Disusun Oleh:
Rafi Amanda Rezkia A G99152048
Pembimbing:
Widia Susanti, drg., MKes.
1
A. Proses Inflamasi dan Komponen yang Terlibat
Inflamasi atau peradangan adalah respon tubuh yang merupakan
bagian dari sistem imun bawaan non spesifik (innate immunity) sebagai
perlawanan terhadap stimulus berbahaya seperti infeksi patogen, goresan
luka, iritasi oleh bahan kimia, atau temperatur yang ekstrim. Inflamasi
distimulasi oleh faktor kimia yang dilepaskan oleh sel yang terluka untuk
menghalangi penyebaran infeksi dan memulai penyembuhan dari setiap
jaringan yang rusak. Inflamasi diregulasi secara ketat oleh tubuh dimana
proses inflamasi yang tidak mencukupi dapat menyebabkan kerusakan atau
infeksi persisten, sementara inflamasi yang berlebihan dapat menyebabkan
penyakit inflamatorik kronik atau sistemik.
Proses inflamasi diinisiasi oleh sel-sel yang terdapat di seluruh
jaringan, terutama makrofag, sel dendritik, histiosit, sel kuffer, dan mastosit.
Sel-sel tersebut pada permukaannya terdapat reseptor yang disebut pattern
recognition receptors (PRRs) yang secara luas dapat mengenali molekul yang
berasal dari patogen yang disebut pathogen-associated molecular patterns
(PAMPs) dan danger-associated molecular patterns (DAMPs) yang diinduksi
dari stress endogen. PRRs terdiri dari setidaknya empat kelas berdasarkan
genetik dan fungsi yaitu Toll-like receptors (TLRs) dan C-type lectin
receptors (CLRs) yang terdapat pada permukaan membran sel serta retinoic
acidinducible gene-I like receptors (RLRs) dan nucleotide-binding
oligomerization domain-like receptors (NLRs) di sitoplasma.
2
Gambar 1. Proses inflamasi (a) diinisiasi oleh infeksi dan (b)
kerusakan jaringan. PRRs (seperti TLR dan NLR) akan
mengenali PAMPs yang dihasilkan oleh patogen dan
DAMPs yang merupakan respon terhadap kerusakan sel.
3
Gambar 2. NLRs subfamili berdasarkan N-terminal domain. NLRA
(A = acidic transactivating domain), NLRB (B =
BIRs), NLRC (C = CARD) NLRP (P = PYD) dan
NLRX (not specified)
4
sel. Kompleks inflammasome secara garis besar terdiri dari tiga komponen
utama yaitu cytosolic pattern-recognition receptor dapat berupa NLRs
ataupun famili protein pyrin and HIN domain-containing (PYHIN), enzim
caspase-1 dan protein adaptor yang memfasilitasi interaksi keduanya
(Gambar 3).
5
Gambar 4. Aktivasi inflammasome. Sebagai respon dari patogen atau
iritan yang merusak sel, PRRs sistosolik seperti NOD-, LRR-and pyrin
domain-containing 1 (NLRP1), NLRP3, NLRP5 (tidak ditampilkan),
NOD-, LRR-and caspase activation and recruitment domain (CARD)-
containing 4 (NLRC4) dan absent in melanoma 2 (AIM2) teraktivasi
untuk membentuk inflammasome yang memediasi hal berikut : signal 1 -
priming stimulus, melalui jalur nuclear factor-B (NF-B), yang akan
mengupregulasi ekspresi pro-interleukin-1 (pro-IL-1) dan PRRs
sistosolik. Signal 2 melalui sensitasi ligan atau aktivasi enzim di sitosol,
PRRs sistosolik mengalami oligomerasi untuk membentuk kompleks
inflammasome yang terdiri dari NLRs, activation platform untuk caspase 1
dan protein adaptor yaitu ASC (apoptosis-associated speck-like protein
containing a CARD). Melalui aktivitas protease, caspase 1 meregulasi
pematangan dan pelepasan IL-1 and IL-18 serta memacu terjadinya
pyroptosis.
D. NLRs-Inflammasomes Subset
1. NLRP1-inflammasome
NLRP1 membentuk kompleks inflammasome multimolekular
dengan Caspase-1, Caspase-5, ASC, dan triphosphate ribonucleotida.
