Anda di halaman 1dari 5

Penatalaksanaan Kandidiasis Oral Pada Anak

Elissa Arianto1, Sri Hernawati2


1Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
2Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Jl. Kalimantan 37, Jember. Kode pos: 68121


e-mail korespondensi: elissa.arianto@gmail.com

Abstrak
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi opurtunistik pada mukosa oral yang disebabkan oleh jamur
dari jenis Candida albicans. Selain Candida albicans penyebab kandidiasis oral pula dapat
disebabkan oleh C. Tropicalis, C. Krusei, C. Parapsilosis, C. Guilliermondi. Terdapat beberapa faktor
yang membantu terjadinya kandidiasis oral diantaranya yaitu status imun pasien, lingkungan
mukosa oral, dan strain dari Candida albicans itu sendiri. Kandidiasis dibagi berdasarkan presentasi
klinisnya yaitu kandidiasis pseudomembranosa, kandidiasis atropik, kandidiasis eritematosa,
kandidiasis hiperplastik, dan keilitis angular. Diagnosis pada kandidiasis oral dapat ditegakan
dengan mengenali tanda-tanda gejala klinis yang berhubungan dengan kandidiasis oral ini serta
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang meliputi sitologi eksfoliatif, kultur dan juga pemeriksaan
biopsi jaringan. Pengobatan pada kandidiasis oral terbagi atas lini pertama dan lini kedua. Tujuan
dari pengobatan pada kandidiasis oral ini adalah untuk mencegah penyebaran sistemik,
menghindari kekurangnyamanan pada penderita dan mencegah berkembang biaknya jamur
kandidiasis yang terlampau pesat. Prognosis pada kandidiasis oral bergantung pada faktor-faktor
yang mendasari terjadinya kandidiasis oral ini.

Kata kunci: Kandidiasis, Candida albicans

Pendahuluan disebabkan oleh jamur Candida albicans.


Candida albicans adalah salah satu komponen
dari mikroflora oral dan sekitar 30-50% orang
Candida albicans merupakan flora normal
sebagai karier organisme ini. Tedapat lima tipe
rongga mulut, saluran pencernaan dan vagina,
spesies kandida yang terdapat di kavitas oral,
jamur ini dapat berubah menjadi patogen jika
diantaranya adalah:2
terjadi perubahaan dalam diri pejamu.
1. Candida albicans
Perubahan yang terjadi pada pejamu tersebut
dapat bersifat lokal maupun sistemik.1 2. Candida tropicalis
Lesi kandidiasis ini dapat berkembang di setiap 3. Candida krusei
rongga mulut, tetapi lokasi yang paling sering 4. Candida parapsilosis
adalah mukosa bukal, lipatan mukosa bukal, 5. Candida guilliermondi
orofaring dan lidah. Kandidiasis kronis yang Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans
tidak segera dirawat dapat berkembang adalah yang paling sering terdapat pada
menjadi kandidiasis leukoplakia yang bersifat kavitas oral. Candida albicans merupakan fungi
pra ganas, dan kemudian mengakibatkan yang menyebabkan infeksi opurtunistik pada
karsinoma sel skuamosa. Selain itu, manusia. Salah satu kemampuan yang dari
kandidiasis dapat berkembang menjadi infeksi Candida albicans adalah kemampuan untuk
sistemik melalui aliran getah bening yang tumbuh dalam dua cara, reproduksi dengan
menyerang organ vital seperti ginjal, paru-paru, tunas, membentuk tunas elipsoid, dan bentuk
otak dan dinding pembuluh darah yang bersifat hifa, yang dapat meningkatkan misela baru
fatal. Penatalaksanaan kandidiasis yaitu atau bentuk seperti jamur.3
berdasarkan penyebab yang mendasarinya Adapun faktor resiko yang mempengaruhi dari
yaitu penatalaksanaan dalam bentuk lokal infeksi dari kandidiasis oral yaitu:
maupun sistemik. 1. Faktor Patogen

