. Hasil penelitian Alanindra (2012) pengetahuan yang bersumber dari kearifan lokal yang
menunjukkan bahwa masyarakat di desa Beji, dimiliki masyarakat Karampuang. Kearifan lokal
memiliki hutan adat Wonosadi dimana di dalamnya tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan dan
terdapat mataair Wonosadi. Berbagai potensi baik sanksi. Salah satu contoh kearifan lokal dalam bentuk
flora, fauna, maupun sumberdaya air di mata air ini larangan yaitu Aja muwababa huna nareko depa
sangat terjaga dengan baik sebagai tempat resapan air naoto adake, aja to muwababa huna nareko
hujan. Hal ini menyebabkan di hutan Wonosadi mataratani manuke yang artinya jangan menyadap
enau di pagi hari dan jangan menyadap enau di petang budaya pamali dalam pengelolaan Hutan Keramat
hari. Hal ini berhubungan dengan keseimbangan terbukti menjaga kelestarian ekosistem di dalamnya
ekosistem, khususnya hewan dan burung karena sehingga sumberdaya air yang ada di dalamnya juga
menyadap enau pada pagi hari dikhawatirkan akan terjaga dengan baik.
mengganggu ketenteraman beberapa jenis satwa yang g. Pembagian hutan di masyarakat nagari
ada pada pohon enau, demikian pula pada sore hari Paninggahan Danau Singkarak
akan mengganggu satwa yang akan kembali ke Gadis (2010) mengemukakan nilai-nilai lokal
kandangnya. yang berkembang dalam masyarakat nagari
e. Baduy Dalam Paninggahan di sekitar Danau Singkarak dalam
Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan menjaga hutan dan lingkungannya yaitu dengan
bahwa mereka adalah orang pertama yang diciptakan membagi hutan. Hutan dibagi menjadi: Rimbo Tuo
sebagai pengisi dunia dan bertempat tinggal di pusat yang merupakan hutan larangan yang berfungsi
bumi. Segala tingkah laku masyarakat Baduy harus sebagai konservasi demi keberlangsungan hidup
berpedoman kepada buyut yang telah ditentukan masyarakat di sekitarnya terutama demi menjaga
dalam bentuk pikukuh karuhuh. Seseorang tidak sumber air dan mempertahankan keanekaragaman
berhak dan tidak berkuasa untuk melanggar dan hayati yang ada. Sementara Palak dipergunakan
mengubah tatanan kehidupan yang telah ada dan untuk kepentingan ekonomi dan kebutuhan keluarga
sudah berlaku turun temurun. Beberapa pikukuh yang namun, pemanfaatannya tetap secara wajar dan tidak
harus ditaati oleh masyarakat Baduy atau masyarakat mengeksploitasi secara berlebihan.
luar yang berkunjung ke Baduy antara lain: (1) Pembagian hutan ini juga terdapat di kearifan
dilarang masuk hutan larangan (leuweung kolot) masyarakat Sunda. Hal ini seperti diungkapkan oleh
untuk menebang pohon, membuka ladang, atau Indrawardana (2012) bahwa masyarakat adat Sunda
mengambil hasil hutan lainnya; (2) dilarang secara empirik membagi lingkungan tempat tinggal
menebang sembarang jenis tanaman, misalnya buah- menjadi batasan alam yang: (1) disucikan berupa
buahan, dan jenis jenis tertentu; (3) dilarang kabuyutan; (2) boleh digarap atau dimanfaatkan
menggunakan teknologi kimia seperti pupuk dan untuk kehidupan tetapi tidak boleh mendirikan
pestisida untuk meracuni ikan; serta (4) berladang tempat tinggal; serta (3) boleh mendirikan tempat
harus sesuai dengan ketentuan adat. tinggal.
f. Budaya pamali di Kampung Kuta Ciamis Beberapa jenis kearifan lokal masyarakat di
Aulia dan Dharmawan (2010) menambahkan Indonesia dalam mengelola hutan dan lingkungan
kearifan lokal masyarakat di Kampung Kuta Ciamis dikemukakan oleh Sartini (2004) antara lain:
dalam mengelola sumberdaya air. Masyarakat yang a. Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako
tinggal di kampung Kuta memiliki kearifan lokal (alam adalah aku). Gunung Erstberg & Grasberg
yang diwariskan oleh para leluhur yang masih ditaati dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap
sampai saat ini. Bentuk kearifan lokal yang sudah sebagai bagian dari hidup manusia. Dengan
dijalankan masyarakat Kuta salah satunya adalah demikian maka pemanfaatan sumberdaya alam
budaya pamali. Pamali (tabu) adalah suatu aturan dapat dilakukan secara hati-hati.
