Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NUZULUL LAILI

NIM: 201610330311188

IKHWAL BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

A. Pendahuluan
Muhammadiyah dianggap menjadi penyebab umat islam terpecah belah dan sulit
dipersatukan. Dalam sejarah berdirinya Muhammadiyah, saat itu Muhammadiyah
didirikan untuk solusi dalam hal model dakwah dan pemikiran keagamaan konvensional.
Dalam islam disebutkan “kuntum khaira ummah” akan tetapi pada kenyataannya seluruh
negara yang mayoritas penduduknya beragama islam hidup dalam tekanan penjajah.
Karena hal itu, KH. Ahmad Dahlan memutuskan mendirikan Muhammadiyah pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912 M.
Secara garis besar, latar belakang lahirnya Muhammadiyah ada 2 :
1.) Kondisi internal umat islam
2.) Kondisi eksternal umat islam

B. Kondisi Internal Umat Islam


Pada awal penyebaran agama Islam di pulau Jawa, masyarakat pulau Jawa telah memiliki
tradisi yang merupakan perpaduan dari adat istiadat dan kepercayaan berjiwa Hindu dan
Budha atau disebut sinkritisme. Fenomena sinkritisme ini disebabkan karena 600 tahun
SM keyakinan masyarakat adalah animistik dan dinamistik. Lalu sekitar 1 masehi,
muncullah akulturasi dengan budaya Hindu yang menjadi agama resmi kerajaan. Tradisi
dan kepercayaan tersebut masih tetap ada dan berkembang dengan Islam

C. Kondisi Eksternal Umat Islam


1.) Kebijakan politik colonial Belanda terhadap umat Islam
Belanda datang ke Indonesia dengan maksud ganda. Mereka tidak hanya ingin
menguasai Nusantara yang kaya akan sumber daya alam, melainkan sekaligus
membawa misi kristenisasi. Misi ini terbongkar dengan munculnya rekomendasi dari
seorang missionaries Belanda bernama YB Palink sekitar tahun 1880 yang berisi 6
poin yaitu antara lain :
a. Pemerintah colonial Belanda pada dasarnya siap membantu missionaries di Jawa
dengan catatan Jawa digarap secara serius.
b. Setiap missionaries yang dating ke pulau Jawa hendaknya bersikap sabar,
menguasai budaya masyarakat Jawa.
c. Setiap missionaries hendaknya berdomisili di daerah-daerah yang berdekatan
dengan pemukiman masyarakat Jawa.
d. Setiap missionaries hendaknya berbuat simpatik dengan memberikan bantuan
medis, ekonomi dan pendidikan kepada masyarakat pulau Jawa.
e. Setiap missionaries hendaknya berupaya semaksimal mungkin agar tidak
membicarakan agama pada awal-awal domisili di pulau Jawa.
f. Setiap missionaries harus paham bahwa tipe masyarakat pulau Jawa mau masuk
agama Kristen karena beberapa factor seperti kecewa terhadap umat islam, tuntutan
materi dan murni atas inisiatif mereka sendiri.

2.) Pengaruh perkembangan pemikiran Islam


Bukti bahwa adanya pengaruh perkembangan pemikiran Islam di Timur Tengah
terhadap berdirinya Muhammadiyah, sejumlah cendikiawan membuat persamaan
pemikiran pendidikan Ahmad Dahlan dengan beberapa pemikir Islam Timur Tengah.
H.A.R Gibb mengklasifikasikan pembaharuan atau pendidikan yang dilakukan
Muhammad Abduh (1849-1909) di Mesir sebagai berikut :
a. Membersihkan Islam dari pengaruh dan kebiasaan asing.
b. Pembaharuan pendidikan tinggi Islam.
c. Revormulasi doktrin dengan alam fikiran modern.
d. Mempertahankan Islam dari pengaruh-pengaruh eropa dan serangan Kristen.
Sementara H.A Mukti Ali membuat rumusan bahwa pembaharuan maupun
pendidikan yang dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan berorientasi pada :
a. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam.
b. Reformasi doktrin Islam dengan pandangan alam fikiran modern.
c. Reformasi ajaran Islam dan pendidikan Islam.
d. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar Islam baik Muhammad
Abduh maupun K.H Ahmad Dahlan.

D. Misi dan Visi Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa
Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan
mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam
kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan
lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-
Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam
melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi
rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah Subhanahu wa taala dalam
kehidupan di dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah:
1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah Subhanahu wa
taala yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi
Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat
duniawi.
3) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang
terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat
tahun 2005 di Kota Sawahlunto

E. Profil Pendiri Muhammadiyah


Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH.
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang
bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ayahnya
Kyai Haji Abu Bakar adalah seorang khatib dan imam besar di Masjidbesar Kesultanan
Yogjakarta sedangkan ibunya bernama Siti Aminah.
Pada umur 22 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu
dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Lalu ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu
Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan
Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad
Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan
Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun.
Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri
NU, KH. Hasyim Asyari. Selama berada di Mekah, KH Ahmad Dahlan mendengar,
membaca dan bersentuhan dengan pembaharuan dalam Islam di Timur Tengah, misalnya
di Mesir. Ia membaca kitab dan buku karangan tokoh pembaharuan Islam antara lain
Taqqiyudin Ibnu Taimiyyah, Jamaludin Al Afghani dan Muhammad Abduh.
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi
Oetomo, organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau
memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang
diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota
Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur
dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen.

Anda mungkin juga menyukai