proses penyakit dan perawatan penyakit serta yang disebabkan oleh efek sekunder seperti
depresi sumsum tulang dan jaringan limfoid. 1
A. Kategori 1 adalah lesi yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia langsung disertai
pembesaran pada gingiva.
B. Kategori 2 berhubungan langsung dengan toksisitas obat yang disebabkan oleh agen
kemoterapi. Obat-obatan ini menyebabkan perubahan yang nyata pada gingiva
termasuk erosi dan ulserasi. Sebelum transplantasi sumsum tulang, ablasi sumsum
tulang dengan kemoterapi, dengan ataupun tanpa radioterapi dapat mengakibatkan
retensi epitel, yang akan terlihat memutih dan menebalnya mukosa oral. Obat
immunosuppressif siklosporin yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya
penolakan setelah transplantasi juga dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia
gingiva.
C. Kategori 3 terdiri dari efek yang merugikan dari graft versus host reactions. Pada
penyakit ini limfosit yang ditrasplantasikan bereaksi terhadap host antigens. Lesi
mukosa termasuk lichenoid striae, pelepasan epitel, erosi dan ulserasi dan dapat
berguna sebagai penanda aktivitas graft versus host reactions.
D. Kategori 4 mencakup efek sekunder dari depresi sumsum / jaringan limfoid dan juga
perdarahan, ulserasi neutropeni dan rentan terjadi infeksi mikroba. Gambaran klinis
periodontal mencakup gingiva pucat, perdarahan karena defisiensi trombosit,
resistensi terhadap infeksi. Umumnya perdarahan dan ulserasi gingiva dapat
berkurang jika oral higiene yang cukup.
Klasifikasi leukemia telah berkembang selama bertahun-tahun dari suatu pendekatan
morfologis, berdasarkan tampilan sel-sel leukemia dalam darah perifer dan sumsum tulang,
melalui teknik sitokimia dan belakangan ini, ketergantungan yang lebih besar dari antibodi
monoklonal terhadap antigen seluler dan sitogenetik dan metode molekuler (Tabel 1).2-3
1. Leukemia mieloid (Mielogenus mielositik)
2. Leukemia limfoid (Limfogenus, limfositik, limfatik)
3. Leukemia monositik
Klasifikasi leukemia dapat dimodifikasi untuk menunjukkan perjalanan penyakit dengan
penerapan istilah akut, subakut, kronis. 3
1. Akut, Ketahanan hidup pasien kurang dari 6 bulan
2. Kronis, Ketahanan hidup pasien lebih dari 1 tahun
3. Subakut, Ketahanan hidup pasien di antara akut dan kronis
Tabel Klasifikasi Leukemia (WU Josephine et al. J Periodontol 2002; 73: 665)
Dari studi kasus Yulia Affandi di Universitas Sumatera Utara prevalensi pembesaran
gingiva lebih sering terjadi pada leukemia akut daripada kronis yaitu sekitar 36% terjadi pada
leukemia akut, 10% terjadi pada leukemia kronis dan sangat jarang terjadi pada Leukemia
Limfositik Akut (ALL) dan Leukemia Limfositik Kronis (CLL).1 Pembesaran gingiva yang
paling sering terjadi adalah pada Leukemia Monositik Akut (M5) yaitu sekitar 66,7%
kemudian Leukemia Mielomonositik Akut (M4) 18,5% dan Leukemia Mielositik Akut
(M1,M2) sekitar 3,75%.7
Sel mukosa oral merupakan indeks mitotiknya yang tinggi, sering mengalami
kerusakan karena kerentanannya terhadap agen kemoterapi, menyebabkan pasien mudah
terkena mucositis dan xerostomia. Selain itu, infeksi oportunistik yang disebabkan oleh
penurunan granulosit normal. Diantara infeksi oportunistik yang ada pada kavitas oral, yang
paling sering ialah candidiasis oleh karena penggunaan anti biotik spectrum luas, kemoterapi,
kebersihan mulut yang jelek, malnutrisi, dan keadaan kesehatan umum yang buruk. Infeksi
viral yang paling sering pada leukemia ialah herpes simpleks, yang memperlihatkan evolusi
atipikal dan lama, dan biasanya berlokasi pada bibir, palatum dan lidah. Infeksi bakterial
yang disebabkan oleh kontaminasi sekunder dari lesi yang ada biasanya disebabkan oleh
organisme gram negatif. Pasien dengan leukemia sering memperlihatkan perdarahan mukosa
oral, terutama pada gingival, khususnya selama fase berat leukopenia, thrombositopenia dan
immunosupresi. Perdarahan seperti itu bersifat spontan, khususnya jika pasien juga terkena
gingivitis.8
(di
akses
tanggal
27
Juli
2015).
Available
From:
jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_1no_2/68-74.pdf.
6. Manson JD, Eley BM. Buku Ajar Periodonti; Alih Bahasa: Anastasia S; Editor: Susianti K.
Edisi kedua. Jakarta: Hipokrates. 1993. p.1-15, 72-3.
7. Affandi Y. Pembesaran Gingiva pada Pasien Leukemia. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
2011.
(di
akses
tanggal
27
Juli
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29805/6/Cover.pdf.
2015).
Available
from:
8. Sriyono NW. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna Meningkatkan Kualitas Hidup.
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah
Mada. Jogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 2009. (di akses tanggal 3 September
2013). Available from: lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1251_pp1003006.pdf.