atau norma yang mengikat kehidupan masyarakat b. Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako
adat. Berkaitan dengan sumberdaya air, sumberdaya kamali. Kelestarian lingkungan terwujud dari
air di kampung Kuta digunakan dalam dua fungsi kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam
yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan berladang dan tradisi tanam tanjak.
untuk ritual adat. Air yang digunakan untuk c. Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, terdapat
kebutuhan sehari-hari diperoleh dari empat mata air tradisi tana ulen. Kawasan hutan dikuasai dan
yaitu Cibungur, Ciasihan, Cinangka, dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah
Cipanyipuhan. Masyarakat dilarang untuk menggali diatur dan dilindungi oleh aturan adat.
sumur sendiri yang bertujuan untuk menjaga kondisi d. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat
air bawah tanah agar selalu baik, yang merupakan mengembangkan kearifan lokal dalam pola
salah satu budaya pamali. Sumberdaya air yang penataan ruang pemukiman, dengan
digunakan untuk upacara adat ritual nyipuh adalah mengklasifikasi hutan dan memanfaatnya.
sumber air yang ada di dalam Hutan Keramat. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan
Sumberdaya air yang ada di dalam hutan Keramat menetapkan masa bera, dan mengenal tabu
tidak dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada
karena terdapat larangan untuk memanfaatkan teknologi pertanian sederhana dan ramah
sumberdaya yang ada di Hutan Keramat. Adanya lingkungan.
e. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, a. adanya organisasi adat yang mengelola lansekap
Kampung Dukuh Jawa Barat yang mengenal alam seperti organisasi subak dalam mengelola
upacara tradisional, mitos, tabu sehingga sistem irigasi pertanian;
pemanfaatan hutan dilakukan dengan hati-hati. b. budaya menandai pohon besar dengan lilitan kain
Tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin belang hitam-putih yang menandai bahwa pohon
sesepuh adat. tersebut tidak dapat ditebang sembarangan;
f. Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai awig- c. ritual tumpek wariga/tumpek uduh yang
awig. digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan rasa
Praktek kearifan lokal yang lain dapat syukur atas pemanfaatan keanekaragaman hayati
ditemukan pada berbagai ritual adat di Bali yang yang telah diperoleh; dan lain-lain.
mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Berkaitan dengan konservasi tanah dan air,
Beberapa praktek kearifan lokal di Bali menurut terdapat beberapa budaya dan kearifan lokal
Utama dan Kohdrata (2011) antara lain: masyarakat di berbagai tempat di Indonesia yang
bertujuan untuk menjaga keberlangsungan air dan
tanah di sekitarnya yang dirangkum pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemetaan Budaya dan Kearifan Lokal Berkaitan dengan Konservasi Air dan Tanah di Indonesia
6 Budaya pamali Sunda, Banjar Kalimantan Aturan-aturan adat yang memberikan batasan
Selatan (disebut kapamalian) terhadap penggunaan air dan sumberdaya alam
lainnya yang berdampak pada lestarinya
sumber sumber mata air
7 Tradisi dzikir/doa di tepi Nagari Ulakan, Nagari Ritual doa sebagai wujud rasa syukur atas
pantai dan makan Paninggahan (Pariaman), limpahan berkah yang dianugerahkan Allah
Bejambe beberapa wilayah di Sumatera SWT dan sebagai bentuk perlindungan
Barat terhadap bencana alam karena di dalamnya
terdapat ritual menanam pohon cemara dan
bakau (Mangrove) di sekitar pantai
8 Awig-awig Lombok barat dan Bali Aturan adat yang harus ditaati oleh setiap
warga masyarakat sebagai pedoman dalam
bersikap dan bertindak terutama dalam
berinteraksi dan mengelola sumberdaya alam
dan lingkungan
9 Sasi Maluku Aturan adat yang menjadi pedoman dalam
mengelola lingkungan dan memanfaatkan
sumberdaya alam
10 Pahomba Sumba Timur, Nusa Tenggara Larangan untuk memasuki dan mengambil
Timur hasil hutan pada gugus Pahomba karena
pepohonan di pahomba di sekitar batang
sungai berfungsi sebagai filter materi erosi
sekaligus sebagai sempadan alamiah sungai
dan untuk pelestarian air sungai
11 Subak Bali Teknologi tradisional pemakaian air secara
efisien dalam pertanian. Pembagian air
berdasarkan luas sawah dan masa
pertumbuhan padi
12 Pill Pasenggiri Lampung Falsafah hidup atau pedoman dalam bertindak
yang terdiri dari: menemui muimah (ramah
lingkungan), nengah nyappur
(keseimbangan lingkungan), sakai
sambayan (pemanfaatan lingkungan), dan
jaluk adek (pertumbuhan lingkungan)
13 Maccera Tasi Luwu-Sulawesi Selatan Upacara adat yang pesannya tentang tanggung
jawab untuk menghormati laut, menjaga
kebersihannya, tidak merusak, dan tidak
menguras potensi ikan laut secara berlebihan
14 Kepercayaan terhadap Masyarakat di sekitar Taman Kepercayaan diwujudkan dalam bentuk palia
Tomanuru atau Karampua Nasional Lore Lindu (larangan) salah satunya larangan menebang
(Tuhan pencipta alam pohon nunu, sarao, dan pohon yang
semesta) dan berlakunya akarnya menggantung karena pohon-pohon
Palia tersebut dapat menjadi penahan erosi, longsor,
dan sebagai penyangga mata air.
