Anda di halaman 1dari 120

MASTER CLASS

I L M U P E N YA K I T D A L A M
GASTROENTEROLOGY

DR. AKHMAD – DR. KHOIRUL – DR. CEMARA – DR. YOLINA

OFFICE ADDRESS:

Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan Medan :


(belakang pasaraya manggarai) Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P
phone number : 021 8317064 Hone number : 061 8229229
pin BB 5a999b9f/293868a2 Pin BB : 24BF7CD2
WA 081380385694/081314412212 Www.Optimaprep.Com

www.optimaprep.com
LAMBUNG
Bagian Lambung:
• Cardia
• Fundus
• Corpus
• Pylorus

Kurvatura lambung:
• Lesser curvature
• Greater curvature
DUODENUM

Sumber: Moore, K. L. (2006). Clinically Oriented Anatomy


PERITONEUM
Peritoneum merupakan membrane serosa yang
terletak pada rongga abdomen, terdiri atas
mesotel serta jaringan ikat areolar
• Visceral peritoneum: Peritoneum yang
melapisi organ-organ visceral
• Parietal peritoneum: Peritoneum yang
melapisi rongga abdomen dan pelvis.
Lipatan Besar Pada Peritoneum:

Greater • Lipatan peritoneum yang menggantung seperti celemek dari


greater curvature lambung hingga duodenum, dan kembali
omentum ke bagian anterior mesokolon.

• Menghubungkan lesser curvature lambung dan


Lesser omentum duodenum ke liver

Ligamentum menghubungkan liver dengan dinding


abdomen serta diafragma
falciform
Lipatan seperti kipas yang menghubungkan
Mesenterium usus halus dengan dinding abdomen posterior

• Menghubungkan kolon transverum dan kolon


Mesokolon sigmoid ke dinding posterior abdomen
Sumber: Tortora, G. J. (2009). Principle of
Human Anatomy and Physiology 12th edition
Sumber: Moore, K. L. (2006). Clinically
Oriented Anatomy
Dispepsia
• Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah
abdomen bagian atas.

• Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa gejala
berikut yaitu:
– nyeri epigastrium,
– rasa terbakar di epigastrium,
– rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna
atas, mual, muntah, dan sendawa.

• Dispepsia yang telah diinvestigasi terdiri dari dispepsia organik &


fungsional.
– Dispepsia organik terdiri dari ulkus gaster, ulkus duodenum, gastritis erosi,
gastritis, duodenitis dan proses keganasan
– Untuk dispepsia fungsional, keluhan berlangsung setidaknya selama tiga bulan
terakhir dengan awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan.

Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. 2014.


KLASIFIKASI DISPEPSIA FUNGSIONAL (ROMA III)

Epigastric pain syndrome Post prandial distress


syndrome
• Dispepsia fungsional dengan gejala • Dispepsia fungsional dengan gejala
predominan nyeri epigastrium predominan gejala ketidaknyaman
• Diagnostic criteria* Must include all pada perut
of the following: • Diagnostic criteria (Must include one
– Pain or burning localized to the or both of the following):
epigastrium of at least moderate – Bothersome postprandial fullness,
severity, at least once per week occurring after ordinary-sized meals, at
least several times per week
– The pain is intermittent
– Early satiation that prevents finishing a
– Not generalized or localized to other regular meal, at least several times per
abdominal or chest regions week
– Not relieved by defecation or passage * Criteria fulfilled for the last 3 months with
of flatus symptom onset at least 6 months prior to
– Not fulfilling criteria for gallbladder diagnosis
and sphincter of Oddi disorders • Supportive criteria
* Criteria fulfilled for the last 3 months – Upper abdominal bloating or
with symptom onset at least 6 months postprandial nausea or excessive
prior to diagnosis belching can be present
– Epigastric pain syndrome may coexist
Ya Tidak
Dispepsia
• Gejala predominan
– Nyeri epigastrium
 PPI
(omeprazole,
lansoprazole, dll)
– Cepat kenyang,
mual, muntah 
Agen prokinetik
(contoh:
metoklopramid,
domperidon)
• Dapat
dikombinasikan
antara PPI dan agen
prokinetik
GERD
GERD
• Definition:
– Suatu gangguan di mana isi lambung mengalami
refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang
menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi
yang mengganggu.

• Symptoms:
– Heartburn; midline retrosternal burning sensation
that radiates to the throat, occasionally to the
intrascapular region.
– Others: regurgitation, dysphagia, regurgitation of
excessive saliva.

GI-Liver secrets
GERD
Clinical Presentation of GERD
Typikal Ektraesofageal
• Heartburn
• Laryngitis
• Regurgitation
• Asthma

Atypikal • Sinusitis
• Chronic cough
• Chest pain
• Aspiration pneumonia
• Nausea
• Dental erosion
• Vomiting
• Bronchospasm
• Bloating
• Sore throat
• Dyspepsia
• Epigastric pain

Badillo R, et al. World J Gastrointest Pharmacol Ther. 2014.


