Anda di halaman 1dari 43

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI DENGAN KASUS

ABORTUS IMMINENS PADA NY. M DI RUANGN AYYUB 1 RS PKU


ROEMANI SEMARANG

OLEH :

IMRAN PASHAR

G3A017255

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan
yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat beberapa
macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang
baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.
Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus
terapeutik (Prawirohardjo, 2002).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh abortus. Didunia angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi
adalah di Asia Tenggara, menurut data WHO persentase kemungkinan
terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 1540% angka kejadian, diketahui pada
ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan 60-75% angka abortus terjadi
sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu ( Lestariningsih, 2008). Di dunia
terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena
abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta
pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di
Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600.000 -
900.000, sedangkan abortus buatan sekitar 0, 75 – 1,5 juta setiap tahunnya,
2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Anshor, 2006).
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada ibu
dengan kejadian Abortus Imminens sesuai dengan konsep teori asuhan
keperawatan
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien abortus imminens
b. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien abortus imminens
c. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien abortus
imminens
d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien abortus
imminens
C. Batasan Masalah
Pembahasan masalah pada makalah ini hanya terbatas pada asuhan
keperawatan pada ibu dengan kejadian Abortus Imminens

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat”tertentu”)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Saifuddin, 2007)
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
(Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat
(Mansjoer, Arif M, 1999)
Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak
pada paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990).
B. Etiologi
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor Umumnya
abortus didahului oleh kematian janin.

Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:


1. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan
zigot , embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
b. Kelainan telur,telur kosong (blighted ovum),kerusakan embrio,atau
kerusakan kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)
c. Embrio dengan kelainan lokal
d. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari
abortus spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai
kelainan kromosom dan sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008)
2. Faktor Maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi
janin yang sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama
atau awal trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin
secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-penyakit yang
dapat menyebabkan abortus.
b. Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella
zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio,dan ensefalomeilitis.
c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.
d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
f. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.
g. Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human
Leukocyte Antigen)
h. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah
trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
1) Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum
gravidatum sebelum minggu ke-8
2) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat
hamil.
i. Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma(terutama mioma submukosa),serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
j. Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
3. Faktor Eksternal
a. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran.
b. Obat-obatan
Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-lain.Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah
di buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin ,atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan
benzen.

Berdasarkan hasil penelitian ini, banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya


abortus limminens seperti janin yang tidak berkembang dalam rahim, melakukan
pekerjaan berat, stress, perjalanan jauh serta tidak menjaga pola makan dengan
baik. Semua informan menyatakan untuk mencegah abortus imminens yakni
melakukan pola hidup sehat, dilakukan dengan menjaga pola makan, pola pikir,
pola tidur, pola aktivitas, kebersihan diri dan lingkungan, menjaga kehamilan serta
tidak mengalami stress. Menurut Firdaus (2013), pola pemenuhan kebutuhan
sehari-hari untuk mencegah terjadinya abortus imminens ada 7 yakni: pola nutrisi,
pola eliminasi, pola istirahat, personal hygiene, pola seksual, pola aktivitas dan
psikososiospiritual 5. Disarankan kepada ibu hamil agar lebih menjaga
kesehatannya saat hamil, makan-makanan bergizi, menghindari stress, melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur untuk meminimalkan risiko terjadinya
abortus spontan dan kepada rumah sakit atau puskesmas sebaiknya memberikan
konseling kesehatan mengenai stress kepada ibu hamil.

C. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih
dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan
biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan
tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin
korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa
tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah
terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik
pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua
jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat
didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi
abdomen atau probe vagina dapat membantu dalam proses
pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat
jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
1) Istirahat baring Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular. Walaupun
bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
3) Pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1) rasa mules lebih sering dan kuat
2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan
Abortus Insipiens meliputi :
1) jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat dilakukan,
maka segera lakukan :
a) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah
15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
c. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat. Gejala-gejala yang terpenting adalah:
1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim
yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah dibiarkan lama,
cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2
mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan
bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi
belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai
umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
a. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati
itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin
juga dapat menyebabkan missed abortion. Gejala missed abortion
adalah :
1) Tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan.
2) Gejala subyektif kehamilan menghilang,
3) Mamma agak mengendor lagi,
4) Uterus tidak membesar lagi malah mengecil,
5) Tes kehamilan menjadi negatif
6) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe
berlangsung terus.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah
mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula
bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan
darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu
dilakukan. Tindakan pengeluaran janin, tergantung dari berbagai faktor,
seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan
tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia
mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya
dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat dipastikan
b. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali
atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan
nutrisi dan O2.
Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha
untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi
spontan seluruhnya sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai
penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut,
karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh
atau sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan bervariasi di antaranya :
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat
menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis
dan daerah akral dingin.

Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi :


1. Umur hamil di bawah 14 minggu, di mana placenta belum terbentuk
sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
2. Di atas 10 minggu, dengan pembentukan placenta sempurna dapat
didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan
dilanjutkan dengan pengeluaran placenta, berdasarkan proses
persalinannya dahulu disebut persalinan imaturus.
3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi
ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi
1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip
daging.
2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion.
3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan
kalsium dan tertekan sampai gepeng.
4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan
laksana kertas.
5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin,
hanya benda kecil yang tidak berbentuk.
6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6
minggu. Bila keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera dikeluarkan
dapat terjadi maserasi dengan ciri kulit mengelupas, tulang belakang
kepala berimpitan dan perut membesar karena asites/pembentukan gas.
(Manuaba,1998)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil USG Menunjukkan:
a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.
b. Meragukan
c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin
sudah mati
e. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
f. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematokrit
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine

3. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Ratihrochmat, 2009)

F. Penatalaksanaan
Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus
dan berkurangnya rangsangan mekanik.
Anjurkan Untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual.
Bila perdarahan:
1. Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
2. Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola
hidatitosa)
3. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
4. Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen

Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron 40mg per oral 10mg setiap 8 jam

Alilesterenol 20mg per oral 5mg setiap 8 jam

Hidroksiprogesteron 500 mg intramuskuler 250mg setiap 12 jam,bila ada


kaproag perbaikan, lanjutkan dengan
250mg perhari hingga 7 hari
setelah perdarah berhenti.
a. Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi
efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat
dikatakan memuaskan.
b. Penenang penobarbital 3x30 gram valium
c. Anti pendarahan: Adona ,Transami
d. Vit B Komplek
e. Hormon progesteron
f. Penguat plasenta: gestanom,dhopaston
g. Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa
medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
rentang terjadi aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan pekerjaan yang
semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang
dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya
mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio
sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal : hipertensi,
DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat
pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari – hari.
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan Laboraturium
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan penurunan sirkulasi
 Gejala : keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas, malaise,
intoleransi terhadap latihan rendah
 Tanda : kelemahan otot dan penurunan sirkulasi, ataksia
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan
jaringan intrauteri
 Gejala : perdarahan yang cukup hebat, nyeri (sedang/berat)
 Tanda : wajah meringis, tampak sangat berhati – hati
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
 Gejala : masalah financial, yang berhubungan dengan kondisi bingung
terhadap keadaan, merasa cemas
 Tanda : peka rangsangan (sensitif)
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
 Gejala : pengeluaran cairan pervaginal
 Tanda : tidak seimbangnya intake dan output cairan
5. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
yang lembab
 Gejala : terjadinya dishart keluar, adanya warna yang lebih gelap
disertai bau, kurang kebersihan genitalia
 Tanda : terjadinya infeksi, vulva lembab

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
 Tidak terjadi defisit volume cairan
 Seimbang antara intake dan output baik dari jumlah maupun kualitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kondisi status hemodinamika 1. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
2. Ukur intake dan output cairan akibat abortus
3. Berikan sejumlah cairan pengganti cairan
2. Jumlah cairan ditentukkan dari jumlah
yang keluar cairan yang hilang pervaginal
4. Evaluasi status hemodinamika 3. Transfusi mungkin diperlukan pada kondisi
perdarahan masif
4. Penilaian dapat ditentukkan secara harian
melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan


jaringan intrauteri
Tujuan :
 Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien 1. Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
2. Terangkan nyeri yang dialami klien dan dilakukan dengan skala maupun deskripsi
penyebabnya 2. Meningkatkan koping klien dalam
3. Kolaborasi pemberian analgetik melakukan guidance mengatasi nyeri
3. Mengurangi onsert terjadinya nyeri dapat
dlakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum
luas/sepesifik
3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
 Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam
1. Mungkin klien tidak mengalami perubahan
beraktivitas berarti, tetapi perdarahan masih perlu di
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi waspadai untuk mencegah kondisi klien lebih
uterus atau kandungan baik
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan
2. Aktivitas merangsang peningkatan
aktivitas sehari – hari vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan
3. Mengistirahatkan klien secara optimal
sesuai dengan kemampuan atau kondisi
4. Mengoptimalkan kondis klien, pada abortus
klien imminens istirahat mutlak sangat diperlukan
5. Evaluasi perkembangan kemampuan
5. Menilai kondisi umum klien
klien melakukan aktivitas