15 Ibeiya (rumah adat Suku Papua Barat Pada proses pembangunan rumah Ibeya,
Moile, Pegunungan Arfak, pohon yang akan digunakan kayunya untuk
Distrik Minyambouw) membuat rumah tidak langsung ditebang
melainkan dilucuti dulu daun-daunnya
kemudian ditinggal selama dua bulan untuk
kemudian ditebang. Hal ini untuk menjaga
tanah dari erosi atau tanah longsor
Hal itu jelas merupakan perintah untuk menjaga kelalaian manusia sebagai pelaksana mandat Allah
keseimbangan lingkungan. untuk mengelola bumi ini sebaik mungkin.
b. Konservasi Menurut Ajaran Kristen dan Katolik Romualdus (2013) menyatakan bahwa:
Pada tahun 1967, sejarawan Lynn White Jr. Masalah lingkungan hidup dimasukkan dalam
melalui publikasinya dalam paper The Historic agenda gereja Katolik. Paus Pulus IV, dalam
Roots of Our Ecological Crisis mengatakan bahwa suratnya pada kesempatan Konferensi Bangsa-
masyarakat kristiani sangat berhati-hati dalam Bangsa tentang Lingkungan Hidup Manusia di
mengeksploitasi sumber daya alam karena dalam Injil Stockholm tahun 1972 menegaskan bahwa antara
dikatakan bahwa Tuhan mengutus Adam dan Ave manusia dengan lingkungan alamiahnya saling
untuk menguasai alam: Berhasil melipat gandakan, terpaut dan perlu pembatasan dalam penggunaan
menundukkan, dan mengisi bumi, serta menguasai kekayaan alam yang sama. Paus Paulus VI dalam
ikan-ikan di laut, unggas-unggas di udara, dan semua pesan terakhirnya pada hari lingkungan hidup se
yang ada di bumi (Terjemahan bebas dari Genesis dunia V tahun 1977 menyampaikan tentang krisis
1:28). lingkungan hidup dan ancaman akibat-akibat
Pada Kejadian 1:12:3 memperlihatkan bahwa yang ditimbulkan oleh polusi industrial dan
seluruh ciptaan Allah pada hakikatnya adalah baik. mendesak sejumlah perubahan tingkah laku kita
Hal ini berarti pada setiap ciptaanNya terdapat harkat yang boros dan mengaitkan lingkungan hidup
dan martabat yang harus dihargai oleh ciptaan lainnya dengan perkembangan dalam perspektif
karena Allah telah memberikan dan menyatakannya. kerjasama internasional.
