Anda di halaman 1dari 8

Referat

Clerk Stase Obgyn

Abortus Iminens

OLEH:

Fladinish Sinta Aurora Pambudi

Kelompok B6

UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTASKEDOKTERAN

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kehamilan normal biasanya tidak disertai dengan perdarahan pervaginam,
tetapi terkadang banyak wanita mengalami episode perdarahan pada trimester
pertama kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) atau
berwarna coklat tua (coklat kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan,
tetapi menetap selama beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah
besar
Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah perdarahan yang
terjadi sebelum kehamilan 22 minggu.1 World Health Organization (WHO)
IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun
beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20
minggu.

Salah satu masalah yang sering terjadi pada kehamilan adalah terjadinya
perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Perdarahan
pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina yang terjadi pada
masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau sistem lainnya. Perdarahan
pada kehamilan adalah masalah yang cukup serius terjadi pada masyarakat yang
mengakibatkan mortalitas yang cukup tinggi pada ibu di Indonesia. Salah satu
penyebab perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah Abortus.

Abortus iminens dapat berujung pada abortus inkomplet yang memiliki


komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif
yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan
ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang
mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis, tidak hanya pada
ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan
anak.
Sangat penting bagi para pelayan kesehatan untuk mengetahui lebih dalam
tentang abortus iminens agar mampu menegakkan diagnosis dan kemudian
memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, dapat mengetahui definisi, prevalensi,
insidensi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
komplikasi serta prognosis dari Abortus Iminens.
1. Definisi

Abortus iminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan sebelum 20


minggu tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi serviks. Reproduksi
manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan,
dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan. Namun
angka kejadian abortus sangat tergantung kapada riwayat obstetri terdahulu, dimana
kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran
daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.

2. Prevalensi dan Insidensi


Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Insiden
abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan.
Angka tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada 2 hal yang
selalu berubah, yaitu kegagalan untuk mengikutsertakan abortus dini yang karena itu
tidak diketahui, dan pengikut sertaan abortus yang ditimbulkan secarailegal serta
dinyatakan sebagai abortus spontan. Abortus iminens sendiri merupakan salah satu
bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus
provokatus kriminalis ataupun medisinalis.
Insiden abortus sendiri belum diketahui secara pasti namun yang penting
diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami abortus memerlukan
perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi.
3. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
A. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah:
 Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi, kelainan kromosom sex serta kelainan
kromosom lainnya.
 Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehingga menyebabkan pemberian zat-zat
makanan pada hasil konsepsi terganggu.
 Pengaruh dari luar
Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen.
B. Kelainan pada plasenta
Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan
oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
C. Faktor maternal
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus
atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun
juga dapat menyebabkan terjadinya abortus.
D. Kelainan traktus genitalia
Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.
4. Patofisiologi

Proses abortus iminens biasanya berlangsung secara spontan maupun sebagai


komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya
berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan
diatasnya. Pada abortus iminens nekrosis yang terjadi tidak cukup dalam untuk
menimbulkan pelepasan hasil konsepsi dari dinding uterus. Namun jika tidak segera
ditangani, nekrosis dapat meluas dan menimbulkan inkompetensi desidua dalam
menjaga hasil konseptus sehingga dapat berlanjut kepada abortus inkomplet atau
komplet. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul
kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap.

5. Gejala Klinis
 Terjadinya perdarahan melalui ostium uteri eksternum dalam jumlah sedikit;
 Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali;
 Uterus membesar, sesuai masa kehamilannya;
 Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup;
 Tes kehamilan (+)
6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan status present dan general normal,
pemeriksaan abdomen fundus uteri sesuai masa kehamilan, nyeri tekan ada atau tidak
ada, tanda cairan bebas tidak ada, massa tidak ada. Dari pemeriksaan dalam
didapatkan, terdapat fluksus, tidak ada pembukaan OUE, tak tampak jaringan, nyeri
goyang porsio negatif.
7. Pemeriksaan Penunjang
 USG transabdominal maupun transvaginal
 Darah lengkap
8. Deferential Diagnosis
 Mola Hidatidosa
 Kehamilan Ektopik terganggu
9. Penatalaksanaan
 Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
 Progesteron untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan
otot-otot rahim.
 Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah
mati.
 Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
10. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-
amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi, dan tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau
usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,
untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering
pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis
umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik).
11. Prognosis
Prognosis dari abortus iminens adalah dubius ad bonam, karena dengan
pemeriksaan penunjang didapatkan kondisi janin yang baik dan tidak didapatkan
keluhan serta keadaan umum pasien stabil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan.


Wiknjosastro GH, Saifuddin

2. AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono

3. Prawirohardjo ; 2002 : hal. 302 - 312.

4. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF


Obstetri dan

5. Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah Denpasar.


2003

6. Cunningham FG, dkk. Kehamilan pada Manusia. Dalam Hartanto Huriawati,


editor. Obstetric

7. Williams volume satu. Edisi ke-21. Jakarta: ECG.2006.Hal 2-33

8. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus
Abortion. American Family Physician. October 01 2005;72;1. Accesed on 12
December 2021.

9. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all.
Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 -9.

10. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Bilstrap LC, Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The
McGraw- Hills Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247.

11. Prosedur
Tetap Pelayanan Medis Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi K UNUD
RSUP Sanglah tahun 2004.

Anda mungkin juga menyukai