Anda di halaman 1dari 28

Responsi

KANDIDIASIS KUTIS GENERALISATA

Disusun oleh :
Dicky Maulana Lazuardi
G99161034

Pembimbing :

Endra Yustin ES, dr., Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017

0
LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI

Kasus Responsi yang berjudul : Kandidiasis Kutis Generalisata

Dicky Maulana Lazuardi, NIM : G99161034


Periode Koass: 23 Oktober s/d 19 november 2017

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Yang bertanda tangan dibawah ini :

Surakarta, 13 November 2017

Chief Residen Koass Residen Bangsal

dr. Dendy Zulfikar dr. Agung Triana Hartati

Staff Pembimbing

dr. Endra Yustin ES, M.Sc., Sp.KK

1
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : Endra Yustin ES, dr., Sp.KK.


Nama Mahasiswa : Dicky Maulana Lazuardi
NIM : G99161034

KANDIDIASIS KUTIS

A. PENDAHULUAN
Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur spesies Candida,
dimana Candida albicans merupakan jamur yang paling sering ditemukan.
Kandidiasis dapat disebut juga sebagai infeksi dari ragi. Ragi tersebut adalah
jamur uniseluler yang biasanya berkembang biak dengan tunas. C albicans
memiliki ragi berbentuk oval dengan diameter 2-6 m. Candida albicans ini
biasanya ditemukan dalam bentuk ragi atau spora, pseudohifa, budding yeast
maupun dapat pula dalam bentuk hifa yang sesungguhnya pada sebuah
polimorfisme. Infeksi oleh Candida spp dapat menyebabkan infeksi yang
ringan yang menyerang kulit dan mukosa hingga mengancam jiwa.1,2
Infeksi C albicans biasanya menyerang kuku, kulit, mukosa membran, dan
saluran pencernaan. Infeksi superfisial kulit dan membran mukosa
(mukokutaneus) adalah jenis yang paling umum dari infeksi Candida pada
kulit3. Kandidiasis kutis biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder pda kulit
dan lipatan tubuh. Muncul sebagai infeksi yang sub akut atau kronis. Penyakit
ini juga dapat terlokalisir maupun generalisata. Kandidiasis kutis juga meliputi
diaper rash, kandidiasis intertrigo, kandida folikulitis, otomikosis, onikia, dan
paronikia. Kandidiasis kutis akan muncul pada tempat yang hangat, lembab,
dan daerah lipatan. Penyakit ini juga biasanya dihubungkan dengan infeksi
oppurtinistik dan menyebabkan maserasi dan trauma pada kulit. Juga sering
ditemukan pada orang yang diabetik dan obesitas.1
Manusia membawa jamur ragi, termasuk spesies Candida, pada seluruh
saluran pencernaan (mulut melalui anus) dan vagina sebagai bagian dari flora
komensal normal. Genus Candida memiliki lebih dari 150 spesies, termasuk
didalamnya merupakan spesies komensal maupun patogenik. Spesies
patogenik tersebut sering ditemukan menjajah bagian tubuh manusia sehingga
dianggap sebagai spesies paling patogen dan menjadi penyebab utama
terjadinya kandidiasis. Candida albicans adalah penyebab paling umum dari
infeksi pada manusia, sedangkan spesies Candida tropicalis, Candida
parapsilosis, Candida guilliermondi, Candida krusei, Candida kefyr, Candida
zeylanoides, dan Candida glabrata merupakan spesies yang jarang ditemukan
menginfeksi manusia namun tidak menutup kemungkinan menginfeksi
manusia terutama apabila keseimbangan flora normal manusia terganggu
ataupun pertahanan imunya menurun.2,4,5
Kandidiasis adalah suatu infeksi yang dapat bersifat ringan hingga
mengancam jiwa. Oleh karena diperlukan beberapa penanganan dalam
menyembuhkan serta mencegahnya.