Selain itu, pada segenap ciptaanNya, Ia menetapkan c. Konservasi Menurut Ajaran Hindu
struktur keseimbangan dan saling ketergantungan Konservasi keanekaragaman hayati dan
antara satu ciptaan dengan ciptaan lain-nya. perlindungan terhadap alam dan lingkungan juga
Pada ajaran Kristen, baik pada kitab Perjanjian merupakan bagian dari ajaran agama Hindu. Utama
Lama maupun Perjanjian Baru dikatakan bahwa dan Kohdrata (2011) menyatakan bahwa ajaran-
manusia mempunyai hubungan yang tidak ajaran agama Hindu yang dituangkan ke dalam
terpisahkan dengan alam semesta. Manusia upacara atau yadnya berlandaskan pada filsafat Tri
berhubungan dengan hewan, tumbuhan, dan alam Hita Kirana (THK). THK terdiri dari tiga aspek yang
sekitarnya. Terhadap segala makhluk ciptaanNya, dijalankan dalam kehidupan harmonis berkelanjutan
seharusnya manusia bersikap menghargai dan yaitu: (1) Palemahan, yang mengatur keharmonisan
memperlakukannya sesuai dengan nilai yang manusia dengan lingkungannya, termasuk
terkandung di dalam makhluk ciptaanNya. lingkungan hayati; (2) Parahyangan, yang mengatur
Mengingat manusia adalah berkodrat sosial maka hubungan manusia dengan Tuhan (religius); serta (3)
kebanyakan tindakan manusiawi mencakup Pawongan, yang mengatur hubungan antara manusia
kerjasama dan hubungan manusia dengan segala dengan masyarakat (aspek sosial kemasyarakatan).
ciptaan Tuhan (Sinaga, 1994). Kehidupan manusia Secara filosofis, ketiga aspek tersebut saling
merupakan pusat perhatian setiap agama termasuk berkaitan dan telah menjadi tradisi komunal yang
dalam agama Kristen. Keseluruhan ajaran agama dimanifestasikan dalam berbagai kegiatan religius.
Kristen pada intinya bertujuan untuk mengarahkan d. Konservasi Menurut Ajaran Budha
manusia untuk memelihara, mengembangkan, dan Agama Budha sebagai salah satu agama yang
meningkatkan mutu kehidupan (Setianingsih, 2004). diakui di Indonesia juga mengajarkan manusia untuk
Ajaran agama Kristen menurut Dian,dkk. menyayangi dan melindungi alam beserta isinya baik
(2011) memahami kerusakan lingkungan hidup makhluk hidup maupun makhluk tak hidup. Agustini
sebagai bagian dan wujud dari perilaku manusia yang (2010) mengemukakan konsep pelestarian alam dan
tidak sejalan dengan tujuan Tuhan menciptakan alam lingkungan berdasarkan agama Budha. Agama Budha
semesta. Memelihara bumi dan tidak merusak memandang ada hubungan antara kemoralan
ekosistem adalah bukti penguasaan diri manusia. seseorang dengan kelestarian alam, karena peristiwa
Dunia adalah tempat tinggal bersama yang sesama yang terjadi di alam ini saling berpengaruh, baik
penghuninya hidup bergantung. Wujud kuasa secara langsung maupun tidak langsung terhadap
manusia atas alam terlihat dalam batasan mandat komponen-komponen lainnya (hukum
untuk memeliharanya. Perilaku ramah lingkungan paticcasamuppada). Hal ini berarti bahwa perilaku
adalah bagian dari iman, salah satu ujian iman yang yang dilakukan oleh manusia sangat berpengaruh
membumi. Maka, berbagai bencana alam yang terhadap lingkungan hidup, dan lingkungan juga
menimpa bukan hanya fenomena alam, tetapi karena memberikan pengaruh terhadap manusia. Jika
manusia merusak lingkungan, secara cepat dan
lambat akan menimbulkan dampak buruk bagi berkelanjutan dan demi mewujudkan cita-cita
manusia. Berbagai macam bencana, seperti tanah kemakmuran rakyat.
longsor, banjir, kekeringan, merupakan hasil dari Beberapa ajaran agama dan kepercayaan yang
tindakan manusia sendiri terhadap alam. dikemukakan di atas secara umum memberikan satu
e. Konservasi Menurut Aliran Kepercayaan Lain gambaran bahwa konservasi sumberdaya alam dan
Salah satu aliran kepercayaan yang sampai saat lingkungan merupakan kewajiban semua umat
ini berkembang di Indonesia adalah Komunitas Suku manusia, yang didalamnya termasuk kewajiban
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu atau dalam mengelola dan melakukan konservasi air dan
yang lebih sering dikenal dengan Dayak Indramayu. tanah. Nilai-nilai ajaran agama ini penting
Mamun (2014) mengemukakan bahwa aliran ditanamkan sebagai pondasi kehidupan manusia
kepercayaan ini merupakan aliran kepercayaan yang dalam mengelola alam sekitarnya. Nilai-nilai kearifan
mempunyai pandangan teologis tersendiri yang lokal dan ajaran agama penting untuk disemai dan
berbeda dengan agama lain. Mereka meyakini bahwa disebarluaskan, agar manusia merasa bahwa menjaga
alam adalah sumber kehidupan, alam menjadi tempat alam dan lingkungan adalah bagian dari ajaran agama
tumbuh, dan matinya semua makhluk hidup termasuk sehingga alam dapat memberikan kekayaannya untuk
manusia. Alam juga merupakan pencipta kehidupan. kemakmuran umat manusia yang mau berupaya
Manusia lahir dari saripati alam. Seorang bayi lahir untuk menjaga dan menghormati hak-hak alam.
