DISTOSIA BAHU
Oleh :
Nuzulul Laili
201610330311188
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang persalinan
lama (distosia) terkait definisi, epidemiologi, etiologi, dan faktor risiko,gejala klinis, diagnosis,
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman penulis
maupun pembaca mengenai persalinan lama (distosia) terkait definisi, epidemiologi, etiologi,
dan faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi,
dan prognosisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Distosia bahu termasuk dalam kedaruratan obsetri, sehingga dibutuhkan tindakan segera,
serta keterampilan dan kemampuan teknik persalinan yang tepat untuk menghidari morbiditas
dan mortalitas perinatal. Hal ini terjadi ketika bahu anterior terjepit oleh simpisis pubis atau bahu
posterior terjepit oleh sacral promontorium sehingga terjadi kegagalan dalam pengeluaran bahu.
Persalinan kepala umumnya diikuti oleh persalinan bahu dalam waktu 24 detik, sedangkan jika
persalinan bahu lebih dari 60 detik dianggap sebagai distosia bahu.
Distosia bahu adalah sebuah kegawatdaruratan persalinan pervaginam ketika bahu fetus
tidak dapat dilahirkan oleh penolong setelah kepala fetus lahir, tanpa maneuver khusus. Ada juga
yang mendefinisikan distosia bahu sebagai bahu yang tidak lahir lebih dari 60 detik setelah
kepala lahir.
Faktor risiko distosia bahu terdiri atas faktor resiko pada ibu, fetus dan proses persalinan
itu sendiri.
Faktor risiko pada fetus, yaitu makrosomia (taksiran berat fetus >4000-4500 g).
2. Turtle sign, yaitu ketika kepala bayi tiba-tiba tertarik kembali ke perineum ibu setelah
keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar, seperti seekor kura-kura yang menarik
kepala kembali ke cangkangnya. Penarikan kepala bayi ini dikarenakan bahu depan bayi
terperangkap di tulang pubis ibu, sehingga menghambat lahirnya tubuh bayi.
2.4 Diagnosis
a. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
pubis
f. Gagal untuk lahir walau dengan usaha maksimal dan gerakan yang benar
2.5 Tatalaksana
Dalam beberapa literature menyebutkan cara dalam mengatasi distosia bahu yang disingkat
ALARMER agar mudah diingat oleh tiap tenaga kesehatan, yang merupakan kepanjangan dari :
a. Prosedur ini secara tidak langsung membantu penanganan distosia bahu, dengan
memungkinkan penolong untuk meletakkan tangan penolong ke dalam vagina untuk
melakukan maneuver tertentu.
Hindari 4 P :
a. Panic (Panik)
b. Pulling (Menarik)
c. Pushing (Mendorong)
d. Pivoting (Memutar)
2.6 Komplikasi
CHECKLIST
PERTOLONGAN DISTOSIA BAHU
nilai
No Tindakan
0 1 2
A SIKAP DAN PERILAKU
1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2 Bersikap sopan dan minta ijin untuk melakukan tindakan
3 Memposisikan pasien
4 Tanggap terhadap reaksi pasien
5 Sabar dan Teliti
B CONTENT/ ISI
6 Cuci tangan dan memakai sarung tangan DTT
7 Bersihkan daerah perineum
8 Pasang duk dibawah bokong ibu
9 Meminta bantuan asisten
10 Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi
jaringan lunak dan memberikan ruangan yang cukup untuk melakukan
tindakan
a. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah antara kepala bayi dan
perineum.
b. Masukan jarum secara subkutan, mulai komisura posterior
menelusuri sepanjang perineum dengan sudut 45 kearah kanan
ibu ( tempat akan dilakukan episiotomi)
c. Aspirasi untuk memastikan ujung jarum tidak memasuki
pembuluh darah
d. Suntikan lidocain 1% 5-10 ml sambil menarik jarum keluar.
e. Tekan tempat infiltrasi agar anestesi menyebar. Tunggu 1-2
menit sebelum melakukan episiotomi
f. Lakukan episiotomi
11 Posisikan ibu dalam posisi Mc Robert
ibu terlentang, menfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi
sedekat mungkin ke dada, dan rotasikan kedua kaki kearah luar
KESIMPULAN
1. Distosia bahu termasuk dalam kedaruratan obsetri, sehingga dibutuhkan tindakan segera.
2. Distosia bahu menyebabkan komplikasi serius pada ibu dan janin.
3. Faktor risiko distosia bahu dapat terjadi pada saat antepartum maupun intrapartum.
4. Manajemen penanganan distosia bahu disebut ALARMER, yang terdiri dari:
a. Ask for help (Minta bantuan)
b. Lift/hyperflex Legs
f. Episiotomi
Akbar H, Prabowo AY, Rodiani. Kehamilan aterm dengan distosia bahu. Medula Edisi
November 2017. Vol 7. Nomor 4. Lampung: Fakultas Kedokteran Unila. 2017.
Cuningham, F Gary. 2010. Distosia: kelainan presentasi, posisi, dan perkembangan janin.
Dalam: Obstetri William Edisi 21. Vol 1. Jakarta : EGC.
Manuaba C, Manuaba F, Manuaba IBG. 2017. Pengantar Kuliah Obsetri. Jakarta: EGC.
Mose J.C dan Mohammad Alamsyah. 2009. Persalinan Lama dalam Buku Ilmu Kebidanan.
Siswishanto R., 2009. Malpresentasi dan Malposisi dalam Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina
Waspodo D., 2009. Terapi Antibiotik dalam Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka