Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANDIDIASIS ORAL


DI PUSKESMAS SAWAN II KABUPATEN BULELENG
Tanggal 09-15 -2019

OLEH:

I GEDE PRAYADI PUTRA


16089014076

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida.
Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme
ini mencapai 40-60 % dari populasi
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida,
khususnya C.  albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada
penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian
antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang . Secara umum
kandidiasis oral adalah Cnadidiasis oral merupakan infeksi oportunistik yang
paling umum mempengaruhi mukosa oral. Pada sebagian besar kasus, lesi
tersebut disebabkan oleh jamur Candida albicans. (Hakim, Ramadhian,
Kedokteran, & Lampung, 2015)
2. Epidemiologi
Kandidiasis oral pertama kali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377
SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh
genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan
tujuh diantaranya ( C.albicans, C. tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C.
kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C.
albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia
sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.Terdapat sekitar 30-
40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada
neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai
gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan
jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi,
dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Meningkatnya prevalensi infeksi Kandida Albican ini dihubungkan dengan
kelompok penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi dan
kemoterapi maligna. Odds dkk (1990) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa 6.545 penderita HIV/AIDS sekitar 44,8% adalah penderita kandidiasis.
(Kemenkes RI, 2018)
3. Etiologi
Penyebab tersering Candidiasis adalah Candida albicans. Spesies
patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii
C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Candida adalah grup
heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies
candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari
spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur
dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi
candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial
dan sistemik.
Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita
dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat.
Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang
mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang
dalam pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya
belum sempurna.
Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut
bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan
sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat. Faktor-faktor yang
merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
a) HIV/AIDS
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab
AIDS, yang dapat menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel
sistem kekebalan tubuh. Sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap
infeksi oportunistik yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan berulang
dari oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
b) Kanker
Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya
mungkin akan melemah oleh karena penyakit kanker tersebut dan karena
perawatan penyakit, seperti kemoterapi dan radiasi. Penyakit kanker dan
perawatan penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi Candida seperti
oral thrush.
c) Diabetes Mellitus
Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik, air liur (saliva) mungkin akan
mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong pertumbuhan
candida.
d) Infeksi jamur vagina
Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama dapat
menyebabkan candidiasis mulut. Meskipun infeksi jamur tidak berbahaya,
jika seseorang sedang hamil maka jamur dapat menular pada bayi selama
persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami oral thrush.
4. Patofisiologi
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau
kadang oleh candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans
umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai
terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada
keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini
merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan.
Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya
dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak
terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam
jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem
imun serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired
Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan
keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan
dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika
pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang
dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah
tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang
menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.(Brunner &
Suddarth, 2017)
5. Klasifikasi
Secara umum, kandidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok,
yaitu:
a) Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
- Kandidiasis Pseudomembranosus Akut (Thrush)
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga
sebagai thrush, pertama sekali dijelaskan kandidiasis ini tampak
sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti
beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur,
dapat dihapus meninggalkan permukaan merah dan kasar. Pada
umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum lunak.
Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada
mulut. Kandidiasis seperti ini sering diderita oleh pasien dengan
sistem imun rendah, seperti HIV/AIDS, pada pasien yang
mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi. Diagnosa
dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau
pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari kerokan jaringan.

- Kandidiasis Atropik Akut


Kandidiasis jenis ini membuat daerah permukaan mukosa oral
mengelupas dan tampak sebagai bercak-bercak merah difus yang
rata. Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik spektrum luas,
terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan
Kandida albikan. Antibiotik yang dikonsumsi oleh pasien
mengurangi populasi Lactobacillus dan memungkinkan Kandida
tumbuh subur. Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan
mengeluhkan sakit seperti terbakar.
b) Kronik, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
- Kandidiasis Atropik Kronik (Denture Stomatitis / alergi gigi tiruan)
Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”.
Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan
akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari
infeksi Kandida.6,18 Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh
pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai
gigi tiruan selagi tidur.

