1. Mata
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena
dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan.
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan
kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. Trauma
kimia biasanya hasil dari suatu zat yang disemprotkan atau disiramkan di muka.3
Gejala-gejala awal yang biasa terjadi pada trauma kimia mata adalah mata terasa
sakit, kemerahan, iritasi pada mata, ketidakmampuan untuk membuka mata, sensasi benda
asing di mata, pembengkakan pada kelopak mata dan penglihatan kabur. Patofisiologi pada luka
akibat bahan kimia pada mata menyebabkan kerusakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
segmen anterior mata. Trauma kimia pada mata memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan
penglihatan permanen, bergantung kepada volume, pH, durasi paparan, derajat penetrasi kimia. 1
Pada trauma mata akibat bahan asam, asam berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan anion di
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sedangkan anion
menyebabkan denaturasi protein, presipitasi, dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya
mencegah penetrasi lebih dalam dari asam dan menimbulkan kekeruhan pada kornea. 2
Gambar 2. Gambaran “Cooked fish eye” trauma basa berat pada mata
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan yang
ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Berikut adalah derajat klasifikasi Hughes :
Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus
(prognosis sangat buruk)4
Gambar 3. Klasifikasi trauma kimia pada mata
2. Kulit
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan
rumah tangga Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat menyebabkan
trauma pada kulit yang ireversibel dan terjadi kematian sel. Bahan kimia pun dapat menyebabkan
luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan
jaringan epidermal. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang
fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit (inbalance
electrolit) dan distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga
menyebabkan distress emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar
dan bekas luka (scar).
Gejala yang nyata pada luka bakar bahan kimia pada kulit tergantung pada bahan kimia
yang menyebabkannya. Gejala tersebut termasuk gatal-gatal, pengelupasan, eritema, erosi, kulit
bewarna gelap, melepuh dan ulserasi, nyeri, rasa terbakar.
Luka bakar akibat bahan kimia ditandai oleh eritema, bula, erosi, nekrosis dengan eritema.
Seringkali, gejala berkembang dengan cepat, tetapi pada beberapa bahan kimia seperti phenol,
asam hydrofluoric dan sulfur dapat menyebabkan reaksi lambat yang muncul setelah beberapa jam
atau hari setelah paparan. Asam yang kuat mengkoagulasi protein pada kulit. Beberapa asam
mengubah warna kulit seperti menghaislkan warna kuing pada asam nitrat. Aksi asam hydrofluoric
pada kulit berbeda dengan asam kuat lainnya. Asam hydroflurid mengakibatkan nyeri yang kebih
kuar dibandingkan dengan asam lain. Nyeri yang kuat diakibatkan oleh ikatan fluorin dan kalsium
di jaringan yang mempengaruhi system saraf. Asam hydrofluoric dapat melakukan penetrasi ke
tulang dan mengakibatkan dekalsifikasi. 7
Zat basa dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih berat dari asam, kecuali asam
hydrofluoric. Nekrosis kulit muncul berwarna coklat kemudian menjadi hitam. Kulit menjadi
kering, dan pecah-pecah. Tidak terdapat pelepuhan pada kulit. Zat basa memecah protein dan lipid,
dan terjadi saponifikasi dari asam lemak yang dihasilkan. Efek emulsifikasi dari hasil saponifikasi
menyebabkan penetrasi basa ke lapisan kulit yang lebih dalam. Terkadang nekrosis pada kulit
muncul setelah 8-12 jam terpapar zat. 7
3. Paru
Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik, amonia, klorin, atau bahan
kimia lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini. Sebagian besar zat, ketika terbakar akan
menghasilkan bahan beracun ke saluran pernapasan. Pembakaran karet dan plastic menghasilkan
belerang dioksida, nitrogen dioksida, ammonia dan klorin dengan asam dan basa kuat, bila
dikombinasikan dengan air pada saluran pernapasan atas dan alveoli. Toksin yang diakibatkan oleh
asap dapat merusak epitel dan sel endotel kapiler pada saluran pernapasan. Terjadi kerusakan
mukosiliar dan gangguan pada pembersihan bakteri. Perubahan inflamasi diikuti oleh periode
pembentukan eksudat yang kemudian menyebar, edema bronkial dapat menjadi berat. Kombinasi
nekrosis bronchitis, edema bronkus dan bronkospasme dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas.
Wheezing muncul ketika terdapat stimulasi reseptor oleh iritan dan edema bronkus. 5
Edema saluran pernapasan atas, gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon monoksida
(CO) adalah contoh dari trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul dalam waktu 12 sampai 24
jam setelah terjadi paparan. Pada suatu kondisi yang jarang dapat terjadi, bahan kimia dapat
mengoksidasi hemoglobin paru yang mengakibatkan gangguan transportasi oksigen
(methemoglobinemia) dan gangguan pernapasan. Individu dengan luka bakar inhalsi bahan kimia
datang dengan radang tenggorokan, sesak napas, dan nyeri dada. 5
4. Sistem pencernaan
Trauma kimia pada sistem pencernaan dapat diakibatkan oeh menelan baik tidak disengaja
atau untuk mencederai diri sendiri. Gejala yang paling cepat timbul adalah nyeri, muntah dan
kesulitan bernapas, diikuti dengan syok pada kasus yang berat. tanda khususnya yaitu bercak pada
bibir, pipi, dagu dan leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari bibir sampai ke
lambung, kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esophagus dan gaster umumnya terjadi
karena asam sulfat dan asam hidroklorida.
