Anda di halaman 1dari 3

Bidang periodontia

Kelompok 6: Maria Savvyana P, Aninda Kartika Dewi,


Andreta Farah Dila, Dessy Dwi Prasetyarini.
Thirty six years of periodontal care: a case report
ABSTRAK
Pendahuluan: Pada tahun 1978 seorang pria berusia 15
tahun itu dirujuk ke praktek periodontal dengn keluhan
perdarahan gusi.
Presentasi kasus: Terdapat Gingivitis nekrotikans ulseratif
(Necrotizing Ulcerative Gingivitis, NUG) (disebut Infeksi
Vincent pada saat itu) yang superimposed pada
Gangguan Erupsi Pasiv (Altered Passive Eruption, APE,
kemudian diistilahkan Erupsi pasiv tertunda). Pengobatan
segera dilakukan dengan pemberian Metronidazole diikuti
dengan scaling dan instruksi kebersihan mulut. Pada
tahun 1981 gingivectomy dilakukan di sekitar gigi insisiv
dan gigi kaninus maksilaris. Pasien kemudian datang
pada interval untuk perawatan kesehatan mulut,
profilaksis dan scaling (SPT; Supportive periodontal
treatment) terakhir pada tahun 2014.
Kesimpulan: Efek dari NUG yang berpotensi buruk
dikombinasikan dengan APE berhasil dikelola dan
kesehatan mulut telah dipertahankan melalui program
perawatan periodontal biasa. APE dapat menjadi faktor
predisposisi NUG, lesi nekrotik akut yang, asalkan tidak
ada komplikasi sistemik, dapat direspons baik dengan
terapi anti-mikroba dikombinasikan dengan pengngkatan
plak dan kalkulus secara profesional, peningkatan
kesehatan gigi dan perawatan di rumah.
PRESENTASI KASUS
Pada bulan Agustus 1978 seorang laki-laki berusia lima
belas tahun dirujuk ke praktik periodontal. Keluhan
utamanya adalah gusi bengkak dan berdarah, masalah
tersebut telah berlangsung selama 18 bulan terakhir.
Pada konsultasi ayah pasien, diketahui bahwa tidak ada
riwayat medis yang relevan, atau faktor predisposisi yang
mendasari, pemuda itu tidak mengkonsumsi obat apa
pun, tidak ada riwayat trauma, dan tidak ada alergi yang
diketahui. Pasien sesekali bernapas lewat mulut, tapi
tidak ada indikasi keterlibatan sinus.

Secara klinis terdapat hiperplasia gingiva yang jelas,


ulserasi papiler, kalkulus sub-gingival dan "erupsi pasiv
terganggu" (APE, kemudian diistilahkan Letusan pasive
tertunda). gingiva berdarah pada instrumentasi dan lunak
saat dipalpasi. Probing untuk menentukan kedalaman
poket sulit dilakukan, menyebabkan rasa sakit yang
berarti. Namun gambarannya berupa pseudo-pocket.
Gambaran ini cocok dengan deskripsi klinis yang
disajikan dalam publikasi penelitian pada tahun 1974
"Erupsi Pasiv Tertunda - faktor predisposisi infeksi
Vincent? ". Para penulis menyimpulkan " pasien antara
usia 15 dan 35 tahun yang mengalami Erupsi Pasiv
Tertunda diinstruksikan dalam kesehatan mulut yang teliti
sebagai risiko infeksi developing Vincent (Necrotizing
Ulcerative gingivitis, NUG) yang tinggi." Diagnosis
sementara dari NUG dibuat (Gambar 1).

Pengobatan:
Pasien
diberikan
pengobatan
Metronidazole, 200mg satu tablet tiga kali sehari setelah
makan, selama tiga hari. Dia diperintahkan untuk kembali
satu minggu kemudian untuk memulai perawatan
periodontal, namun kembali hanya satu bulan kemudian.
Pengobatan kemudian dilanjutkan dengan scaling
menyeluruh dan instruksi selama home care. Meskipun
terdapat perbaikan pada keparahan infeksi gingiva,
pasien diinstruksikan sebagai pencegahan, untuk
menggunakan obat kumur chlorhexidine gluconate.
Scaling dilanjutkan di minggu selanjutnya. Pasien
kemudian menjalani pengobatan pada interval tiga hingga
empat bulanan dimana dilakukan scaling ulang dan
ditegaskan pada pentingnya home care terutama
flossing.
Pada juni 1980, dua tahun setelah konsultasi awal, masih
ada kekhawatiran bahwa giginya nampak belum
sepenuhnya tererupsi (gambar 2). Pasien sekarang
berusia 17 tahun dan hasil diskusi dengan pasien

bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan gingiva yang


berlebihan.

Sepengetahuan dokter yng merawat, pasien tidak


memerlukan perawatan gigi lebih lanjut. Namun beberapa
tahun kemudian, terdapat imbrikasi dari insisor dan
lepasnya perlekatan.
Tahun berikutnya 1981, dilakukan penggambilan
radiografi (gambar 3) yang menunjukan seberapa jauh
erupsi gigi insisi dan jarak antara cemento-enamel
junction dan tepi alveolar. Hal ini menunjukan bahwa APE
merupakan
masalahnya,
kemudian
dilakukan
gingivectomy disekitar insisor dan caninus maksilaris.
Visit regular untuk pemeliharaan dilakukan pada interval
tiga hingga enam bulan. Setelah periode 18 bulan (1983),
pasien mengeluhkan infeksi dan ketidaknyamanan yang
dapat ditangani dengan pemberian antibiotik (caps
tetremel 250mg) dan obat kumur chlorhexidine gluconate.
Setahun berlalu dan kondisi periodontal dideskripsikan
fair pada tahun 1984.

Pada visit terakhir di november 2014, gambar 6 hanya


terjadi perdarahan gingiva ringan yang ditemukan.
Meskipun terjadi pelepasan beberapa perlekatan, tidak
terjadi perdarahan gusi, dan tidak ada kedalaman probing
melebihi 3mm.

DISKUSI

Pada tahun tahun berikutnya, visit ke tempat praktek


dilakukan secara reguler setiap 3 hingga 6 bulan. Pada
tahun 1993 (gambar 4) pasien datang dengan keluhan
gusi yang membengkak. Penyebabnya didiagnosis
berasal dari bernapas lewat mulut dan akumulasi plak.
Pasien juga mengaku agak kasar selama melakukan
sikat gigi. Hal ini menyebabkan lepasnya perlekatan yang
terlihat pada gambar 5 terutama pada aspek bukal gigi
kaninus.

NUG merupakan penyakit menyakitkan yang bila


dibiarkan tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan
yang parah kepada jaringan pendukung periodontal dan
juga tanggalnya gigi. NUG dianggap penyakit yang
langka pada zaman sekarang, namun merupakan kondisi
yang menyulitkan pada masa perang dunia kedua ketika
prajurit terkontak "trench mouth". Diskusi pada waktu
tersebut berfokus pada faktor predisposisi. Stammer
mendeskripsikan faktor lokal seperti kotoran yang
dibiarkan, makanan, kalkulus, gigi yang penuh, bernapas
lewat mulut, merokok, dan ekstrasi gigi.
Diantara faktor predisposisi sistemik, stammer
memasukkan riwayat flu, defisiensi vitamin, penyakit yang
baru dialami, kehamilan, bekerja berlebihan, dan kurang
olah raga. Stres diidentifikasi sebagai indikator pada
penelitian yang dilakukan pada calon tentara dan
mahasiswa pada waktu pemeriksaan. Baru-baru ini,

Manson dan Eley telah menambahkan margin yang


over-hanging pada restorasi dan erupsi gigi sebagian
sebagai faktor lokal. Dipekirakan bahwa di negara maju
NUG terutama terbatas pada remaja dan bahwa di
negara-negara kurang berkembang NUG mempengaruhi
orang-orang yang lebih muda. Ada konsensus di usia
kerentanan pada usia 15 sampai 30 tahun.
Pada tahun 1978, pasien dalam laporan ini disajikan
dengan gejala klasik perdarahan, nyeri gusi, papila
nekrotik, dan fetor oris. Meskipun tidak diketahui apakah
dia punya kondisi predisposisi sistemik, kehadiran APE
bisa menjadi faktor lokal yang menyebabkan timbulnya
NUG.
Manson pada tahun 1975 merekomendasikan
pengobatan dimulai pada hari pertama dengan irigasi
menyeluruh pada gingiva dengan air hangat, ditambah
menyekanya dengan kapas yang dibasahi 10% hidrogen
peroksida. Ia juga merekomendasikan penggunaan
pencuci mulut hidrogen peroksida encer, dan, jika gejala
yang parah, pemberian resep Metronidazole 200mg tiga
kali sehari selama tiga hari. Pada hari kelima program,
scaling yang teliti dilakukan dan instruksi kebersihan
mulut juga disampaikan. Addy dan Llewelyn melaporkan
bahwa obat kumur chlorhexidine gluconat dan providone
iodine tidak efektif dalam pengobatan fase akut dari NUG
jika debridement tidak dilakukan. Mereka menyarankan
Metronidazole harus digunakan dalam keadaan ini.
Dalam regime perawatan yang diikuti dalam kasus ini,
penekanan utama berfokus pada program pemeliharaan,
dideskrisipkan pada zaman sekarang sebagai Supportive
Therapy Periodontology (SPT), tujuanya adalah untuk
meminimalkan perkembangan penyakit periodontal pada
pasien
yang
sebelumnya
dirawat
karena
periodontitis/gingivitis. Merin juga mendeskrisipkan
program dan pada tahun 2006 menulis "Frekuensi
kunjungan ulang tergantung pada masing-masing pasien.
Beberapa pasien memerlukan interval kunjungan ulang
yang sering untuk membatasi peradangan di sekitar gigi,
sementara yang lain mungkin mentolerir sedikit
kunjungan ulang. Kebanyakan pasien dengan
periodontitis akan membutuhkan jadwal kunjungan ulang
jangka panjang, dengan kunjungan untuk profesional
cleaning setiap 3-4 bulan, dan pengawasan yang ketat
dari prosedur kebersihan mulut mereka."

SPT telah menjadi rutinitas perawatan yang diikuti lebih


dari tiga puluh hingga empat puluh tahun pada pasien di
kasus ini. Pasien telah mempertahankan kesehatan mulut
yang wajar, tidak kehilangan gigi apapun dan
menampilkan mulut dan tubuh yang sehat ... ia adalah
peserta triathlon dan pendayung kompetitif!

KESIMPULAN
Seorang laki-laki berusia lima belas tahun
dipresentasikan pada tiga puluh enam tahun yang lalu
dengan NUG yang superimposed dengan APE. Kondisi
tersebut awalnya dirawat dengan scaling dan
Metronidazole 200mg tiga kali sehari.Tiga tahun
kemudian gingivectomy dilakukan pada sekitar gigi insisiv
rahang atas dan gigi kaninus untuk mengurangi gingiva
dengan pertumbuhan berlebih. Hal ini diikuti dengan
program pemeliharaan setara dengan SPT, dengan
penekanan pada perawatan di rumah. Regime ini telah
mencapai tujuan jangka panjang yaitu mencegah
kambuhnya kondisi dan telah berhasil mempertahankan
periodonsium yang sehat selama lebih dari tiga dekade.

Anda mungkin juga menyukai