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva


yang lembab
Tujuan :
 Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kondisi keluaran atau dischart yang
1. Perubahan yang terjadi pada dischart di kaji
keluar, warna dan bau setiap saat dischart keluar, adanya warna
2. Terangkan pada klien pentingnya yang lebih gelap disertai bau tidak enak,
perawatan vulva selama masa perdarahan mungkin merupakan tanda infeksi
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada
2. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
dischart kebersihan genetalia yang lebih luas
4. Lakukan perawatan vulva 3. Berbagai kuman dapat teridentifikasi
5. Terangkan pada klien cara melalui dischart
mengidentifikasi tanda infeksi 4. Inkubasi kuman pada area genital yang
6. Anjurkan pada suami untuk tidak relatif cepat dapat menyebabkan infeksi
melakukan hubungan senggama selama
5. Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi
perdarahan tanda nonspesifik infeksi, demam,
peningkatan rasa nyeri, mungkin merupakan
gejala infeksi
6. Pengertian pada keluarga sangat penting
artinya untuk kebaikan ibu selama dalam
kondisi perdarahan, dengan melakukan
hubungan senggama dapat memperburuk
kondisi sistem reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan

5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Tujuan :
 Tidak terjadi kecemasan
 Pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan atau persepsi
1. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
ibu dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2. Kaji derajat kecemasan yang dialami
2. Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
klien penurunan penilaian objektif klien tentang
3. Bantu klien mengidentifikasi penyebab penyakit
kecemasan 3. Melibatkan klien secara aktif dalam
4. Asistensi klien menentukan tujuan tindakan keperawatan merupakan support
perawatan bersama yang mungkin berguna bagi klien dan
5. Terangkan hal – hal seputar aborsi yang meningkatkan kesadaran diri klien
perlu diketahui oleh klien dan keluarga 4. Peningkatan nilai objektif terhadap masalah,
berkontribusi menurunkan kecemasan
5. Konseling bagi klien sangat diperlukan
untuk meningkatkan pengetahuan dan
membangun support sistem keluarga untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga
BAB IV
RESUME KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN GYNEOKOLOGI DENGAN DIAGNOSA


ABORTUS IMMINENS DI RUANG AYYUB 1RUMAH SAKIT PKU
ROEMANI SEMARANG

A. Identitas Klien

Nama : Ny. M

Alamat : Pedurungan Semarang

Status Obsetetri : G3 P2 A0

Status Pernikahan : Kawin

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia


Status Pekerjaan : Swasta

Penanggung Jawab : Tn.

Diagnosa Medis : Ab. Imninens

Umur : 05 November 1979 (39 Tahunn)

Tanggal Pengkajian : 10 Desember 2018

B. Keluhan Utama
Keluar flek darah dari jalan lahir

C. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien datang di IGD RS PKU Roemani padapukul 18.30 WIB dengan
keluhan keluar flek-flek darah di jalan lahir berwarna coklat pekat. Selain itu
pasien mengeluh nafsu makan berkurang, merasalemas, pusing, kadang
merasa mual dan muntah. Pasien tidak mengeluh nyeri.

D. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan pernah dirawat di RS Roemani pada saat hamil anak
keduanya dengan keluhan batuk kering yang berkepanjangan. Pasien belum
pernah mengalami hal serupa.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami hal seperti yang
diderita pasien.

F. Riwayat Menstruasi
 Menarche pada usia 13 tahun
 Siklus menstruasi 30 hari dengan lama menstruasi 1 minggu
 Pasien mengatakan terkadang merasa nyeri saat awal menstruasi

G. Riwayat Perkawinan
Pasien mengatakan menikah pada umur 19 tahun dan pasien hanya menikah 1
kali.

H. Riwayat Obstetri dan KB (G3 P2 A0)


NO Tahun Lahir Jenis KB Lama KB Keluhan KB

1 2003 Tidak KB Tidak KB Tidak ada

2 2011 Tidak KB Tidak KB Tidak ada

I. Pengkajian Faktor Risiko Terkait Penyakit


a. Gaya hidup
Pasien mengatakan tidak pernah mengomsumsi obat-obatan selama hamil.
Pasien bekerja sebagai perias pengantin, kadang bekerja sampai malam hari
sehingga kadang merasa lelah dan selama usia kehamilan1-3 bulan nafsu
makan sangat berkurang , kadang merasa mual dan muntah.
b. Lingkungan
Pasien tinggal di daerah perkotaan dan lingkungan yang aman.
c. Riwayat Laktasi
Pasien mengatakan menyusui ke 2 anaknya dengan ASI eksklusif selama 6
bulan, tidak ada keluhan selama menyusui.

