Disusun oleh:
Sydney Putriany Salean
1661050243
Pembimbing:
Dr. Stanley Setiawan, Sp.KK
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ochronosis adalah perubahan warna hitam kebiruan dari jaringan tertentu,
seperti tulang rawan dan jaringan okular dimana ochronosis dapat terjadi dari
paparan berbagai zat seperti fenol, trinitrophenol, resorsinol, merkuri, asam pikrat,
benzena dan hydroquinone.1
Terdapat dua bentuk okronosis yaitu endogen dan eksogen. Okronosis
endogen diakibatkan oleh kelainan metabolisme autosomal resesif sehingga terjadi
akumulasi asam homogentisat pada jaringan kolagen, sedangkan okronosis eksogen
disebabkan oleh penggunaan hidrokuinon jangka panjang.1
Okronosis eksogen, reticulated repple-like sooty pigmentation yang
permanen pada wajah, biasanya pipi dahi daerah peri orbital adalah efek samping
kronis yang utama yang disebabkan hidrokuinon. Resolusi biasanya terjadi
perlahan setelah penghentian obat. Hidrokuinon dapat menimbulkan depigmentasi
permanen apabila lesi diobati dengan kosentrasi yang tinggi dan dalam jangka
waktu lama. Konsentrasi hidrokuinon bervariasi mulai dari 2-5%, dimana
konsentrasi lebih tinggi biasanya lebih iritatif dan memiliki risiko yang lebih besar
terhadap fototoksisitas dengan peningkatan efikasi yang lebih sedikit dan tidak
direkomendasikan, terkecuali pada kasus yang refrakter.
3
keratinosit dalam satu kelompok, sedangkan pada individu yang berkulit lebih
gelap, melanosom lebih besar, berwarna gelap dan tersebar secara individual.
Terdapat dua jenis melanin, yaitu eumelanin (warna coklat kehitaman, berat
molekul besar, tidak mudah larut) yang banyak ditemui pada ras kulit hitam
(misalnya ras Negroid) dan feomelanin (warna kuning kemerahan, berat molekul
lebih kecil, dan mudah larut) yang ditemui pada ras kulit putih. Bertambahnya
melanin di kulit menyebabkan satu keadaan yang disebut sebagai hiperpigmentasi
atau hipermelanosis. Kelainan pigmentasi berwarna kecoklatan terjadi karena
peningkatan jumlah melanin di lapisan epidermis, dan warna biru keabuan terjadi
karena peningkatan jumlah melanin di dermis. Namun demikian, dapat juga
ditemukan peningkatan jumlah melanin di epidermis dan dermis. Kelainan kulit
hiperpigmentasi yang sering dijumpai,contohnya melasma, efelid, dan
hiperpigmentasi pascainflamasi.2
C. Penyebab hyperpigmentasi
Peningkatan jumlah melanin di epidermis seperti pada lentigines
Peningkatan jumlah melanin di epidermis dan dermis bagian atas yang
tersebar seperti pada melasma dan apabila sebaran melanin ini bersama
makrofag dapat dijumpai pada hiperpigmentasi pasca inflamasi
Dijumpainya melanin di dalam melanosit dan melanofag pada dermis
bagian tengah dan bawah seperti pada blue nevi
Deposisi melanosit pada dermis yang terutama dijumpai pada kelainan
hiperpigmentasi kongenital
Peningkatan jumlah melanosit (hipermelanositosis) pada epidermis dan
dermis seperti pada nevus pigmentosus
Adanya melanin pada keratinosit bersama dengan sebaran hemosiderin
pada melanofag, misalnya pada hemokromatosis dan
Deposisi pigmen eksogen pada dermis pada tato.3
4
D. Etiologi :
Ochronosis biasanya disebabkan oleh penyakit alkaptonuria (penumpukan
homogentisic acid / HGA). Alkaptonuria juga berhubungan dengan efek sistemik
lainnya seperti gejala osteoarthritis dini, urin yang berwarna gelap dan warna
kehitaman yang tampak pada sklera dan telinga. Selain itu, ochronosis juga banyak
dapat disebabkan oleh paparan zat hidrokuinon. karena hidrokuinon berkompetisi
dengan tirosin sebagai substrat untuk tirosinase (enzim yang berperan dalam
pembentukan melanin), sehingga tirosinase mengoksidasi hidrokuinon dan
menghasilkan benzokinon yang toksik terhadap melanosit. Efek samping yang
umum terjadi setelah paparan hidrokuinon pada kulit adalah iritasi, eritema, dan
rasa terbakar. Efek ini terjadi segera setelah pemakaian hidrokuinon konsentrasi