B. SINONIM
Sinonim dari kandidiasis kutis adalah :

Cutaneus Kandidiasis

Cutaneus Moniliasis

Cutaneus Dermatocandidosis 2

C. DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang
disebabkan oleh jamur genus Candida terutama Candida albicans. Penyakit
ini dapat berjalan akut, sub akut atau kronik, mengenai mulut, vagina, kulit,
kuku, kulit kepala, jari, tenggorokan, bronkhi, paru-paru, saluran pencernaan,
dan dapat pula sistemik mengenai endokardium, meningen sampai septikemia.
Sedangkan kandidiasis kutis merupakan salah satu jenis kandidiasis yang

3
menyerang kulit. Kandidiasis kutis akan muncul pada bagian tubuh yang
hangat, lembab, dan daerah lipatan.1,5,6

D. KLASIFIKASI KANDIDIASIS
Klasifikasi kandidiasis dibagi berdasarkan bagian tubuh atau tempat yang
terinfeksi yaitu, kandidiasis selaput lendir (mukosa), kandidiasis kutis, kandidiasis
sistemik, dan reaksi id (kandidid). Berdasarkan tempat yang terkena,
kandidiasis dapat dibagi sebagai berikut2,3,6 :
1. Kandidiasis selaput lendir, terdiri dari :
a. Kandidiasis oral (trush)
b. Vulvoganititis
c. Balanitis atau balanopostitis
d. Kandidiasis mukokutan kronik
e. Kandidiasis bronkopulmonar dan paru
2. Kandidiasis kutis terdiri atas:
a. Lokalisata : daerah intertriginosa, dan daerah perianal
b. Generalisata
c. Paronikia dan onikomikosis
d. Kandidiasis kutis granulomatosa.
3. Kandidiasis sistemik
a. Endokarditis
b. Meningitis
c. Pielonefritis
d. Septikemia
4. Reaksi id (kandidid)

E. EPIDEMIOLOGI
Penyakit kandidiasis ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang
semua umur terutama pada usia muda dan tua, baik laki-laki maupun
perempuan dan mempunyai penyebaran di seluruh dunia. 2 Candida adalah
jamur patogen oportunistik yang paling penting pada manusia. Infeksi
Candida nosokomial mengalami peningkatan pada dekade terakhir ini.

4
Candida spp secara umum menempati urutan keempat penyebab infeksi
aliran darah nosokomial.7
Pada beberapa penelitian menujukkan prevalensi kandidiasis oral di
India adalah 2-3.2% pada neonatus, sedangkan kandidiasis kutis pada populasi
tersebut adalah 2%. Kandidiasis kutis lebih jarang dijumpai dibandingkan
kandidiasis oral. Penelitian yang dilakukan Felea et al dalam Bhai et al
melaporkan bahwa 85% kultur Candida positif pada anak yang memiliki
kandidiasis. Kandidiasis diaper rash juga dilaporkan dengan angka yang
cukup tinggi, yaitu 65,7%-80%. Sedangkan bagian tubuh yang lain sekitar
30%. Biasanya kandidiasis diaper rash ditemukan pada anak berusia dibawah
4 tahun. Hal ini dapat dikarenakan kurang higenitas. Dapat dilihat anak-anak
paling sering terkena kandidiasis. Hal ini dikarenakan kulit anak masih rentan
terhadap infeksi, akibat tipisnya kulit, kurang kuatnya kelekatan intraselluler,
dan sekresi sebasea dan keringat yang sedikit.8

F. ETIOLOGI
Candida spp merupakan suatu flora normal terutama saluran
pencernaan, mukosa saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit, dan di bawah
jari-jari kuku, tangan, dan kaki. Di tempat ini, ragi dapat menjadi dominan dan
menyebabkan keadaan patologik ketika daya tahan tubuh menurun.4,9
Lebih dari 150 species Candida telah diidentifikasi. Penyebab
tersering kandidiasis kutis adalah Candida albicans, kurang lebih sebanyak 70
persen. Penyebab lainnya adalah C. parapsilosis, C. tropicalis, C.
guilliermondii, C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaniae, C. zeylanoides
dan C. glabrata yang lebih jarang ditemukan.1,4 Tabel 1 menunjukkan
beberapa jenis Candida yang menyebabkan infeksi pada manusia10