J. Kebutuhan dasar
1. Oksigenasi
Sebelum dan selama sakit pasien tidak ada masalah berhubungan dengan
pernapasan.
2. Cairan
- Sebelum sakit pasien minum sekitar 1000-1200 cc/Hari.
- Selama sakit pasien minum kurang dari 1000 cc/Hari terpasang infus RL
20 tpm dan tidak ada pendarahan.
3. Kebutihan Nutrisi
- Sebelum dan selama sakit nafsu makanya berkurang sekali makan hanya
bisa habis ½ porsi
a. BB : 85 kg , BB sebelum hamil : 75 kg
b. TB : 155 cm
c. IMT : 35,4 (Obesitas)
- Tidak ada alergi makana
- makanan pantangan adalah mengurangi makanan yang tinggi natrium
(garam) yang berasa asin.
4. Kebutuhan istirahat
- Sebelum sakit, pasien tidur di malam hari kurang lebih 6 jam /hari dengan
pola hidup yang tidak teratur .
- Selama sakit sulit tidur di malam hari, tidur hanya sekitar 2 jam dan lebih
sering tidur siang sekitar kurang lebih 4 jam dengan tidak teratur.
5. Eliminasi BAK dan BAB
 Sebelum sakit : BAK = 5-6 x/hari
BAB = 2 hari sekali
 Selama sakit : BAK = 3-4 x/hari
BAB = 2 hari sekali
 Pada tanggal 09 desember 2018 pukul 18.30 wib pasien BAK disertai darah
dan ada flek berwarna coklat pada pakaian dalam yang di pakai. Kemudian
pada tanggal 10 pagi ketik BAK msih di sertai darah namun sedikit dan
sudah tidak ada flek yang keluar.
6. Persepsi Sensori
Pasien selama hamil sampa sekarang tidak mengalami masalah pada
indra/persepsi sensori.
7. Personal Hygiene
- Sebelum sakit mandi 2-3 x/hari dilakukan secara mandiri
- Selama sakit mandi 1x/hari karena terpasang infus.
8. Kebutuh Seksualitas
- Pasien selama haml belum pernah melakukan hubungan seksua denga
suaminya , sebab keluar flek berwarna coklat di jalan lahir.
9. Konsep diri
Gambaran diri pasien mengakui dirinya sedang sakit dan membutuhkan
pengobatan ,peran diri dimana pasien sebagai seorang istri yang memiliki 2
anak. Pasien berperan mengurus suaminya saat dirumah dan pasien
mengatakan ingin segea sembuh dan cepat pulang.
10. Psikososial
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaanya dan keadaan calon
bayinya karena yang di derita sekarng untuk pertama kali dirasakanya.

K. Pemeriksa Fisik
1. Antropometri
TB = 155 cm
BB sebelum hamil =75 kg
BB selama hamil = 85 kg
2. Tanda-tanda vital
TD = 130/90 mmHg S: 360 C
N = 115 xli SPO2 : 99%
CRT = 3 detik
3. Keadan Umum : Baik, CM (è4 M6 V)
4. Kepala : bentuk mesochepal, persebaran rambut merata. Warna rambut hitam,
dengan tanpak sedikit uban.
5. Leher : tidak terdapat distensi vena jugularis, tidak ada massa dan tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid
6. Mata : tidak anemis, pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
7. Kulit : Tidak terdapat lesi, turgor kulit elastis
8. Thoraks:
I : Tidak tampak tarikan otot bantu napas
P : Tidak teraba adanya massa , tidak ada nyeri tekan
P : Soror
A: Suara napas vesikuler, tidak ada suara tambahan.
9. Mammae : Tidak terkaji, namun pasien mengatakan tidak ada masalah
10. Abdomen
I: Tampak simetris
A: Bising Usus (+)
P: Terdengar tympani
P: Tidak teraba adanya pembesaran, tidak ada nyeri tekan.
11. Perineal : tidak terkaji
12. Ekstremitas
- Atas : Teraba hangat, nadi kuat, kekuatan otot,ekstreminitas kanan/kiri
(5/5)
- Bawah: Teraba hangat, nadi, kekuatan otot ekstreminitas kanan/kiri (5/5)
13. Pemeriksaan penunjang
(Hasil laboratorium 09-12-2018)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

