Anda di halaman 1dari 19

DEPARTEMEN ORTODONTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
Terjemahan Jurnal

Perubahan Bentuk Mandibula Setelah Pengobatan Awal pada Subjek dengan Open Bite:
Analisis Morfometri Geometris

Nama : Priscilia Yoviani Sole


Nim : J014192038
Pembimbing : drg. Nasyrah Hidayati, Sp.Ort
Hari / Tanggal : Senin / 4 Januari 2021

DEPARTEMEN ORTODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Perubahan Bentuk Mandibula Setelah Pengobatan Awal pada Subjek dengan Open Bite:
Analisis Morfometri Geometris

Roberta Lione, Dimitri Fusaroli, Manuela Mucedero, Valeria Paoloni, Chiara Pavoni and Paola
Cozza

Abstrak
Tujuan: Untuk mengevaluasi modifikasi mandibula pada anterior open bite (OB) di subjek
dalam masa pertumbuhan yang dirawat dengan Rapid Maxillary Expansion dan bite block
(RME/BB) atau Quad Helix dengan crib (QH/C) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
(CG) dengan menggunakan Metode Geometric Morphometric (GMM) dan sefalometri
konvensional.
Bahan: Kelompok OB terdiri dari 34 subjek (26 perempuan, 8 laki-laki) dengan OB
dentoskeletal dan usia rata-rata 8,0 ± 1,0 tahun. Kelompok OB dibagi dalam dua subkelompok:
kelompok RME/BB terdiri dari 17 subjek (13 perempuan, 4 laki-laki), sedangkan kelompok
QH/C mencakup 17 subjek (13 perempuan, 4 laki-laki). Kedua subkelompok tersebut
dibandingkan dengan CG dari 17 subjek (13 perempuan, 4 laki-laki) yang sesuai untuk jenis
kelamin, usia, pola vertikal, dan periode observasi. Tersedia dua cephalogram lateral berturut-
turut: yang pertama diambil sebelum perawatan (T1), dan yang kedua diperoleh pada observasi
follow-up sekurangnya 4 tahun setelah perawatan selesai (T2). Landmark dan semilandmark
didigitalkan pada sefalogram lateral dan GMM diterapkan. Analisis Procrustes dan analisis
komponen utama dilakukan. Analisis varians (ANOVA) dengan Tukey post hoc test digunakan
untuk membandingkan perubahan sefalometri T2-T1 antara RME/BB, QH/C, dan CG.
Hasil: Dalam jangka panjang, RME/BB menunjukkan penurunan sumbu Condylar terhadap
sudut bidang mandibula yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan CG dan QH/C. GMM
menunjukkan peningkatan tinggi ramus mandibula dalam kelompok RME/BB dengan
kecenderungan terjadi rotasi mandibula berlawanan arah jarum jam jika dibandingkan dengan
kelompok QH/C dan CG.
Kesimpulan: Subjek RME/BB menunjukkan perubahan bentuk ramus mandibula yang
signifikan dengan kecenderungan rotasi berlawanan arah jarum jam jika dibandingkan dengan
subjek QH/C dan CG.
Pendahuluan
Open bite anterior (OB) didefinisikan sebagai tidak adanya oklusi di antara tepi insisal gigi
atas dan bawah saat gigi geligi dalam keadaan oklusi (1-3).
OB merupakan konsekuensi dari banyak faktor etiologi, baik keturunan maupun
lingkungan (4). Banyak faktor etiologi potensial telah dipertimbangkan, termasuk kebiasaan
menghisap jari, perbesaran jaringan limfatik, keturunan, matriks fungsional oral, pola
pertumbuhan kurang baik, dan rahang atas yang menyempit (5-11).