- Kandidiasis Hiperplastik Kronik


Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah
berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan
beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang menjadi
displasia berat atau keganasan, dan kadang disebut sebagai Kandida
leukoplakia. Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus,
sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Kandidiasis ini
paling sering diderita oleh perokok.
- Median Rhomboid Glositis
Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis di
anterior lidah ke papila sirkumvalata, tepatnya terletak pada
duapertiga anterior dan sepertiga posterior lidah. Gejala penyakit ini
asimptomatis dengan daerah tidak berpapila.

c) Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut
mulut, dapat bilateral maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena
infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan terasa sakit ketika
membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita
defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi.(Brunner & Suddarth,
2017)

6. Manifestasi Klinis
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan
lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding
mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang
berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.
a. Pada Anak-anak dan Dewasa
Awalnya, seseorang mungkin tidak menyadari gejala oral trush.
Tergantung pada penyebab, tanda dan gejala dapat terjadi tiba-tiba dan
bertahan untuk waktu yang lama. Gejala-gejala tersebut, antara lain:
1) Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut,
gusi, dan amandel (tonsil)
2) Lesi menyerupai keju
3) Nyeri
4) Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores
5) Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai
gigi tiruan)
6) Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut
7) Kehilangan selera makan
Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke
kerongkongan dan esofagus (Candida esophagitis). Jika hal ini terjadi,
pasien mungkin akan mengalami kesulitan menelan atau merasa seolah-
olah makanan terjebak di tenggorokan.
b. Pada Bayi dan Ibu Menyusui
Selain lesi mulut khas berwarna putih, bayi mungkin juga memiliki
kesulitan makan atau rewel dan mudah marah. Bayi dapat menularkan
infeksi tersebut kepada ibu mereka selama menyusui. Wanita yang
payudaranya terinfeksi candida mungkin mengalami tanda-tanda dan
gejala, antara lain:
1) Puting berwarna sangat merah, sensitif, dan gatal
2) Terdapat serpihan kulit di daerah berwarna gelap yang melingkari
puting (areola)
3) Puting terasa sakit saat menyusui
4) Sakit yang tajam jauh di dalam payudara (Nursalam & Dian, 2009)
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan meliputi pemeriksaan fisik umum
persistem dan observasi keadaan umum, tanda- tanda vitalda pemeriksaan
head to toe.
a) Keadaan umum dan tanda- tanda vital
Pemeriksaan keadaan umum dapat dilakukan dengan cara melihat
bentuk fisik pasien, seperti pemeriksaan GCS-nya (composmentis,
apatis, somnolen, sopor, sopor koma, koma), selain itu periksa juga
tanda- tanda vital pasien untuk mengetahui keadaanyan.
b) Head To Toe
Pemeriksaan fisik head to toe juga perlu dilakukan untuk mengetahi
keadaan bagian tubuh pasien.
8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan
adanya pemeriksaan penunjang, antara lain :
a. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH
10 % atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa
semu.
b. Pemeriksaan biakan 
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa
Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar
atau lemari suhu 370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast
like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan
tumbuhan tersebut pada corn meal agar. 
Beberapa penunjang lain :
- Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada
swab mukosa.
- Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat
perbaikan dengan pemberian flukonazol.
-  Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal
dengan swab atau kumur.
- Diagnosa pasti dengan biopsy
9. Diagnosis
Diagnosa yang tepat diperoleh dari pemeriksaan yang teliti.
Diagnosa kandidiasis oral yang dapat dilakukan meliputi anamnesa,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaaan penunjang seperti pemeriksaan
sitologi eksfoliatif, metode kultur swab, uji saliva, dan biopsi.
Berdasarkan hasil anamnesa dapat diperoleh informasi mengenai keadaan
rongga mulut yang dialami pasien. Pasien yang menderita kandidiasis
oral bisa mempunyai keluhan terhadap keadaan rongga mulutnya, namun
ada juga yang tidak menyatakan adanya keluhan pada rongga mulutnya.
Keluhan yang bisa terjadi pada kandidiasis oral seperti adanya rasa tidak
nyaman, rasa terbakar, rasa sakit, dan pedih pada rongga mulut.
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan melihat gambaran klinis lesi yang
terdapat pada rongga mulut. Gambaran klinis kandidiasis oral yang
terlihat bisa berbeda-beda sesuai dengan tipe kandidiasis yang terjadi
pada rongga mulut pasien. Di samping itu, pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan sitologi eksfoliatif, kultur swab, uji saliva, dan biopsi sangat
diperlukan dalam mendukung diagnosa kandidiasis oral.
10. Therapy / Tindakan Penanganan

