Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ABORTUS KOMPLIT

Disusun Oleh :

Miratu Saadah 10619021

Neng Putri Restina M 10619023

Zafirah Fathin Udayana 10619045

Zannuba Putri Fadhiilah 10619046

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU

CIUMBULEUIT BANDUNG
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1,1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Abortus

2.2 Definisi Abortus Komplit

2.3 Etiologi

2.4 Asuhan Kebidanan Yang Diperlukan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2.Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah yang berjudul
Abortus Komplit.

Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menjadi
referensi khususnya bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami sadar
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki karya tulis kami
selanjutnya.

Bandung, 5 Agustus 2020


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil,
yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297
gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yng dilahirkan dengan
berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
kurang dari 2 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus
spontan. Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 2 minggu akibat
tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi
medik. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, keculi apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus
spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak
diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan
frekuensi abortus spontan berkisar 10-15 % (Wiknjosastro, 2008).
Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu
angka ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab lainnya,
paling sedikit separuh dari kasus abortus ini, dan insidenya setelah itu juga
menurun. Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu
dan ayah. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12%
pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang
usianya lebih dari 40 tahun. Untuk usia ayah yang sama, peningkatan adalah dari
12% sampai 20%. Akhirnya, isidensi abortus meningkat apabila wanita yang
bersagkutan hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi aterm (Cunningham,
2006).
Kurang lebih 10 sampai 15% kehamilan yang telah didiagnosis secara klinis
berakhir dengan keguguran. Alasan utama terjadinya keguguran pada awal
kehamilan ialah kelainan genetik, yang mencapai 75% hingga 90% total
keguguran. Alasan lain terjadinya Abortus spontan adalah kadar progesteron
yang tidak normal, kelainan pada kelenjar tiroid, diabetes yang tidak terkontrol,
kelainan pada rahim, infeksi, dan penyakit autonium lain (Varney, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi abortus?
2. Definisi abortus komplit?
3. Apa saja etiologi abortus komplit ?
4. Apa asuhan kebidanan yang diperlukan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi abortus
2. Untuk mengetahui definisi abortus komplitus
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi abortuis komplitus
4. Untuk mengetahui asuhan kebidanan yang diperlukan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin


mampu bertahan hidup (Cunningham, 2006). Abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
(Saifuddin).

Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang


berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500
gram (Manuaba, 2007). Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan
dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu
bertahan hidup jika dilahirkan (Varney, 2007).

2.2 Definisi Abortus Komplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah


dikeluarkan dari kavum uteri (Saifuddin, 2006). Abortus komplitus merupakan
abortus spontan yang tidak dapat dihindari. Abortus kompletus (keguguran
lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua dan fetus) keluar
seluruhnya sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ciri terjadinya abortus kompitus
adalah: perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup,
ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus, uterus telah mengecil. Diagnosis
komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga di periksa kelengkapannya.
Untuk memastikan rahim sudah bersih atau belum bisa dilakukan dengan
pemeriksaan USG oleh dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Tidak
memerlukan penanganan khusus apabila rahim sudah bersih. Hanya saja
pendarahan yang banyak bisa menimbulkan anemia atau kehilangnan
haemoglobin dalam jumlah besar sehingga diperlukan tranfusi darah. Kalau
hanya menderita anemia ringan saja, perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan
supaya makan makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.

Penanganan spesifik Abortus Komplit:

 Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 3x1


tablet/hari untuk 3x5 hari.
 Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus
600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi
makanan bergizi. Untuk anemia berat berikan transfuse darah.
 Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika,
atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis.
 Anjurkan pasien untuk diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
 Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfuse darah.
 Obsevasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
 Kirimkan hasil konsepsi untuk pemeriksaan patologi (adanya hasil
konsepsi, membuktikan bahwa bukan mola, kehamilan ektopik, dan
sebgainya).
 Kuretase tidak diperlukan.
 Erogonovin atau metilergonovin maleat diberikan tiga kali sehari dengan
dosis 0,2 mg per oral selama tiga hari, dapat membantu kontraksi uterus.
2.3 Etiologi

Faktor yang memnyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri,


faktor ibu dan faktor bapak.

 Kelainan ovum

Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vilu.


Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari 1 bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum. Penemuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus
dini spontan adalah abnormalitas dalam perkembangan zigot, embrio fase awal
janin, atau kadang-kadang plasenta. Perkembangan janin yang abnormal,
khususnya dalam trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi
perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal (aneuploidi)
atau perkembangan janin dengan komponen kromosom yang normal (euploidi).