Kedalaman gigitan yang berkurang dapat dikaitkan dengan hiperdivergensi skeletal, atau
disebut sebagai sindrom wajah panjang atau high angle disharmony (12-14).
Dalam etiologi OB skeletal, pola pertumbuhan yang tidak menguntungkan ditandai dengan
gonial yang berlebihan, corpus dan ramus mandibula yang kecil, peningkatan anterior dan
penurunan posterior tinggi wajah, dasar kranial anterior yang curam, dan lengkung maksila yang
sempit, memberikan peran penting (11-15). OB dental dan dentoalveolar merupakan hasil dari
halangan mekanis dari perkembangan vertikal gigi insisivus sementara hubungan skeletal
normal. Namun, dalam banyak kasus, perbedaannya tidak jelas karena maloklusi muncul pada
kedua komponen gigi dan skeletal. Dalam literatur, keragaman dalam hal pendekatan terapeutik
telah diusulkan pada perawatan awal OB skeletal. Beberapa penelitian menemukan korelasi
antara wajah yang panjang dan konstriksi maksila. Karakteristik maksila yang paling konsisten
adalah penyempitan dengan peningkatan insidensi crossbite posterior (16). Untuk alasan ini,
banyak peneliti (3,17–20) menekankan bahwa OB skeletal harus diatasi sejak awal pada subjek
yang sedang berkembang dengan menerapkan Rapid Maxillary Expansion (RME) bersama
dengan bite block posterior (BB) untuk mengontrol dimensi vertikal dengan menghindari
ekstrusi molar bawah dan atas. Sankey dkk. (21) melaporkan jenis intervensi ini meningkatkan
pertumbuhan kondilus ke arah yang lebih anterosuperior secara signifikan, dan menghasilkan
rotasi mandibula anterior 2,7 kali lebih besar dari kelompok kontrol.
Sebaliknya, pada pasien dengan kebiasaan menghisap non-nutritif dengan overbite negatif,
pengobatan dini telah diusulkan untuk menghilangkan kebiasaan menghisap ibu jari
berkepanjangan yang sering dikaitkan dengan berkurangnya lengkung maksila dan peningkatan
kedalaman palatal (22).
Quad Helix dengan crib (QH/C) menghasilkan secara klinis peningkatan signifikan dalam
hubungan skeletal vertikal karena rotasi ke bawah bidang palatal (3).
Sebelumnya, satu studi (23) menilai variasi bentuk morfologi dari kubah palatal di OB
subjek yang sedang berkembang jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (CG) melalui
Metode Geometric Morphometric (GMM) yang telah digunakan dalam literatur sebagai metode
visualisasi perubahan bentuk (24,25).
Pada tahun 2018, Mucedero dkk. (20) mengevaluasi efek jangka panjang dari hanya
pengobatan RME/BB menggunakan analisis sefalometri dan tidak dengan analisis morfometri,
dengan fokus utama pada perubahan gigi dan maksila, tetapi tidak pada mandibula.
Sepengetahuan kami, tidak ada data yang tersedia berkenaan dengan morfologi variasi
mandibula pada OB subjek yang sedang berkembang, setelah penyelesaian seluruh perawatan.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis morfologi karakteristik
mandibula di akhir pertumbuhan, pada subjek yang dirawat OB jika dibandingkan dengan CG
yang tidak dirawat dengan menggunakan konvensional sefalometri dan GMM.

Bahan dan Metode


Sampel dari 34 subjek OB (26 perempuan, 8 laki-laki) dengan usia rata-rata 8,0 ± 1,0
tahun dikumpulkan secara retrospektif dari arsip Departemen Ortodonti Universitas Roma “Tor
Vergata”.
Pasien yang termasuk dalam kelompok penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi
berikut: keturunan Eropa (putih), overbite kurang dari 0 mm, peningkatan dimensi vertikal
seperti yang dinilai sefalogram lateral (SN^GoGN>37°) (26), diskrepansi interlengkung posterior
transversal ≥3 mm (27), tahap gigi bercampur, maturasi skletal prapubertas (CS1-CS2) (28), dan
kualitas sefalogram lateral yang baik (Tabel 1).
Kriteria eksklusi meliputi: perawatan ortodonti sebelumnya, kerusakan piranti, karies
multipel dan/atau lanjut, agenesis gigi, gigi supernumerary, celah bibir dan/atau palatum, dan
penyakit genetik lainnya.
Kelompok OB awal dibagi menjadi dua subkelompok sesuai dengan ada atau tidak
adanya kebiasaan menghisap yang berkepanjangan sehingga sesuai dengan strategi pengobatan.
Saat kebiasaan menghisap tidak tercatat, pasien dirawat dengan RME/BB, sebaliknya bila
kebiasaan menghisap diamati subjek dirawat dengan QH/C. Subkelompok pertama, kelompok
RME/BB terdiri dari 17 subjek (13 perempuan, 4 laki-laki) dengan usia rata-rata 7,9 ± 0,7 tahun
tanpa kebiasaan menghisap. Subkelompok kedua, kelompok QH/C adalah terdiri dari 17 (13
perempuan, 4 laki-laki) dengan usia rata-rata 8,1 ± 1,3 tahun dengan kebiasaan mengisap jempol
dari minimal 6 jam atau lebih banyak per hari, atau disebut kebiasaan menghisap persisten di
malam hari dengan orang tua melaporkan adanya suara isap (29,30).

Tabel 1. Perbandingan demografi dan statistik bentuk awal antara kelompok Rapid Maxillary
Expansion dan bite block (RME/BB), kelompok Quad-Helix dengan Crib (QH/C), dan kelompok
kontrol (CG) dengan cara analisis varian (ANOVA) ) dengan uji post hoc Tukey (P <0,05).
RME/BB QH/C CG
(n = 17, 13f (n = 17, 13f TUKEY post hoc tests
(n = 17, 13f
Pengukuran 4 m) 4 m) 4 m) ANOVA (P value)

QH/C versus RME QH/C versus CG RME versus CG


Mean SD Mean SD Mean SD P value P value P value P value

Usia saat T1 (tahun) 7.9 0.7 8.1 1.3 8.0 0.7 NS NS NS NS


0.786 0.672 0.723
Usia saat T2 (tahun) 13.3 1.3 13.5 1.8 13.3 1.2 NS NS NS NS
0.933 0.998 0.956
T1–T2 interval (tahun) 5.4 1.5 5.4 1.5 5.3 1.2 NS NS NS NS
0.475 0.639 0.726
Overbite (mm) −2.6 1.2 −2.7 1.1 −2.9 1.2 NS NS NS NS
0.405 0.553 0.447
SN^GoGN (deg) 42.3 4.1 41.7 3.8 41.2 4.4 NS NS NS NS
0.553 0.644 0.723

SD = standar deviasi; NS = tidak signifikan; SN^GoGN (deg) = basis kranial terhadap sudut bidang mandibula.

Headfilm dikumpulkan sebelum perawatan (T1) dan pada observasi follow-up


sekurangnya 4 tahun setelah perawatan selesai (T2) menggunakan cephalostat modern dengan
jarak fokus/film 1,5 m. Proyek ini telah disetujui oleh komite etik di Universitas Roma "Tor
Vergata" (nomor protokol 168/19) untuk mengakses arsip dan menggunakan informasi pribadi
pasien untuk tujuan penelitian. Orang tua dari semua subjek termasuk subjek penelitian dipanggil
kembali untuk menandatangani persetujuan.
Setiap subjek sampel RME/BB menjalani terapi dengan RME disolder ke band pada gigi
molar permanen pertama atau molar sulung kedua (Gambar 1). Sekrup ekspansi diputar satu kali
sehari sampai cusp palatal gigi posterior atas mendekati cusp bukal gigi posterior bawah; lalu
alat itu dibiarkan di tempatnya setidaknya selama 8 bulan sebagai retainer pasif untuk membuat
stabil ekspansi dicapai selama aktivasi sekrup. Setelah RME dilepas, tidak ada piranti lain
diresepkan untuk pasien. Piranti BB diproyeksikan dalam bentuk perangkat Schwartz untuk
lengkung mandibula dengan resin splint ketebalan 5 mm di regio oklusal posterior. BB
diaplikasikan selama 12 bulan untuk mengontrol dimensi vertikal. Pasien memakai BB 24 jam
sehari. Kepatuhan berbeda di antara pasien, seperti halnya dalam penelitian yang membutuhkan
piranti lepasan. Oleh karena itu, peneliti tunggal melakukan wawancara tatap muka dengan
setiap pasien untuk menjalin kerjasama. Kepatuhan dinilai dengan 3 poin Skala likert (buruk,
sedang, dan baik) (31): kepatuhan buruk dinyatakan bila pasien memakai BB pada malam hari
saja, kepatuhan sedang bila pasien memakai BB pada malam hari dan selama di rumah, dan
kepatuhan baik bila pasien memakai BB penuh waktu seperti yang disarankan oleh dokter (20).