Kandidiasis oral adalah salah satu infeksi Jamur kandida mampu melakukan
fungal yang mengenai mukosa oral. Lesi ini metabolisme glukosa dalam kondisi aerobik
maupun anaerobik. Selain itu jamur kandida pseudomembran memiliki presentasi dengan
mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi plak putih yang multipel yang dapat
adhesi terhadap dinding sel epitel seperti dibersihkan. Plak putih tersebut merupakan
mannose, reseptor C3d, mannoprotein dan kumpulan dari hifa. Mukosa dapat terlihat
Saccharin. Sifat hidrofobik dari jamur dan juga eritema. Ketika gejala-gejala ringan pada jenis
kemampuan adhesi dengan fibronektin host kandidiasis ini pasien akan mengeluhkan
juga berperan penting terhadap inisial dari adanya sensasi seperti tersengat ringan atau
infeksi ini.4 kegagalan dalam pengecapan.9
2. Faktor Host
a. Faktor lokal 2. Kandidiasis atropik
Kandidiasis atropik ditandai dengan adanya
Fungsi kelenjar saliva yang terganggu dapat kemerahan difus, sering dengan mukosa yang
menjadi predisposisi dari kandidiasis oral. relatif kering. Area kemerahan biasanya
Sekresi saliva menyebabkan lemahnya dan terdapat pada mukosa yang berada dibawah
mengbersihkan berbagai organisme dari pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26%
mukosa. Pada saliva terdapat berbagai protein- pasien dengan gigi palsu terdapat kandidiasis
protein antimikrobial seperti laktoferin, atropik.10
sialoperoksidase, lisosim, dan antibodi
antikandida yang spesifik.5 3. Kandidiasis hiperplastik
Penggunaan obat-obatan seperti obat inhalasi Kandidiasis hiperplastik dikenal juga dengan
steroid menunjukan peningkatan resiko dari leukoplakia kandida. Kandidiasis hiperplastik
infeksi kandidiasis oral. Hal ini disebabkan ditandai dengan adanya plak putih yang tidak
tersupresinya imunitas selular dan fagositosis.6 dapat deibersihkan. Lesi harus disembuhkan
Penggunaan gigi palsu merupakan faktor dengan terapi antifungal secara rutin.
predisposisi infeksi kandidiasis oral.
Penggunaan ini menyebabkan terbentuknya 4. Kandidiasis eritematosa
lingkungan mikro yang memudahkan Banyak penyebab yang mendasari kandidiasis
berkembangnya jamur kandida dalam keadaan eritematosa. Lesi secara klinis lesi timbul
PH rendah, oksigen rendah, dan lingkungan eritema. Lesi sering timbul pada lidah dah
anaerobik. Penggunaan ini pula meningkatkan palatum. Berlainan dengan bentuk kandidiasis
kemampuan adhesi dari jamur ini.7 pseudomembran, penderita kandidiasis
b. Faktor sistemik eritematosa tidak ditemui adanya plak-plak
putih. Tampilan klinis yang terlihat pada
Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik kandidiasis ini yaitu daerah yang eritema atau
spektrum luas dapat mempengaruhi flora lokal kemerahan dengan adanya sedikit perdarahan
oral sehingga menciptakan lingkungan yang di daerah sekitar dasar lesi. Hal ini sering
sesuai untuk jamur kandida berproliferasi. dikaitkan terjadinya keluhan mulut kering pada
Penghentian obat-obatan ini akan mengurangi pasien. Lesi ini dapat terjadi dimana saja dalam
dari infeksi jamur kandida. Obat-obatan lain rongga mulut, tetapi daerah yang paling sering
seperti agen antineoplastik yang bersifat terkena adalah lidah, mukosa bukal, dan
imunosupresi juga mempengaruhi dari palatum. Kandidiasis eritematosa dapat
perkembangan jamur kandida.8 Beberapa diklasifikasikan dalam tiga tipe, yaitu : 11
faktor lain yang menjadi predisposisi dari infeki Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau
kandidiasis oral adalah merokok, diabetes, pinpoint hiperemia.
sindrom Cushing’s serta infeksi HIV. Tipe 2 : eritematosa atau tipe sederhana yang
Secara umum presentasi klinis dari kandidiasis umum eritema lebih tersebar meliputi sebagian
oral terbagi atas lima bentuk: kandidiasis atau seluruh mukosa yang tertutup gigi tiruan,
pseudomembranosa, kandidiasis atropik, Tipe 3 : tipe granular (inflamasi papila
