IMRAN
C034 171 037
Menyetujui,
Pembimbing Koordinator
Mengetahui,
Ketua Program PPDH FK Unhas
Tanggal Pengesahan:
Tanggal Ujian :
I. PENDAHULUAN
I.I Definisi
A. Corpus Luteum Persisten
Gangguan reproduksi yang disebabkan karena hormonal salah
satunyaadalah Corpus Luteum Persisten (CLP). CLP pada sapi terjadi karena
adanya gangguan sekresi hormon Protaglandin F2α (PGF2α) yang berfungsi
untuk meregresi corpus luteum. CLP menyebabkan terjadinya anestrus pada
sapi yang berdampak pada calving interval.
B. Patogenesis
Patogenesis corpus luteum persisten sebagian besar terkait dengan
patologi uterus seperti endometritis, pyometra, resorpsi janin, maserasi,
mumifikasi dan uterine unicornis (Kumar et al., 2014). Endometritis dapat
dikaitkan dengan CLP karena kerusakan toksik pada endometrium, yang
mencegah terjadinya sekresi prostaglandin luteolitik. Hal ini juga dapat
terjadi dengan pyometra, mumifikasi janin dan maserasi, yaitu kondisi yang
mensimulasikan kebuntingan (Lashariet al., 2012).
I.2 Prevalensi
III.3 Kejadian kasus yang dapat terjadi ketika tidak ditangani dengan
benar
Corpus luteum persisten sebagian besar terkait dengan patologi
uterus seperti endometritis, pyometra, resorpsi janin, maserasi,
mumifikasi dan uterine unicornis (Kumar et al., 2014). Endometritis
dapat dikaitkan dengan CLP karena kerusakan toksik pada
endometrium, yang mencegah terjadinya sekresi prostaglandin
luteolitik. Hal ini juga dapat terjadi dengan pyometra, mumifikasi janin
dan maserasi, yaitu kondisi yang mensimulasikan kebuntingan. Jika
kasus Corpus Luteum Persisten tidak di tangani dengan baik maka akan
terjadi sapi akan mengaalami anestrus dan tingkat progesteron yang
terus-menerus tinggi sehingga sapi sulit untuk bunting karena CL tidak
mengalami regresi (Lashari et al., 2012).
IV. KESIMPULAN