Gambar 1. (A) Rapid maxillary expander. (B) Piranti bite block posterior.

Setiap subjek sampel QH/C menjalani terapi perawatan dengan piranti QH/C yang
terbuat dari kawat baja tahan karat 0,036 inci yang disolder ke band pada gigi molar permanen
pertama atau molar sulung kedua. Lengan lingual piranti berkembang secara mesial ke gigi
kaninus sulung atau insisivus permanen. Heliks anterior ditempatkan sejauh mungkin ke depan
pada palatum. Untuk mencegah mengisap jempol, taji ditambahkan. Ini dibentuk dari tiga
segmen dari kawat baja tahan karat 0,036 inci yang disolder ke jembatan anterior dari QH/C.
Ketiga segmen tersebut berinklinasi secara lingual untuk mencegah tubrukan pada mukosa
sublingual (3,32).
Aktivasi QH/C koresponden dengan lebar buccolingual 1 molar. Piranti diaktifkan
kembali satu atau dua kali selama terapi untuk mencapai koreksi berlebihan dari hubungan
transversal (Gambar 2).

Gambar 2. Quad Helix dengan crib.

Tujuh belas subjek (13 perempuan, 4 laki-laki) dengan usia rata-rata 8,0 ± 0,7 tahun dan
OB anterior yang tidak dirawat dipilih dari American Association of Orthodontists Foundation
Craniofacial Growth Legacy Collection (http://www.aaoflegacycollection.org) untuk membentuk
CG. Subjek OB anterior yang tidak dirawat sesuai dengan Kelompok RME/BB dan QH/C untuk
overbite negatif di T1, usia kronologis, displasia vertikal skeletal [peningkatan dimensi vertikal
seperti yang dinilai pada lateral cephalogram (SN^GoGN>37°) (26)], dan maturasi skeletal pada
berbagai periode waktu dan durasi interval. Data demografis kelompok yang diteliti diperiksa
pada Tabel 1.
Perangkat lunak sefalometri (Viewbox, version 4.0, dHAL Software, Kifissia, Greece)
digunakan untuk rejimen digitalisasi khusus yang digunakan untuk evaluasi sefalometri
konvensional.
Headfilm dari kedua kelompok yang dirawat (TG) dan CG distandarisasi berkaitan
dengan faktor pembesaran dengan mengaturnya pada 0%. Titik referensi, garis, dan sudut
sefalometri (empat sudut pengukuran) yang digunakan dalam analisis ditunjukkan pada Gambar
3. Analisis sefalometri dilakukan sesuai dengan metode Baccetti dkk. (33) untuk menilai
inklinasi ramus terhadap basis kranial dan bidang mandibula. Secara khusus, garis basicranial
stabil, melalui titik paling superior dari dinding anterior sella turcica di persimpangan dengan
tuberkulum sellae (titik T) (34), ditarik garis singgung ke lamina cribrosa dari tulang ethmoid.