-Darah lengkap

HB 12,9 g/dL 11,7 – 15,5

Leukosit 10600 /mm3 3600 - 11000

Hematokrit 39,3 % 35-47

Trombosit 323000 /mm3 150000 - 440000

Eritrosit 4,29 juta /mm3 3,8 – 5,2

-Index eritrosit

MCV 92,0 fl 80 - 100

MCH 30,1 Pg 26 – 34

MCHC 32,8 gldL 32 – 36

RDW 12,3 % 11,5 – 14,5

MPV 7,0 FL 7,0 – 11,0 P

-Hitung jenis (

Eosinofil 3,8% 2,4

Basofil 0,8% 0-1

Neutrofil 50,6% 50-70

Limfosit 35,1% 25-40

Monosit 9,7% 2-8


- Kimia klinik

GSD 103 mg/dL 75-140

-Imunologi

HbsAg Negatif N=<0,13/P≥0,13

14. Terapi
 Infus RL 20 rpm
 Asam Traneksamat 500 mg189 (po)
 Premaster 1 bbl (2) (po)
 Dopamet 200 mg(8) (po)

15. Analisa Data

NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

1 DS: Risiko Kelemahan dan


Intoleransi penurunan
-Pasien mengatakan sedikit
aktifitas sirkulasi
lemas

-Pasien mengatakan sedikit


susah untuk mengatur nafas

DO:

- Tampak Lemah

- Tampak sedikit cepat dalam


bernapas

- Tampak hati-hati dalam


merubah posisi

- TTV : TD= 130/90 mmHg S:


360c, N= 115 xl SPO2 = 99%

- TB = 15 CC RR= 20%

- BB = 85 kg

- Usia Kehamilan ± 4 bulan

2 DS: ANSIETAS Kurang


Pengetahuan
- Pasien mengatakan tidak tau
tentang keadaanya sekarang

- Pasien mengatakan selama


hamil hal ini pertama kali dia
derita/ alami dan merasa
cemas

- Pasien mengatakan tidak tau


penyebab kenapa dia
mengalami pengeluaran flek
berwarna coklat dari jalan
lahirnya

DO:

- Tampak bingung sambil


bertanya-tanya

- Nampak sekali memengangi


perutnya.

16. Intervensi Keperawatan


NO Kriteria Hasil Rencana Keperawatan

1 Sebelum dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat kemampuan pasien


keperawatan selama 3x 24 jam dalam beraktifitas
diharapkan masalah intoleransi 2. Bantu pasien untuk memenuhi
aktifitas dapat teratasi dengan kebutuhan aktifitas
kriteria hasil:
3. Anjuran pasien untuk tidak
- Pasien dapat melakukan bekerja berat (banyak istirahat)
aktifitas dengan mandiri tanpa
4. Kolaborasi dalam pemberian
keluhan
terapi O2 dengan tim medis jika
- Tidak ada keluhan/tidak diperlukan.
merasa lelah

- NR dalam batas normal (00 –


100)

2 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan atau


keperawatan selama 3 x 24 persepsi/ ibu terhadap penyakit
jam diharapkan masalah
2. Kaji derajat kecemasan
afisietas dapat teratasi dengan
kriteria hasil: 3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi penyebab
- Tidak terjadi kecemasan
cemas
- Pengetahuan pasien terjadi
4. Kolaborasi dengan keluarga
penyakit meningkat
dalam pemberian support sistem
terhadap ibu.

17. Implementasi dan evaluasi keperawatan


NO Waktu Implementasi Evaluasi Paraf

1 Senin, 1. Mengkaji tingkat S = Pasien mengatakan


10-12-18 kemampuan pasien merasa lemas dan
dalam beraktifitas sedikit sulit dalam
14.00 –
bergerak dan
21.00 R = Pasien mampu
mengatur nafas.
WIB melakukan aktifitas
secara mandiri namun O = Nampak lemah,
sangat pelan-pelan merasa bibir
kering, setiap
2. Membantu pasien dan
bergerak dilakukan
mengajarkan keluarga
secara hati-hati.
dalam membantu
aktifitas pasien. A= Masalah belum
teratasi
R= Segala kebutuhan
pasien di sediakan P= Lanjutkan
disampingnya, bel intervensi dan
dianjurkan untuk di pertahankan
tekan jika di butuhkan intervensi 2 dan 3
bantuan dan keluarga
selalu membantu pasien

3. Menganjurkan pasien
untuk tidak bekerja berat
dan banyak istirahat.

R= Pasien kooperatif dan


membatasi aktifitas

4. Mengkolaborasikan
dengan tim medis dalam
O2 jika diperlukan

R= Tidak terpasang oksigen

2 Senin, 1. Mengkaji tingkat S = Pasien mengatakan


10-12-18 pengetahuan persepsi Ibu masih belum tahu
dan keluarga terhadap menegnai keadaan
14.00 –
penyakit yang di alaminya
21.00
sekarang dan
WIB R= Pasien dan keluarga
pasien mengatakan
belum mengetahui cemas dengan
tentang penyakit yang keadaan dalam
dialami sekarang bayinya.