dari pertemuan sel ovum dan sperma kedua orang Kesadaran untuk mengangkat dan menggali
tuanya, sel tersebut tercipta dari saripati makanan, kembali pengetahuan lokal atau kearifan budaya lokal
dan makanan manusia diperoleh dari alam sehingga dilatarbelakangi oleh kemajuan ekonomi dan sosial
alam menjadi pusat proses kehidupan. Pemahaman masyarakat dunia yang saat ini telah diiringi oleh
Dayak Indramayu tersebut merupakan pandangan berbagai kerusakan lingkungan, termasuk di
yang berbeda dengan agama mayoritas di Indonesia. dalamnya krisis air, lahan kritis, dan berbagai
Keyakinan mereka terhadap keabadian alam peristiwa yang mengindikasikan kerusakan
merupakan titik pangkal keyakinannya. Mereka tidak sumberdaya air dan tanah. Semakin hari, semakin
meyakini adanya Tuhan yang diyakini agama lain dirasakan terjadinya peningkatan baik luas maupun
yang Maha Tunggal dan Maha Besar. Implikasi dari intensitas adanya degradasi sumberdaya lahan dan
pemahaman ini adalah penghormatan yang luar biasa lingkungan serta pencemaran baik di biosfer,
terhadap alam. Semua aktifitas hidup yang dilakukan hidrosfer, maupun atmosfer. Pengetahuan indigenous
masyarakat adalah untuk mengabdi dan menghormati atau kearifan budaya lokal sebagai sebuah akumulasi
alam. Manusia menjadi bagian dari alam dan pengalaman kolektif dari generasi ke generasi perlu
merupakan faktor penjaga keseimbangan alam. dikembangkan sebagai bagian dalam memperkaya
dan melengkapi rakitan inovasi teknologi masa depan
5. MENGANGKAT NILAI-NILAI yang berkelanjutan, termasuk untuk konservasi air
KEAGAMAAN DAN KEARIFAN dan tanah.
LOKAL DALAM KONSERVASI Manusia merupakan faktor utama penyebab
TANAH DAN AIR banyaknya kerusakan lingkungan yang berkaitan
dengan sumberdaya air dan tanah seperti sedimentasi
Air dan tanah merupakan bagian dari komponen sungai dan waduk, pencemaran tanah, dan lain
abiotik ekosistem yang kualitas dan kuantitasnya sebagainya. Tidak disadari, kegiatan hidup manusia
menentukan keseimbangan dalam suatu ekosistem. sehari-hari akan merusak lingkungan yang
Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari disebabkan oleh tekanan ekonomi dan rendahnya
ekosistem memiliki kewajiban untuk menjaga air dan tingkat pendidikan (Maridi, 2012). Interaksi antara
tanah. Adanya peraturan perundang-undangan yang manusia dan lingkungannya tidak selalu berdampak
mengatur tentang penggunaan dan pengelolaan positif bagi lingkungan. Interaksi tersebut menurut
sumberdaya air dan tanah tidak cukup untuk Suparmini, dkk. (2013) dapat menimbulkan dampak
memberikan perlindungan terhadap sumberdaya air negatif yang dapat menimbulkan bencana,
dan tanah. Seluruh komponen baik pemerintah pusat, malapetaka, dan kerugian-kerugian lainnya. Pada
daerah, dan masyarakat sebagai pelaku utama kondisi yang demikian inilah kearifan lokal yang
pengguna sumberdaya air dan tanah harus dimiliki oleh masyarakat dapat meminimalisir
bekerjasama secara baik untuk melaksanakan dampak negatif yang ada. Dengan mengikuti,
konservasi air dan tanah. Berbagai upaya tersebut melaksanakan, dan meyakini nilai-nilai lokal yang
pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan ada, yang dilakukan secara turun-temurun, secara
pengelolaan sumberdaya air dan tanah yang
langsung ataupun tidak memiliki peranan yang besar pemberdayaan masyarakat dalam konservasi air dan
terhadap pelestarian lingkungan. tanah antara lain meningkatkan partisipasi
Pelestarian nilai-nilai kearifan lokal dan ajaran masyarakat dengan membangun dialog dan
agama yang berkaitan dengan perlindungan sumber kesepakatan dengan instansi pemerintah dna pihak-
daya alam dan lingkungan merupakan salah satu pihak terkait serta menyelenggarakan penyuluhan,
wujud konservasi secara tradisional yang dilakukan pendampingan, dan pelatihan kepada masyarakat
oleh masyarakat. Nababan (1995) dalam Suhartini dalam pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air
(2009) mengemukakan prinsip-prinsip konservasi dan tanah.
