Anda di halaman 1dari 19

REFERAT OBGYN

ABORTUS

Oleh :

Nuzulul Laili

201610330311188

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan. Menurut WHO IMPAC batas usia kehamilan
kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia
kehamilan kurang dari 20 mingguatau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus
komplit yaitu keadaan dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
ditandai dengan ostium uteri eksterna menutup, TFU lebih kecil dari usia
kehamilan dan dari USG tidak ditemukan sisa hasil konsepsi didalam kavum uteri.
Penyebab abortus belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu faktor fetal (genetik), faktor
maternal (infeksi, anomali uterus, dan lain-lain), dan faktor paternal (sperma).
Manifestasi klinis abortus ditandai dengan perdarahan pervaginam mulai
dari bercak hingga perdarahan hebat, nyeri perut bagian bawah yang dapat
menjalar hingga punggung, bokong, dan area genital, dan berkurang atau
menghilangnya tanda kehamilan yang sebelumnya dialami, seperti mual-muntah
atau nyeri payudara.
Terapi abortus dapat disesuaikan dengan penyebab dan kondisi kehamilan
saat ini. Secara umum terapi abortus dapat dibedakan menjadi expectant
management atau explore management. Expectant management dilakukan dengan
membiarkan hasil konsepsi meluruh sendiri, sedangkan explore
management dilakukan dengan tindakan invasif terutama jika ada tanda infeksi
dan perdarahan masif.
BAB 2

ABORTUS

DEFINISI ABORTUS

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan
kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia
kehamilan kurang dari 20 mingguatau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus
yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang
terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus
provokatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan
abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila didasarkan pada
pertimbangan dokteruntuk menyelamatkan ibu.

EPIDEMIOLOGI

Insidensi abortus spontan adalah15-20%. Risiko keguguran meningkat pada


ibu dengan riwayat keguguran sebelumya, mencapai 40% setelah tiga kali
keguguran berturut-turut dengan prognosis yang bertambah buruk sesuai
meningkatnya usia ibu. Sekitar 20 persen wanita hamil akan mengalami
pendarahan sebelum usia kehamilan 20 minggu, dan kira-kira 50 persen
diantaranya akan berakhir dengan aborsi spontan. Sekitar 75% abortus spontan
ditemukan pada usia gestasi kurang dari 16 minggu. Banyak kehamilan hilang
secara spontan sebelum seorang wanita mengakui bahwa dia hamil, dan tanda-
tanda klinis keguguran disalahartikan sebagai menstruasi yang berat atau
terlambat. Angka kejadian abortus komplit bervariasi antara 2,5-5%. Jenis abortus
komplit seringkali dianggap sebagai perdarahan biasa sehingga sangat jarang
dilaporkan ataupun diperiksakan ke pelayanan kesehatan.
FAKTOR PREDISPOSISI

Janin (fetal) Kelainan genetik (kromosom)

Ibu (maternal) •Infeksi


•Kelainan hormonal: hipotiroidisme, diabetes melitus,
insufisiensi progesteron
•Malnutrisi
•Penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol
•Faktor immunologis
•Defek anatomis: uterus didelfis, inkompetensia serviks
(penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu
inpartu, umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae
uteri karena sindrom Asherman
•Kelainan fungsi koagulasi darah

Ayah (paternal) kelainan sperma

KLASIFIKASI

Berdasarkan mekanismenya abortus dibagi menjadi 2 macam yaitu :


1. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa provokasi maupun intervensi.
2. Abortus provokatus
Abortus yang terjadi karena adanya intervensi
Berdasarkan klinisnya abortus dibedakan menjadi :
1. Abortus Imminens
Abortus imminens merupakan tingkat permulaan dan merupakan ancaman
terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup,
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan dengan tinggi fundus uteri sesuai
dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urinmasih positif.Penderita mengeluh
sedikit mulas atautidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
2. Abortus Insipien
Abortus insipien adalah abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan merasa mulas
karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan
pembukaan serviks dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur
kehamilan dengan tes urin kehamilan masih positif.
3. Abortus Inkomplit
Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih
terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan.
4. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga
perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah
memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7 - 1,0 hari
setelah abortus.
5. Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
tertahan dalam kandungan. Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan
keluhan apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan.
6. Abortus habitualis (recurrent abortion)
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.
7. Abortus infeksius (infectious abortion), abortus septik (septic abortion)
Abortus infeksius ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus
septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah
tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis). Kejadian ini merupakan
salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila
dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.

ETIOLOGI

Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu


tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi
yang terjadi secara spontan hampir selalu didahului oleh kematian embrio atau
janin. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot
(faktor fetal), penyakit sistemik pada ibu (faktor maternal) dan kadang juga dapat
disebabkan oleh penyakit dari ayahnya (faktor paternal).Penyebab abortus (early
pregnancy loss) bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnyalebih dari satu
penyebab. Penyebab terbanyak di anraranya adalah sebagai berikut.

1. Faktor dari janin (fetal), yang terdiri dari :


 Kelainan genetik (kromosom)

Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip


embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester
pertama merupakan kelainan sitogenetik. Selain itu, abortus
spontan dapat disebabkan oleh kelainan yang disebabkan oleh
gangguan gen tunggal (misalnya kelainan Mendelian) atau mutasi
pada beberapa lokus (misalnya gangguan poligenik atau
multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip.
Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal
kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa
aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis, misalnya
nondisjunction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal.
2. Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari:
 Infeksi

Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan abortus/EPl,


di antaranya sebagai berikut.

- Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau peran


infeksi terhadap risiko sitokin yang berdampak langsung pada
janin atau unit fetoplasenta.
- Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat
berat sehingga janin sulit bertahan hidup.
- Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa
berlanjut pada kematian janin.
- Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia
bawah (misal Mikoplasma bominis, Klamidia, Ureaplasma
urealitileum, HSV) yang bisa mengganggu proses implantasi.
- Amnionitis (oleh kuman gram-positif dan gram-negatif,
Listeria monositogenes). Memacu perubahan genetik dan
anatomik embrio, umumnya oleh karena virus selama
kehamilan awal (misalnya rubela, parvovirus 819,
sitomegalovirus, koksakie virus B, varisela-zoster, kronik
sitomegalovirus CMV, HSV).
 Kelainan hormonal
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme,
diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron. Defisiensi
progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta mempunyai kaitan dengan insiden
abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua,
defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu
nutrisi pada hasil konsepsi dan berperan dalam peristiwa
kematian janin.
 Faktor lingkungan

Diperkirakan 1 – 10% malformasi janin akibat dari paparan obat,


bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus,
misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau.
Rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain
nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga
menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu
neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi
fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang
berakibat terjadinya abortus. Konsumsi alkohol juga disebutkan
dapat menyebabkan abortus.
 Faktor immunologis

Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang


berhubungan dengan abortus, yaitu : mekanisme alloimun dan
mekanisme autoimun. Mekanisme autoimun adalah mekanisme
timbulnya reaksi seluler atau humoral yang ditujukan kepada
suatu lokasi spesifik dalam tubuh hospes. Alogenitas digunakan
untuk menjelaskan ketidaksamaan genetik antar binatang dari
spesies yang sama. Janin manusia merupakan cangkokan
alogenik yang diterima dengan baik oleh tubuh ibu berdasarkan
alasan yang tidak diketahui secara lengkap. Beberapa mekanisme
imunologi dilaporkan bekerja untuk mencegah penolakan janin.
Mekanisme tersebut mencakup faktor histokompatibilitas, faktor
penghambat sirkulasi, faktor supressor lokal dan antibodi
antileukositotoksik maternal atau anti paternal. Tidak adanya
atau tidak disintesisnya salah satu faktor diatas oleh tubuh ibu
menyebabkan terjadinya reaksi imun maternal abnormal yang
berbalik melawan antigen dalam plasenta atau dalam jaringan
janin lainnya dan mengakibatkan abortus.
 Defek anatomis dan kelainan uterus