2. Mengkaji derajat O = Tampak bingung


kecemasan pasien dan selalu
bertanya-tanya
R= Tingkat kecemasan
sedang A = Maalah belum
teratasi
3. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi P = Lanjutkandan
penyebab kecemasan pertahangkan
intervensi 1,2 dan
R= Pasien tidak tahu
3.
penyebab utama utama
sehingga mengalami hal
tersebut

NO Waktu Implementasi Evakuasi Paraf

1 Selasa, 1. Mengkaji tingkat


11-12- kemampuan pasien
2018 dalam beraktifitas.

14.00 – R = Pasien sudah merasa


21.00 mampu beraktifitas
WIB secara mandiri namun
terhadap harus berhati-
hati.

2. Membantu pasien dan


mengajarkan keluarga
dalam membantu
aktifitas pasien.

R = Keluarga selalu berasa


disamping pasien.

3. Menganjurkan kepada
pasien untuk banyak
beristirahat dan tidak
bekerja yang berat .

R = Pasien mau
melakukanya dan sudah
merasa lebih baik

4. Mengkolaborasi pasien
dengan tim medis dalam
pemberian O2.

R = Pasien sudah dapat


mengatur napasnya dan
tidak terpasang O2

2 Selasa, 1. Mengkaji tingkat S= Pasien mengatakan


11-12-18 pengetahun persepsi ibu sudah mengetahui
dan keluarga terhadap penyebab
14.00 –
penyakit. cemasnya sudah
21.00
merasa cemasnya
WIB R= Pasien sudah mengerti
berkurang.
dan paham mengenai
penyakit yang di O= Tampak senyum
dalamnya sekarang. dan kooperatif
dalam
2. Mengkaji derajat
berkomunikasi
kecemasan pasien
A= Masalah teratasi
R= Tingkat kecemasan
ringan P = Pertahankan
intervensi 1,2 dan 3
3. Membantu pasien untuk
mengindentifikasi
penyebab kecemasan

R= Pasien mengatakan
sudah tahu tentang
yang di alami sekarang
dan cemasnya sudah
berkurang.

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Bab ini akan membahas “Asuhan keperawatan maternitas post Abortus


Iminens di Ruang Ayyub 1 RS PKU Roemani Muhammadiyah Semarang”
selama melakukan asuhan keperawatan penulis berusaha menetapkan proses
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Di samping
itu, penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
penulis temukan selama praktik di Ruang Ayyub1 RS Roemani
Muhammadiyah Semarang.

1. Pengkajian
Penyebab - penyebab abortus iminens yaitu :

a. Faktor genetik
Kelainan struktur kromoson yang diturunkan wanita atau pria bisa
berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas dan
mengurangi peluang kehamilan dan terjadi keguguran. Kelainan sering
juga berupa gen yang abnormal, mungkin karena mutasi gen yang bisa
mengganggu proses implantasi dan menyebabkan keguguran.
b. Faktor endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi
c. Gizi ibu berkurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan
d. Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat bahan
kimia atau radiasi umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan
temabakau, sigaret rokok mengandung ratusan unsure koksik, antara lain
nikotin, yang mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta dengan adanya gangguan pada system fetoplasenta dapat
terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.
Selain itu aktifitas yang terlalu berlebihan/ kurangnya istirahat sehingga
membuat kelelahan.
e. Kelainan genetalia ibu
1) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uterus
2) Congenital anomaly (hippoplasia uteri, uterus bikornis)
f. Trauma fisik
Kecelakaan lalu lintas, jatuh, hubungan seksual.

Faktor – faktor lain yang menyebabkan abortus iminens yaitu :


1. Plasenta sign (gejala plasenta) ialah perdarahan yang terjadi dari
pembuluh-pembuluh daerah sekitar plasenta. Gejala ini selalu terjadi
dan terdapat pada kera macacus rhesus yang hamil.
2. Erosi portionis juga mudah berdarah pada kehamilan
3. Polyp
Diagnosa kehamilan mudah pada abortus iminens kalau terdapat :

1. Perdarahan sedikit
2. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
3. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
4. Tidak ditemukan kelainan pada servik

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dan individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan
memberikan intervensi secara pasti utnuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam, 2009).
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan penurunan sirkulasi
 Gejala : keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas, malaise,
intoleransi terhadap latihan rendah
 Tanda : kelemahan otot dan penurunan sirkulasi, ataksia

b. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan


intrauteri
 Gejala : perdarahan yang cukup hebat, nyeri (sedang/berat)
 Tanda : wajah meringis, tampak sangat berhati – hati
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
 Gejala : masalah financial, yang berhubungan dengan kondisi
bingung terhadap keadaan, merasa cemas
 Tanda : peka rangsangan (sensitif)
d. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
 Gejala : pengeluaran cairan pervaginal
 Tanda : tidak seimbangnya intake dan output cairan
e. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang
lembab
 Gejala : terjadinya dishart keluar, adanya warna yang lebih gelap
disertai bau, kurang kebersihan genitalia
 Tanda : terjadinya infeksi, vulva lembab