Richter JE. Gastroenterol Clin North Am. 2007.
Alarm symptoms
• Progressive dysphagia
• Odynophagia
• Unknown weight loss
• New onset anemia
• Hematemesis and/or melena
• Familiy history with
malignancy of stomach
and/or esophagus.
• Persistent vomiting
GERD-Q
Frekuensi skor untuk
No. Pertanyaan
gejala
0 2-3 4-7
1 hari
hari hari hari
Seberapa sering Anda mengalami perasaan terbakar di bagian belakang
1. 0 1 2 3
tulang dada Anda (heartburn)
Seberapa sering Anda mengalami naiknya isi lambung ke arah
2. 0 1 2 3
tenggorokan/mulut Anda (regurgitasi)
Seberapa sering Anda mengalami nyeri ulu hati?
3. 3 2 1 0

Seberapa sering Anda mengalami mual?


4. 3 2 1 0

Seberapa sering Anda mengalami kesulitan tidur malam oleh karena rasa
5. 0 1 2 3
terbakar di dada (hearburn) dan/atau naiknya isi perut?
Seberapa sering Anda meminum obat tambahan untuk rasa terbakar di
6. dada (heartburn) dan/atau naiknya isi perut (regurgitasi), selain yang 0 1 2 3
diberikan oleh dokter Anda? (seperti obat maag yang dijual bebas)

• Poin GerdQ < 7  GERD may be unlikely


• Poin GerdQ 8-18  probably GERD

Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di Indonesia. 2013


GERD Classification
• Non-erosive reflux disease/NERD
– 60-70% of GERD
– Normal endoscopy

• Erosive esophagitis
– 20-30% of GERD
– Endoscopy found mucosal break in esophagus
Indication for Endoscopy
• Endoscopy in GERD indicated for patients:
– Had alarm symptoms
– The patient does not respond to the PPI empirical
therapy with a dose of 2 times a day.

• Endoscopy in GERD
– The findings of reflux esophagitis has specificity of 90-
95% for GERD.
– Los Angeles or Savary-Miller classification for severity
of esophagitis.

ASGE. Gastrointest Endosc. 2007


Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di Indonesia. 2013
Los Angeles Classification GERD

LA Grade A LA Grade B
Mucosal break <5 mm Mucosal break >5 mm

Sami SS, et al. Video J Encycloped GI Endosc. 2013


LA Grade C LA Grade D
Mucosal break Mucosal break > 75%
continuous between esophageal
the tops of two or circumference
more mucosal folds,
<75% circumference

Sami SS, et al. Video J Encycloped GI Endosc. 2013


Savary-Miller Classification GERD

Grade I Grade II
• Multiple erosive lesions,
• Single or isolated noncircumferential,
erosive lesion(s) affecting more than one
affecting only one longitudinal fold, with or
without confluence
longitudinal fold
ASGE. Gastrointest Endosc. 2007
Grade III Grade V
Circumferential • Columnar epithelium in
erosive lesions continuity with the Z-
line, noncircular, star-
shaped, or
circumferential.
Grade IV
• Chronic lesions: ulcer(s),
stricture(s) and/or short
esophagus.

ASGE. Gastrointest Endosc. 2007


Barrett’s Esophagus
Esophageal Cancer
Barium Swallow Endoscopy
 Tata laksana
 Non farmako: hindari pencetus, turunkan BB, hindari makan besar &
terlambat terutama 2-3 jam sebelum tidur, elevasi kepala saat tidur
 Farmako: PPI (sd 2x/hr), antacids, PPI menghilangkan 80–90% gejala;
ES: diare, ↑ risiko C. diff
 Bedah: fundoplication jika refrakter thhdp farmakologi: berhasil >
90%, tapi > 1⁄2 kembali ke farmakologi setelah 10 tahun
 Komplikasi
 Barrett’s esophagus: 10–15%
 Adenocarcinoma Esophageal: risiko 0.5%/tahun
 Tujuan Pengobatan
 Hilangkan gejala
 Sembuhkan esofagitis
 Tanggulangi dan cegah komplikasi
 Pertahankan remisi
GERD
ULKUS PEPTIKUM
Characteristics
Duodenal Ulcer of DU and
Gastric UlcerGU
• May present < age 40 • Usually seen in
50-60 year olds
• Rarely associated with
NSAID use • Strong relationship to
NSAID use
• Pain often on empty • Pain usually worse after
stomach, better with food meals
or antacids • H. pylori in 70% to 90%
• H. pylori in 90% to 100%

Both
• most common symptom: diffuse epigastric pain
• may be pain free
• may be associated with dyspeptic symptoms
• can lead to bleeding, perforation, or obstruction
TATALAKSANA
• Medikamentosa:
ANTACID H2R Antagonis PPI SITOPROTEKTIF

• Memperingan • Antagonis • Inhibisi • Sukralfat:


gejala nyeri ulu reseptor H2, H+/K+ATPase. sebagai
hati/dyspepsia. sehingga • Bekerja amat protektan
• Paling umum menurunkan poten dalam • Membentuk
digunakan : sekresi asam menghambat lapisan
gabungan lambung. asam lambung pelindung yang
Al(OH)3 dan • Contoh: • Onset dalam 26 melapisi
Mg(OH)2 cimetidine, jam dengan mukosa
• Bekerja dengan ranitidine, durasi aksi 72- • Meningkatkan
menetralisir famotidine, 96 jam. proliferasi serta
asam lambung nizatidine. • Contoh obat: meningkatkan
berlebihan omeprazole, sintesis
lansoprazole, prostaglandin.
esomeprazole,
pantoprazole.
Sumber: Fauci, A.S. et al (2012) Harrison Principles of Internal Medicine. 18th Ed
Terapi Dietetik: Terapi Pembedahan:
• Perubahan pola makan, menjauhi Tatalaksana bedah dilakukan dengan
makanan yang memicu gejala indikasi:
dyspepsia harus dilakukan, antar • Penyakit yang tidak respon
lain: dengan pengobatan
– Menghindari makanan pedas medikamentosa
– Menghindari kopi, karena kopi • Bedah cito bila terdapat
dapat menyebabkan peningkatan perforasi, karena meningkatkan
sekresi asam lambung serta resiko peritonitis dan sepsis.
dihubungkan denganresiko infeksi
H. pylori Bedah elektif:
– Menghindari konsumsi alkohol • Vagotomy dan drainase
– Diet tinggi serat (pyloroplasty,
• Pola makan teratur dengan gastroduodenotomy,
selingan makanan gastrojejunotomy)
• Highly selective vagotomy
• Vagotomy dengan antrectomy
Infeksi H. pylori
• Batang gram negative, berflagel, urease dan
katalase (+), mikroaerofilik
Helicobacter pylori memiliki faktor virulensi antara lain:

• Urease dapat menciptakan ammonia dari urea, mengakibatkan


UREASE peningkatan pH sehingga mendukung keidupan bakteri.

• untuk penempelan dengan mukosa lambung serta penarikan neutrophil


PicB dan serta monosit yang berperan dalam kerusakan mukosa lambung
ADHESIN

• berfungsi mendegradasi mucus serta lapisan pelindung mukosa.


PROTEASE
Infeksi H. pylori
Terapi Eradikasi H. pylori
GI BLEEDING
GI Bleeding
• Bleeding from the gastrointestinal (GI) tract may present in 5 ways:
– Hematemesis: vomitus of red blood or "coffee-grounds" material.
– Melena: buang air besar berwarna hitam ter yang berasal dari saluran
cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas
adalah saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari
jejunum proksimal, duodenum, gaster dan esophagus.
– Hematochezia: the passage of bright red or maroon blood from the
rectum.
– Occult GI bleeding: may be identified in the absence of overt bleeding
by a fecal occult blood test or the presence of iron deficiency.
– Present only with symptoms of blood loss or anemia such as
lightheadedness, syncope, angina, or dyspnea.