kandidiasis hiperplastik, kandidiasis hiperplasia) umumnya meliputi bagian tengah
eritematosa atau keilitis angular. Pasien dapat palatum durum dan alveolar ridge.
menunjukan satu atau kombinasi dari beberapa
presentasi ini. 5. Keilitis angular
1. Kandidiasis pseudomembranosa Keilitis angular ditandai dengan pecah-pecah,
mengelupas maupun ulserasi yang mengenai
Kandidiasis pseudomembranosa secara umum bagian sudut mulut. Gejala ini biasanya disertai
diketahui sebagai thrush, yang merupakan dengan kombinasi dari bentuk infeksi
bentuk yang sering terdapat pada neonatus. Ini kandidiasis lainnya, seperti tipe erimatosa.
juga dapat terlihat pada pasien yang Kandidiasis oral didiagnosis berdasarkan
menggunakan terapi kortikosteroid atau pada tanda-tanda klinis dan gejalanya. Adapun tes
pasien dengan imunosupresi. Kandidiasis tambahan yaitu:12
1. Sitologi eksfoliatif Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg
2. Kultur tablet yang diberikan sakali atau dua kali dalam
3. Biopsi jaringan sehari selama dua minggu. Efek samping
Adapun manajemen terapi yang dilakukan adalah mual, muntah, kerusakan hepar dan
pada kandidiasis oral adalah dengan juga interaksinya dengan antikoagulan.
pengobatan secara topikal. Setelah dilakukan 2. Flukonazol
pengobatan topikal maka dilanjutkan
pengobatan selama dua minggu setelah Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal.
terjadinya resolusi pada lesi. Ketika terapi Obat ini digunakan pada kandidiasis
topikal mengalami kegagalan maka orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul
dilanjutkannya terapi sistemik karena gagalnya sekali dalam sehari dalam dua sampai tiga
respon obat adalah merupakan pertanda minggu. Efek samping utama pada pengobatan
adanya penyakit sistemik yang mendasari. dengan menggunakan flukonazol adalah mual,
Follow up setelah 3 sampai 7 hari pengobatan muntah dan nyeri kepala.
untuk mengecek efek dari obat-obatan. Adapun 3. Itrakonazol
tujuan utama dari pengobatan adalah .
1. Untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi Itrakonazol merupakan salah satu antifungal
faktor-faktor yang berkontribusi. spektrum luas dan dikontraindikasikan pada
2. Untuk mencegah penyebaran sistemik. kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat adalah
3. Untuk mengurangi kekurangnyamanan yang 100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali
terjadi. selama dua minggu. Efek samping utama
4. Untuk mengurangi perkembangbiakan adalah mual, neuropati dan alergi.
kandida. Ringkasan
Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini
pertama dan pengobatan lini kedua. Laporan Kasus
Pengobatan kandidiasis oral lini pertama Pasien perempuan berumur 6 tahun
yaitu:13 datang ke klinik penyakit mulut RSGM
1. Nistatin Universitas Jember pada tanggal 9 Oktober
2018 dengan keluhan lidah berwarna putih dan
Nistatin merupakan obat lini pertama pada terasa tebal. Pasien menjelaskan sudah lama
kandidiasis oral yang terdapat dalam bentuk mengeluhkan ini. Saat ini lidah terasa sedikit
topikal. Obat nistatin tersedia dalam bentuk perih. Keluhan tersebut belum pernah diobati.
krim dan suspensi oral. Tidak terdapat interaksi Pasien menggosok gigi 1 kali sehari.
obat dan efek samping yang signifikan pada Pemeriksaan ekstra oral tidak di
penggunaan obat nistatis sebagai anti dapatkan kelainan apapun pada pasien.
kandidiasis. Pemeriksaan intra oral diketahui adanya plak
2. Ampoterisin B putih pada lidah, dapat di kerok, tepi eritema,
atropi papila, nyeri dan batas tidak jelas
Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 (Gambar 1).
mg) dan suspensi oral 100 mg/ml dimana
diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari. A B
Ampoterisin B menginhibisi adhesi dari jamur
kandida pada sel epitel. Efek samping pada
obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.
3. Klotrimazol

Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur


dengan menginhibisi ergosterol. Klotrimazol
dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat
ini tersedia dalam bentuk krim dan tablet 10 mg.
Efek utama pada obat ini adalah rasa sensasi Gambar 1. Oral Candidiasis pada lidah.
tidak nyaman pada mulut, peningkatan level
enzim hati, mual dan muntah. Tata Laksana Kasus
Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua
yaitu: Terapi pertama pasien adalah berupa terapi
1. Ketokonazol simptomatis menggunakan anti jamur yaitu
nystatin, pembersih lidah serta pemberian
Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada terapi suportif berupa pemberian multivitamin
membran sel fungal dan diserap dari becomzet dengan kandungan B complex,
gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar. vitamin A, C, E, dan Zinc.
Penatalaksanaan pasien pada kunjungan menghilangkan faktor penyebab rasa sakit,
pertama : Multivitamin yang diberikan kepada pasien
a. Asepsis: pasien diinstruksikan untuk adalah multivitamin becomzet yang
kumur, kemudian lidah dikeringkan mengandung vit E 30UI yang berfungsi sebagai
dengan tampon steril. Anti oksidan, Vit. C 750 mg untuk Regenerasi
b. Lidah diolesi nystatin jaringan, metabolisme karbohidrat, sintesa
c. Pasien diinstruksikan untuk tidak makan, protein, lipid, kolagen, Asam folat 400 mg untuk
minum, kumur-kumur dan menjilat ibir mempertahankan bentuk sel. Zinc 22,5 mg
selama 20-30 menit setelah diolesi obat. sebagai Kofaktor protein dan penyusun rantai
DNA dan RNA.
Intruksi, penjelasan dan edukasi diberikan Vitamin B kompleks berfungsi
kepada pasien. Penjelasan kepada pasien memproduksi energi untuk sel, sistem saraf,
bahwa oral candidiasis tersebut tidak pencernaan dan menjaga tingkat kolesterol.
berbahaya dan tidak akan menular. Oral Vitamin B kompleks terdiri dari Vitamin B12, B5,
Candiidiasis tersebut terjadi akibat kebiasaan B6, B2. Kekurangan atau defisiensi vitamin B12
buruk jarang membersihkan lidah. Instruksikan menyebabkan anemia megaloblastik. Karena
kepada pasien untuk banyak mengkonsumsi air defisiensi vitamin B12 akan mengganggu
putih dan sayur-sayuran serta buah-buahan, reaksi metionin sintase. Anemia terjadi akibat
gunakan obat sesuai anjuran, tetap menjaga terganggunya sintesis DNA yang
kebersihan rongga mulut dengan menyikat gigi mempengaruhi pembentukan nukleus pada
2 kali sehari minimal pagi setelah makan dan ertrosit yang baru. Vitamin B6 terdiri atas
malam sebelum tidur, kontrol 1 minggu derivat piridin yang berhubungan erat yaitu
kemudian. piridoksin, piridoksal serta piridoksamin dan
Kontrol 1 dilakukan 1 minggu kemudian derivat fosfatnya yang bersesuaian. Bentuk
pada 17 Oktober 2018. Pasien sudah tidak aktif dari vitamin B6 adalah piridoksal fosfat, di
merasakan perih pada lidahnya. Secara klinis mana semua bentuk vitamin B6 diabsorbsi dari
diketahui bahwa lidah pasien sudah tidak dalam intestinum. Piridoksal fosfat juga terlibat
tertutupi plak putih tebal. (Gambar 2). dalam proses glikogenolisis yaitu pada enzim
yang memperantarai proses pemecahan
glikogen (Fergus M.Clydesdale, 1995).