3. Diagnosa yang muncul pada Ny. M :

a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan dan penurunan


sirkulasi dalam tubuh

b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (butuh informasi)


terkait penyakit yang diderita

4. Intervensi Keperawatan
NO Kriteria Hasil Rencana Keperawatan

1 Sebelum dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat kemampuan pasien


keperawatan selama 3x 24 jam dalam beraktifitas
diharapkan masalah intoleransi
2. Bantu pasien untuk memenuhi
aktifitas dapat teratasi dengan
kebutuhan aktifitas
kriteria hasil:
3. Anjuran pasien untuk tidak
- Pasien dapat melakukan
bekerja berat (banyak istirahat)
aktifitas dengan mandiri tanpa
keluhan 4. Kolaborasi dalam pemberian
terapi O2 dengan tim medis jika
- Tidak ada keluhan/tidak diperlukan.
merasa lelah

- NR dalam batas normal (00 –


100)

2 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan atau


keperawatan selama 3 x 24 persepsi/ ibu terhadap penyakit
jam diharapkan masalah
2. Kaji derajat kecemasan
afisietas dapat teratasi dengan
kriteria hasil: 3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi penyebab
- Tidak terjadi kecemasan
cemas
- Pengetahuan pasien terjadi
4. Kolaborasi dengan keluarga
penyakit meningkat
dalam pemberian support sistem
terhadap ibu.

5. Implementasi dan evaluasi keperawatan


NO Waktu Implementasi Evaluasi Paraf

1 Senin, 1. Mengkaji tingkat S = Pasien mengatakan


10-12-18 kemampuan pasien merasa lemas dan
dalam beraktifitas sedikit sulit dalam
14.00 –
bergerak dan
21.00 R = Pasien mampu
mengatur nafas.
WIB melakukan aktifitas
secara mandiri namun O = Nampak lemah,
sangat pelan-pelan merasa bibir
kering, setiap
2. Membantu pasien dan
bergerak dilakukan
mengajarkan keluarga
dalam membantu secara hati-hati.
aktifitas pasien.
A= Masalah belum
R= Segala kebutuhan teratasi
pasien di sediakan
P= Lanjutkan
disampingnya, bel
intervensi dan
dianjurkan untuk di
pertahankan
tekan jika di butuhkan
intervensi 2 dan 3
bantuan dan keluarga
selalu membantu pasien

3. Menganjurkan pasien
untuk tidak bekerja berat
dan banyak istirahat.

R= Pasien kooperatif dan


membatasi aktifitas

4. Mengkolaborasikan
dengan tim medis dalam
O2 jika diperlukan

R= Tidak terpasang oksigen

2 Senin, 1. Mengkaji tingkat S = Pasien mengatakan


10-12-18 pengetahuan persepsi Ibu masih belum tahu
dan keluarga terhadap menegnai keadaan
14.00 –
penyakit yang di alaminya
21.00
sekarang dan
WIB R= Pasien dan keluarga
pasien mengatakan
belum mengetahui
cemas dengan
tentang penyakit yang
keadaan dalam
dialami sekarang
bayinya.
2. Mengkaji derajat
O = Tampak bingung
kecemasan pasien dan selalu
bertanya-tanya
R= Tingkat kecemasan
sedang A = Maalah belum
teratasi
3. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi P = Lanjutkandan
penyebab kecemasan pertahangkan
intervensi 1,2 dan
R= Pasien tidak tahu
3.
penyebab utama utama
sehingga mengalami hal
tersebut

5.
NO Waktu Implementasi Evakuasi Paraf

1 Selasa, 1. Mengkaji tingkat


11-12- kemampuan pasien
2018 dalam beraktifitas.

14.00 – R = Pasien sudah merasa


21.00 mampu beraktifitas
WIB secara mandiri namun
terhadap harus berhati-
hati.

2. Membantu pasien dan


mengajarkan keluarga
dalam membantu
aktifitas pasien.

R = Keluarga selalu berasa


disamping pasien.