Perawatan Candidiasis oral yaitu dengan menjaga kebersihan


rongga mulut, memberi obat-obatan antifungal baik lokal maupun
sistemik, dan berusaha menanggulangi faktor predisposisi, sehingga
infeksi jamur dapat dikurangi. Terdapat dua jenis obat antifungal, yaitu
pemberian obat antifungal secara topikal dan sistemik.
a. Obat topical untuk kandidiasis meliputi: 
1) Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit,
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
2) Nistatin: berupa krim, salap, emulsi.
3) Amfoterisin B.
4) Grup azol antara lain: 
- Mikonazol 2% berupa krim atau bedak 
- Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim 
- Tiokonazol, bufonazol, isokonazol 
- Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
- Antimikotik yang lain yang berspektrum luas
b. Sistemik 
1) Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran
cerna, obat ini tidak diserap oleh usus.
2) Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik.
3) Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per
vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x
200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis
tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
4) Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis
untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari. 
11. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan
kandidiasis oral, yaitu:
a) Pada pasien dengan defisiensi imun seperti HIV/AIDS mudah
terjadi infeksi candida sistemik yang dapat menyerang saluran
pencernaan, paru, hepar dan katup jantung
b) Pasien dengan imunodefisiensi dengan kandidiasis dapat merasakan
disfagia
c) Infeksi dapat menyebar ke usus halus yang menyebabkan absorbsi
makanan inadekuat (malabsorbsi).
12. Hal- Hal Lain Yang Perlu Disertakan
a. Cara Penularan Kandidiasis Adapun
Cara penularan Candida karena kontak secret atau ekskret dari
mulut, kulit, vagina dan faeses, dari penderita ataupun carrier, atau
tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan atau
penularan endogen. Masa inkubasi atau masa sejak masuknya
jamur Candida di dalam tubuh sampai timbulnya gejala
penyakit Candidiasis adalah bervariasi antara 2 – 5 hari untuk lesi
mulut. Masa penularan penyakit diasumsikan akan menular ketika
saat sudah ditemukan lesi.

b. Cara Pencegahan
Kandidiasis mulut merupakan salah satu penyakit mukosa
mulut akibat infeksi jamur Candida albicans. Sehingga upaya
promotif dan preventif yang dapat dilakukan terhadap penyakit ini
yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
menjaga oral hygiene yang baik. Salah satu caranya yaitu
menggosok gigi dengan teratur. Pada orang dewasa kandidiasis
oral juga bisa disebabkan karena penggunaan gigi tiruan sehingga
menjaga kesehatan mulut penting untung mencegah penyakit ini.
Selain itu menjaga kebersihan diri sangat penting dalam
pencegahan infeksi jamur salah satunya adalah gunting kuku.
Tidak banyak dari kita yang menyadari bahwa jamur yang dapat
tumbuh di daerah kuku dan sekitarnya. Jika ada kulit yang
terinfeksi jamur, kadang secara tidak sengaja ingin menggaruk
sekedar untuk menghilangkan rasa gatal tersebut, namun hal itu
justru akan membuat jamur itu menempel dibawah kuku dan
menginfeksi di daerah kuku bahkan dapat memindahkan infeksi
jamur ke tempat atau kulit di daerah lain tubuh. Hal ini juga
berhubungan dengan kebiasaan mencuci tangan dan mengonsumsi
air bersih. Sebab air yang terkontaminasi oleh jamur dapat
menjadi media penularan dan infeksi jamur. Sehingga menjaga
pola dan kebiasaan hidup sehat merupakan upaya pencegahan bagi
infeksi jamur khususnya Candida albicans ini.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Umum
Identitas pasien meliputi: Nama, umur, jeniss kelamin, agama, alamat,
tempat tanggal lahir, suku, diagnosa medis, No RM, tanggal MRS,
golongan darah. Identitas penanggung jawab meliputi: Nama, hubungan
dengan pasien, , umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan No Hp.
b. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Keluhan yang dirasakan pasien)
2) Alasan MRS (Kejadian yang menyebabkan pasien masuk RS)
3) Riwayat Penyakit (Tanya kepada pasien apakah memiliki riwayat
penyakit sebelumnya)
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat penyakit yang pernah dialami
2) Riwayat perawatan
3) Riwayat operasi
4) Riwayat pengobatan
5) Kecelakaan yang pernah dialami
6) Riwayat alergi

d. Pola fungsi kesehatan (Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual)


1) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Apakah ada mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit.
3) Pola eliminasi
Mengkaji pola BAK dan BAB pasien
4) Pola aktifitas dan latihan
Apakah pasien terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik.
5) Pola istirahat
Mengkaji pola istirahat pasien, biasanya pasien tidak dapat tidur
dengan nyenyak, pikiran kacau, terus gelisah.
6) Pola kognitf dan perseptual (sensoris)
Apakah ada kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan
perannya selama sakit.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Mengkaji pola persepsi dan konsep diri, biasanya pola emosional
pasien sedikit terganggu karena pikiran kacau dan sulit tidur.
8) Peran dan tanggung jawab
Mengkaji apakah keluarga ikut berperan aktif dalam menjaga
kesehatan fisik pasien atau tidak.
9) Pola reproduksi dan sexual
Mengkaji perilaku dan pola seksual pada pasien
10) Pola penanggulangan stress
Stres timbul akibat pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya, pasien merasakan pikirannya kacau. Apakah keluarga
pasien cukup perhatian selama pasien dirawat di rumah sakit.atau
tidak.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Apakah timbul distres dalam spiritual pada pasien, sehingga pasien
akan menjadi cemas dan takut, serta kebiasaan ibadahnya akan
terganggu, dimana pasien dan keluarga percaya bahwa masalah pasien
murni masalah medis dan menyerahkan seluruh pengobatan pada
petugas kesehatan.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kaji kesadaran pasien apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor,
sopor koma, koma. Selain itu kaji wajah, kebersihan secara umum, tanda-
tanda vital pasien.
2) Pemeriksaan per-sistem
 Sistem respiratori (mengetahui pernapasan pasien, ada tidaknya
suara napas tambahan)
 Sistem kardiovaskuler (mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung)
 Sistem hematologi (mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan
splenomegali)
 Sistem urogenital (ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan
keluhan sakit pinggang)
 Sistem muskuloskeletal (mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau
tidak)
 Sistem kekebalan tubuh (mengetahui ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah bening)
3) Pemeriksaan Ekstra Oral
Wajah : Simetris.
Bibir : Tidak ada kelainan.
KGB : KGB servikal dan submandiularis kanan dan kiri
tidak teraba datidak terasa sakit.
TMJ : Dalam batas normal.
4) Pemeriksaan Intra Oral
- Mukosa bukal : ada / tidak kelainan
- Mukosa palatum : ada / tidak kelainan
- Mukosa labial : ada / tidak kelainan
- Palatum : ada / tidak kelainan
- Torsus palantinus : (-)
- Torsus mandibularis : (-)
- Lidah : biasanya tampak plak putih kekuningan di
dorsal lidah.
- Gingiva : Tidak ada kelainan
- Malposisi : (-)
- Maloklusi : (-)
- Kalkulus : (+) Regio A, B, C, D, E, F
- Atrisi : (-)
- Hubungan rahang : Ortognati
5) Pemeriksaan Head To Toe
 Kepala dan rambut
Inspeksi : bentuk, ukuran, distribusi, dan warna rambut
Palpasi : tebal dan banyaknya rambut, hematoma
 Mata
Inspeksi : simetris, konjungtiva, pupil, sclera
Palpasi : tekanan bola mata, ada atau tidaknya nyeri tekan pada bola
mata
 Telinga
Inspeksi : ukuran, bentuk, serumen
Palpasi : kartilago telinga, ada tidaknya nyeri tekan pada bola mata
 Hidung dan sinus
Inspeksi : bentuk tulang, kesimetrisan lubang hidung, ada atau
tidaknya pernapasan cuping hidung
Palpasi : sinus maksilaris, ada tidaknya nyeri tekan
 Mulut dan faring
Inspeksi : amati ada tidaknya kelainan pada bibir
Palpasi : palatum, langit- langit dan lidah
 Leher
Inspeksi : bandingkan antara leher kanan dan kiri
Palpasi : ada atau tidaknya pembengkakan
 Dada
- Paru- paru
Inspeksi : kesimetrisan paru kanan dan kiri, bentuk, dan postur
Palpasi : ada tidaknya pembesaran dan nyeri tekan, massa
Perkusi: batas jantung
Auskultasi : suara paru (wheezing, ronchi)
- Jantung
Inspeksi dan palpasi : batas jantung dan ada tidaknya
ketidakseimbangan denyut jantung
Perkusi : ukuran dan bentuk jantung
Auskultasi : suara jantung
 Abdomen
Inspeksi : bentuk dan gerakan abdomen
Auskultasi : bising usus
Palpasi : bentuk, ukuran, dan konsistensi organ
Perkusi : ada tidaknya cairan dan massa nyeri tekan pada abdomen
 Genetalia
Inspeksi : distribusi rambut pubis, kulit, dan ukuran
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan, benjolan, serta cairan
 Ekstrimitas
- Ekstrimitas atas
Inspeksi : warna kulit, ada tidaknya pembengkakan, ada atau
tidaknya fraktur tertutup atau terbuka, serta ada
tidaknya luka
Palpasi : temperature, sendi- sendi, otot erta adanya nyeri tekan
atau benjolan
- Ekstrimitas bawah
Inspeksi : perhatikan adanya dislokasi atau pembengkakan
Palpasi : struktur, konsistensi dan ukuran tulang
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan makanan.
b) Kekurangan volume cairan b.d intake cairan tidak adekuat
c) Nyeri akut b.d agen cedera biologis
d) Hipertermia b.d proses imflamasi penyakit
e) Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
f) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3. Rencana Asuhan Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


