Anda di halaman 1dari 17

Etiologi

Trauma

kimia

asam

biasanya

disebabkan

bahan-bahan

yang

tersemprot atau terpercik pada wajah. Tabel 2.1 berikut merupakan


contoh bahan kimia yang bersifat asam:
Tabel 2.1 Bahan penyebab trauma kimia asam5,6
Komponen Aktif

Sumber Utama

Catatan

Asam sulfat (H2SO4)

Pembersih industri, air


accu

Asam sulfit (H2SO2)

Terbentuk dari
percampuran
sulfur
diokida (SO2) dengan
air mata
Pengawet
buah/sayuran
Bahan pemutih
Bahan
pendingin
Bahan
pemoles/pemutih
kaca,
pemisah
mineral,
akilasi
bensin,
produksi
silicon
Larutan asam klorida

Percampuran dengan
air
mata
menyebabkan
koagulasi
kornea,
dapat disertai dengan
adanya benda asing
atau robekan jaringan
Relatif lebih mudah
berpenetrasi
dibandingkan
asam
lainnya

Asam hidrofluorik (HF)

Asam klorida
Asam
(CH3COOH)
Asam
(HCr2O3)

cuka

chromik

Cuka 4-10%, cuka


biang
80%,
asam
asetat glasial 90%
Industri verkrom

Mudah berpenetrasi

Kerusakan berat bila


konsentrasi pekat dan
kronis
Trauma ringan bila
konsentrasi
<10%,
kerusakan meningkat
bila konsentrasi pekat
Berat bila pekat dan
kronis

Salah satu kejadian yang mengakibatkan luka bakar asam sulfat


adalah ledakan accu mobil, yang mungkin merupakan penyebab tersering
dari luka bakar kimia pada mata.
2.5

Klasifikasi
Trauma kimia asam dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat

keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma.

Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksanaan yang sesuai dengan


kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi
ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik
limbus. Selain itu klasifikasiini juga untuk menilai patensi dari pembuluh
darah limbus (superficial dan profundus).10 Klasifikasi tingkat keparahan
akibat rudapaksa kimia berdasarkan M.J. Roper-Hall:
Tabel 2.2 Klasifikasi trauma kimia11
Gradasi
I
II
III

Kornea
Erosi kornea
Keruh, detail iris

Konjungtiva
Iskemia (-)
Iskemia <

Prognosis
Baik
Baik

jelas
Kerusakan

limbus
Iskemia 1/3

Kurang baik

epitel
stroma
IV

total,

limbus

keruh,

detail iris kabur


Keruh/putih,

Iskemia

detail

limbus

iris

tak

>

Jelek

tampak

Gambar 2.4 Derajat keparahan trauma kimia berdasarkan Roper-Hall.


(a) Gradasi I; (b) Gradasi II; (c) Gradasi III; (d) Gradasi IV

2.6

Patofisiologi

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan


denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein di sekitarnya, karena
adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya
presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam
yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi
koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terkelupas. Bahan asam
tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea, berbeda
dengan bahan kimia basa yang akan bergabung dengan asam lemak
dalam sel membran sehingga terjadi proses saponifikasi/penyabunan
yang mengakibatkan kerusakan sel, diikuti koagulasi dan perlunakan
jaringan.19
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2
fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta
fase penyembuhan.19
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh
hal-hal berikut:
a. Terjadi

nekrosis

pada

epitel

kornea

dan konjungtiva

disertai

gangguan dan oklusi pembuluh darah pada limbus


b. Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan
konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan
persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea
bersih
c. Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan
kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea
d. Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat
menyebabkan kerusakan iris dan lensa
e. Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea
f. Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi
Proses penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses
berikut:

a. Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau


pergeseran dari sel-sel epithelial yang berasal dari stem cell limbus
b. Kerusakan

kolagen

stroma

akan

difagositosis

oleh

keratosit

sehingga terjadi sintesis kolagen baru10


Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan
anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan
mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein,
presipitasi,

dan

koagulasi.