Harrison’s principles of internal medicine


GI Bleeding
• Specific causes of upper GI bleeding may be suggested
by the patient's symptoms:
– Gastritis/gastropathy/duodenitis/Peptic ulcer:
• epigastric or right upper quadrant pain
– Esophageal ucer:
• odynophagia, gastroesophageal reflux, dysphagia
– Mallory-Weiss tear:
• emesis, retching, or coughing prior to hematemesis
– Variceal hemorrhage or portal hypertensive gastropathy:
• jaundice, weakness, fatigue, anorexia, abdominal distention
– Malignancy:
• dysphagia, early satiety, involuntary weight loss, cachexia
– Lesi Vascular
– Perdarahan Oropharyngeal & epistaxis  darah tertelan
Sumber: Simadibrata M, Rani AA. 11th Asian Pasific Congress of Gastroenterology and The 8th Asian
Pasific Congress of Digestive Endoscopy. Hongkong, March 10-14, 2000: B64 (A212).
Sumber: Laine L. Gastrointestinal bleeding. In: Kasper DL, Braumwald E, Fauci AS, editors.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Edition. USA: McGraw Hill; 2008.p.257-60.
Penanganan pasien
STATUS HEMODINAMIK
Tata laksana Umum
• Tirah baring, puasa, diet hati/lambung, pasang NGT
untuk dekompresi, pantau perdarahan
• Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi
dan hb). Pada kasus varises transfusi sampai dengan hb
>10.
– Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti
plasma (misalnya dekstran/hemacel) atau nacl 0,9% atau rl
• Prosedur bedah dilakukan sebagai tindakan emergensi
atau elektif. Bedah emergensi di indikasikan bila pasien
masuk dalam keadaan gawat
Tatalaksana Khusus Perdarahan Variseal
• Tatalaksana perdarahan variseal
– Tamponade balon dalam 24 jam
– Obat vasoaktif
• Vasopresin 0,5-1mg/menit selama 20-60 menit
• Somatostatin 250 mcg bolus diikuti drip 250 mcg/jam
• Ocreotide drip 50 mcg/jam
– Endoskopi
– Profilaksis antibiotik
– Propanolol, dimulai dosis 2 x 10 mg dosis dapat ditingkatkan sampi tekanan
diastolik turun 20 mmHg atau denyut nadi turun 20% (setelah keadaan stabil
 hematemesis melena (-)
– Isosorbid dinitrat/mononitrat 2 x 1 tablet/hari setelah KU stabil
– Metoklorpramid 3 x 10 mg/hari
– Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kelainan
– Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis hati diberikan :
• Laktulosa 4 x 1 sendok makan
• Neomisin 4 x 500 mg/ Ciprofloxacin 2 x 500mg
• Obat ini diberikan sampai tinja normal.
Tatalaksana Khusus perdarahan non-
variseal (ulkus peptik)
– Endoskopi
• Perdarahan aktif  terapi endoskopik dan PPI IV
• Bekuan adheren  pertimbangkan terapi endoskopi dan PPI
IV
• Dasar bersih  tanpa terapi endoskopik dan PPI oral
– PPI IV  bolus 80 mg dilanjutkan drip 8 mg/jam
selama 72 jam.
– Untuk penyebab non varices :
• Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa
proton
• Sitoprotektor : Sukralfat 3-4 x 1 gram atau Teprenon 3 x 1 tab
• Injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis
atau sirosis hati
Perdarahan Saluran Cerna Bawah (Hematoskezia)
• Definisi
– Hematoskezia = BAB darah segar berwarna merah yang berasal dari
saluran cerna bagian bawah
• Klinis
– diarrhea, tenesmus, hematochezia
– penyebab
• perdarahan diverticular (33%): 60% di colon dextra
• Neoplastic (19%): tes perdarahan samar
• Colitis (18%): infeksi, ischemic, radiasi, inflammatory bowel disease
• Angiodysplasia (8%): sering di colon ascending & cecum
• Anorectal (4%): hemorrhoids, fissura anal, ulkus rectal
• Lain2: post-polypectomy, vasculitis
• Tata laksana
– Non farmakologis: puasa, perbaikan hemodinamik. Jika hemodinamik
stabil dapat nutrisi enteral
– Farmakologis: Transfusi darah PRC/WB sampai dengan Hb > 10 gr%,
Infus cairan.Pengobatan infeksi sesuai penyebab. Bila ada kelainan
hemostasis di obati sesuai penyebabnya
DIARE
Diare Akut
Definisi
• Diare berlangsung kurang dari 15 hari sejak
awal diare (menurut jurnal gastro 2004 < 4
minggu)
Tata laksana
• Atasi dehidrasi
• Antibiotic empirik untuk diare inflamasi:
Shigella, cholera, C. diff, Giardia, amebiasis,
Salmonella
PATHOGEN KLINIS
Non inflamasi Gangguan absorpsi & sekresi, diare dgn ampas, leukosit & eri (-)
Toksin Keracunan makanan < 24 jam S. aureus (dagning & susu), B cereus (nasi
goring), C Perfringens (daging)
Viral Rotavirus Menular, penitipan anak, 4-8 hari
Norovirus 50 % semua diare daerah dingin, 1-3 hari, dominan muntah
Bakteri E coli (toxin) > 50% diare daerah berkembang, <7 hari
V cholera BAB cucian beras, dehidrasi & gang elektrolit berat
Parasit Giardia Lewat air, wabah, kembung
Cryptosporodia Lewat air, wabah, sembuh sendiri, nyeri perut 80%, demam 40%
Cyclospora Produk kontaminasi
Inflamasi Invasi kolon. Diare ampas sedikit, kram perut, tenesmus, demam, bisa
leukosit & eri (+)
Bakteri Campylobacter Unggas mentah, susu belum dipasteur, dibawa kucing/anjing, GBS