3. Menganjurkan kepada
pasien untuk banyak
beristirahat dan tidak
bekerja yang berat .

R = Pasien mau
melakukanya dan sudah
merasa lebih baik

4. Mengkolaborasi pasien
dengan tim medis dalam
pemberian O2.

R = Pasien sudah dapat


mengatur napasnya dan
tidak terpasang O2

2 Selasa, 1. Mengkaji tingkat S= Pasien mengatakan


11-12-18 pengetahun persepsi ibu sudah mengetahui
dan keluarga terhadap penyebab
14.00 –
penyakit. cemasnya sudah
21.00
merasa cemasnya
WIB R= Pasien sudah mengerti
berkurang.
dan paham mengenai
penyakit yang di O= Tampak senyum
dalamnya sekarang. dan kooperatif
dalam
2. Mengkaji derajat
berkomunikasi
kecemasan pasien
A= Masalah teratasi
R= Tingkat kecemasan
ringan P = Pertahankan
intervensi 1,2 dan 3
3. Membantu pasien untuk
mengindentifikasi
penyebab kecemasan
R= Pasien mengatakan
sudah tahu tentang
yang di alami sekarang
dan cemasnya sudah
berkurang.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus imminens merupakan Abortus imminens (threatened) adalah
pengeluaran darah dari vagina atau perdarahan pervaginam pada trimester
pertama kehamilan dan disertai dengan rasa mulas ringan. Tanda gejala yang
paling sering dialami seperti mudah lelah, demam, sakit perut bawah, timbul
flek/bercak berwarna coklat serta terjadinya pendarahan. Tanda gejala tidak
muncul begitu saja tetapi dikarenakan penyebab yang melatarbelakangi
abortus imminens, salah satu penyebab abortus karena pekerjaan berat selama
kehamilan, kandungan lemah dan mengalami stress pada saat kehamilan.
Berbagai cara yang dapat dilakukan agar abortus immines tidak terjadi lagi
yakni dengan menjaga pola makan, tidak melakukan aktivitas berlebih,
menghindari stress, membuat program kehamilan serta sering melakukan
konsultasi kepada tenaga kesehatan terdekat.
B. Saran
1. Pasien
Menjaga pola makan, tidak melakukan aktivitas berlebih, menghindari
stress, membuat program kehamilan serta sering melakukan konsultasi
kepada tenaga kesehatan terdekat.
2. Institusi Keperawatan dan Rumah Sakit
Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama
pada perawatan abortus imminens, juga sebagai bahan bacaan dan
menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan profesi Ners yang
berkaitan dengan cara perawatan abortus imminens. Bagi institusi pelayanan
kesehatan, diharapkan RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
khusunya ruangan Ayyub 1 dapat memberikan pelayanan secara
komprehensif dan mempertahankan hubungan kerja sama antar tim
kesehatan serta dapat meningkatkan, mempertahan pelayanan kesehatan
terhadap pasien. Dan dapat memberikan pelayanan yang optimal
3. Penulis
Bagi penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada penderita abortus imminens.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wulandari W dan Zulkifli Abdullah. 2011. Faktor Resiko Kejadian Abortus


Spontan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tahun 2011. Jurnal
MKMI, VIII (4), 234.

2. Nurjannah, WA. 2013. Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil Terhadap Kejadian
Abortus Spontan di RSUD . diakses 18 Desember 2018

3. Dokter Soedarso Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura Pontianak. 3.


Satori Djam’an, dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.

4. Handoko, Budi, dkk. 2009. Abortus Berulang. Bandung: PT Refika Aditama.

5. Firdaus, Nur Auliyah, 2013. Abortus Imminens. Makalah. [Online]. Diambil


dari: https://lisyam90.wordpress.com/ 2013/05/22/abortus-iminens/ [diakses
18/12/2018).

6. Zulistianah, Z. 2009. Studi Kasus Stress Dan Perilaku Coping Pada Caleg
Yang Gagal Menjadi Anggota Dewan Pada Pemilu 2009. Skripsi. [Online].
Diambil dari: digilib.uinsby.ac.id/8084/ [diakses 18/12/2018).
7. Hicks, CL et.al. 2011. The Face Pain Scale-Revised: toward a common
metricin pediatric pain measurement. Jurnal. Universitas Of Saskatchewan:
Saskston, Canada.

8. Ritonga, H. 2009. Sikap Dan Tindakan Ibu Hamil Dalam Mengatasi


Keputihan di Pasar IX Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2009.
Jurnal. [Online]. Diambil dari: repository.usu.ac.id/bitstream/1
23456789/23261/7/Cover.pdf [diakses 18/12/2018).

9. Ayuningsih, T. dan Krisnawati. 2009. Cara Holistik Dan Praktis Atasi


Gangguan Khas Pada Kesehatan Wanita. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

10. Ningrum, Lita. 2013. Makalah: Sistem Pelayanan Kesehatan.


http://litasulistyo.co.id/2013/11/ makalah-sistem-pelayanankesehatan.html.
diakses 18 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai