Anda di halaman 1dari 11

ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS

(Angular Cheilitis)

Oleh:

Nama : Magfirah Nursaphira Astha

NIM : J014192020

Dokter : drg. A Anggun Mauliana Putri, Sp.PM

Tempat : RSGM Kandea


LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama Pasien : Putri Wilda Sari
Nomor Rekam Medik : 00.05.34.17
Tempat Tanggal Lahir: Makassar, 18 Juni 2012
Umur Pasien : 7 tahun
Alamat : JL kandea 3

Kunjungan Pertama : Selasa, 10 Maret 2020

Gambar 1. Angular Cheilitis pada Komisura Dextra dan Sinistra


Sumber : Dokumen Pribadi

A. Subjektif
Seorang pasien perempuan usia 7 tahun datang dengan keluhan luka pada sudut bibirnya
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini sudah sering terjadi, dan sudah pernah dirawat
sebelumnya tetapi kembali lagi. Pasien sering menjulurukan lidah ke sudut bibirnya dan
jarang makan sayur dan buah-buahan.

B. Objektif
1) Ekstraoral
Terdapat lesi fisur disertai plak berwarna putih dikelilingi daerah eritema pada komisura,
bilateral.
2) Intraoral
Tidak ada kelainan
C. Assesment
Suspect Angular Cheilitis predisposisi defisiensi nutrisi dan bad habbit
D. Planning
1) Pro KIE
a) Diagnosis dan etiologi kasus
b) Tanda dan gejala klinis
c) Perawatan
d) Penggunaan obat yang diresepkan
e) Konsumsi buah dan sayuran
f) Hentikan kebiasaan buruk menjulurkan lidah ke sudut bibir
2) Pro medikasi
a) Desinfeksi dengan povidone iodine
b) Topical agent dengan Aloclair

Resep
R/ nystatin cream tube 10g no I
S. 4dd1 applic.part.dol
R/ sangobion kids syr 100ml no I
S. 1dd1 u.c

3) Pro kontrol : 5-7 hari dari kunjungan pertama


Kunjungan Kedua : Rabu, 18 Maret 2020

Gambar 2. Angular Cheilitis (on healing) pada Komisura Dextra dan Sinistra
Sumber : Dokumen Pribadi
A. Subjektif
Seorang pasien perempuan usia 7 tahun datang untuk memeriksakan kembali keadaan luka
pada sudut bibirnya yang sudah diperiksa dan diberikan obat sejak 8 hari yang lalu. Pasien
mengaku luka pada sudut bibirnya sudah tidak sakit lagi. Pasien rutin menggunakan obat
dan vitamin yang diresepkan.

B. Objektif
1) Ekstraoral
Masih terdapat lesi fisur disertai eritema pada komisura, tetapi sudah tidak terdapat plak.
Lesi pada komisura sinistra sepanjang 5 mm.
Lesi pada komisura dextra sebesar 2mm.
C. Assesment
Suspect Angular Cheilitis predisposisi defisiensi nutrisi dan bad habbit (on healing)
D. Planning
1) Pro KIE
a) Tetap harus dibiasakan makan sayur dan buah
b) Penggunaan obat dan vitamin tetap dilanjutkan
2) Pro medikasi
3) Pro kontrol : 5-7 hari dari kunjungan kedua
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Angular cheilitis yang juga disebut perleche adalah peradangan pada salah satu
sudut mulut atau kedua sudut mulut dapat meluas melibatkan komisura bibir dan kulit
sekitarnya. Karakteristik dari angular cheilitis adalah terdapat erosi, fissure, ulserasi, dan
kemerahan disertai sensasi terbakar, nyeri dan kekeringan di sudut mulut. Ciri klasik dari
lesi ini adalah tidak meluas di luar batas mukokutan. Remisi dan eksaserbasi juga sering
terjadi. Pada kasus yang parah, sudut mulut bisa berdarah saat membuka mulut dan
menyebabkan krusta. Perkembangan penyakit ini sangat cepat. Oleh karena itu,
seharusnya tidak ada penundaan dalam pengobatan jika gejala angular cheilitis terjadi
dan sangat jelas.1-5

B. EPIDEMIOLOGI
Angular Cheilis adalah peradangan fisura di sudut mulut. Angular cheilis lebih
sering terjadi pada wanita daripada pria. Pada penelitian Oza N, Doshi JJ tahun 2017
menyimpulkan persentase Angular Cheilitus pada. pasien wanita adalah 24 (60,0%) dan
pasien pria 16 (40,0%) .Temuan ini sesuai dengan temuan Cawson, Ritchie dan Fletcher
Rose yang menunjukkan kecenderungan Angular Cheilitis didominasi oleh Wanita
masing-masing 71,0%, 63,0%, dan 62,0%. Meskipun insiden cheilitis sudut yang hampir
sama di antara kedua jenis kelamin yang diamati oleh yang Ohman et al. yaitu, 51,0%.
Angular Cheilitis tidak diamati lebih banyak pada pasien pria dalam penelitian manapun
mungkin karena variasi hormon Wanita yang lebih besar seperti menstruasi, kehamilan,
menopause, dan anemia.6,7
Angular cheilitis terjadi dengan prevalensi 0,7% pada populasi umum Amerika,
meskipun dapat terjadi lebih sering pada kelompok tertentu. Ini adalah infeksi bakteri /
jamur pada bibir. Penyakit ini berdistribusi bimodal, paling sering terjadi pada anak-anak,
dan sekali lagi pada orang dewasa (usia 30 hingga 60). Lansia memiliki sekitar 11%
prevalensi Angular Cheilitis, tetapi ada insiden 3 kali lipat pada pemakai gigitiruan
dengan prevalensi hingga 28%, dan dua kali lebih sering terjadi pada pria (tetapi risiko
ini tampaknya lebih terkait dengan penggunaan gigi palsu dan komorbiditas daripada usia
kronologis). Pada faktor predisposisi termasuk defisiensi imun, hingga 10% orang HIV-
positif memiliki oral thrush, dengan atau tanpa Angular Cheilutus bersamaan. Pasien
dengan penyakit radang usus lebih sering mendapatkan Angular Cheilitis dengan 7,8%
pasien Crohn dan 5% pasien kolitis ulserativa mengalami Angular Cheilitis selama
beberapa waktu dalam perjalanan penyakit mereka. Dalam kondisi yang jarang seperti
orofacial granulomatosis, prevalensi kejadiannya setinggi 20%. 8,9

C. ETIOLOGI
Etiologi utama terjadinya angular chelitis karena infeksi bakteri Candida
Albicans, Staphylococcus Aureus dan Streptococcus betta hemoliticus 10
Faktor Predisposisi
Berikut ini adalah perubahan dalam struktur mulut yang mengarah ke perubahan keadaan

sudut mulut bibir dan peningkatan pengumpulan saliva dan maserasi pada komisura

labial:

 Kehilangan normal turgor kulit karena penuaan, merokok, atau penurunan berat

badan yang cepat

 Hilangnya dimensi vertikal wajah karena keausan gigi yang parah, keadaan

edentulous dan gigi palsu yang tidak pas meningkatkan overhang bibir atas ke

bawah (overclosure)

 Maloklusi retrognatik

 Kondisi yang terkait dengan bibir yang membesar seperti oro-facial

granulomatosis (OFG). Hingga 20% pasien OFG menderita AC, tetapi Candida

biasanya tidak terisolasi dari lesi.

 Down Syndrome: 25% pasien menderita AC karena macroglossia yang

menyebabkan penonjolan lidah dan air liur

 Dermatitis kontak alergi atau iritan menyebabkan hingga 22% kasus AC dan

25% hingga 34% dari cheilitis umum. Penyebab umum termasuk nikel (pada
individu dengan kawat gigi ortodontik [2]), makanan (karena perasa dan

pengawet), pasta gigi, obat kumur, komponen tabir surya dari lip balm

kadaluarsa, kosmetik bibir (karena pengawet, natrium laurel sulfat, emolien,

kolofoni , Cocamidopropyl betaine), produk jerawat, dan permen karet. Mungkin

tidak mungkin membedakan dermatitis kontak iritan dan alergi tanpa uji tempel.

 Kekurangan kekebalan imun menyebabkan AC, sering melalui pengembangan

kandidiasis oral dengan ekstensi ke commissures labial. Penggunaan steroid

kronis (terhirup atau oral), HIV/AIDS, aplasia timus, sindrom kombinasi

imunodefisiensi parah (SCID), sindrom DiGeorge, defisiensi myeloperoxidase

herediter, dan sindrom Chediak-Higashi. Diskrasia darah dan keganasan

mungkin juga menimbulkan penekanan kekebalan seperti yang terlihat pada

leukemia akut dan agranulositosis.

 Kekurangan nutrisi juga salah satu penyebab dan rentan pada orang tua, anak-

anak, pasien penyakit celiac, yang miskin, yang sakit mental, vegan dan bayi

mereka yang disusui tidak menerima suplementasi vitamin, operasi bariatric dan

pasien reseksi ileum, gastritis kronis dan penderita pankreatitis kronis, pasien

penyakit Crohn, dan mereka yang mengalami anemia pernisiosa. Hingga 25%

dari AC memiliki kekurangan zat besi atau vitamin B. Berikut ini terkait dengan

cheilitis sudut: Kekurangan vitamin B (terutama sianokobalamin, folat,

riboflavin), kekurangan mineral (seng atau besi), malnutrisi protein.9


Tabel 1. Peran dari beberapa vitamin dan mineral dalam jaringan oral11

Nutrient Sumber makanan Fungsi Tanda defisiensi


pada oral
Riboflavi Susu dan telur, Memetabolisme energy Angular cheilitis;
n sarapan pagi glossitis; recurrent
(B2) dengan sereal, hati, aphthae
dan biji-bijian
Niacin Susu, telur, hati, koenzim nukleotida yang Muccosal atrhopy,
(B3) daging, ekstrak terlibat dalam metabolisme stomatitis, glossitis,
ragi, dan kacang- energy angular cheilitis
kacangan.
Vitamin Hati, daging, ikan, koenzim yang terlibat Glossitis; stomatitis;
(B6) biji-bijian, susu dalam metabolisme asam Recurent Apthae,
dan kacang- amino Angular cheilitis,
kacangan Candidosis
Vitamin Daging, ikan, telur, purine and pyrimidine Atrophic glossitis;
(B12) susu, sarapan pagi synthesis stomatitis; recurrent
dengan sereal apthae; Dysplasia;
Angular Cheilitis;
Candidosis
Iron Daging, ikan, Hemoglobin Dan Glossitis; Angular
sayur-sayuran, mioglobin pembentukan cheilitis; Mucosal
kakao, perbanyak enzim komponen atrophy; candidosis
minum susu
D. PATOGENESIS
Angular cheilitis disebabkan oleh maserasi fisik pada komisura angular karena
paparan berlebih terhadap air liur. Enzim pencernaan (digestif) dalam air liur dapat
bekerja bahkan pada jaringan tubuh jika dibiarkan kontak dalam waktu lama. Paparan
saliva yang berlangsung lama menginduksi dermatitis kontak dan reaksi eksematous pada
komisura. Integritas stratum korneum epitel yang terganggu memungkinkan organisme
komensal lokal menginfeksi daerah tersebut.
Seringkali, bakteri Candida albicans membentuk dan menyerang jaringan yang
rentan. Ini kemudian memungkinkan superinfeksi bakteri dengan spesies staph dan strep.
Dengan demikian, faktor-faktor risiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan retensi
saliva di komisura, meningkatkan paparan mikroba penyebab, menyebabkan peradangan
jaringan langsung, atau menghambat penyembuhan luka dan kekebalan tubuh.9
Anak dengan status gizi kurang akan lebih mudah mengalami angular cheilitis
dibandingkan anak dengan gizi baik. Hal ini dimungkinkan karena anak dengan status
gizi kurang, mempunyai tingkat imunitas yang lebih rendah dibandingkan anak dengan
status gizi baik karena sistem imunitas salah satunya dipengaruhi oleh status gizi. Pada
status gizi kurang, terjadi penurunan imunitas dengan berkurangnya jumlah sel-T helper
dan terganggunya fagositosis serta memori imunologik belum sempurna sehingga pusat
respon imun tubuh yaitu limfosit T tidak dapat memproduksi sitokin dan mediator
sebagai pertahanan tubuh. Kekurangan gizi dapat karena kekurangan zat besi, vitamin B,
asam folat, dan biotin. Defisiensi pada satu jenis nutrisi dapat berperan kepada defisiensi
nutrisi-nutrisi yang lainnya.
Defisiensi nutrisi seperti defisiensi zat besi, vitamin B, dan asam folat berkaitan
dengan angular cheilitis. Keduanya saling berhubungan, karena zat besi dan vitamin
adalah zat yang esensial untuk mempertahankan sistem imun, bila tidak mencukupi,
sistem imun akan melemah dan mikroorganisme yang biasa menjadi flora normal seperti
candida albicans dapat berproliferasi dan menyebabkan infeksi. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan keutuhan jaringan epitel berkurang. Mukokutan junction yang merupakan
daerah peralihan antara kulit dan mukosa mulut dengan epitel mukosa yang lebih tipis
dibanding epitel kulit menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Gizi kurang khususnya yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi berpengaruh terhadap proliferasi sel terutama sel
mukosa, karena fungsi zat besi secara fisiologis meliputi pertumbuhan/proliferasi sel,
penyembuhan luka, respon imunitas, dan mempertahankan struktur protein dan membran
sel.
Zat besi dan nutrisi lainnya diperlukan dalam transkripsi gen untuk replikasi sel,
perbaikan sel, dan proteksi. Kekurangan nutrisi menyebabkan terganggunya fungsi
proteksi, perbaikan, dan pergantian sel- sel epitel di sudut mulut sehingga menimbulkan
gambaran klinis berupa angular cheilitis.12
Infeksi bakteri dan faktor mekanikal sebagai etiologi angular cheilitis sering
terjadi pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir dan
menghisap jari. Hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan
menjadi lembab. Keadaan ini tanpa disadari turut menyediakan lingkungan yang ideal
bagi mikroorganisme/agen infeksi untuk tumbuh berkembang dalam menyebabkan
Angular Cheilitis.13-15

E. PENATALAKSANAAN
Sebelum dilakukan perawatan pasien diberikan DHE mengenai hak dan kewajiban
pasien, diagnosis dan etiologi/faktor predisposisi dari punyakitnya. Kemudian daerah
infeksi didesinfeksi terlebih dahulu dengan Povidone Iodine lalu diberikan obat seperti
beberapa contoh dibawah ini. Setelah proses terapi diberikan, pasien kembali diberikan
DHE mengenai diet dan nutrisi dan menginstruksikan pasien untuk mengurangi sedikit
demi sedikit kebiasaan-kebiasaan buruknya yang dapat menyebabkan terjadinya angular
cheilitis.
Terapi Angular Cheilitis dengan:
a. Pro Aloclair Gel
b. Terapi antifungi, jika memungkinkan, selalu dipilih topikal dibanding sistemik
dengan syarat:
 Pasen immunocompetent
 Terdapat akses ke daerah yang terinfeksi
 Riwayat terapi antifungi sebelumnya (kemungkinan resistensi)
 Dan kooperatif pasien.
Terapi antifungi yang digunakan yaitu Nystatin Cream digunakan pada daerah yang
terinfeksi 3-4 kali sehari
c. Pemberian Vitamin dan Mineral, seperti Vitamin B2,B3,B12, B6, Zat Besi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prestiandari E, Hernawati S, Dewi LR. Daya Hambat Ekstrak Buah Delima Merah
(Punica granatum Linn) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus (The
Inhibition of Red Pomegranate Fruit Extract (Punica granatum Linn) on The Growth
of Staphylococcus aureus). e-Jurnal Pustaka Kesehatan. Januari 2018;6(1).
2. Laskaris G. Atlas Saku Penyakit Mulut. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2012. p. 350.
3. Glick M. Burket’s oral medicine. 12th ed. USA: People’s medical publishing house;
2015. p.95
4. Odell E., W. Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine. 9 th ed.
London: Elsevier; 2017. p. 246
5. Scully C. Oral and maxillofacial medicine the basis of diagnosis and treatment. 3 rd
ed. London: Elsevier; 2013. p. 223-5
6. Fajriani. Management of angular cheilits in children. J Dentomaxillofac Sci. 2017:
7. Oza N, Doshi JJ. Angular cheilitis: A clinical and microbial study. Indian J Dent Res
[serial online] 2017 [cited 2019 Apr 27];28:661-5. Available
from: http://www.ijdr.in/text.asp?2017/28/6/661/221062
8. Cross D, Eide ML, Kotinas A. The clinical features of angular cheilitis occurring
during orthodontic treatment: a multi-centre observational study. J Orthod. 2010
Jun;37(2):80-6.
9. Federico JR, Zito PM. Angular Cheilitis. Treasure Island (FL): StatPearls; 2019.
Diakses 1 April 2019 dari NCBI: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536929/
10. Seoprapto A. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Jogjakarta: STPI
Bina Insan Mulia; 2017.p.274-5.
11. Touger-Decker Riva dkk.Nutrition and oral medicine.2005.p.114-5
12. Ayesh MH. Angular cheilitis induced by iron defi ciency anemia. Cleve Clin J Med.
2018;85(8):581–2
13. Ilery C, Mintjelungan N C, Soewantoro J. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Angular Cheilitis pada Anak- Anak di Lokasi Pembuangan Akhir Sumompo Kota
Manado. Jurnal e-Gigi. 2013; Vol 1(1): 33
14. Sriwahyuni H, Hernawati S, Mashartini S. Insidensi dan Distribusi Penderita
Angular Cheiltis pada Bulan Oktober-Desember Tahun 2015 di RSGM Universitas
Jember. E Jurnal Pustaka Kesehatan. 2017; Vol 5(1): 121-25
15. Scully C. Angular cheilitis (angular stomatitis). Oral Maxillofac Med. 2013;223–5.

Anda mungkin juga menyukai