Salmonella (non typhoid) Telur, unggas, susu


Shigella Menular, perdarahan massif & pus di feses, leukosit (+)
E Coli (EHEC) Daging mentah, susu belum dipasteur, eritrosit (+)
Salmonella typhi Demam, bradikardi relative, lidah tifoid
Parasite E hystolytica Tenesmus, abses hepar
Virus CMV Pasien Immunosupresi
Diarrheagenic Escherichia coli
Noninflammatory Diarrheas
Enterotoxigenic E. coli (ETEC) Rapid onset of watery, nonbloody diarrhea of considerable
volume, accompanied by little or no fever. Diarrhea and
other symptoms cease spontaneously after 24 to 72 hours
Inflammatory Diarrheas
Enteroinvasive E. coli (EIEC) Present most commonly as watery diarrhea. Minority of
patients experience a dysentery syndrome, with fever,
systemic toxicity, crampy abdominal pain, tenesmus, and
urgency
Enteropathogenic E. coli (EPEC) Profuse watery, nonbloody diarrhea with mucus, vomiting
and low-grade fever. Chronic diarrhea and malnutrition can
occur. Usually at < 2 y.o, esp <6 mo (at weaning period)
Shigatoxin-producing E. coli Symptoms ranging from mild diarrhea to severe
(STEC)/EHEC hemorrhagic colitis and hemolytic-uremic syndrome in all
ages
Enteroaggregative E. coli (EAggEC) Watery, mucoid, secretory diarrhea with low-grade fever
and little or no vomiting. One third of patients have grossly
bloody stools. The watery diarrhea usually persist ≥14 days
Diare Kronik
• Definisi
– Diare kronik yang berlangsung lebih dari 15 hari sejak awal diare
(menurut jurnal gastro 2004 > 4 minggu)
• Klinis
– Akibat obat (↑sekresi, ↑motilitas, ganggu flora normal, inflammasi)
– PPI, colchicine, abx, SSRI, ARB, NSAID, kemo, kafein
– Osmotic (↑ osmotic, (-) lemak feses, puasa ↓ diare)
• Intoleransi Lactosa: didapat post gastroenteritis, operasi GI. Gejala: kembung,
flatulence, begah, diare. Dx: hydrogen breath test ataudiet bebas lactose.
• Lain2: lactulose, laxatives, antasid, sorbitol, fructosa
– Malabsorpsi(↑osmotic, ↑lemak feses, puasa ↓ diare)
• Celiac disease
• Whipple’s disease
• Bacterial overgrowth: ↑bakteri usus halus
• Insufisiensi Pankreas: sering karena pankreatitis kronik atau cancer
pancreas
• ↓ asam karena↓synthesis (cirrhosis) atau cholestasis  malabsorpsi
 Inflammatory (leukosit di feses, atau lactoferrin atau calprotectin, darah samar,
demam, nyeri perut)
 Infeksi: terutama parasit, CMV, TB
 Inflammatory bowel disease
 Enteritis Radiasi, colitis ischemic, neoplasia (cancer colon, lymphoma)
 Secretory (normal osmotik)
 Hormonal:VIP (VIPoma,Verner-Morrison), serotonin (carcinoid), thyroxine, calcitonin
 (ca medullar thyroid), gastrin (Zollinger-Ellison), glucagon, substansi P
 Laksative
 Neoplasma: carcinoma, lymphoma, adenoma
 ↓penyerapan asam empedu
 kolera
 Motility (osmotik normal)
 Irritable bowel syndrome (10–15%)
 Kriteria Rome III: nyeri abdomen berulang 3 hari/minggu selama 3 bulan terakhir plus 2 gejala: (i)
mereda dengan BAB, (ii) onset disertai gangguan frek BAB, (iii) onset disertai gangguan bentuk feses.
Terapinyeri: antispasmodics,TCA, SSRI. Kembung: rifaximin,probiotics. Diare: loperamide, alosetron
(5-HT3 antagonist) konstipasi: serat 25 g/d.
 Scleroderma; neuropati otonom diabet, hipertiroid, dll
IBS
IBS
• Irritable Bowel Syndrome (IBS)
– kelainan fungsional usus kronik berulang dengan
nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang
berkaitan dengan defekasi atau perubahan
kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3
bulan.
• Rasa kembung, distensi, dan gangguan
defekasi merupakan ciri-ciri umum dari IBS.
• Tidak ada bukti kelainan organik.
Konsensus IBS. Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia. 2013
IBS
Menurut kriteria Roma III, IBS dibagi menjadi 3 subkelas yaitu:
– IBS dengan diare (IBD-D):
• Feses lembek/cair ≥25% waktu dan feses padat/bergumpal <25% waktu
• Ditemukan pada sepertiga kasus
• Lebih umum ditemui pada laki-laki
– IBS dengan konstipasi (IBS-C):
• Feses padat/bergumpal ≥25% waktu dan feses lembek/cair <25% waktu
• Ditemukan pada sepertiga kasus
• Lebih umum ditemui pada wanita
– IBS dengan campuran kebiasaan buang air besar atau pola
siklik (IBS-M)
• Feses padat/bergumpal dan lembek/cair ≥25% waktu
• Ditemukan pada sepertiga kasus
– Catatan : yang dimaksud dengan 25% waktu adalah 3 minggu
dalam 3 bulan.
Konsensus IBS. Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia. 2013
IBS
Kriteria diagnostik
• Nyeri abdomen atau rasa tidak nyaman berulang
selama 3 hari dalam sebulan pada 3 bulan
terakhir dengan 2 atau lebih gejala berikut
– Perbaikan dengan defekasi
– Onset terkait dengan perubahan frekuensi BAB
– Onset terkait dengan perubahan bentuk dan tampilan
feses
• Kriteria diagnostik terpenuhi selama 3 bulan
terakhir dengan onset gejala setidaknya 6 bulan.

Konsensus IBS. Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia. 2013


Tatalaksana IBS
• Non farmakologi
– IBS tipe konstipasi
• diet tinggi serat
– IBS tipe diare
• membatasi makanan yang mencetuskan gejala
• Farmakologi
– IBS-C
• bulking agent, laksatif, antagonis reseptor 5HT3 (prucalopride),
aktivator kanal klorida C2 selektif (lubiprostone)
– IBS-D
• antidiare (loperamide), antagonis reseptor 5HT3, antidepresan
– Nyeri, kembung dan distensi
• antispasmodik, antibiotik (rifaximin), probiotik, antidepresan

Konsensus IBS. Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia. 2013


INFLAMMATORY BOWEL DISEASE
IBD
• IBD: penyakit kronik karena aktiviasi
imun di mukosa saluran cerna.

• Kolitis ulseratif
– Gejala utama kolitis ulseratif adalah
diare dengan/tanpa darah.
– Gejala lainnya meliputi tenesmus,
urgency, nyeri rektal, pasase mukus
tanpa diare.
– Nyeri tekan biasanya terdapat di kiri
bawah.
– Lokasi lesi bervariasi dari
proctosigmoiditis, lef-sided disease
sampe proksimal kolon desenden,
hingga universal colitis.

• Crohn disease
– Lesi bisa di area saluran cerna manapun.
– Gejala diare, nyeri abdomen biasanya di
kanan bawah, memberat setelah makan,
– Nyeri tekan, massa akibat inflamasi di
kanan bawah

Robbins & Kumar Pathologic basis of disease. 2010.