secara tradisional oleh masyarakat: (1) rasa hormat
yang mendorong keselarasan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya karena masyarakat 6. PENUTUP
tradisional lebih condong memandang dirinya
sebagai bagian dari alam itu sendiri; (2) rasa memiliki Pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam dan
atas suatu kawasan atau jenis sumberdaya alam lingkungan, termasuk di dalamnya konservasi tanah
tertentu sebagai hak kepemilikan bersama sehingga dan air, menjadi isu yang penting karena
menimbulkan kewajiban untuk menjaga dan permasalahan mengenai isu tersebut mengancam
mengamankan sumberdaya bersama; (3) sistem kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
pengetahuan masyarakat setempat yang memberikan lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan di seluruh
kemampuan kepada masyarakat untuk memecahkan tingkatan mulai dari pemerintah pusat sampai daerah.
masalah-masalah yang dihadapi dalam Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama
memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas; (4) dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
yang tepat guna dan hemat energi sesuai dengan hidup dan konservasi air, tanah, dan keanekaragaman
kondisi alam setempat; (5) sistem alokasi dan hayati di Indonesia. Salah satu peran masyarakat
penegakan aturan adat yang dapat mengamankan adalah mengembangkan dan menjaga budaya dan
sumberdaya milik bersama dari penggunaan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi
berlebihan baik oleh masyarakat maupun pendatang lingkungan hidup.
yang diatur dalam pranata dan hukum adat; serta (6) Berbagai praktek kearifan lokal dan budaya
mekanisme pemerataan hasil panen atau sumberdaya nenek moyang yang sampai saat ini masih
milik bersama yang dapat mencegah munculnya dipertahankan oleh masyarakat Indonesia dapat
kesen-jangan berlebihan di dalam masyarakat. menjadi salah satu strategi perlindungan dan
Pendekatan pemberdayaan kearifan lokal pengelolaan lingkungan hidup. Pelestarian nilai-nilai
diharapkan dapat menimbulkan terjadinya perubahan kearifan lokal dan ajaran agama yang berkaitan
dasar perilaku sosial yang berkaitan dengan perilaku dengan perlindungan sumber daya alam dan
konservasi air dan tanah. Perubahan tersebut hanya lingkungan merupakan salah satu wujud konservasi
dapat terlaksana apabila secara penuh didasarkan secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat.
pada kesadaran, keikhlasan, dan kesungguhan dari Nilai-nilai kearifan lokal dan ajaran agama penting
seluruh pihak (stakeholders) dalam proses mobilisasi untuk disemai dan disebarluaskan, agar manusia
sosial. Perubahan perilaku dan struktur sosial dalam merasa bahwa menjaga alam dan lingkungan adalah
hal ini berkaitan dengan nilai, norma, dan pranata bagian dari ajaran agama sehingga alam dapat
yang menjadi nafas kehidupan masyarakat ke arah memberikan kekayaannya untuk kemakmuran umat
yang lebih baik dan permanen (Stanis, 2005). manusia yang mau berupaya untuk menjaga dan
Kearifan lokal, budaya, dan norma agama yang dianut menghormati hak-hak alam.
dan ditaati oleh masyarakat harus dijaga dan
dilestarikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan 7. DAFTAR PUSTAKA
untuk mempertahankannya menurut Siswadi, dkk.
(2011) antara lain: (1) penguatan semangat komunitas Agustini, K. 2010. Bencana Alam dalam Pandangan
adat dan agama melalui berbagai tenaga penggerak Bhikku Agama Budha: Studi Kasus di Vihara
seperti pemerintah, ahli lingkungan, dan tokoh Dhammacakka Jaya Jakarta. Jakarta: Prodi Per-
agama; (2) peningkatan kesadaran, pemahaman, bandingan Agama, Fakultas Ushuluddin dan
kepedulian, dan partisipasi masyarakat menuju Filsafat UIN Syarif Hidayatullah.
masyarakat yang arif lingkungan; serta (3) Alanindra, S. 2012. Analisis Vegetasi Pohon di
penyediaan payung hukum. Maridi (2012) pada hasil Daerah Tangkapan Air Mata Air Cokro dan
penelitiannya menambahkan beberapa upaya Umbul Nila Kabupaten Klaten, Serta Mudal dan
Wonosadi Kabupaten Gunungkidul. Tesis tidak Tanah dan Sumber Daya Lahan Universitas
diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Biologi Padjajaran.