Spesies yang sering Spesies yang sedikit Spesis yang jarang


ditemukan ditemukan ditemukan
Candida albicans Candida Candida blankii
Candida glabrata dubliniensis Candida bracarensis
Candida Candida famata Candida catenulate

5
tropicalis Candida Candida chiropterorum
Candida inconspicua Candida ciferri
parapsilosis Candida lipolytica Candida eremophila
Candida krusei Candida Candida fermentati
Candida metapsilosis Candida freyschussii
guilliermondii Candida Candida haemulonii
Candida norvegensis Candida intermedia
lusitaniae Candida Candida lambica
Candida kefyr orthopsilosis Candida magnolia
Candida Candida
pelliculosa membranaefaciens
Candida rugosa Candida nivariensis
Candida Candida palmioleophila
zeylainodes Candida pararugosa
Candida
pseudohaemulonii
Candida pseudorugosa
Candida pintolopesii
Candida pulcherrima
Candida thermophila
Candida utilis
Candida valida
Candida viswanathii

Tabel 1. Candida spp yang menginfeksi manusia

G. PATOGENESIS
Kelainan yang disebabkan oleh spesies Candida ditentukan oleh
interaksi yang kompleks antara patogenitas fungi (faktor virulensi dan atribut
pada fungi) dan mekanisme pertahanan tubuh host.11
Faktor penentu patogenitas Candida adalah 6,11,12,13,14,15 :
1. Spesies : Genus Candida mempunyai 200 spesies, 15 spesies
dilaporkan dapat menyebabkan proses patogen pada manusia. C.
albicans adalah Candida dengan tingkat patogenitas yang paling tinggi.
2. Daya lekat dan Invasif: Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat
daripada germtube, sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi.
Bagian terpenting untuk melekat adalah suatu glikoprotein permukaan
atau mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
C. albicans memiliki protein yang mampu memediasi kelekatan antara

6
sesama C.albicans, permukaan, dan sel host. C. albicans memiliki
protein agglutinin like sequence (ALS) yang akan mengubah ikatan
glycosylphosphatidylinositol (GPI) dan glikoprotein pada permukaan. C.
albicans juga memiliki Hpwl yang berfungsi mengikatkan C. albicans
dengan sel host. ALS dan Hpwl yang berguna untuk membentuk biofilm.
C. albicans juga mampu menghindari sel host sekaligus menginvasinya
dengan menginduksi endositosis dan mengaktivasi penetrasi.
3. Pembentukan Biofilm: Pembentukan biofilm meliputi proses
perlekatan, proliferasi sel jamur, pembentukan hifa, akumulasi matriks
esktraseluler, dan akhirnya terbentuklah kompleks biofilm.
4. Polimorfisme : C. albicans merupakan jamur polimorfik yang
mampu tumbuh dalam kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa.
Polimorfisme terlibat dalam patogenitas Candida. Bentuk blastospora
diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan
enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru
terbentuk hifa yang melakukan invasi. Bentuk hifa terbukti lebih invasif
daripada ragi.
5. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai
komponen toksik. Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan
sebagai adhesion dalam kolonisasi jamur. Kanditoksin sebagai protein
intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara mekanik.
6. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang
dihasilkan oleh C. albicans ada 3 jenis yaitu proteinase, lipase, dan
fosfolipid. C. albicans juga mensekresikan enzim hydrolase yang
berfungsi untuk penetrasi ke dalam sel host.
7. Pengaturan pH dan Regulasi: dengan pH yang netral dan basa
dapat menyebabkan pemicu stress pada C. albicans, sehingga mereka
memiliki dinding sel yaitu -glikosida Phr 1 dan Phr 2. PHR 1 akan
melindungi C. albicans pada suasana netral dan basa. Sedangkan PHR 2
akan melindungi pada suasana asam.