tinggi yaitu di atas 4%. Sedangkan untuk pemakaian hidrokuinon dibawah 2%
dalam jangka waktu lama secara terus-menerus dapat terjadi leukoderma kontak
dan okronosis eksogen.5
Ochronisis eksogen akibat hidrokinon terjadi setelah pajanan terhadap
hidrokinon secara terus menerus dan dalam waktu yang panjang (kronik). Pada
beberapa kasus, pasien mengalami ochronosis setelah menggunakan hidrokinon
dalam konsentrasi rendah sekitar 2% selama 10-20 tahun. Pada kasus lain, pasien
yang menggunakan hidrokinon dengan konsentrasi tinggi sekitar 6% mulai
mengalami ochronosis setelah pemakaian beberapa tahun. Karena hidrokuinon
menyerap sinar ultraviolet, adanya sinar matahari akan memperburuk dan
mempercepat terjadinya okronosis eksogen.4
E. Patogenesis :
Alkaptonuria adalah gangguan metabolisme resesif autosomal yang
jarang terjadi yang disebabkan oleh kekurangan oksidase asam homogentisat, satu-
satunya enzim yang mampu catabolizing asam homogentisat (HGA). Alkaptonuria
memiliki kelainan dalam jalur biokimia dimana fenilalanin dan tirosin biasanya
terdegradasi ke fumarat dan asam asetoasetat. Kelainan genetik autosomal resesif
pada gen Hgo diketahui menyebabkan penyimpangan homogentisat asam oksidase.
Kekurangan ini hasil akumulasi dan deposisi HGA di tulang rawan, menyebabkan
5
karakteristik difus pigmentasi hitam kebiruan. Jaringan ikat yang terkena menjadi
lemah dan rapuh yang mengarah ke peradangan kronis, degenerasi, dan
osteoarthritis.6
Sedangkan ochronosis yang diduga disebabkan oleh hydroqinone
patogenesis yang banyak diterima saat ini bahwa hidrokuinon menghambat
aktivitas enzim asam homogentisat oksidase sehingga terjadi akumulasi asam
homogentisat, yang kemudian akan berpolimerisasi membentuk pigmen okronotik
dan terdeposit pada dermis. Okronosis tampak sebagai pigmentasi difus, berwarna
abu-kecoklatan atau biru-kehitaman pada daerah yang dioleskan hidrokuinon.
6
Gambar 2.1 Tampak makula hitam kebiruan di bagian peri oral setelah
penggunaan hydroquinone
Gambar 2.2 Makula biru kehitaman pada regio lateral wajah dan dahi.
G. Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium
Kebanyakan pengujian laboratorium untuk ochronosis adalah mendeteksi
perubahan dalam urin yanng diduga disebabkan oleh penyakit alkaptonuria.
Peningkatan asam homogentisat (HGA) merupakan ciri khas dari gangguan
metabolisme ini.
Peningkatan kadar HGA dalam urin, darah, dan jaringan lain dapat
ditentukan dengan tes tertentu enzimatik dan kolorimetrik, metode
spektrofotometri langsung, pengujian kromatografi dan teknik molekuler.7
2. Pemeriksaan Mikroskopi
Sampel biopsi kulit dengan hematoxylin dan pewarnaan eosin didapatkan
coklat kekuningan, berpigmen di dermis, makrofag, sel endotel, kelenjar
apokrin, dan membran epidermis bawah tanah. Selanjutnya, pigmen
ochronotic bereaksi dengan melanin. dimana dapat dilihat pada tulang
7
rawan dan jaringan elastis. Ochronosis eksogen terlihat serat kolagen
ochronotic yang mengarah pada pembentukan ochronotic koloid Milium.7
H. Diagnosis Banding
a. Lentigo solaris (lentigo senilis)
Hipermelanosis epidermal berupa bercak kecil, berbatas tegas,
berwarna coklat sampai coklat kehitaman, didaerah kulit yang terpajan
dan diluarnya termasuk telapak kaki atau tangan. Kelainan ini didapat
atau diturunkan. Pigmentasi letaknya epidermal dan disebabkan
peningkatan jumlah melanosit (melanositik).6
Secara klinis ditandai oleh makula kecoklatan berbatas tegas dengan
ukuran bervariasi dari miliar hingga lentikular, pada area terpajan
matahari, contohnya wajah, leher, dan tangan. Banyak ditemukan pada
tipe kulit Fitzpatrick I-III. Mutasi genetik akibat pajanan sinar
ultraviolet terus menerus diduga menjadi salah satu pemicu munculnya
lentigo solaris. Mutasi genetik tersebut menyebabkan peningkatan
produksi melanin serta defek pada keratinosit.
8
Korelasi klinikopatologis: Histopatologis pada lesi hiperpigmentasi
lentigo adalah ditemukannya peningkatan jumlah melanosit epidermal
dan pada lesi yang lama dapat dijumpai rete ridges yang memanjang
menyerupai bulbus disertai peningkatan pigmen melanin. Juga dapat
ditemukan melanofag pada dermis. Serta gambaran solar elastosis.
b. Melasma
Melasma merupakan kelainan hipermelanosis yang sangat sering
dijumpai, bersifat didapat, dengan distribusi simetris pada daerah yang
sering terpapar sinar matahari dan biasanya dijumpai pada wanita usia
reproduksi. Berlangsung kronis lambat dan tidak ada keluhan kecuali
estetis. Wanita lebih banyak terkena daripada pria dalam usia reproduksi
aktif yaitu 20-45 tahun dan terjadi di populasi negara tropis. Melasma
muncul dalam bentuk makula berwarna coklat terang sampai gelap
dengan pinggir yang iregular, biasanya melibatkan daerah dahi, pelipis,
pipi, hidung, di atas bibir, dagu, dan kadang-kadang leher.6
Melasma sering ditemui pada daerah wajah, namun juga dapat
ditemukan pada daerah leher, atau pada lengan. Pada wajah terdapat tiga
pola melasma: a). sentrofasial (63%) paling sering ditemukan. Letak
pigmentasi di pipi, dahi, bagian atas bibir, hidung dan dagu, b). malar
9
(21%) pigmentasi hanya di pipi dan hidung, c). mandibular (16%)
pigmen pada area mandibula.5
Korelasi klinikopatologis: Melasma dapat berwarna kecoklatan atau
keabuan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa perbedaan warna tersebut
disebabkan oleh perbedaan letak pigmen melanin yang berlebih. Lesi
hiperpigmentasi terjadi akibat ukuran melanosit yang membesar, lebih
dendritik, dengan aktivitas melanogenesis yang meningkat, diduga
akibat ekspresi α-MSH dan ACTH pada melanosit. Sarvjot dkk. (2009)
mengemukakan adanya korelasi evaluasi klinis dan histopatologis yang
baik pada lesi melasma. Pada melasma epidermal, deposit melanin
ditemukan terutama pada lapisan basal dan suprabasal, sedangkan pada
tipe dermal ditemukan melanofag pada dermis dengan atau tanpa
infiltrat sel radang serta kelainan minimal pada epidermis. Jumlah
melanosit dapat normal ataupun meningkat. Selain itu, pada
pemeriksaan histopatologis juga dapat ditemukan solar elastosis.5
10
I. Terapi :
Meskipun tidak ada perawatan medis untuk ochronosis, kemajuan genetik
menawarkan langkah-langkah yang akan datang. Beberapa telah menganjurkan diet
rendah tirosin dan fenilalanin, sehingga mengurangi efek samping asam
homogentisat (HGA). Selain itu, diet tinggi vitamin C dapat mencegah oksidasi
asam homogentisat. perubahan pola makan telah dianjurkan oleh beberapa penulis.4
Nitisinone juga dilaporkan terbukti efektif. The US Food and Drug
Administration (FDA) telah menyetujui obat ini untuk pengobatan tyrosinemia
jenis 1. Hal ini secara signifikan menurunkan ekskresi HGA dengan menghambat
dioksigenase 4-hydrophenylpyruvate yang akan mengurangi akumulasi HGA.
Pengujian saat ini menilai hasil keselamatan dalam jangka panjang.
Ochronosis eksogen disebabkan oleh hydroquinon topikal, laser karbon
dioksida dan dermabrasi telah dilaporkan membantu dalam penanganan ochronosis,
dimana terapi yang efektif dengan laser 755 nm alexandrite Q-switched.3
J. Prognosis :
Pasien dengan ochronosis dapat mengharapkan jangka hidup yang
normal. Pasien dengan ochronosis perlu tahu bahwa mereka akan memiliki hidup
yang normal, meskipun akan terdapat perubahan pigmentasi pada area wajah
mereka.8
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13