Universitas Gadjah Mada. Khalid, F.M. 2010. Al-Quran Ciptaan dan Konser-
Aulia, T.O.S; A.H., Dharmawan. 2010. Kearifan vasi. Jakarta: Conservation International Indone-
Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Air di sia.
Kampung Kuta. Sodality: Jurnal Transdisiplin Mamun, S. 2014. Relevansi Agama dan Alam dalam
Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 4 Pandangan Aliran Kebatinan Dayak Indra-mayu.
(3): 345-355. Kontekstualita. 29(1):1-13.
Budiwiyanto. 2005. Tinjauan Tentang Perkembang- Siombo, M.R. 2011. Kearifan Lokal dalam Perspektif
an Pengaruh Local Genius dalam Seni Bangunan Hukum Lingkungan. Jurnal Hukum. 18(3):428-
Sakral (Keagamaan) di Indonesia. Ornamen. 2(1): 443.
25-35. Maridi. 2012. Penanggulangan Sedimentasi Waduk
Dian, Aditya, Yordan, Widiya, Setya. 2011. Lingku- Wonogiri Melalui Konservasi Sub DAS Keduang
ngan Hidup. Salatiga: Universitas Kristen Satya dengan Pendekatan Vegetatif Berbasis Masyara-
Wacana. kat. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas
Dimyati. 2010. Manusia dan Kebudayaan. (Online), Sebelas Maret.
(dimyati.staff.gunadarma.ac.id/.../bab2-manusia- Misbahkhunur. 2010. Modul 8: Tanggungjawab ter-
dan-kebudayaan), diunduh pada 1 Agustus 2015. hadap Alam dan Lingkungan. (Online), (endraya
Direktorat Pengkajian Bidang Sosial dan Budaya. .lecture.ub.ac.id), diunduh pada 29 Juli 2015.
2013. Pengelolaan Sumber Daya Air Guna Men- Muharam. 2011. Pengembangan Model Konservasi
dukung Pembangunan Nasional dalam Rangka Lahan dan Sumberdaya Air dalam Rangka Pe-
Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. ngentasan Kemiskinan. Majalah Ilmiah Solusi
Edisi 15: 50-61. Unsika. 10(20): 1-13.
Fajarini, U. 2014. Peranan Kearifan Lokal dalam Negara, P.D. 2011. Rekonstruksi Kebijakan Penge-
Pendidikan Karakter. Sosio Didaktika 1(2): 123- lolaan Kawasan Konservasi Berbasis Kearifan
130. Lokal sebagai Kontribusi Menuju Pengelolaan
Farkhani. 2007. Islam dan Konservasi Sumber Daya Sumber Daya Alam yang Indonesia. Jurnal
Air. Profetika Jurnal Studi Islam. 9(2): 177-191. Konstitusi. IV(2): 91-138.
Gadis, M. 2010. Nilai-Nilai Lokal Masyarakat Nurroh, S. 2014. Studi Kasus: Kearifan Lokal (Local
Nagari Paninggahan dalam Pengelolaan dan Wisdom) Masyarakat Suku Sunda dalam Penge-
Pemanfaatan Hutan. (Online), (http://repository. lolaan Lingkungan yang Berkelanjutan.Yogya-
unand.ac.id/articles), diunduh pada 20 Juli 2015. karta: Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Hematang, Y.I.P., Erni, S., Gagoek, H. 2014. Noor, M., A., Jumberi. 2010. Kearifan Budaya Lokal
Kearifan Lokal Ibeiya dan Konservasi Arsitektur dalam Perspektif Pengembangan Pertani-an di
Vernakular Papua Barat. Indonesian Journal of Lahan Rawa. (Online), (balittra.litbang.per-
Conservation. 3(1): 16-25. tanian.go.id/lokal/Kearipan-1%20M...), diunduh
Hendrawati, L.Z. 2011. Kearifan Budaya Lokal Ma- pada 31 Agustus 2015.
syarakat Maritim untuk Upaya Mitigasi Bencana Romualdus, G. 2013. Perspektif Agama Katolik
di Sumatera Barat. Padang: Jurusan Antropologi Terhadap Pelestarian Alam dan Perlindungan
FISIP Universitas Andalas. Hutan.