Koagulasi

protein

umumnya

mencegah

penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan
ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam.
Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam
cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia
basa.5,16
Asam hidrofluorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini
secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluorida dilepaskan
ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitikdan
bergabung

dengan

kalsium

dan

magnesium

membentuk

insoluble

complexes. Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari
imobilisasi ion kalsium yang berujung pada stimulasi saraf dengan
pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluorida
memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada
jantung, pernapasan, gastrointestinal, dan neurologi.5,17
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan
denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein di sekitarnya. Karena
adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya
presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam
yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi
koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam
tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma
diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.7,16
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada

kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat
destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian
superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas ada daerah kontak bahan
asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan
yang lebih dalam.8
2.7

Anamnesis
Pada anamnesis pasien mengeluh adanya bahan kimia asam yang

mengenai mata disertai rasa nyeri sampai tidak bisa membuka mata,
berair, kabur, dan silau. Bahan asam yang mengenai mata bisa berupa
cairan atau mata tersemprot gas sehingga partikel-partikelnya masuk ke
dalam mata. Rincian lengkap terjadinya trauma dapat diperoleh lewat
pertanyaan-pertanyaan berikut:
-

Tanggal dan waktu terjadinya trauma

Tempat kejadian

Apakah kecelakaan kerja atau bukan

Apakah ada unsur kesengajaan atau akibat orang lain/kelalaian

Bagaimana terjadinya trauma (alat yang mengenai, arah trauma,


kekuatan trauma)

Apakah memakai kacamata pelindung / ada kerusakan kacamata


pengaman

Bagaimana keadaan mata dan visus sebelum trauma

Apakah ada korpus alienum intraokuler

Pertolongan yang telah dilakukan sebelumnya

Apakah trauma mengenai bagian tubuh lainnya

Nama dan alamat saksi mata20

2.8

Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yatu

epifora, blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang


bersifat asam biasanya dapat segera terjadi penurunan visus akibat
nekrosis superfisial kornea. Selain itu dapat ditemukan gejala seperti

kelopak mata bengkak, konjungtiva hiperemis, kemosis, edem kornea, tes


fluoresein + / erosi, sampai kekeruhan kornea yang hebat.20
2.9

Pemeriksaan
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang

terkena zat kimia asam sudah teririgasi dengan air dan pH permukaan
bola mata sudah netral. Obat anestesi topical atau lokal sangat
membantuagar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum
dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan
dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan
kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intraocular, konjungtivalisasi pada
kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang
menetap dan berulang.7,12
a. Anastesi lokal
Obat anastesi lokal digunakan untuk menghilangkan nyeri pada
mata, atau saat akan melakukan pemeriksaan diagnostik tertentu
seperti tonometer, uji anel, pemeriksaan dengan goniolens, serta
bedah pengeluaran benda asing pada kornea atau konjungtiva. Obat
anastesi local yang sering dipakai adalah tetrakain 0,5%, kokain 25%, dan pantokain 2%.
Obat anastesi lokal dapat memberikan efek samping berupa:
-

Memperlambat penyembuhan epitel kornea

Memperberat proses kelainan kornea

Dapat merusak epitel kornea

Kokain dapat memberikan efek samping berupa epitel kornea


menjadi ireguler, gelisah, demam, kejang, gangguan kardiovaskular.
b. Tes fluoresein
Merupakan tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. Zat warna
fluoresein akan berubah berwarna hijau pada epitel kornea yang defek. Alat/bahan
yang dibutuhkan yaituzat warna fluoresein 0,5 2 % tetes mata atau kertas
fluoreseinserta obat tetes anastetikum pantokain. Teknik pemeriksaan awalnya mata
ditetesi pantokain 1 teteslalu zat warna fluoresein diteteskan pada mata atau kertas
fluoresein ditaruh pada forniks inferior selama 20 detik. Zat warna diirigasi dengan