Abnormalitas kromosom sering terjadi di antara embrio dan janin fase awal
yang mengalami abortus spontan serta menjadi sejumlah besar atau sebagian
besar kehamilan awal yang sia-sia. Penelitian menyebutkan bahwa 50-60% dari
abortus dini spontan berhubungan dengan anomali kromosom pada saat
konsepsi.

Menurut Hertig dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan


abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan,
maka 48,9% disebabkan oleh ovum yang patologis (Mochtar, 1998). Dua
keadaan yang mungkin menjadi penyebab terjadinya abortus diatas : (1)
abnormalitas genetik (2) sejumlah kasus maternal.
 Pengaruh endokrin

Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes


mellitus, dan defisiensi progesteron. Defisiensi progesteron karena kurangnya
sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan
dengan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan
desidua,

defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil
konsepsi dan berperan dalam peristiwa kematian janin.

 faktor imunologi

Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang


berhubungan dengan abortus, yaitu : mekanisme alloimun dan mekanisme
autoimun. Mekanisme autoimun adalah mekanisme timbulnya reaksi seluler
atau humoral yang ditujukan kepada suatu lokasi spesifik dalam tubuh hospes.
Alogenitas digunakan untuk menjelaskan ketidaksamaan genetik antar binatang
dari spesies yang sama. Janin manusia merupakan cangkokan alogenik yang
diterima dengan baik oleh tubuh ibu berdasarkan alasan yang tidak diketahui
secara lengkap. Beberapa mekanisme imunologi dilaporkan bekerja untuk
mencegah penolakan janin. Mekanisme tersebut mencakup faktor
histokompatibilitas, faktor penghambat sirkulasi, faktor supressor lokal dan
antibodi antileukositotoksik maternal atau anti paternal. Tidak adanya atau tidak
disintesisnya salah satu faktor diatas oleh tubuh ibu menyebabkan terjadinya
reaksi imun maternal abnormal yang berbalik melawan antigen dalam plasenta
atau dalam jaringan janin lainnya dan mengakibatkan abortus.

 Gamet yang menua

Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus
spontan. Gamet yang bertambah tua dalam traktus genitalis wanita sebelum
fertilisasi, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.
 Kelainan genetalia ibu
a. Anomali congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornus, dll).
b. Kelainan letak dari uterus seperti retrafleksi uteri fiksata.
c. Tidak sempurnanya persiapan uterus menanti nidasi yang telah
dibuahi.
d. Uterus terlalu cepat teregang (ada, kehamilan ganda).
e. Distorsio uterus.
 Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit refatis, hipertensi, hoksemia
gravidarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh lues.
 Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :
a. penyakit Infeksi yang memnyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dsb.
b. toksin dari ibu/invasi kuman/virus pada fetus.
c. keracunan nikotin, gas racun, alcohol, dll
d. Ibu yang arfiksia pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemi gravis.
e. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.
 Antagonis Rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fesus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

 Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrafis; / faktor serviks yaitu


inkompetensi serviks, servisitis.
 Perangsangan pada ibu yang memnyebabkan uterus berkontraksi
umpamanya : sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan,
laparotomi, dll.
 Penyakit Bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi,
dekompensasis kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alcohol,
nikotin dll) sinar roentgen, avitaminos.
2.4 Asuhan Kebidanan Yang Diperlukan

1. penegakan diagnosis

 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


 Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepatdan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
 Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.

2. Pemeriksaan ginekologi :

 Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil


konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
 Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka/sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
 Colok Vagina: porio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia usiakehamilan, tidak nyeri saat porssio di goyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, kavum douglashi, tidak menonjol dan tidak
nyeri.
 Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
 Pemeriksaan Doppler atau usg untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
 Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
3. Menifestasi klinis
 Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan.
 Ostium uteri telah menutup.
 Uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit.
 Besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Abortus komplitus merupakan abortus spontan yang tidak dapat


dihindari. Abortus kompletus (keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil
konsepsi (desidua dan fetus) keluar seluruhnya sebelum usia kehamilan 20
minggu. Ciri terjadinya abortus kompitus adalah: perdarahan pervaginam,
kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada
sisa dalam uterus, uterus telah mengecil. Diagnosis komplet ditegakkan bila
jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.

3.2 Saran

Saran kami sebagai penyusun makalah ini, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi pembaca dan masih terdapat
banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima saran
dan kritik yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I,


FKUI. Jakarta: Media Aesculapius.

2. Morgan, geri dan Carole hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC.

3. Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

4. Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

5. Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.

6. Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002.


Aborsi di Indonesia.

7.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_I
ndonesia)

Anda mungkin juga menyukai