IBD
IBD
IBD
Histopatologi Endoskopi
Kolitis ulseratif Crohn’s disease
Inflamasi Mukosa Transmural
Luas area Rectum  proksimal Mulut – anus
Continuous Skip lesion
50% proctosigmoiditis, 30%
left-sided colitis, 20%
pancolitis
Patologi Mukosa rapuh Mukosa tidak rapuh
Ulkus difus Ulkus aphthous
Pseudopolip Cobblestone, fisura
Barium enema Tepi kabur (granularitas Lesi tajam, cobblestone,
mukosa halus) ulkus dan fisura panjang,
Haustra kolon hilang “lead “string sign”
pipe”
Mikroskopik Inflamasi superfisial Inflamasi transmural
PMN Limfosit
Abses kripti Granuloma non-kaseosa
Fibrosis, ulkus, fisura
PANKREATITIS
PANKREATITIS AKUT
DEFINISI TATALAKSANA
• Reaksi peradangan pankreas yang Non farmakologis :
akut • Puasa dan pemasangan infus untuk
nutrisi parentral total sampai amilase
KLINIS dan lipase serum normal/mendekati
normal dan pada selang nasogastrik
• Dispepsia sedang sampai berat, cairan lambung < 300 cc, dan pasien
gelisah kadang disertai gangguan tak merasakan nyeri ulu hati.
kesadaran
• Demam, ikterus, gangguan
hemodinamik, syok dan takikardia, Farmakologis :
bising usus menurun ( ileus paralitik) • Analgesik dan sedatif, infus cairan,
• Nyeri tekan abdomen, defans, tanda pasang selang lambung
perdarahan retroperitoneal (Cullens – • Antibiotika bila ada infeksi
periumbilical, Grey Turners – • Penghambat sekresi enzim pankreas
pinggang) jarang terlihat • Prosedur bedah pada infeksi berat
• Amylase & lipase ↑ berupa drainase cairan
Pankreatitis
IKTERUS/JAUNDICE
Ikterus

Fundamentals of urine & body fluid analysis. 3rd ed. 2013.


Ikterus

Fundamentals of urine & body fluid analysis. 3rd ed. 2013.


Ikterus

Pathophysiology of disease
Ikterus

Fundamentals of urine & body fluid analysis. 3rd ed. 2013.


Ikterus
Ikterus

Cek Urobilin & Bilirubin

Urobilin – Urobilin + Urobilin ++


Bilirubin urin+ + Bilirubin urin + Bilirubin urin -
Bilirubin Direct > Bilirubin Direct + Bilirubin Direct N
Bilirubin Indirect + Bilirubin Indirect >

Parenkim
Obstruksi:
- Hepatitis Hemolitik
- Intra hepatic
-Cirrhosis
- Extra hepatic
-Hepatoma

USG:Bile duct dilatation CT scan


PTC Tumor
ERCP Batu
Intra hepatal : hepatitis Extra hepatal MRI

Flow chart pasien dengan ikterus


Ikterus
HEPATITIS
Hepatitis
• Inflamasi hepar yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
• Penyebab hepatitis: autoimun, hepatitis imbas obat, virus, alkohol,
dan lain-lain.
• Virus hepatitis merupakan infeksi sistemik yang dominan
menyerang hepar. Hepatitis jenis ini paling sering disebabkan oleh
virus hepatotropik (virus Hepatitis A, B, C, D, E).
• Incubation periods for hepatitis A range from 15–45 days (mean, 4
weeks), for hepatitis B and D from 30–180 days (mean, 8–12
weeks), for hepatitis C from 15–160 days (mean, 7 weeks), and for
hepatitis E from 14–60 days (mean, 5–6 weeks).
Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. 2011.
Hepatitis A
• Hepatitis A IgM
antibodies are
usually detectable 3
to 4 weeks after an
initial exposure and
return to normal after
about 8 weeks.
• Hepatitis A IgG
antibodies may begin
to develop 2 weeks
after the IgM
antibodies increase to
a high level.
Hepatitis B clinical course
HEPATITIS VIRUS
• HBsAg (the virus coat, s= surface)
– the earliest serological marker in the serum.
• HBeAg
– Degradation product of HBcAg.
– It is a marker for replicating HBV.
• HBcAg (c = core)
– found in the nuclei of the hepatocytes.
– not present in the serum in its free form.
• Anti-HBs
– Sufficiently high titres of antibodies ensure
imunity.
• Anti-Hbe
– suggests cessation of infectivity.
• Anti-HBc
– the earliest immunological response to HBV
– detectable even during serological gap.

Principle & practice of hepatology.