larutan garam fisiologik sampai seluruh air mata tidak berwarna hijau lagi. Cari
bagian pada kornea yang berwarna hijau
Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada epitel kornea. Defek
ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang mengakibatkan kerusakan
epitel. Zat warna yang menempel pada defek epitel akan menghilang sesudah 30
menit
c. Pemeriksaan memakai lampu senter + loupe, slit lamp
Loupe merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar
dibanding ukuran normalnya. Loupe mempunyai kekuatan 4-6
dioptri. Untuk melihat benda dengan loupe yang berkekuatan 5,0
dioptri maka benda yang diliht harus terletak 20 cm (100/5) atau
pada titik api lensa loupe. Dengan jarak ini mata tanpa akomodasi
akan melihat benda lebih besar. Bila benda yang dilihat disinari
sentolop, maka benda yang dilihat akan lebih tegas. Hal ini
dipergunakan sebagai slitlamp, karena cara kerjanya hampir sama.
Pemeriksaan dengan loupe atau slitlamp (lampu celah) akan lebih
sempurna bila dilakukan di dalam kamar yang digelapkan.
d. Kertas pH meter atau lakmus untuk mengetahui jenis bahan kimia
Pemeriksaan pH bola mata dilakukan secra berkala. Irigasi pada
mata harus tetap dilakukan sampai tercapai pH normal.
e. Lid retractor / desmares untuk membantu membuka kelopak mata
f. Pemeriksaan oftalmoskopi/funduskopi direk dan indirek
g. Foto rontgen dan pemeriksaan menggunakan magnet
Foto

rontgen

dilakukan

terutama

untuk

benda

logam

yang

radioopak, sehingga lokasinya dapat ditentukan lebih cermat.


Selanjutnya,

dapat

dilakukan

pemeriksaan

dengan

magnet.

Caranya, magnet didekatka pada mata dan digerak-gerakkan


sehingga benda asing di mata akan ikut bergerak dan mata terasa
sakit bila benda tersebut bersifat magnetis.
h. Tonometri
Untuk mengetahui tekanan intraokular
2.10 Diagnosis

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui anamnesis,


gejala klinis, dan hasil pemeriksaan fisik + penunjang. Namun hal ini
tidaklah mutlak dilakukan karena trauma kimia asam pada mata
merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesis
singkat.13
2.11 Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia
asam pada mata antara lain konjungtivitis, konjungtivitis hemoragik akut,
keratokonjungtivitis sika, dan ulkus kornea.13
2.12 Tata Laksana
Tata laksana trauma mata bergantung pada berat ringannya
trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat
tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular, yaitu memperbaiki
penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan
anatomi mata, serta mencegah sekuele jangka panjang. Tata laksana
trauma kimia mencakup tata laksana secara umum dan secara khusus.10
Tata Laksana Umum
a. Irigasi mata dan jaringan sekitar. Semua rudapaksa /trauma kimia
merupakan

kasus

emergensi/darurat,

sebaiknya

pertolongan

pertama mulai dilakukan pada tempat kejadian sesegera mungkin,


dengan cara mencuci/irigasi dengan air bersih (air mineral, air
sumur, air PDAM) sesering mungkin sebelum dirujuk ke rumah sakit
terdekat. Berikan anestesi lokal tetes mata diikuti irigasi dengan
aquades steril, cairan fisiologis (normal salin, ringer laktat) secara
manual, memakai spuit 20 cc disposable, atau secara drip /
continuousirrigation dengan infusion set. Irigasi selain ditujukan
pada kornea mata, juga untuk fornik superior/inferior, bila ada sisa
bahan kimia dapat dibersihkan dengan lidi kapas steril basah atau
pinset. Irigasi minimal 1 liter untuk masing-masing mata, untuk
bahan kimia asam irigasi dilakukan selama jam