7
8. Metabolisme dan Adaptasi: C. albicans mendapatkan nutrisi dari
aliran darah, yang mengandung glukosa yang cukup tinggi. Akibatnya
akan terjadi perubahan pada nutrisi di tubuh, dan meningkatkan virulensi
dari C. albicans. Adaptasi yang dilakukan terhadap stress di lingkungan
juga dengan memiliki Heat shock proteins (HSP) dan Small heat shock
protein (sHSP).
Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme pertahanan host 6:
1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi
Candida. Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor
predisposisi terjadinya kandidiasis.
2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan
cairan dalam mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non
spesifik menghambat atau membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag
jaringan untuk memakan dan membunuh spesies Candida merupakan
mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau
memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk Candida yang siap
difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah
difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium Candida.
Makrofag berperan dalam melawan Candida melalui pembunuhan
intraseluler melalui sistem mieloperoksidase (MPO).
4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam
pertahanan melawan infeksi Candida. Terbukti dengan ditemukannya
defek spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasis mukokutan
kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan infeksi HIV.
Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat fakta yang
memperlihatkan titer antibodi anti-Candida yang tinggi dapat
menghambat fagositosis.
Mekanisme imun seluler dan humoral yang terlibat dalam infeksi
Candida adalah sebagai berikut: tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit
adalah menempelnya Candida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi

8
antara glikoprotein permukaan Candida dengan sel epitel. Kemudian Candida
mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis fosfolipid
membran sel epitel. Bentuk pseudohifa Candida juga mempermudah invasi
jamur ke jaringan. Dalam jaringan, Candida mengeluarkan faktor kemotaktik
neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan luar Candida
mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan
mengaktifasi komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin.
Imunoglobulin ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi di permukaan
sel Candida, yang dapat melindungi Candida dari fungsi imunitas tuan rumah.
Selain itu Candida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan
fagosit lain.6

Adanya interaksi antara glikoprotein permukaan


Candida dengan sel epitel kulit

Candida menempel pada sel epitel kulit

Candida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase)

Fosfolipid membran sel epitel kulit terhidrolisis,


Candida masuk ke tubuh

Tubuh mengaktifkan semua komponen sistem imun

9
Candida akan difagosit oleh makrofag, neutrofil,
dan sel dendritik imatur

Candida juga melepaskan antigen berupa mannan yang


akan ditangkap oleh sel APC seperti sel dendritik

Dipresentasikan sebagai peptida spesifik ke sel T

Sel T mengaktifkan sel-sel sistem imun/efektor lainnya seperti sel B


untuk memproduksi antibodi dan sel Th1 yang mengaktifkan
makrofag sebagai sel efektor untuk eliminasi Candida

Gambar 1. Skema Mekanisme Sistem Imun pada Kandidiasis

H. GAMBARAN KLINIS
Manifestasi klinis yang terjadi pada kandidiasis dapat dibedakan
berdasarkan tempat yang terkena. Gambaran klinis kandidosis kutis ditandai
dengan adanya lesi kulit yang akut, mula-mula kecil kemudian meluas, berupa
makula eritem, batas tegas, pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan
skuama, serta sering terjadi erosi/basah, yang berasal dari vesikel yang pecah.
Di sekelilingnya terdapat lesi satelit yaitu lesi yang lebih kecil atau lesi
penyerta yang terletak di dekat lesi utama berupa vesikel atau pustul yang
kecil.2,3
Berdasarkan letaknya, manifestasi klinis pada kandidiasis kutis dapat
dibedakan sebagai berikut2:
1. Kandidiasis intertriginosa
Kandidiasis Intertriginosa merupakan kandidiasis yang sering
menyerang orang-orang gemuk, terjadi pada tempat-tempat di mana dua
permukaan kulit saling menempel, seperti pada daerah lipatan kulit ketiak,
lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki.2 Lesi

10
biasanya dimulai dengan dasar yang eritema, erosi, dan berkonfluensi,
bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah. Lesi tersebut dikelilingi oleh
satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila
pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.2