Gambar 3. Titik, garis, dan sudut sefalometri yang digunakan dalam analisis: Sumbu
condylar (CondAx) melewati titik Co dan Cc (titik tengah antara dua titik Articulare Ar dan
Ara); Garis basicranial stabil (SBL) ditelusuri melalui titik paling superior dari dinding anterior
sella turcica di persimpangan dengan tuberculum sellae (titik T), ditarik bersinggungan dengan
lamina cribrosa dari tulang ethmoid; CondAx ke bidang mandibula (MP); CondAx ke SBL;
CondAx ke Frankfort horizontal (Po-Or); CondAx ke SN.

Untuk mempelajari struktur mandibula, GMM diterapkan (24,25,35). Perangkat lunak


sefalometri (Viewbox, version 4.0, dHAL Software, Kifissia, Greece) digunakan untuk
mendigitalkan cephalogram dari setiap subjek. Untuk evaluasi bentuk mandibula 2 kurva
kontinyu (Tabel 2) dengan 31 poin, 5 di antaranya adalah sefalometri tetap, landmark digambar
(Gambar 4). Landmark yang tersisa adalah semilandmark, awalnya ditempatkan pada jarak yang
sama di sepanjang kurva. Rata-rata semua dataset (mandibula) dihitung, dan digunakan sebagai
referensi tetap (rata-rata Procrustes) untuk kemungkinkan semua semilandmark meluncur dan
menjadi lebih homolog dari subjek ke subjek untuk meminimalkan energi tekukan spline pelat
tipis (24,36,37). Prosedur ini diulang dua kali. Semua digitalisasi radiografi dan model studi
dilakukan oleh operator yang sama dan dianalisis menggunakan metode Generalized Procrustes.

Tabel 2. Deskripsi kurva mandibula (beberapa titik umum di antara kurva).


Kurva Deskripsi Titik N°
Mandibula Dari infradental, sepanjang garis luar 25
mandibula di sekitar kondilus, hingga
leher anterior kondilus
Simfisis Plat kortikal lingual dari simfisis 6

Gambar 4. Landmark tetap (lingkaran hijau) dan semilandmark geser (silang merah) yang
digunakan untuk menggambarkan mandibula.

Analisis Statistik
Pengukuran sefalometri
Untuk mengetahui kesalahan metode, dilakukan pengukuran pada sefalogram lateral
kelompok RME/BB, QH/C, dan CG dilakukan oleh satu penguji terlatih (DF) dan diulang
setelah selang waktu sekitar 2 minggu. Uji-t berpasangan digunakan untuk membandingkan dua
pengukuran (kesalahan sistematis).
Statistik perbandingan antar kelompok dihitung untuk bentuk awal kraniofasial dimulai
dari T1. Ketiga kelompok itu cocok dalam hubungan skeletal dan maturasi skeletal.
Dengan adanya data yang terdistribusi normal, statistik perbandingan antara kelompok
untuk perubahan T2-T1 dilakukan dengan menggunakan ANOVA dengan uji post hoc Tukey
(P<0,05).

Analisis morfometri geometris


Untuk menentukan keandalan metode ini, 20 sefalogram lateral dipilih secara acak dan
digitalisasi ulang oleh operator terlatih yang sama (DF) hampir 2 minggu setelah digitalisasi
pertama. Kesalahan random dinyatakan sebagai jarak antara digitalisasi berulang dalam bentuk
ruang dibandingkan dengan total varian sampel (38). Analisis Procrustes diterapkan dan analisis
komponen utama dilakukan untuk mengungkap pola utama variasi bentuk mandibula. Jarak
Procrustes antara rata-rata kelompok digunakan untuk mengevaluasi perbedaan statistik antara
kelompok di T2: RME/BB versus QH/C; RME/BB versus CG; QH/C versus CG. Lebih dari
10.000 permutasi telah dilaporkan (25).