O HASIL
1 Ketidakseimba NOC : NIC : Nutrition Management
ngan nutrisi Nutritional Status : Food and 1. Monitor jumlah nutrisi 1. Untuk
kurang dari Fluid Intake dan kandungan kalori mengetahui
kebutuhan Setelah dilakukan asuhan 2. Kaji kemampuan untuk status nutrisi
tubuh b.d keperawatan .....x24jm mengunyah,menelan klien
ketidakmampu diharapkan nutrisi pasien 3. Berikan perawatan mulut 2. Mengetahui
an menelan dapat terpenuhi dengan setiap hari, hindari obat kemampuan
makanan. kriteria hasil : kumur yang mengunyah
1. Adanya peningkatan mengandung alcohol dan menelan
berat badan sesuai tujuan 4. Berikan pilihan makanan klien
2. Berat badan ideal sesuai 5. Berikan keluarga dan 3. Menjaga
dengan tinggi badan klien informasi tentang kebersihat
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan gizi mulut, serta
kebutuhan nutrisi 6. Kolaborasi dengan ahli dapat
4. Tidak ada tanda- tanda gizi tentang diet klien meningkatka
malnutrisi n nafsu
5. Tidak terjadi penurunan makan
berat badan yang drastis
4. Untuk
menambah
nafsu makan
klien
5. Untuk
menambah
pengetahuan
klien dan
keluarga
tentang
nutrisi yang
diberikan
6. Diet dapat
membantu
masalah
pencernaan.
2 Kekurangan NOC : Fluid Balance Fluid Management 1. Untuk
volume cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status hidrasi mengetahui
b.d intake keperawatan selama ..... X .... ( kelembaban membran perkembang
cairan tidak jam dengan kriteria hasil mukosa, nadi adekuat, an status
adekuat 1. Tidak ada tanda – tanda tekanan darah otorstatik) rehidrasi
dehidrasi 2. Monitor TTV 2. Untuk
2. Turgor kulit normal, 3. Monitor status cairan mengetahui
membran mukosa termasuk intake dan TTV batas
lembab output cairan normal
4. Anjurkan menambah 3. Untuk
intake oral ( cairan memantau
maupun nutrisi ) status cairan
5. Dorong keluarga untuk 4. Memenihi
membantu pasien makan kebutuhan
6. Kolaborasi dengantim cairan dan
medis dalm pemberian nutrisi
cairan. 5. Untukm
lebih
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
6. Untuk dapat
memebuhi
kebutuhan
cairan
pasien.
3 Nyeri akut b.d NOC : Pain Control NIC : Pain Management 1. Mengetahui
agen cedera Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian penyebab,
biologis keperawatan selama ..... x .... nyeri menggunakan kualitas,
jam diharapkan nyrei dapat pengkajian PGRST tempat,
berkurang dengan kriteria 2. Berikan posisi yang skala, dan
hasil : nyaman waktu
1. Mampu mengontrol nyeri 3. Berikan perawatan oral timbulnya
2. Nyerihilang atau berkurag setiap hari neri.
2. Mendapatk
4. Ajarkan teknik relaksasi an posisi
nafas dalam yang
5. Kolaborasikan dalam nyaman
pemberian analgetik agar nyeri
berkurang
3. Meringanka
n nyeri dan
menjaga
kebersihan
oral klien.
4. Meminimal
kan rasa
nyeri
dengan
teknik
nonfarmako
logi
5. Farmakolog
i dapat
meminimal
kan yang
dialami
oleh klien
4 Hipertermia NOC : Thermoregulation NIC : Fever Treatment 1. Untuk
b.d proses Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh mengetahui
imflamasi keperawatan selam ....x 24 sesering mungkin status
penyakit jam diharapkan suhu tubuh 2. Lakukan tapid water kesehatan
menurun dengan kriteria hasil sponge pasien
: 3. Dorong masukan oral 2. Untuk
1. Suhu tubuh dalam dan selimuti pasien memberika
rentang normal 4. Kolaborasi dengan n stimulus
2. Tanda-tanda vital dalam dokter dalam pemberian pada
rentang normal. antipiretik. hipotalamu
s bahwa
keadaan di
luar tubuh
panas
sehingga
menurunka
n suhu
tubuh
3. Mningkatka
n masukan
oral dan
menghangt
kan pada
pasien
4. Untuk
menurunka
n panas
pasien.
5 Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan 1. Memberikan
nyaman b.d keperawatan selama ..... x.... yang menenangkan rasa nyaman
gejala terkait jam diharapkan rasa nyaman 2. Nyatakan dengan jelas atar klien dan
penyakit meningkat harapan terhadap perawat
Dengan kriteria hasil: perilaku klien 2. Mengetahui
1. Mampu mengontrol 3. Jelaskan semua prosedur tujuan dan
kecemasan dan apa yang dirasakan perilaku
2. Status kenyamanan selama prosedur klien
meningkat 4. Kolaborasikan dengan 3. Mengurangi
pemberian obat untuk tingkat
mengurang kecemasan kecemasan
klien
4. Farmakologi
dapat
mengurangi
tingkat
kecemasan
klien.
6 Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Catat dan kaji TTV klien 1. Mengetahui
perubahan keperawatan selama ..... x .... 2. Gunakan pendekatan yang keadaan
status jam diaharapkan rasa cemas nyaman umum klien
kesehatan dapat berkurag dengan 3. Temani klien untuk 2. Menguragi
kriteria hasil : mengurangi rasa takut rasa cemas
1. Vital sign dalam batas 4. Berikan obat untuk pada klien
normal mengurangi cemas. 3. Mengajarka
n klien
untuk
terbuka
dengan
masalah
4. Farmakolog
i mampu
mengurangi
rasa cemas
klien.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang
telah dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dan dibuat dengan melihat perkembangan kondisi pasien
selama diberikan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & Suddarth. (2017). keperawatan medikal bedah (12th ed.; E. A.


MARDELA, Ed.). JAKARTA: EGC.

Hakim, L., Ramadhian, M. R., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2015). Kandidiasis
Oral Oral Candidiasis. 4, 53–57.

Huda Nurarif, Amin, 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis dan Nanda NIC NOC Jogjakarta: Mediaction.

Kemenkes RI. (2018). InfoDatin-HIV-AIDS-2018.pdf (p. 12). p. 12.

Nursalam, & Dian, K. N. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi


Hiv/Aids. JAKARTA.

Nanda.2015.Diagnosis Keperawatan 2015.Jogjakarta: Mediaction

Saucaprami. 2014. LP & ASKEP Teori Kandidiasis.


https://id.scribd.com/doc/244323142/LP-ASKEP-teori-kandidiasis. ( Diakses
tanggal 4 Desember 2019)

Anda mungkin juga menyukai