Daftar Pustaka
1. Lewis MAO, Lamey P-J. Tinjauan Klinis
Penyakit Mulut/Clinical Oral Medicine. Alih
bahasa. Wiriawan E. Widya Medica, Jakarta.
1994.
2. Gravina, HG, de Morán, EG, Zambrano, O,
Chourio, ML, de Valero, SR, Robertis, S, Mesa
L. Oral Candidiasis in children and adolescents
with cancer. Identification of Candida.spp Med
Gambar 2. Kontrol 1 setelah perawatan 7 hari. Oral Patol Oral Cir Bucal. 2007; 12: E419-23.
3. Cutler, JE. Putative virulence factors of
Candida albicans. Annual Rev. Microbiol. 1991;
45:187–218.
Pembahasan 4. Lehmann PF. Fungal structure and
Oral Cndidiasis merupakan salah satu morphology. Medical Mycology . 1998;4:57–8.
infeksi fungal yang mengenai mukosa oral. Lesi 5. Peterson DE. Oral candidiasis. Clin Geriatr
ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Med. 1992; 8:513–27.
Candida albicans adalah salah satu komponen 6. Garber GE. Treatment of oral candida
dari mikroflora oral dan sekitar 30-50% orang mucositis infections. Drugs. 1994;47:734–40.
sebagai karier organisme ini 7. Epstein JB. Antifungal therapy in
Gambaran klinis dari oral candidiasis oropharyngeal mycotic infections. Oral Surg
adalah plak putih, dapat dikerok, tepi eritema, Oral Med Oral Pathol 1990;69:32–41.
batas tidak jelas, sakit. Etiologi dari oral 8. Epstein JB, Truelove EL, Izutzu KL. Oral
Candididiasis adalah jamur candida albicans. candidiasis: pathogenesis and host defense.
Perawatan yang dilakukan adalah Rev Infect Dis 1984;6:96–106.
dengan pemberian nystatin, pembersih lidah 9. Skoglund A, Sunzel B, Lerner
serta pemberian multivitamin becomzet dalam UH.Comparison of three test methods used for
bentuk tablet. Perawatan tersebut ditujukan the diagnosis of candidiasis. Scand J Dent Res
untuk mengurangi jamur dan rasa sakit, 1994;102(5): 295‐298.
10. Fenlon MR, Sherriff M. Prevalence of
denture related stomatitis in patients attending
a dental teaching hospital for provision of
replacement complete dentures. J Ir Dent ssoc
1998;44(1):9‐10.
11. Herawati E. Kandidiasis rongga mulut,
gambaran klinis, dan terapinya. Bandung. FKG
Unpad; 2008.
12. Agha-Hosseini, F. Fluconazole and/or
hexetidine for management of oral candidiasis
associated with denture-induced stomatitis.
Oral Dis. 2006 ,12:434.
13. Pappas, PG, Rex, JH, Sobel, JD, Filler, SG,
Dismukes, WE, Walsh, TJ, Edwards, JE.
Guidelines for Treatment of CandidiasisCID,
2004;38: 161-89
14. Rao PK. Candidiasis Oral: A Review.
Scholarly Journal of Medicine. 2012; 2(2):26-
30.

Anda mungkin juga menyukai