Hepatitis
Hepatitis C
 90% transfusion,
50% IDU
 Little evidence of
sexual or perinatal
transmission
 Incubation 1-5 (2)
mo
 Acute infection:
 75% subclinical
 25% jaundice
 Chronicity
 50%
 Cirrhosis: 20% of
chronic
HEPATOBILIER
PENYAKIT HEPATOBILIER
Lokasi Nyeri Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Diagnosis Terapi
Fisis Penunjang
Urea breath test (+): H.
pylori
Membaik dgn makan PPI: ome/lansoprazol
Endoskopi:
Nyeri epigastrik (ulkus duodenum), H. pylori:
Tidak spesifik eritema (gastritis akut) Dispepsia
Kembung Memburuk dgn makan klaritromisin+amoksili
atropi (gastritis kronik)
(ulkus gastrikum) n+PPI
luka sd submukosa
(ulkus)

Nyeri tekan & defans,


Gejala: mual &
perdarahan
muntah, Demam Peningkatan enzim Resusitasi cairan
Nyeri epigastrik retroperitoneal
Penyebab: alkohol amylase & lipase di Pankreatitis Nutrisi enteral
menjalar ke punggung (Cullen: periumbilikal,
(30%), batu empedu darah Analgesik
Gray Turner:
(35%)
pinggang), Hipotensi

Prodromal (demam,
Nyeri kanan atas/ Transaminase, Serologi
malaise, mual)  Ikterus, Hepatomegali Hepatitis Akut Suportif
epigastrium HAV, HBSAg, Anti HBS
kuning.
Risk: Female, Fat,
Fourty, Hamil Nyeri tekan abdomen
Nyeri kanan atas/ USG: hiperekoik dgn Kolesistektomi
Prepitasi makanan Berlangsung 30-180 Kolelitiasis
epigastrium acoustic window Asam ursodeoksikolat
berlemak, Mual, TIDAK menit
Demam

Resusitasi cairan
Nyeri epigastrik/ USG: penebalan dinding
Mual/muntah, AB: sefalosporin gen.
kanan atas menjalar Murphy Sign kandung empedu Kolesistitis
Demam 3 + metronidazol
ke bahu/ punggung (double rims)
Kolesistektomi
Kolelitiasis
• Definisi
– Batu di kandung empedu
– Empedu – garam empedu, phospholipid,
kolesterol; ↑ saturasi kolseterol di empedu +
mempercepat nukleasi + hypomotilitas kandung
empedu batu empedu
• Klinis
– Tipe: batu kolesterol 90%, batu pigmen 10%
– Kolik bilier: nyeri perut kanan atas atau
epigastrium, tiba2, bertahan 30 menit sd 3 jam,
menjalar ke scapula, mual
– Dipicu makanan berlemak
• Tata laksana
– Cholecystectomy (CCY), laparoscopic, jika
symptomatik
– Ursodeoxycholic acid (jarang) untuk batu
cholesterol jika tidak bisa operasi
• Komplikasi
– Kolsesistitis
– Koledokolitiasis  kolangitis
Koledokolitiasis
• Definisi
– Batu di duktus biliaris
koledokus
• Klinis
– Asymptomatic (50%)
– Kolik bilier: nyeri perut
kanan atas atau
epigastrium, tiba2,
bertahan 30 menit sd 3
jam, menjalar ke scapula,
mual
– Obstruksi bilier  ikterik,
pruritis, mual
• Tata laksana
– ERCP & papillotomy
– CCY
• Komplikasi
– Cholangitis, cholecystitis,
pancreatitis, stricture
Cholecystitis
• Cholecystitis is inflammation of the gallbladder that occurs
most commonly because of an obstruction of the cystic duct
by gallstones arising from the gallbladder (cholelithiasis).
• Clinical symptoms of acute cholecystitis include abdominal
pain (right upper abdominal pain), nausea, vomiting, and
fever
• Jaundice may be noted in approximately 15% of patients
• Murphy’s sign are the characteristic findings of acute
cholecystitis.
• A positive Murphy’s sign has a specificity of 79%–96% for
acute cholecystitis.
Penyakit Hepatobilier
• Diagnosis kolesistitis:
– Murphy sign atau nyeri tekan
abdomen kanan atas
– Demam, leukositosis, atau
peningkatan CRP
– USG: ditemukan batu (90-95%
kasus), tanda inflamasi kandung
empedu (penebalan
dinding/double rim cairan
perikolesistik, dilatasi duktus
biliaris)

• Temuan lab lainnya:


– aminotransferase meningkat
sedang (biasanya <5 kali batas atas)
– Bilirubin meningkat ringan (<5
mg/dL), bila tinggi kemungkinan
koledokolitiasis

Harrison’s principles of internal medicine. 19th ed. McGraw-Hill


Pocket medicine. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins.
Diagnostic criteria and severity assessment of acute cholecystitis: Tokyo Guidelines. J Hepatobiliary Pancreat Surg. 2007 Jan; 14(1): 78–82.
Penyakit Hepatobilier
• Temuan USG kolesistitis:
– Sonographic Murphy sign
(nyeri tekan timbul ketika
probe USG ditekan ke arah
kandung empedu)
– Penebalan dinding kandung
empedu (>4 mm)
– Pembesaran kandung
empedu (long axis diameter
>8 cm, short axis diameter
>4 cm)
– Impacted stone,
pericholecystic fluid
collection
Diagnostic criteria and severity assessment of acute cholecystitis: Tokyo Guidelines. J Hepatobiliary Pancreat
Surg. 2007 Jan; 14(1): 78–82.
Murphy sign
Penyakit Hepatobilier
Kolesistitis
• Terapi Medik
– Puasa, NGT, tatalaksana cairan & elektrolit
– NSAID untuk analgesik karena lebih sedikit menimbulkan
spasme sfingter Oddi daripada morfin.
– Antibiotik IV: piperacillin, ampicillin sulbactam,
ciprofloxacin, moxifloxacin, & sefalosporin generasi 3.
• Terapi Bedah
– Waktu optimal untuk operasi tergantung kestabilan pasien.
– Kolesistektomi dini (dalam 72 jam) merupakan terapi
pilihan pada sebagian besar pasien kolesistitis akut.
Kolangitis
• Definisi
– Obstruction duktus koledokus biliar  infeksi
sisi proximal dari obstruksi