Gambar 2. Kandidiasis Intertriginosa2

11
2. Kandidiasis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit
ini menimbulkan pruritus ani. Kandidiasis perianal dapat muncul dengan
atau tanpa keterlibatan genital. Walaupun biasanya berawal disekitar tepi
anus dengan eritema non-spesifik, nyeri dan iritasi, penjalaran ke
perineum sering dijumpai, dengan gambaran klasik berkembang seiring
penjalarannya. Adanya pustul satelit biasanya merupakan indikasi untuk
terapi.2,3
3. Kandidiasis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga pada lipat
payudara, intergluteal dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis
dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-
pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya
menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan
imunologik.2.3
4. Paronikia dan onikomikosis
Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan
dengan air. Ditandai dengan edem kemerahan pada tepi kuku yang terasa
nyeri menyerupai paronikia oleh bakteri, dan bila dilakukan penekanan
kadang-kadang keluar eksudat seperti krim.2,3
5. Diaper disease
Sering pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti
yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, yang juga sering diderita
neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal. Erupsi biasanya
berawal dari daerah perianal, meluas melibatkan perineum dan pada kasus
berat meluas pada paha atas, abdomen bawah dan punggung bawah. Mula-
mula kulit daerah perianal eritem, edem, terbentuk papul disertai pustul,
erosif dan basah, serta terdapat skuama koralet pada tepi lesi.2

12
Gambar 3. Diaper Disease2
6. Kandidiasis Granulomatosa
Penyakit ini banyak ditemukan pada anak-anak. Lesi berupa papul
kemerahan tertutup skuama tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat
erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbulkan seperti tanduk
sepanjang 2 cm. Lokasi tersering di muka, kepala, kuku, badan, tungkai,
dan faring.2,3
7. Kandidiasis Interdigital
Terjadi erosi pada interdigitaslis dan biasanya terjadi pada orang
tua yang mengalami obesitas. Diawali dengan pustul yang menjadi erosi
atau fisura dan dikelilingi penebalan kulit yang putih. Distribusinya
biasanya pada jari ke tiga dan keempat, pada kaki terjadi maserasi
8. Kandidiasis Folikular
Biasanya pada kulit yang tertutup. Bentuk klinisnya adalah pustul
diskret pada ostium folikel rambut.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada dasarnya merupakan pemeriksaan
laboratorium yang dapat menunjukkan adanya jamur dalam jaringan, yang
dapat dilakukan secara langsung atau kultur.1,2
1. Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH yang positif memastikan diagnosis
klinis penyakit kulit akibat jamur sedangkan pemeriksaan KOH 10%
negatif tidak menyingkirkan diagnosis penyakit tersebut. Hasil positif

13
kandidiasis menunjukkan adanya budding yeast cells (2 spora seperti angka
8), dengan atau tanpa pseudohifa atau hifa.

Gambar 4. Budding yeast dan pseudohifa pada pemeriksaan langsung dengan


KOH (perbesaran 400x)

2. Kultur Candida umumnya mudah tumbuh dalam suhu kamar (25-30C) dan
suhu 37C pada agar Saboraud glukosa atau Mycosel, dengan atau tanpa
antibiotik untuk menekan pertumbuhan bakteri. Dalam 24-48 jam terbentuk
koloni bulat, basah, mengkilat seperti koloni bakteri, berukuran sebesar
jarum pentul. Satu hingga dua hari kemudian koloni lebih besar, putih
kekuningan.
3. Pemeriksaan histopatologi
Gambaran histopatologis kandidiasis superfisialis dapat
menyerupai reaksi radang akut, terdapat mikroabses yang berisi sel
mononuklear dengan infiltrasi limfosit pada dermis bagian atas. Dengan
pewarnaan hematoksilin-eosin tampak blastospora dan pseudohifa yang
akan lebih jelas tampak dengan pewarnaan khusus seperti PAS dan
pewarnaan Gomori. Sel ragi berbentuk lonjong dengan ukuran 3-6 mikron.
4. Pemeriksaan glukosa dan reduksi urine untuk melihat adanya diabetes
mellitus pada pasien.