Defek anatomis seperti uterus didelfis,inkompetensia serviks


(penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu in partu,
umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri karena
sindrom Asherman dapat meningkatkan resiko terjadinya
abortus. Kelainan uterus Retroversio uteri, myoma uteri, atau
kelainan-kelainan bawaan uterus juga dapat menyebabkan
abortus, tetapi hanya retroversio uteri gravidi incarserata atau
myoma submukosa yang memegang peranan penting.
 Faktor gamet

Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka


insiden abortus spontan. Gamet yang bertambah tua dalam
traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus.
3. Faktor dari ayah (paternal)

Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam


proses timbulnya abortus spontan. Yang pasti, translokasi kromosom
sperma dapat menimbulkan zigot yang mengandung bahan kromosom
terlalu sedikit atau terlalu banyak (abnormalitas kromosom) sehingga
terjadi abortus.

PATOFISIOLOGI
Fetus dan plasenta keluar bersamaan pada saat aborsi yang terjadi sebelum
minggu kesepuluh, tetapi terpisah kemudian. Ketika plasenta, seluruh atau
sebagian tertinggal didalam uterus, perdarahan terjadi dengan cepat. Pada
permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan
sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing, maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya.
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada
kemailan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan
sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas
kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan banyak terjadi perdarahan.

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Klinis
Pendarahan dan kram adalah keluhan yang paling umum pada wanita
dengan kehilangan kehamilan dini tanpa komplikasi/Uncomplicated Early
Pregnancy Loss (EPL). Wanita hamil yang mengalami abortus juga dapat
merasakan kehilangan atau pengurangan gejala kehamilan, seperti penurunan
nyeri payudara dan/atau mual dan muntah. Disamping itu beberapa wanita tidak
menunjukkan gejala, dan abortus ditemukan secara kebetulan atau pada USG rutin
pada awal kehamilan.
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan cukup umum dan terjadi pada
20 hingga 30 persen wanita hamil. Volume perdarahan vagina selama abortus
sangat bervariasi, dan wanita sering melaporkan lewat gumpalan atau jaringan.
Secara umum, baik volume perdarahan atau keluarnya jaringan yang dilaporkan
sendiri tidak cukup untuk mengkonfirmasi abortus tanpa evaluasi lebih lanjut,
yang biasanya mencakup USG.
Rasa sakit yang terjadi dengan abortus sering bersifat kram dan bisa ringan
sampai berat, terutama selama perjalanan jaringan kehamilan. Rasa sakitnya bisa
konstan atau intermiten dan sering dikaitkan dengan perdarahan vagina.Karena
perdarahan dan kram juga merupakan gejala komplikasi kehamilan awal lainnya,
termasuk kehamilan ektopik dan molar, wanita hamil dengan perdarahan vagina
atau nyeri panggul harus dievaluasi.
Pada abortus incomplit selain gejala kram abdominal, perdarahan dan
amenore didapatkan serviks terbuka, hasil konsepsi yang keluar sebagian,besar
uterus lebih kecil dari usia kehamilan dan keluar jaringan dari jalan lahir.
Komplikasi paling umum yang terkait dengan abortus adalah perdarahan
dan infeksi, yang bisa parah. Sementara perdarahan pervaginam umum terjadi
pada wanita dengan Early Pregnancy Loss (EPL), timbulnya perdarahan hebat
dapat memerlukan transfusi dan evakuasi bedah. Wanita dengan perdarahan
biasanya hadir dengan perdarahan vagina yang berat dikombinasikan dengan
tanda-tanda vital ortostatik, anemia, dan / atau takikardia. Risiko keseluruhannya
rendah, sekitar 1 persen.
Insiden infeksi intrauterin pada saat EPL bervariasi berdasarkan usia
kehamilan. Sekitar 15 persen dalam 12 minggu pertama, kemudian sebanyak 66
persen untuk kerugian antara 12 dan 24 minggu. Tanda dan gejala termasuk sakit
perut atau panggul, nyeri tekan uterus, keluarnya cairan purulen, dan/atau tanda-
tanda infeksi sistemik, seperti demam, takikardia, atau hipotensi. Komplikasi
infeksi dapat terjadi secara spontan atau dapat mengikuti intervensi medis atau
bedah.
Kehilangan kehamilan awal dapat bersifat asimtomatis dan menjadi temuan
insidental pada USG panggul. Tes kehamilan dan ultrasonografi yang sangat
sensitif memungkinkan diagnosis kehamilan dan EPL pada wanita sebelum
timbulnya gejala.
EPL selanjutnya dapat dikarakteristikkan dengan ada atau tidak adanya
gejala dan apakah ada bagian jaringan yang lengkap atau tidak lengkap :
 EPL Lengkap : EPL dengan pengeluaran sempurna jaringan kehamilan.
EPL lengkap dapat terjadi secara spontan (tanpa intervensi) atau dapat
didiagnosis setelah perawatan dengan intervensi medis atau bedah.
 EPL tidak lengkap : EPL dengan jaringan dipertahankan di dalam rahim
(jaringan janin atau plasenta). EPL yang tidak lengkap dapat terjadi setelah
keluarnya sebagian jaringan kehamilan secara spontan atau setelah
perawatan medis atau bedah. Seringkali bergejala, tetapi tidak adanya
gejala tidak menyingkirkan kemungkinan jaringan yang tertahan.
 EPL asimptomatik - EPL tanpa perdarahan, kram, atau lewatnya jaringan.
 EPL simtomatik - EPL dengan perdarahan dan sering kram.
Klasifikasi EPL dalam subkategori ini berguna karena adanya gejala dan / atau
jaringan intrauterin yang tertahan sangat penting dalam menentukan efektivitas
berbagai pilihan perawatan dan membantu membimbing pasien dalam
pengambilan keputusan.

