Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS

ABORTUS IMINENS
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSI Sultan Agung Semarang

Disusun oleh:
Dafiq Mihal Fina Yusuf
30101206606

Pembimbing:
dr. Rini Aryani, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
ABORTUS IMINENS

A. DEFINISI

Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum janin dapat


hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.

Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan


abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus
provokatus. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus
provokatus medisinalis (karena indikasi medik) dan abortus provokatus
kriminalis.

Berdasarkan jenisnya, abortus juga dibagi menjadi abortus imminens, abortus


insipien, abortus inkompletus, abortus kompletus dan missed abortion.

Abortus iminens adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

B. ETIOLOGI
Mekanisme pasti yang menyebabkan abortus tidak selalu jelas, tetapi pada
bulan bulan awal kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan hampir selalu
didahului oleh kematian mudigah atau janin. Karena itu, pertimbangan
etiologis pada abortus dini antara lain mencakup pemastian kausa kematian
janin (apabila mungkin).
 Faktor janin.
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut
biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yaitu:
 Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio
atau kelainan kromosom.
 Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).
 Endarteritis dapat terjadi dalam villikorealis dan menyebabkan
oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
 Faktor maternal
 Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara
pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.
 Penyakit maternal
Nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia
janin, kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan
untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.
 Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid dan defisiensi
insulin. Penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu,
yaitu saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam
produksi hormon.
 Faktor imunologis, ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA
(Human Leukocyte Antigen)
Banyak perhatian ditujukan pada sistem imun sebagai faktor
penting dalam kematian janin berulang.
 Trauma
Trauma terjadi bisa karena hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada ibu dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali. Kasusnya jarang terjadi,
umumnya abortus terjadi segera satelah trauma tersebut,
misalnya trauma akibat pembedahan :
 pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum
gravidaditatum sebelum minggu ke-8
 pembedahan intraabdominal dan operasi pada saat hamil.
 Kelainan uterus
Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri
atau adanya halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran
uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolaps atau
retroversio uteri. Kelainan uterus diantaranya : hipoplasia uterus,
mioma (terutama submukosa), serviks inkompeten. Serviks
inkompeten ditandai oleh pembukaan serviks tanpa nyeri pada
trimester kedua, atau mungkin awal trimester ketiga, disertai
prolaps atau menggembungnya selaput ketuban ke dalam vagina,
diikuti oleh pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin immatur.
Apabila tidak diterapi secara efektif, rangkaian ini akan berulang
setiap kehamilan
 Faktor eksternal
 Radiasi
pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis
yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
 Obat-obatan, antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain lain
 Psikomatik
Stres dan emosi yang kuat diketahui dapat memprngaruhi fungsi
uterus lewat sistem hipotalamus-hipofise. Banyak yang
melaporkan kasus-kasus abortus spontan dengan riwayat stres.

C. MACAM- MACAM ABORTUS


Abortus dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa disengaja, tidak memakai obat-obatan
maupun alat-alat, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

Abortus spontan terdiri dari:

a. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali
kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup besarnya
uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin
masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat
dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara
melakukan tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran
dan pengencaran 1/10. Bila hasil tes urin masih positif keduanya
maka prognosisnya adalah baik. Bila pengenceran 1/10 hasilnya
negatif maka prognosisnya dubia at malam. Pengelolaan penderita ini
sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila ibu
masih menghendaki kehamilan tersebut maka pengelolaan harus
maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan USG
diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan
mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau
belum. Diperhatikan ukuran kantung getasi janin apakah sesuai
dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan
gerakan janin diperhatikan disamping ada tidaknya hematoma
retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan
berhenti. Bisa diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi
atau diberi tambahan hormon progesteron dan derivatnya untuk
mencegah terjadinya abortus. Penderita boleh dipulangkan setelah
tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh
berhubungan seksual kurang lebih 2 minggu.
b. Abortus Insipien
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan
kuat, perdarahanya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks
uterus dan umur kehamilan. Besarnya uterus masih sesuai dengan
umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif. Pada
pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai
dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih
jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat
penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada
tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum
dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera
dilakukan tindakan evakuasi/ pengeluaran hasil konsepsi disusul
dengan kuretase bila perdarahan banyak.pada umur kehamilan 12
minggu, uterus biasanya besarnya sudah melebihi telur angsa tindakan
evakuasi dan kuretasi harus hati-hati untuk mencegah terjadinya
perforasi pada dinding uterus. Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan
umum , pemberian uterotonika dan antibiotik profilaksis .
c. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram
Senua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besarnya uterus
tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu
dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada
pemeriksaan urin tes biasanya masih positif sampai 7- 10 hari setelah
abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus
ataupun pengobatan . biasanya hanya diberi roborensia atau
hematenik bila keadaan pasien memerlukan, uterotonika tidak perlu
diberikan.
d. Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal didalam
uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih
terbuka dan teraba jaringan dalam cavum uteri atau menonjol pada
ostium uteri eksterna. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya
pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian plasenta site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Pasien dapat terjatuh dalam keadaan
anemia atau syok hemorargik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan. Pengelolaan pasien diawali dengan perhatian terhadap
keadaan umum dan mengatasi gangguan pada hemodinamik yang
terjadi kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG
hanya dilakukan bila ragu dengan diagnosis klinis. Besarnya uterus
sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantung gestasi sudah
sulit dikenali, dicavum uteri tampak masa hiperekoik yang bentuknya
tidak beraturan.
Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi
uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Pasca tindakan perlu
diberikan uterotonika parenteral ataupun peroral dan antibiotika
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan
apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti
yang diharapkan. Bila kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu
penderitas justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan
tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens
yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.
Pada pemeriksaan tes urun kehamilan biasanya negatif setalah 1
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan
USG akan didapatkan yang mengecil, kantung gestasi yang mengecil
dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada
tanda-tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4
minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan
penjendalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi
dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan
kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan
diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks
uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih
dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis
servikalis. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan
induksi dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah
menggunakan prostaglandin atau sintesinya untuk melakukan induksi
pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah
dengan pemberian misoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg
yang dapat diulang 2 kali dengan jarak enam jam. Dengan obat ini
akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan
ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan cavum uteri.
2. Abortus Provokatus (induced abortion)
Yaitu abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a. Abortus medisinalis (therapeutica abortion)


Adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin menjadi viabel dengan
tujuan untuk melindungi ibu.

b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak bersadarkan indikasi medis yakni tidak berdasar gangguan
kesehatan ibu maupun penyakit pada janin.

3. Abortus Infeksiosa atau septik


Adalah abortus yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah abortus
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
perdaran darah atau peritoneum.2,3

D. PATOGENESIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus
desidua secara dalam. Jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada
kehamilan 8 – 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam sehingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus.
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau
sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini
menyebabkan kontraksi rahim dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan
benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada
abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
perdarahan.
Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan
lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke 10 vili korealis belum
menanamkan diri dengan erat kedalam desidua hingga telur mudah lepas
keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan
hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut
sering sisa sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Hasil konsepsi
pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka janin dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya telah
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah
mola tuberosa, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak
dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, janin mengering dan karena cairan
amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus
kompressus). Dalam tingkat yang lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadi maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerahan.

E. MANIFESTASI KLINIK ABORTUS IMINENS


Manifestasi klinik untuk mengetahui terjadinya abortus antara lain:
1) Perdarahan pervaginam pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
2) Mulas atau nyeri perut pada bagian bawah atau kadang tidak disertai keluhan
sama sekali
3) Nyeri punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk
4) Pemeriksaan fisik yang terdiri dari: keadaan umum tampak lemah, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan
suhu badan normal atau meningkat,
5) Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan
pervaginam, tidak terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa
6) Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri tertutup, tidak ada jaringan keluar
dari ostium
7) Colok vagina dengan melihat porsio tertutup, tidak teraba jaringan dalam
kavum.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif
2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup,
pertumbuhan janin yang ada danmengetahui keadaan plasenta apakah sudah
terjadi pelepasan atau belum.

G. PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan abortus imminens dipakai cara konservatid, meliputi :
1. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur terpenting dalam pengobatan karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanis. Tirah baraing dilakukan sampai perdarahan berhenti.
2. Coitus dilarang selama 2 minggu setelah perdarahan berhenti/ abstinensia
3. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1000 mg
4. Berikan obat spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberikan
tambahan hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya
abortus.
5. Diberikan antibiotik jika terdapat tanda infeksi
6. Diet tinggi protein dan tambahan vit. c

H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil


konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin
pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila
infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
infeksi berat (syok endoseptik).
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. m
2. Umur : 29 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 01338527
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : swasta
8. Status : Menikah
9. Alamat : Sayung , Demak
10. Tanggal Masuk : 30 Desember 2017
11. Ruang : Baitunnissa II
12. Kelas :2

B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30 Desember 2017

1. Keluhan Utama
keluar darah merah segar dari jalan lahir
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien G1P0A0 hamil 8 minggu datang ke IGD RISA dengan keluhan
keluar darah merah segar dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu. Sebelum
keluar darah pasien bekerja di tempat kerjanya sampai malam, setelah
bangun tidur dipagi hari, didapatkan darah di tempat tidur. Darah keluar
apabila pasien sedang beraktifitas dan kadang berhenti apabila pasien
istirahat. Darah yang keluar berupa darah segar dan, pasien mengatakan
sehari ganti pembalut besar sebanyak 2x dalam 2 hari terakhir. Pasien juga
mengeluh nyeri perut bagian bawah dan pusing disertai lemas. Selama
adanya darah yang keluar dari jalan lahir, pasien belum pernah berobat.
pasien mengaku baru memeriksakan diri ke RS. Riwayat trauma (-),
konsumsi obat-obatan/ jamu (-), pijat (-), aktivitas berlebih (-).

3. Riwayat Haid
- HPHT : 8 November 2017
- Menarche : umur 13 tahun
- Siklus haid : 26 hari, teratur
- Lama haid : 6 hari
- Dismenore : (-)
4. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang.
Usia pernikahan 4 tahun.
5. Riwayat Obstetri
G1P0A0 hamil 7 minggu 2 hari
G1 : hamil sekarang
6. Riwayat ANC
ANC dilakukan 1 kali di bidan, tidak ada pesan-pesan khusus.
7. Riwayat KB
(-)

8. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : astma +, obat diminum apabila
terdapat serangan asma
Riwayat DM : disangkal
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : ibu menderita asma +
Riwayat DM : disangkal

10. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang pegawai swasta di foto copy, suami pasien
bekerja karyawan swasta. Biaya pengobatan ditanggung BPJS

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present

Keadaan Umum : Tampak sakit

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign :

TD : 100/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit TB : 152 cm

RR : 22 x/menit BB : 58 Kg

Suhu : 36,5 0C

b. Status Internus

- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran tiroid (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mammae : Simetris, benjolan abnormal (-), hiperpigmentasi
areola (+), puting menonjol (+).
- Pulmo
 Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra dan sinistra
simetris
 Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama,
nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

- Cor
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : tidak dilakukan.
 Auskultasi : suara tambahan (-)
- Abdomen
 Inspeksi : Datar, pembesaran uterus tidak terlihat,
striae gravidarum (-), linea nigra (+), bekas operasi (-).
 Auskultasi : bising usus (+)
 Perkusi : Timpani (+)
 Palpasi : Nyeri tekan perut bawah (+),
: Hepar , Lien dalam batas normal

- Extremitas
Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

- Genitalia
 Inspeksi Eksterna : Darah segar (+), flek-flek (-), jaringan (-)
 VT : jaringan (-), Handscoen : darah (+), lendir
(+), OUE menutup

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium Darah (tanggal 30 Desember 2017)
1. Hb : 13,2 g/dL
2. Hematokrit : 42,8%
3. Leukosit : 13 /uL (leukositosis)
4. Trombosit : 459.000 /uL ↑
5. GDS : 90
6. HbsAg : (-)
B. Pemeriksaan USG
Tampak GS (+) , Janin (+) ada tanda-tanda kehidupan

E. RESUME
Pasien 29 tahun G1P0A0 gravida 7 minggu 2 hari datang dari IGD RISA
dengan mengeluh keluar darah merah segar dari jalan lahir sejak tanggal 30
Desember 2017 disertai nyeri perut bawah.

Riwayat Kehamilan

HPHT : 8 November 2017

HPL : 15 Agustus 2018

Tanggal kedatangan ke RS : 30 Desember 2017

Umur Kehamilan : 7 minggu 2 hari

Status Present :

Keadaan Umum : Tampak sakit

Vital Sign : TD : 100/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,5

Status Obstetri
- Abdomen
 Inspeksi :Perut datar, linea nigra (+) striae gravidarum (-)
- Palpasi :Nyeri tekan (+) di regio supra pubis
- Genitalia
 Eksterna
Flek (+), Darah merah segar (+) sedikit, prongkolan (-), vulva
oedem (-), pus(-), ulkus(-)
 Interna (VT)
terdapat perdarahan darah merah segar disekitar vulva (+) sedikit
Dinding vagina licin dalam batas normal, massa (-).
Porsio licin, kenyal, pembukaan OUE (-), teraba jaringan (-), nyeri
goyang (-)
Corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi sesuai umur
kehamilan 7 minggu (sebesar telur bebek).
Adneksa paramaetrium dalam batas normal, massa (-), nyeri tekan

F. DIAGNOSA
Pasien 29 tahun G1P0A0 gravida 7 minggu dengan abortus iminens

G. SIKAP
1. Pasien di rawat inap
2. Pengawasan: KU, Vital Sign, PPV
3. Lengkapi Laborat dan konsul radiologi USG
4. Pasien bedrest total selama ± 3 hari
5. Terapi medicamentosa
 Infuse RL 20 tpm
 Ciprofloxacin 3x1
 Uterogeston 2 x 200 mg pervaginam
 Asam folat 2 x 1 mg

H. PROGNOSA
Kehamilan : dubia ad bonam

I. EDUKASI
1. Rawat inap dan tirah baring
2. Intoleransi aktivitas
3. Memberitahu kondisi ibu dan janin pada keluarga
4. Memberitahu tujuan terapi serta kemungkinan terjadinya komplikasi
5. Memberi tahu untuk kontrol satu minggu setelah keluar dari RS.
J. FOLLOW UP
30 Desember 2017 PPV (+) sedikit, Cek darah rutin Intoleransi
Keluar flek (+), aktivitas
Jam 15.00 WIB Leukosit : 13,88
nyeri perut
ribu/uL Infus RL 20 tpm
bawah
(leukositosis)
Ciprofloxacin 3x1
TD: 100/60
Trombosit :
mmhg Uterogeston 2 x
484ribu/uL
200mg
N: 80 x/menit
USG: janin (+) pervaginam
Asam folat 2 x 1
RR: 22 x/menit
mg
S: 36,5’ C

31 Desember 2017 Kel: flek (+), Observasi Intoleransi


PPV (-) aktivitas
Jam 06.00
KU: baik Infus RL 20 tpm

TD : 110/80 Ciprofloxacin 3x1

N : 85x/mnt Uterogeston 2 x
200mg
RR : 18x/mnt
pervaginam
S : 36,7’C Asam folat 2 x 1
mg

1 Januari 2018 KU : Pasien Observasi Intoleransi


mengatakan aktivitas
Jam 06.00
darah yang
Infus RL 20 tpm
keluar sudah
mulai Ciprofloxacin 3x1
berkurang,
Uterogeston 2 x
masih sedikit
200mg
lemas
pervaginam
Kel: PPV (-), Asam folat 2 x 1
flek (-) mg

TD : 120/80
mmhg

N : 86 x/mnt

RR : 20 x/mnt

S : 36,5’C

2 januari 2018 KU : pasien Observasi Intoleransi


mengatakan aktivitas
06.00
darah sudah
Infus RL 20 tpm
tidak keluar,
pusing sedikit Ciprofloxacin 3x1

Kel: PPV (-), Uterogeston 2 x


flek (-) 200mg peroral
Asam folat 2 x 1
TD : 120/80
mg
mmhg
Edukasi
N : 85x/mnt

RR : 20x/mnt

S : 36,5’C

DAFTAR PUSTAKA

1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Bagian Kebidanan dan


Kandungan. Jakarta: balai penerbit FK UI
2. Obstetri Williams, Edisi 20. Jakarta: EGC. Cunningham G.F et.al. 2005

Anda mungkin juga menyukai