Gambar 2.5 Irigasi dan pembebatan pada mata


http://ophthobook.com/videos/eye-trauma-video

b. Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan


material yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat
menghindarkan

terjadinya

perlengketan

antara

konjungtiva

palpebral, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.


c. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik
sehingga dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea. Selanjutnya
diberikan bebat (perban) pada mata dan artificial tear (air mata
buatan)
Tata laksana khusus berdasarkan fase peristiwa15
Fase kejadian (immediate)
Tujuan tindakan pada fase ini yaitu menghilangkan material bahan asam
hingga sebersih mungkin. Tindakan yang dilakukan antara lain:
-

Irigasi (dengan cara sama seperti pada tata laksana umum)

Diagnosis

ditegakkan

lewat

anamnesis,

gejala

klinis,

serta

pemeriksaan oftalmologis
Fase akut (sampai hari ke-7)
Tujuan tindakan pada fase ini adalah mencegah terjadinya penyulit.
Prinsip terapi dengan medikamentosa dan pembedahan. Medikamentosa
ditujukan untuk mempercepat proses reepitelisasi kornea, mengontrol

tingkat peradangan, mencegah infeksi sekunder, mencegah peningkatan


tekanan bola mata, suplemen/antioksidan.
Medikamentosa yang diberikan pada pasien trauma kimia asam antara
lain:
a. Steroid
Bertujuan untuk mngurangi inflamasi dan infiltrasi neutrophil. Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblast.
Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di-tappering of
setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% eye drop dan Prednisolon 0,1%
eye drop diberikan setiap 2 jam. Bila perlu dapat diberikan Prednisolon
IV 50-200 mg.
Steroid memberi efek baik pada peradangan karena17:
-

Mengurangi permeabilitas pembuluh darah

Mengurangi gejala radang

Mengurangi pembentukan jaringan parut

Pemberian steroid tetes mata > 2 minggu harus hati-hati karena dapat
menghambat reepitelisasi. Selain itu steroid tetes mata mempunyai
efek samping sebagai berikut3:
-

Menurunkan daya reaksi jaringan

Mengaktifkan proliferasi bakteri

Steroid menyembunyikan gejala penyakit lain

Bertambah aktif kolagenase yang merusak tukak lebih berat

Memberikan penyulit glaukoma dan katarak bila dipakai lama

Mengakibatkan midriasis pupil dan ptosis kelopak mata

Mengaktifkan infeksi herpes simpleks dan infeksi virus

Menambah infeksi herpes simpleks dan infeksi virus

Menambah kemungkinan infeksi jamur

Menambah berat radang akibat infeksi bakteri

b. Sikloplegik
Untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia anterior.
Atropin 1% eye drop atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
c. Asam askorbat (vitamin C)

Mengembalikan

keadaan

jaringan

scorbutik

dan

meningkatkan

penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur


oleh fibroblast kornea. Natrium askorbat 10% topical diberikan setiap 2
jam. Untuk dosis sistemik dapat diberikan sampai dosis 2 gram per
hari.
d. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor
Untuk

menurunkan

tekanan

intraocular

dan

mengurangi

resiko

terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral Asetazolamid


(Diamox) 500 mg.
e. Antibiotik
Diberikan untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin
efektif

untuk

menghambat

kolagenase,

menghambat

aktivitas

neutrophil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan


bersamaan antara topical dan sistemik.

f. Asam hyaluronik
Untuk membantu proses reepitelisasi kornea dan menstabilkan barrier
fisiologis.

Asam

sitrat

menghambat

aktivitas

neutrophil

dan

mengurangi reson inflamasi. Natrium sitrat 10% topical diberikan


setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit
fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.
Tindakan pembedahan terbagi atas pembedahan segera dan
pembedahan

lanjut.

