Disusun Oleh
KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN
TERNAK INDRAPURI
2020
KATA PENGANTAR
unsur dan butir kegiatan yang di nilai yang salah satu unsurnya adalah
itu saran dan masukan bagi perbaikan laporan ini sangat kami harapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................ ii
BAB. I. PENDAHULUAN ............................................................. 1
Latar Belakang ................................................................ 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kemudian jika dilakukan IB, harus cari indukan yang sehat, meski bibit
unggul tapi sakit-sakitan juga tidak bisa digunakan, harus ada kriteria
induk yang normal dan sehat reproduksinya supaya bisa bunting. Karena
sering terjadi IB berulang kali tapi sapi tidak bunting atau kawin berulang.
Maka dari itu untuk menjadi sapi bunting sesudah di IB harus diperhatikan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tidak bunting juga dapat merugikan dalam segi ekonomi (Hunter, 1981).
Secara ideal hanya sapi-sapi betina dan pejantan yang normal, sehat dan
sangat fertil yang harus dikawinkan, akan tetapi sapi betina maupun sapi
(Toelihere, 1981).
2
3
terjadi lebih dini pada hewan yang baik kondisi nutrisinya. Sapi dara
menunjukkan perilaku birahi pada umur 8-18 bulan (lebih umum 9-13
bulan) dan lama siklus birahi 20-21 hari (Hunter, 1981). Sapi kawin
berulang (repeat breeding) adalah sapi betina yang mempunyai siklus dan
periode birahi yang normal yang sudah dikawinkan 2 kali atau lebih
tetapi tetap belum bunting (Toelihere, 1981). Kawin berulang bisa menjadi
betina yang belum bunting setelah tiga kali atau lebih kawin. Dalam
biasanya 50-55%, kira-kira 9-12% sapi betina menjadi sapi yang kawin
Kematian embrio dini pada induk yang normal terjadi karena pada
(Hardjopranjoto, 1995).
B. Kegagalan Pembuahan/fertilisasi
genetik dan non genetik. Kelainan anatomi saluran reproduksi ini ada
yang mudah diketahui secara klinis dan ada yang sulit diketahui, yaitu
seperti :
faktor penyebab juga terjadi pada hewan jantan atau dapat disebabkan
disebabkan oleh :
(Zemjanis, 1980).
c. Ovulasi ganda adalah ovulasi dengan dua atau lebih sel telur. Pada
(Hardjopranjoto, 1995).
dalam sel telur yang tidak subur seperti; sel telur raksasa, sel telur
berbentuk lonjong (oval), sel telur berbentuk seperti kacang dan zona
6
(Toelihere, 1981).
berulang dan 12-13% pada sapi dara yang menderita kawin berulang
(Hardjopranjoto, 1995).
menyeluruh. Saat deteksi birahi salah, birahi yang terjadi akan kecil
(Brunner, 1984).
1981).
1981).
yang fertile sampai akhir dari implantasi (Hafez, 1993). Faktor yang
sehingga sifat jelek yang dimiliki induk jantan maupun betina akan
2. Faktor Laktasi
3. Faktor Infeksi
4. Faktor Kekebalan
5. Faktor Lingkungan
7. Faktor Pakan
1981).
8. Umur Induk
berumur tua, hal ini dapat disebabkan pada hewan tua sudah
(Hardjopranjoto, 1995).
DIAGNOSA
Terapi
(Toelihere, 1981).
10
KESIMPULAN
a. Kegagalan pembuahan
kelainan ovulasi, sel telur yang abnormal, sperma yang abnormal dan
gangguan hormonal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Toelihere, M.R, 1981, Ilmu Kemajiran Pada Ternak Sapi, Edisi Pertama,
Institut Pertanian Bogor, Hal: 52-57, 76-85.
Zemjanis, R, 1980, Repeat Breeding or Conception Failure in cattle;
Current Theraphy in Theorigenology.,Morrow, D.A, W.B Saunders
Company Philadelphia, pp: 205. Advertisements
12