NLRP1 berikatan secara langsung dengan ASC melalui domain pyrin
(PYD) dan berikatan dengan caspase-1 melalui domain CARD yang
dimilikinya. Aktifitas NLRP1 inflammasome diinduksi oleh Muramyl
Dipeptide (MDP) dan Anthrax Lethal Toxin (mouse NLRP1b). Penelitian-
penelitian in vitro telah mengungkap bahwa NOD2 diperlukan untuk
pengenalan baik MDP dan anthrax lethal toxin.
Beberapa variasi gen NLRP1 telah dihubungkan dengan
peningkatan resiko penyakit autoimun, vitiligo, dan kondisi autoimun yang
akan berujung pada kelaian pigmentasi kulit. Akan tetapi, peran spesifik
6
NLRP1 inflammasome pada respon imun tetap belum sepenuh nya
diketahui.
2. NLRP3-inflammasome
Diantara famili inflammasome lain, NLRP3 inflammasome adalah
yang paling banyak dipelajari dikarenakan kemampuan aktivasinya di
makrofag dapat dipicu oleh berbagai macam stimulus seperti; berbagai
macam PAMPs, seperti lipopolisakarida, peptidoglikan, dan asam nukleat
bakteri, dengan catatan sel terpapar ATP. Tidak adanya ATP, makrofag
yang distimulus oleh LPS akan memproduksi sejumlah besar pro-IL-1,
namun hanya melepaskan sitokin aktif pada medium. ATP dan beberapa
toksin bakteri seperti nigericin dan maitotoxin, akan mengakibatkan
perubahan pada komposisi ion intrasel yang akan menginduksi
pembentukan NLRP3 inflammasome.
Kristal monosodium urate (MSU) dan calcium phosphate
dihydrate (CPPD) diketahui mengaktivasi Caspase-1 melalui jalur NLRP3.
Deposisi dari MSU dan kristal CPPD di persendian bertanggung-jawab
atas kondisi peradangan pada gout dan pseudogout, yang mana melibatkan
NLRP3. Asam urat juga dilepaskan ke ekstraseluler akibat nekrosis dari
sel, yang mana mengindikasikan adanya peran dari NLRP3 pada deteksi
DAMP endogenous. Kristal silica dan asbestos dapat mengaktifkan
NLRP3 inflammasome, menunjukkan perannya pada patogenesis silicosis
dan asbestosis.
Kristal garam Aluminium dapat mengaktivasi NLRP3
inflammasome, bila terdapat PAMPs seperti LPS. Fagositosis dari kristal
akan mengakibatkan pembengkakan dan perusakan lisosomal. Hal
tersebut, bersamaan dengan pelepasan cathepsin B, sebuah protease
lysosomal cysteine, akan berujung pada aktivasi NLRP3 inflammasome.
3. NLRC4-inflammasome
NLRC4 (juga dikenal sebagai IPAF) adalah satu-satunya anggota
dari keluarga NLRC yang diketahui yang membentuk inflammasome.
NLRC4 berhubungan dengan procaspase-1 melalui domain CARD tanpa
memerlukan protein adaptor, dan interaksi dengan ASC diperlukan untuk
sekresi IL-1. Oligomerasi dari NLRC4 dipicu oleh cytosolic flagellin dari
7
berbagai macam jenis bakteri seperti Salmonella typhimurium, Legionella
pneumophila, Shigella flexneri, dan Pseudomonas aeruginosa atau
stimulus lain yang diperantarai oleh sistem sekresi bakteri tipe III atau tipe
IV.
8
Gambar 5. Jalur NLRP3-inflammasome pada fibroblas pulpa manusia.
NLRP3 agonis ATP menstimulasi purogenic P2X7 ATP-
gated ion channel yang menstimulasi efluks K+ dari
dalam sel dan menginduksi pembentukan pannexin-1
hemichannel dan membuat LPS ekstraseluler memasuki
sitosol dan secara langsung mengaktifkan NLRP3. Efluks
K+ berkontribusi terhadap penurunan konsentrasi K+ di
sitoplasma sehingga rendahnya konsentrasi K+ dapat
menstimulasi pembentukan ROS yang juga dapat
mengaktifkan NLRP3. Aktivasi NLRP3-inflammasome
kemudian mengaktivasi caspase-1 yang menstimulasi
sekresi IL-1.
9
kejadian periodontitis. Aktivasi IL-1 dan IL-18 pada periodontitis diketahui
diregulasi oleh kompleks NALP3-inflammasome.
10
DAFTAR PUSTAKA
Walsh JG, Muruve DA, Power C (2014). Inflammasomes in the CNS. Nature
Publishing Group, 15(February), 114.
11