14
J. DIAGNOSIS
Diagnosis kandidiasis kutis dipertimbangkan berdasarkan anamnesis
berupa adanya gejala dan letak infeksi yang khas sesuai dengan jenis
kandidiasis kutis yang diderita pasien, disertai dengan hasil pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan mikroskopis dengan KOH menunjukkan hasil
positif.1,2,3
Tes diagnostik ini dapat dilakukan berdasarkan letak infeksi jamur atau
letak lesinya misalkan sebagai berikut ini6:
1. Mucocutaneous kandidiasis; lesi basah, kerokan atau noda yang
diperoleh dari kulit, kuku, atau mukosa mulut atau vagina diperiksa di
bawah mikroskop, melalui smear kalium hidroksida, Gram stain, atau
methylene blue berguna untuk mengamati langsung keberadaan dari
sel-sel jamur
2. Kandidiasis kulit; menggunakan lesi basah, kerokan atau noda yang
diperoleh dari kulit atau kuku dapat diperiksa di bawah mikroskop
dengan menggunakan kalium hidroksida.
3. Kandidiasis urogenital; tes diagnostiknya dapat dilakukan dengan
menggunakan sampel urine, kemudian diamati bukti keberadaan
peningkatan sel darah putih (leukosit), sel darah merah (eritrosit),
protein, dan sel-sel ragi. kultur jamur pada urin juga dapat dilakukan
4. Kandidiasis gastrointestinal; dilakukan dengan menggunakan
endoskopi dengan atau tanpa biopsi

K. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding pada kandidiasis kutis adalah sebagai berikut2,3 :
1. Kandidiasis intertriginosa perlu dibedakan dengan dermatitis seboroik,
dermatitis kontak, dermatofitosis, pitiriasis versicolor, dan eritrasma.
2. Paronikia Candida dan onikomikosis akut harus dibedakan dengan
paronikia oleh stafilokokus, dan tinea unguinum.
3. Pada kandidiasis perianal harus dibedakan dengan tinea, dermatitis.
4. Kandidiasis popok dibedakan dengan dermatitis kontak, dermatitis atopik,
dermatitis seboroik, dan psoriasis.

15
5. Granuloma Candida dibedakan dengan deep mycosis.

L. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan nonmedikamentosa secara umum adalah sebagai
berikut : 1) Menghindari faktor predisposisi, 2) Menjaga kelembaban kulit
agar tetap kering, 3) Mengurangi kontak dengan air, dan 4) Berpakaian yang
nyaman, tidak sempit dan bahan menyerap keringat, 5) Mencuci pakaian
dengan benzonyl peroksidase dapat mengurangi kolonisasi Candida, 6)
menjaga kebersihan..1,2,3,4
Penatalaksanaan medikamentosa pada kandidiasis kutis adalah sebagai
berikut1,2,3,4,6:
1. Topikal
a. Larutan ungu gentian -1% untuk selaput lender, 1-2%
untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
b. Nistatin: berupa salep, krim emulsi. Efektif hanya untuk
Candida
c. Amfoterisin B
d. Golongan Azol antara lain mikonazol 2% berupa krim atau
bedak, klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim,
Imidazole berupa cream yang efektif untuk candidiasi,
dermatofitosis, dan pitriasis versicolor, tiokonazol,
bufonazol, isokonazol, atau dapat juga berupa
siklopitoksolamin 1% berupa larutan atau krim
e. Preparat Glukokortikoid yang berfungsi untuk mengurangi
gejala
2. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam
saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus
b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis
sistemik
c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500
mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan
ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan
flukonazol 150 mg dosis tunggal

16
d. Untuk kandidiasis kutis, pilihan itrakonazol merupakan
drug of choice yang diberikan dengan dosis pulse therapy.
Bentuk sediaan dapat berupa kapsul atau solutio oral
dengan dosis 200 mg per hari 2x sehari selama 7 hari
kemudian minggu 2-4 dihentikan. Lalu diulangi kembali
pada minggu 1 bulan berikutnya. Hal ini dilakukan antara
3-6 bulan Dapat juga diberikan Ketokonazol 200 mg 2x
sehari selama 1-2 minggu, ataupun flukonazol 200 mg 1x
kemudian dilanjutkan 100 mg per hari selama 2-3 minggu.
Apabila ada infeksi yang memberat dosis dapat
ditingkatkan. Dapat juga diberikan Miconazol nitrate
powder apabila lesi tersebar generalisata.
M. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini umumnya baik tergantung pada faktor
predisposisi dan beratnya penyakit.2

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Dabas, Parveen S. An Approach to Etiology, Diagnosis and Management of