• Etiologi:
– Batu duktus bilier/ koledokolitiasia (85%)
– Keganasan (biliar, pancreas) atau striktur jinak
– Infiltrasi cacing (Clonorchis sinensis,
Opisthorchis viverrini)

• Klinis
– Charcot’s triad: nyeri perut kanan atas, ikterik,
demam/menggigil; 70%
– Reynold’s pentad: Charcot’s triad + shock dan
gangguan kesadaran;15%

• Tata laksana
– Antibiotik (broad spectrum) :ampicillin +
gentamicin (atau levofloxacin) + MNZ (jika
berat); carbapenems; pip/tazo
– 20% butuh dekompresi bilier cito via ERCP
(papillotomy, extraksi, stent).
SIROSIS HEPATIS
Sirosis Hepatis
• Sirosis hepatis adalah stadium akhir fibrosis hepatik
progresif ditandai dengan distorsi arsitektur hepar dan
pembentukan nodul regeneratif.
• Terjadi akibat nekrosis hepatoseluler
– Sirosis hati kompensatabelum ada gejala klinis, namun
dapat ditemukan gejala awal mudah lelah, lemas, nafsu
makan berkurang, mual, BB turun
– Sirosis hati dekompensata gejala klinis yang jelas
(komplikasi gagal hati dan hipertensi porta)
• Etiologi:
- Alkohol, hepatitis, biliaris, gagal jantung, metabolik, obat
- Etiologi tersering di Indonesia: hepatitis B (40-50%)

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam


Patofisiologi
STIGMATA SIROSIS
Ensefalopati Hepatikum
• Kerusakan hepar 
metabolisme ammonia
menurun kadar
ammonia meningkat
Ensefalopati Hepatikum
Ensefalopati Hepatikum
• Lactulose
– first-line therapy of HE  menurunkan pH kolon dan
mengganggu uptake glutamin pada mukosa usus 
menurunkan sintesis dan absorbsi amonia.
• Antibiotic (rifaximin, neomycin)
– menghambat glutaminase mukosa saluran cerna 
menurunkan produksi amonia di usus.
• Sodium benzoat
– berinteraksi dengan glisin membentuk hipurat,
senyawa yang membutuhkan amonia ketika diekskresi
di renal.
Cirrhosis
• Therapy
– improve mental status by
diminishing the
absorption of ammonia &
other noxious substances
from the GI tract.

• Lactulose (nonabsorbable
carbohydrate) 
metabolized by microbes
 acidic environment 
trap ammonia as charged
NH4+  excreted by the
resultant osmotic diarrhea.

Pathophysiology of disease. 2nd ed. Springer; 2006.


HEPATOMA
HEPATOMA/ HEPATOCELLULAR CARCINOMA

• Keganasan hati, terutama • Faktor Risiko: infeksi


berhubungan dengan hepatitis kronis, aflatoksin,
hepatitis B dan hepatitis C. sirosis
• Seringkali tidak bergejala.
Gejala baru timbul di tahap • Gejala
lanjut, seperti: – ↑ɑ-fetoprotein pada > 50%
– Perut makin membesar kasus
– Nyeri abdomen kanan atas – Hati teraba keras, bisa
– Ikterik terdapat nodul
– Mudah kenyang – Adanya bruit atau friction rub
– Penurunan berat badan pada perabaan hati
– Teraba massa di abdomen
kanan atas

Current diagnosis & treatment in gastroenterology.


http://emedicine.medscape.com/article/177632-workup#c7
Penegakan Diagnosis Hepatoma
CT Scan/ MRI abdomen Alpha-feto protein (AFP)
• Pemeriksaan penunjang inisial • Merupakan tumor marker
untuk mengetahui adanya untuk hepatoma.
massa/ nodul di hepar. • Dapat false positive pada
kehamilan dan tumor lain yang
Biopsi berasal dari gonad.
• Merupakan gold standar • Digunakan sebagai skrining.
penegakan diagnosis.
• Dilakukan terutama bila USG
didapatkan nodul >2 cm • Dapat digunakan untuk
skrining mengetahui apakah
ada nodul di hepar
• Kombinasi USG dan AFP
memberikan spesifitas yang
tinggi untuk diagnosis
hepatoma.
Hepatoma
Tata laksana
• Pembedahan/reseksi tumor (bila tumor
mengenai 1 lobus, ukuran < 3 cm)
• Injeksi etanol perkutan dengan tuntunan USG
(bila tumor < 3 buah, ukuran < 3 cm, tumor yang
residif pasca reseksi hati, tumor residual pasca
embolisasi)
• Transplantasi hati
• Kemoembolisasi tumor
• RFA pada tumor <5 cm

Anda mungkin juga menyukai