Gambar 5. Nekrosis koagulasi pada berbagai organ akibat dari zat asam
5. Ginjal
Perubahan yang terjadi pada ginjal merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi pada
trauma kimia. Pada korban yang mengalami komplikasi berupa syok yang lama, dapat terjadi
nekrosis tubular akut pada tubulus proksimal dan distal, serta thrombosis vena,. Pada korban yang
mengalami luka bakar yang fatal dapat ditemukan adanya pembesaran ginjal.
a) Mata
Pada mata dapat dilakukan pemeriksaan pH dan ketajaman visual. Setelah irigasi,
pemeriksaan ophthalmologi perlu diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan adanya
robekan, injeksi konjungtiva, injeksi skleral, kerusakan kornea, opasofikasi kornea, uveitis,
glaukoma, atau perforasi. Kemudian pencatatan penurunan ketajaman visual. Evaluasi fluorescein
diperlukan untuk menentukan tingkat cedera.
2. Kulit
Derajat III (full- Meluas ke seluruh Kaku dan Kasar Tidak nyeri
thickness burns) lapisan dermis putih/coklat
Derajat IV Meluas ke seluruh Hitam Kering Tidak nyeri
lapisan kulit, ke
dalam lapisan
lemak, otot dan
tulang dibawahnya
Pada trauma asam sulfur, didapatkan gambaran kulit dan mukosa berwarna hitam
kecoklatan. Tanda-tanda pada pada kulit dan mukosa yang terjadi akibat terpapar zat kimia asam
fluoride adalah terdapat nekrosis berwarna silver keabuan atau biru keabuan. Tanda lainnya yang
sering muncul adalah adanya maserasi, eritema, edema, ulkus, nekrosis,dan pelepuhan. Area
berwarna abu-abu menunjukkan terjadinya kerusakan jaringan yang mengakibatkan ulkus yang
dalam dan nekrosis. 8
Asam nitrat mnghasilkan perubahan warna kekuningan pada oral, mukosa dan kulit
Gambar 8. Warna kuning pada kulit akibat trauma zat asam nitrat
3 Paru
Jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi harus diperiksa pada korban trauma kimia.
Pada pemeriksaan paru didapatkan peningkatan laju napas, bunyi mengi, atau suara berderak dan
suara ronki kasar di paru-paru yang berhubungan dengan edema. Tanda-tanda tersebut
menunjukkan individu mengalami kesulitan pernafasan.
Pemeriksaan dalam
1. Saluran pernapasan
Pada pemeriksaan post mortem, trauma kimia meninggalkan kesan korosi. Selain itu
didapatkan juga kongesti dan edema paru pada trauma kimia yang disebabkan oleh bahan korosif
asam. Inhalasi bahan kimia menyebabkan kerusakan sel yang parah pada saluran pernapasan.
Terjadinya peradangan akibat bahan kimia asam memberikan gambara pesudomembran pada
trakea dan bronkus yang mengakibatkan kerusakan epitel superfisial dan nekrosis yang dapat
terjadi sampai ke lapisan submucosa. Mukosa yang teriritasi menggambarkan warna teran atau
merah kecoklatan dan mungkin didapatkan ulserasi.
2. Jantung
Oedem intersisial dan fragmentasi miokard dapat terjadi pada penderita dengan luka bakar
thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat ditemukan pada keadaan-keadaan
lain. Pada penderita dengan septicemia, ditemukan adanya metastase fokus septik pada
miokardium dan endocardium. Perubahan lain berupa ptekie pada pericardium dan endocardium.
3. Saluran pencernaan
Pada pemeriksaan dalam yang didapatkan pada trauma kimia, dapat diteykan perforasi atau
rupture pada gaster yang paling sering ditemukan karena trauma asam sulfur, hidroklorida, asam
fluoride dan asam nitrat. Asam sulfur mengakibatkan terjadinya perforasi pada gastroesophageal
junction, cardia dan fundus gaster dengan pemisahan gaster komplit pada bagian gastroesophageal
junction. Asam nitrat mengakibatkan warna kekuningan pada mukosa. Asam fluorida
menyebabkan
Gambar 11. Warna hitam keabuan pada esophagus, laring, dan limpa
Pada pemeriksaan dalam, dapat terjadi perubahan warna pada otak. Perubahan warna
menjadi kehijauan pada bagian substansia grisea dan nucleus diakibatkan oleh adanya
sulfhemoglobin pada jenazah dengan trauma zat kimia hydrogen sulfida. 8
Gambar 12. Gambaran warna “Greenish” akibat zat kimia hydrogen sulfide
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus pada mata dan luka pada
kulit untuk mengetahui zat kimia yang mengakibatkan trauma. Pemeriksaan pada mata dilakukan
secara berkala. Irigasi pada mata tetap dilakukan sampai mencapai pH yang normal. 3,4
Pemeriksaan jaringan akibat luka asam kuat, terjadi penebalan pada lapisan epidermis dan
adanya granul-granul pada vesikel kolagen berbentuk gelombang dan hiperemis. Sedangkan pada
pemeriksaan jaringan akibat luka basa kuat, akan terjadi penebalan dan nekrosis di semua jaringan
sel di lapisan epidermis dan dermis. 7