Diagnosis Perdaraha Nyeri Perut Uterus Serviks Gejala Khas


n
Abortus Sedikit Sedang Sesuai Tertutup Tidak ada
Imminens UK ekspulsi
jaringan
konsepsi
Abortus Sedang- Sedang- Sesuai Terbuka Tidak ada
Insipiens banyak hebat UK ekspulsi
jaringan
konsepsi
Abortus Sedang- Sedang- Sesuai Terbuka Ekspulsi
Inkomplit banyak hebat UK sebagian
jaringan
konsepsi
Abortus Sedikit Tanpa/sediki Lebih Terbuka Ekspulsi
komplit t kecil /Tertutup seluruh jaringan
dari UK konsepsi
Missed Tidak ada Tidak ada Lebih Tertutup Janin telah mati
Abortion kecil tapi tidak ada
dari UK ekspulsi
jaringan
konsepsi

DIAGNOSIS

1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.


2. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
3. Terjadi infeksi ditandai suhu tinggi.
4. Dapat terjadi degenerasi ganas.
5. Pada pemeriksaan dijumpai gambaran:
a. Kanalis servikalis terbuka
b. Dapat diraba jaringan dalam rahim
c. Lakukan pemeriksaan bimanual: ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan,
penipisan serviks, serta kondisi ketuban.
d. Jika hasil pemeriksaan negatif, lakukan pemeriksaan denyut jantung
janin untuk menentukan kelangsungan hidup janin dan tenangkan keadaan
ibu.
e. Jika perdarahan terus berlanjut, khususnya jika ditemui uterus lebih
besar dari yang harusnya mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau
molahidatidosa.
f. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa dan
lakukan penilaian jika terjadi perdarahan lagi.
g. Konsultasi dan rujuk ke dokter spesialis jika terjadi perdarahan hebat,
kram meningkat atau hasil pemeriksaan menunjukkan hasil abnormal
Pemeriksaan penunjang
a) USG transvaginal
Transvaginal ultrasonografi digunakan untuk mengevaluasi kantung
gestasi, gerak jantung janin, serta ada atau tidaknya sisa hasil konsepsi
yang masih tertinggal di dalam uterus. USG transvaginal lebih dipilih
karena memberikan gambaran uterus dan adnexa lebih jelas selama awal
kehamilan. Pada abortus komplit, sudah tidak ditemukan sisa hasil
konsepsi di dalam uterus.
b) Darah Lengkap
Hemoglobin dan hematokrit perlu dievaluasi pada ibu hamil yang
mengalami pendarahan pervaginam. Apabila terdapat kecurigaan ke arah
infeksi, leukosit ditemukan meningkat dengan hitung jenis bergeser ke
kiri.
c) Faktor pembekuan darah
Profil koagulasi dianjurkan diperiksa hanya jika terdapat perdarahan
masif.
d) Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch dilakukan jika ada indikasi
transfusi darah. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus juga diperlukan
untuk melihat adanya kemungkinan inkompatibilitas, serta untuk
menentukan jika diperlukan pemberian Rho (D) immunoglobulin.
e) Pemeriksaan beta HCG darah
Pada abortus kadar beta HCG lebih rendah atau menurun dibanding
sebelumnya dan akan normal dalam 2 minggu setelah abortus. Pada
abortus komplit, hasil pemeriksaan urin tetap positif hingga 7-10 hari
pasca abortus. Pemeriksaan beta HCG serial dapat dilakukan untuk
menunjang diagnosis jika kelangsungan kehamilan meragukan. 
TATALAKSANA
1. Tatalaksana umum
 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu
termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan,
suhu).
 Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik < 90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana
awal syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk
dengan cepat.
 Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas
demam untuk 48 jam:
o Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6
jam
o Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
o Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
 Segera rujuk ibu ke rumah sakit
 Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
 Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
2. Tatalaksana khusus abortus inkomplit
 Prosedur operasi yang disebut dilasi dan kuretase (D&C)
 Mengkonsumsi obat misoprostol
 Menunggu tubuh mengeluarkan sisa jaringan-jaringannya secara
alami
Untuk bisa menunggu jaringan keluar secara alami, diperlukan pemeriksaan
ketat, rutin, dan teliti dari dokter.Memang, pada kebanyakan kasus tubuh secara
alami mengeluarkan sisa-sisa jaringan embrio tersebut tanpa masalah.Metode ini
merupakan yang paling invasif dan alami. Namun, metode ini juga memiliki
risiko tinggi abortus inkomplit yang lebih berbahaya dan risiko operasi D&C yang
tidak direncanakan.Metode alami ini juga memiliki risiko perdarahan parah yang
lebih tinggi. Perdarahan tersebut bisa berbahaya jika terlalu berat dan tidak
kunjung berhenti.Jika perdarahan tersebut tidak bisa dikontrol, transfusi darah
diperlukan
1) Jika perdarahan berat atau usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evaluasi isi uterus. Aspirasi vacuum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika
evaluasi tidak dapat segerah dilakukan, berikan misoprostol 600 μg PO 1x dan
berikan golongan NSAID (ibu profen) 800 mg PO jika terdapat rasa nyeri.
2) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam
satu liter NaCl 0,9% atau ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
3) Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
4) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopis dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi kelaboratorium.
5) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar hb>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang
KOMPLIKASI
Komplikasi abortus adalah perdarahan hebat, perforasi, infeksi, dan syok.
Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain karena
perdarahan hebat dan infeksi. Infeksi dapat terjadi akibat kelalaian untuk
melakukan tindakan pencegahan universal sebelum prosedur, seperti mencuci
tangan, penggunaan sarung tangan bedah, sterilisasi lapangan yang tepat,
penggunaan instrumen yang tidak steril, serta adanya infeksi yang sudah ada
sebelumnya seperti servisitis atau endometritis. Evakuasi yang tidak lengkap dari
produk konsepsi mengarah ke pengumpulan darah di rahim, menyebabkan
overdistention dan atonia yang menyebabkan perdarahan hebat. Ini juga dapat
menyebabkan infeksi dan kemungkinan sepsis. Cedera/perforasi yang diakibatkan
dari prosedur bedah itu sendiri tergantung pada metode yang digunakan, termasuk
laserasi vagina atau serviks, serta cedera rahim, usus, atau kandung kemih.
Komplikasi pada aborsi komplit dapat berupa infeksi maupun penumpukan
bekuan darah didalam kavum uteri, namun kedua hal tersebut jarang terjadi.
PROGNOSIS
Prognosis abortus bergantung pada penyebab abortus, umur pasien dan hasil
pemeriksaan ultrasonografi. Prognosis untuk early pregnancy losstermasuk baik.
Setelah satu kali aborsi total tanpa komplikasi, tidak ada peningkatan risiko untuk
yang lainnya. Perawatan penuh perhatian pada kehamilan berikutnya terbukti
menjadi terapi yang efektif dalam beberapa studi. Perawatan tersebut ini
mencakup pemeriksaan kadar hCG kuantitatif awal dan ultrasonografi setiap
minggu
BAB 3