Tindakan

pembedahan

segera

merupakan

pembedahan yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi


limbus,

mengembalikan

kedudukan

forniks.

populasi

Prosedur

sel
berikut

limbus
dapat

dan

mengembalikan

digunakan

untuk

pembedahan10:
a. Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan

vaskularisasi

perkembangan ulkus kornea

limbus,

juga

mencegah

b. Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft)
atau dari donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel
kornea menjadi normal
c. Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan
fibrosis
Sedangkan penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan
metode berikut:
a. Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival
bands dan simblefaron
b. Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva
c. Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata
d. Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik,
hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi
e. Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat
berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk

Tabel 2.3 Penatalaksanaan Fase II


Tindak
an
A
B

Gradasi I

Gradasi III

Gradasi IV

Bandage lens
Kortikosteroid

Bandage lens
Dexamethason

Bandage lens
Dexamethasone

tetes 4-6x

tetes 6x

e/

AB

Tetrasiklin

tetes/jam
Tetrasiklin

tetes/ 30 menit
Tetrasiklin salep

salep 4x

salep 4x

4x

Doxysiklin

Doxysiklin

Doxysiklin

2x100mg
Timolol
0,5%

2x100mg
Timolol
0,5%

2x100mg
Timolol
0,5%

tetes 2x

tetes 2x

tetes 2x

Asetazolamide

Asetazolamide

2x500mg
Sulfas atropin

2x500mg
Sulfas
atropin

1% tetes 2x

1% tetes 2x

AB

Gradasi II

steroid

steroid

tetes 4-6x

Sulfas

atropin

1% tetes 2x
Vitamin
F

4x500mg
-

Sulfas

atropin

1% tetes 2x
C

Vitamin
2000mg
-

Prednisolon

Prednisolon

Vitamin

Vitamin

2000mg
Nekrotomi

2000mg
Nekrotomi

graft

graft

konjungtiva

konjungtiva

limbus

limbus

Fase pemulihan dini (early repair: hari ke-7 sampai dengan hari
ke-21)
Tujuan tindakan pada fase ini yaitu membatasi tingkat penyulit. Masalah
yang dihadapi pada fase ini antara lain hambatan reepitelisasi kornea,
gangguan fungsi kelopak mata, hilangnya sel goblet, ulserasi stroma
hingga perforasi kornea. Prinsip dan tata laksana sama seperti fase
sebelumnya, disesuikan dengan kondisi pasien.

Tabel 2.4 Penatalaksanaan Fase III


Tindak

Gradasi I

Gradasi II

Gradasi III

Gradasi IV

an
A

Reepitelialisasi

Reepitelialisasi

Bandage lens

Bandage lens

sempurna

sempurna
diteruskan
Kortikosteroid

Dexamethasone/

Dexamethasone/

tetes tapering

tetes

Prednisolon tetes

Prednisolon tetes

off

off

tappoff/

tappoff/

Bandage
B

AB

steroid

lens

tapering

stop,

stop,

ganti dengan:

ganti dengan:

NSAID

NSAID

tetes

tetes

(Indometason/

(Indometason/

Tetrasiklin salep

Diclofenax) 6x
Tetrasiklin salep

Diclofenax) 6x
Tetrasiklin salep

tetes tapering

2x

2x

2x

off

Doxysiklin

Doxysiklin

Doxysiklin

2x100mg
Peningkatan TIO

2x100mg
Peningkatan TIO

2x100mg
Timolol

(-) timolol stop

(-) timolol stop

tetes 2x

AB

steroid

0,5%

Asetazolamid

Uveitis
sulfas

(-)

atropin

dihentikan

Uveitis

(-)

sulfas

atropin

Sulfas

atropin

ion K diteruskan
Sulfas atropin 1%

1% tetes 3x

tetes 3x

dihentikan

Vitamin C 2000

Vitamin C 2000

Vitamin C 2000

mg/hari

mg/hari

mg

Retinoic

salep 2x
Jaringan nekrotik

Jaringan nekrotik

(+) : eksisi

(+) : eksisi

Fungsi

Mukosa

acid

kelopak

(+) : tarsoaphy

Vitamin A dan E

bibir/amnion
(+) : stem cell
limbus / sklera/
facial

Fase pemulihan akhir (late repair: setelah hari ke-21)