Different Types of Kandidiasis. Journal of Yeast and Fungal Research. 2013. 4
(6): 63-73
2. Wolff, Klauss dan Richard Allen Johnson. Fitzpatricks Color Atlas and
Sinopsis of Clinical Dermatology Sixth Edition. McGraw-Hill. USA. 2009;
718-731.
3. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest, BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K.
Fiztpatrick Dermatology in General Medicine Eight Edition. McGraw-Hill.
USA. 2012: 3268-3281
4. Scheinfeld, Noah S. Cutaneous Kandidiasis. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1090632-overview. 03 April 2016
5. Hidalgo, JH. Kandidiasis. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/213853-overview. 03 April 2016
6. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VI, Cetakan II, Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2011;106-109.
7. Pappas, Kaufmann, Andes, Benjamin, Calandra, Edwards, Filler, et al.
Clinical Practice Guidelines for the Management of Kandidiasis: 2009 Update
by the Infectious Diseases Society of America. Treatment Guidelines for
Kandidiasis. 2009. 48 : 503-535
8. Bhai N, Tendolkar U, Baradkar B, Mathur M, Kulkarni M. Paediatric
Oropharyngeal And Cutaneous Kandidiasis With Special Reference To
Candida Dubliniensis. 2014. Journal of Medical Microbiology. 63: 518-521
9. Rahman MH, Hadiuzzaman, Jaman MK, Bhuiyan, Islam N, Ansari NP, Mumu
SA, Chowdhury IJ. Prevalence Of Superficial Fungal Infections In The Rural
Areas Of Bangladesh. Irian Journal of Dermatology. 14 (3): 86-91
10. Borman AM, Linton CJ, Oliver D, Palmer, MD, Szekely A, Odds FC, Johnson
EM. Pyrosequencing of 20 nucleotides of the Internal Transcribed Spacer 2
discriminates Candida parapsilosis, Candida metapsilosis and Candida
orthopsilosis. Journal of Clinical Microbiology. 2009. 2307-2310

18
11. Mayer FL, Wilson D, Hube B. Candida albicans Pathogenicity Mechanisms.
Virulence. 2013. 4 (2): 119-128
12. Garcia MC, Lee JT, Ramsook CB, Alsteens D, Dufrene YF, Lipke PN. A Role
for Amyloid in Cell Aggregation and Biofilm Formation. Plos One. 2011. 6
(3): 1-13.
13. Verstrepen KJ, Klis FM. Flocculation, Adhesion And Biofilm Formation In
Yeasts. Mol Microbiol 2006. 60:5-15
14. Naglik JR, Moyes DL, Wachtler B, Hube B. Candida Albicans Interactions
With Epithelial Cells And Mucosalimmunity. Microbes Infect. 2011. 13 (12-
13): 963-976.
15. Dalle F, Wachtller B, Ollivier C, Holland G, Bannert N, Wilson D, Labruere
C, Bonnin A, Hube B. Cellular Interactions Of Candida Albicans With Human
Oral Epithelial Cells And Enterocytes. Cellular Microbiolgy. 2010. 12 (2):
248-271.

STATUS PENDERITA

A. ANAMNESIS
1. Identitas
Nama : An.ANS
Usia : 1,5 Tahun
Alamat : Grintingan 16/04 Babadan, Sambi, Boyolali
Pekerjaan :-

19
Status : Belum Menikah
No RM : 01366xxxx
Tanggal Pemeriksaan : 27 Oktober 2017
Anamnesis : Alloanamnesis

2. Keluhan Utama
Plenting-plenting kecil berwarna kemerahan di seluruh tubuh 6 bulan
sebelum masuk rumah sakit.

3. Anamnesis Khusus

Pasien merupakan konsulan TS Anak bagian Hepatologi Anak dengan


kolesistitis intrahepatal. Terdapat plenting-plenting kecil berwarna
kemerahan di seluruh tubuh pasien. Plenting dirasakan gatal namun tidak
disertai dengan rasa nyeri dan rasa terbakar. Plenting dirasakan muncul
sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Plenting dirasakan bertambah
gatal bila pasien berkeringat dan akan tidur di malam hari.
Keluhan muncul pertama kali di kaki dan tangan pasien sejak 1 tahun
lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya, plenting tersebut hanya muncul
sedikit, namun lama kelamaan melebar hingga hampir memenuhi seluruh
tubuh pasien. Keluhan muncul tidak didahului oleh demam sebelumnya.
Kontak dengan serangga sebelumnya juga disangkal.
Dari bagian Anak pada pasien mendapat terapi Urdafalk selama 9
bulan dari bulan Januari 2017 hingga ketika pasien diperiksa hari ini, yakni
pada tanggal 27 Oktober 2017.

A. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit serupa : (+), sejak 1 tahun lalu.
keluhan dirasakan di kaki
dan tangan
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal

20
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal

B. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal

C. Riwayat Gizi dan Kebiasaan


Gizi pasien terkesan kurang. Pasien saat ini mengkonsumsi bubur tim
dan meminum susu formula sebanyak 2 kali sehari. Pasien meminum ASI
eksklusif dari ibunya hanya sampai usia 2 bulan, setelah itu pasien tidak
mau minum ASI eksklusif lagi sehingga pasien mulai meminum susu
formula sampai sekarang. Pasien biasa mandi 2 kali sehari memakai air
hangat, mengganti pakaian 2x sehari, dan tidak memakai handuk secara
bersamaan. Pasien setiap tidur tidak memakai kipas angin atau Air
Conditioner (AC).

D. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan anak perempuan berumur 1,5 tahun yang saat ini
tinggal bersama orang tuanya dan kakaknya. Pasien saat ini belum
mengenyam pendidikan sekolah. Kegiatan sehari-hari pasien hanya bermein
di rumahnya. Terkadang pasien juga bermain di rumah kakek dan neneknya
yang berjarak sekitar 50 meter dari rumahnya.
Pasien berobat di RSUD Dr. Moewardi menggunakan fasilitas asuransi
kesehatan BPJS.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang, GCS E4V5M6
Vital Sign : RR : 27x Menit

21
HR : 105 x/menit T : 36,8oC
Pain score: sulit dievaluasi
Status Gizi : BB: 8 kg TB: 74 cm BMI: 14,61 (-3SD s/d
-2SD)
Kepala : lihat status dermatologis
Wajah : lihat status dermatologis
Leher : lihat status dermatologis
Mata : sklera ikterik (+)
Telinga : dalam batas normal
Axilla : dalam batas normal
Truncus Anterior : lihat status dermatologis
Truncus Posterior : lihat status dermatologis
Inguinal : dalam batas normal
Genital : dalam batas normal
Ekstermitas Atas : lihat status dermatologis
Ekstermitas Bawah : lihat status dermatologis

2. Status Dermatologis
Regio generalisata didapatkan papula eritem multiple dan tersusun diskret.
Regio canthus medialis dextra didapatkan paula eritem yang disertai
ekskoriasi

Gambar 1. Regio facialis

22
Gambar 2. Regio colli posterior

23
Gambar 3. Regio Truncus Posterior et Gluteal

Gambar 4. Regio Truncus Anterior

24
Gambar 5. Regio extremitas inferior

Gambar 6 dan 7. Regio Extremitas superior dextra et sinistra

25
C. DIAGNOSIS BANDING
Kandidiasis kutis
Pruritus hepatik
Scabies
Dermatitis atopi

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan KOH 30%

Gambar 9. Pseudohifa (+), budding yeast cell (+), perbesaran 1000x

E. DIAGNOSIS
Kandidiasis kutis generalisata

26
F. TERAPI
1. Non- farmakologis
a. Edukasi terhadap pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan kulit
dan lingkungan sekitarnya
b. Edukasi agar pasien dibersihkan secara teratur dan menjaga kulit agar
tetap kering tidak lembab
c. Personal hygiene
d. Mengurangi kelembapan tubuh dengan memakaikan pakaian yang daat
menyerap keringat

2. Farmakologis
a. Topikal: Mikonazole nitrat powder 2% 20 gram, tabur dan ratakan 2 x/24
jam pada seluruh tubuh

G. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Sanationam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
Ad Kosmetikum : dubia ad bonam

27

Anda mungkin juga menyukai