KESIMPULAN

Abortus adalah suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened
abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus
komplit, missed abortion, dan abortus habitualis (recurrent abortion), abortus
servikalis, abortus infeksiosus, dan abortusseptik. Abortus komplit yaitu kondisi
dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri secara spontan
maupun dengan provokasi.

Prognosis abortus bergantung pada penyebab abortus, umur pasien dan hasil
pemeriksaan ultrasonografi. Prognosis untuk early pregnancy losstermasuk baik.
Setelah satu kali aborsi total tanpa komplikasi, tidak ada peningkatan risiko untuk
yang lainnya. Perawatan penuh perhatian pada kehamilan berikutnya terbukti
menjadi terapi yang efektif dalam beberapa studi. Perawatan tersebut ini
mencakup pemeriksaan kadar hCG kuantitatif awal dan ultrasonografi setiap
minggu
BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, et, al., 2005.Abortion. In : William Obsetrics. 22nd ed. USA :
The McGraw- Hills Companies, Inc ; p. 231-247.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Edisi pertama
The American College of Obstetricians and Gynecologists. 2017. Clinical
Management Guideline for Obstetrician and Gynecologist : Early
Pregnancy Loss. Practice Bulletin. 150:1-10
T. Tulandi, H. M. Al-fozan, D. Levine, R. L. Barbieri and K. Eckler. 2018.
Spontaneous Abortion: Risk Factors, Etiology, Clinical Manifestations,
and Diagnostic Evaluation.
Prine LW, Macnaughton H. Office Management of Early Pregnancy Loss. Am
Fam Phys, 2011. 84(1): 75-82.
Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalamIlmu
Kandungan,2008
McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosisand
treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008
Purwaningrum, E., & Fibriyana, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Abortus
Spontan. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 1(3), 84-94
Niazi, Manal. Et, Al., 2015. Transabdominal vs Transvaginal Sonography -
Comparison In Pelvic Pathologies. Journal Of Rawalpindi Medical
College (JRMC); 2015;19(3):223-226
Dharma, A. A. 2015. Faktor Resiko, Patogenesis, dan Penatalaksanaan Abortus.
Vo. 3 (1):44-50
Sarah, Prager. Et. Al., 2018. Pregnancy Loss (Miscarriage): Risk Factors,
Etiology, Clinical Manifestations, and Diagnostic Evaluation.

Anda mungkin juga menyukai