Muhammadiyah melambangkan sebuah masyarakat terbuka dalam proses kelahirannya.
Sehingga kecenderungan ke sikap modern dalam Muhammadiyah yang membedakan organisasi ini dari kalangan agama tradisional, serta dalam dirinya berbeda dengan banyak hal dengan kalangan abangan dengan kebudayaan sinkretik.
A. Muhammadiyah Gerakan Pemurnian Islam
Ditujukan kepada kalangan tradisionalis maupun dari segala khufarat, sisa kebudayaan kuno di kalangan abangan. Muhammadiyah lahir dengan orientasi keagamaan. Serta lebih menampilkan diri sebagai gerakan puritan untuk menghapus beban kultural islam yang terkenan pengaruh agraris. Berupaya untuk melakukan pembaharuan kualitatif yang bersifat keagamaan, suatu dielektika internal yang secara inheren memang selalu muncul dalam islam. Muhammadiyah berupaya keras untuk memurnikan agama dan menghilangkan pengaruh-pengaruh kultural dan simbol-simbol ysg tidak relevanh
B. Gerakan Kualitatif – Kuatitatif
Gerakan kultural Muhammadiyah menimbulkan dampak sosial. Efek dari gerakan pemurnian, muhammadiyah menciptakan lembaga-lembaga dan tradisi-tradisi baru dengan dukungan organisasi modern. Muhammadiyah muncul sebagai wadah yang mewakili tradisi baru masyarakat urban, pedagang, dengan ikatan-ikatan solidaritas organispartisipatif. Muhammadiyah membentuk struktur organisasinya atas ikatan dasar asosiasional, serta tidak mewarisi beban-beban tradisi komunal-paternalistik seperti NU. Karakter urban dan niaga dari gerakan islam modern termanifestasikan dalam gerakan Muhammadiyah (1912). Muhammadiyah mencurahkan usahanya di bidang pendidikan dan amal-amal sosial, dengan penekanan pada pemurian agama islam pada bentuknya yang asli dnegan menghilangkan beban-beban “kultural” praktik-praktik keagamaan. Muhammadiyah sebagai suatu gerakan dengan tingkat rasionalisasi yang tinggi, yang pada dirinya dapat menjadi basis bagi etos homo-economicus. Dalam Muhammadiyah pula, borjuasi muslim muncul kembali ke permukaan kehidupan sosial, kelas yang dianggap bakal elemen penting untuk pembentukan Indonesia baru.