Tujuan tindakan pada fase ini adalah rehabilitasi fungsi penglihatan.
Prinsipnya mempercepat proses reepitelisasi kornea atau optimalisasi
fungsi epitel permukaan.
Tabel 2.5 Penatalaksanaan pada Fase IV
Tindaka

Gradasi I

Gradasi II

Gradasi III

Gradasi IV

n
A

Solcosery 3x

Epiteliopati (+) :

Epiteliopati (+) :

Reepitelialisasi

Solcosery 4x

Solcosery 4x

(+)

Retinoic acid 1%

lens diteruskan

1x malam
NSAID tetes 4x

NSAID tetes 4x

Medroxy

Medroxy

NSAID tetes4x

progesteron
C

4x
-

1%

bandage

progesteron
4x
Tetrasiklin

1%
salep

4x
Doxyiklin
D

2x100mg
Peningkatan TIO
(-) : Timolol 0,5%
tappoff
Asetazolamid

ion K dihentikan
Uveitis (-) : sulfas

atropine
dihentikan
Vitamin C 2000
mg/hari
F

Vitamin A dan E
Graft konjungtiva
limbus

terapetik
keratoplasti,
keratoprostesis

2.13 Komplikasi
Komplikasi segera10:
a. Glaukoma akut
Dapat terjadi 2-4 jam setelah trauma, hal ini karena adanya
pelepasan prostaglandin yang merangsang terjadinya uveitis
b. Ekspose kornea, perlunakan kornea
Komplikasi jangka panjang10:
a. Simblefaron
Merupakan kelainan dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia,
lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu. Dapat
diatasi dengan simblefarektomi.

Gambar 2.6 Simblefaron


http://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfm

b. Sindrom mata kering (keratitis Sicca)


Sindrom mata kering diatasi dengan air mata buatan, lensa kontak
bandage, atau tarsorafi

Gambar 2.7 Keratitis sicca


http://dro.hs.columbia.edu

c. Katarak traumatika
Dapat diatasi dengan ekstraksi lensa

Gambar 2.8 Katarak traumatika


http://www.penyakitkatarak.com

d. Sikatrik kornea
Dapat diatasi dengan keratoplasti

Gambar 2.9 Sikatrik kornea


http://farlyihsan.blogspot.com

e. Glaukoma sudut tertutup

Pasien mengeluhkan gejala khas yaitu tajam penglihatan menurun,


mata merah, nyeri pada mata yang mendapat serangan yang
berlangsung beberapa jam, melihat pelangi (halo) di sekitar lampu,
mual, dan muntah. Dapat diatasi dengan obat-obatan anti glaukoma
untuk menurunkan tekanan intraokuler serta tindakan bedah
iridektomi perifer atau trabekulektomi.
f. Entropion
Adalah kelopak mata yang terbalik atau membalik ke dalam tepi
jaringan, terutama tepi kelopak bawah. Entropion dapat terjadi
akibat senilitas, spasme, sikatriks. Dalam kasus trauma kimia asam
entropion terjadi akibat adanya spasme dan sikatriks.

Gambar 2.10 Entropion


http://www.catatanmahasiswafk.blogspot.com

2.14 Prognosis
Prognosis trauma kimia asam tergantung pada8:
a. Luas kerusakan permukaan epitel
b. Gangguan fungsi kelopak
c. Defek epitel yang persisten
d. Pertolongan pertama saat kejadian, semain cepat, semakin baik
prognosisnya
e. Jumlah dan tingkat kepekatan konsentrasi (pH) bahan kimia,
semakin banyak jumlah dan kepekatannya tinggi (pH semakin
rendah) maka kerusakannya semakin hebat
f. Lama kontak dengan bahan kimia asam
g. Toksisitas (kemampuan berpenetrasi) sesuai jenis asam yang
terkena

Anda mungkin juga menyukai