Iskandar, J. 2014. Manusia dan Lingkungan dengan Sancayaningsih, R.P., Alanindra, S., Fatimatuzzahra.
Berbagai Perubahannya. Yogyakarta: Graha 2014. Tree Vegetation Analysis Around Springs
Ilmu. that Potentially to Springs Conservation. ICGRC
John,V.W. 2013. Water Conservation and 2014 Proceedings.
Management in the Upper Catchment of Lake Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara
Bogoria Basin. European International Journal of Sebuah Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat. 37(2):
Science and Technology. 2(4): 76-84. 111-120.
Indrawardana, I. 2012. Kearifan Lokal Adat Satriaji, A.A. 2010. Kalender Pranata Mongso.
Masyarakat Sunda dalam Hubungan dengan (Online), (http://cimg.beritaloka.com), diakses
Lingkungan Alam. Komunitas. 4(1): 1-8. pada 29 Juli 2015.
Ishak, M. 2008. Penentuan Pemanfaatan Lahan: Setianingsih, S. 2004. Pemeliharaan Lingkungan
Kajian Land Use Planning dalam Pemanfaatan Hidup (Suatu Studi Komparasi Pandangan Islam
Lahan untuk Pertanian. Bandung: Jurusan Ilmu dan Kristen). Semarang: Fakultas Ushuluddin
Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Penanya: Penanya:
Prof. Utami Sri Hastuti, Iswanto, UMP Jawa Timur
Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang
Pertanyaan:
Pertanyaan: Dewasa ini setiap daerah ingin menjadi daerah
Kegiatan manusia yang sebagian besar dilatar industri atau perkotaan sehingga mengesampingkan
belakangi dorongan ekonomi kebanyakan keasrian lingkungan. Bagaimana solusi agar suatu
menimbulkan kerusakan tanah yaitu dengan daerah seimbang antara kota industri dan lingkungan
pendirian bangunan untuk pemukiman bahkan yang tidak rusak? Jika ada solusi mengapa belum
industri sehingga menghabiskan tanaman penutup diterapkan secara ketat?
tanah, juga menyebabkan bagian top soil tanah yang
merupakan bagian tanah paling subur hilang karena Jawaban :
diganti dengan semen, hal ini tentunya dapat daerah suka untuk menjadi kota atau daerah industri
menyebabkan banjir. Bagaimana cara menanamkan karena sekarang ini ada sistem yang bernama otonomi
kearifan lokal pada anak didik kita agar tidak terus daerah sehingga setiap daerah dibebaskan oleh
menerus melakukan kerusakan tersebut? pemerintah untuk mengatur dan mengembangkan
potensi daerahnya masing-masing. Hal ini
Jawaban: mengakibatkan setiap desa untuk berlomba-lomba
Alih fungsi lahan baik untuk kepentingan pemukiman untuk membangun modernisasi dan industri dalam
maupun kepentingan industri harus mengikuti rangka mempermudak perolehan kebutuhan
rencana tata ruang, jika tata ruang tidak masyarakatnya. Seharusnya, peraturan dari
memungkinkan maka lahan hijau tidak akan dialih pemerintah yang harus lebih diperketat, misalnya
fungsikan sebagai pemukiman maupun daerah dengan adanya sistem renovasi dan urbanisasi.
industri. Dalam suatu daerah juga sudah memiliki
peta wilayah industri masing-masing, yang mana
suatu daerah tersebut dikhususkan untuk keperluan
bisnis dan industri. Namun, permasalahan politik di
Indonesia juga merupakan salah satu penyebab alih
fungsi lahan yang terjadi tidak sebagaimana
mestinya. Permasalahan yang kedua yaitu
permasalahan perut (permasalahan ekonomi)
penduduk Indonesia, dimana lahan yang seharusnya
ditanami tanaman tak cabut menjad ditanami tanaman
cabut oleh karena faktor ekonomi tersebut, hal ini
dimisalkan dengan dijadikannya kebun jati menjadi
lahan tanam kacang tanah atau lahan tebu yang masa
panennya singkat. Benar seperti yang telah diutarakan
Prof. Utamu bahwa tanaman penutup tanah penting
peranannya, bahkan tidak hanya di daerah
pemukiman namun juga di hutan-hutan yang masih
alami.