Hasil
Semua subjek berada pada tahap prapubertas sesuai dengan maturasi tulang berdasarkan
metode maturasi vertebral serviks (CS1 atau CS2) pada T1 (28). Semua subjek telah mencapai
maturasi skeletal pascapubertas pada T2 (CS 4–6). Tahapan maturasi vertebral serviks ditentukan
oleh penguji terkalibrasi yang terlatih dalam metode ini menunjukkan hampir dicapai subjek
pada tahap T2 CS5 atau CS6. Hanya 30% dari total sampel yang dirawat dan tidak dirawat
menunjukkan tahap CS4. 70% sisanya mencapai tahapan CS5 – CS6. Semua pasien berada di
masa gigi permanen pada T2. Pada T1 subjek RME/BB menunjukkan diskrepansi interlengkung
transversal posterior 5,2 ± 0,3 mm sedangkan pasien QH/C menunjukkan diskrepansi lengkung
maksila yang menyempit pada 4,4 ± 0,2 mm.
Di kedua TG protokol perawatan berlangsung hampir 1 tahun, sampai overbite positif
tercapai.
Analisis kepatuhan subjek RME/BB (penggunaan BB) menunjukkan bahwa tidak ada
yang memiliki kerjasama yang buruk, 5 memiliki kerjasama sedang, dan 12 pasien sisanya
memiliki kepatuhan yang baik. Sebagai hasil, kerjasama baik ditemukan pada 70,6% pasien.
Pada kelompok RME/BB sebanyak 12 pasien, sementara pada kelompok QH/C 11 pasien
melakukan tahap kedua dengan piranti konvensional cekat untuk menyelesaikan oklusi. Tidak
ada biomekanik aktif atau elastis vertikal untuk mengekstrusi gigi insisivus yang diaplikasikan
selama terapi alat cekat. Tidak ada elastis kelas II intraoral atau bite ramps pada gigi posterior
atau mekanika anterior ekstrusif / posterior intrusif lainnya digunakan.
Tidak ada kesalahan sistematis yang ditemukan antara nilai-nilai sefalometri berulang;
sedangkan mean random error dari 20 digitisasi yang diulang untuk analisis morfometrik
geometris, dinyatakan sebagai persentase varian bentuk total, adalah 3,7%.

Pengukuran sefalometri
Perbandingan perubahan jangka panjang (T2-T1), ditunjukkan pada (Tabel 3),
mengungkapkan penurunan yang jauh lebih besar dari sudut Condax^MP dalam kelompok
RME/BB jika dibandingkan dengan CG dan QH/C (P = 0,0002; P = 0,025). Penurunan sudut
juga terlihat pada kelompok QH/C dibandingkan dengan CG, tetapi perbedaan antara kedua
kelompok ini tidak signifikan secara statistik.

Tabel 3. Perbandingan statistik perubahan pengukuran sefalometri T2-T1 antara kelompok Rapid
Maxillary Expansion dan bite block (RME/BB), kelompok Quad-Helix Crib (QH/C), dan kelompok
kontrol (CG) dengan cara analisis varians (ANOVA) dengan uji post hoc Tukey (P <0,05).
RME/BB QH/C CG ANOVA Tukey post hoc tests (P value)
(n = 17) (n = 17) (n = 17)

QH/C versus RME QH/C versus CG RME versus CG


Mean SD Mean SD Mean SD F P
P value P value P value
value
Condax^MP (deg) −6.0 2.6 −3.5 3. −2.0 1.4 9.6 * NS *** 0.0002
6 *** 0.025 0.244
Condax^SBL (deg) 6.2 3.5 2.9 5.4 2.8 2.2 4.1 * * NS *
0.046 0.998 0.0411
Condax^PF (deg) 3.7 2.3 2.4 4.8 2.9 2.0 0.7 NS NS NS NS
0.475 0.912 0.726
Condax^SN (deg) 3.6 3.1 2.1 4.5 2.6 2.1 0.8 NS NS NS NS
0.405 0.913 0.650

PF = Frankfort horizontal; SD = standar deviasi; NS = tidak signifikan.


*P < 0.05.
***P < 0.001.

Selain itu, kelompok RME/BB menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik
dalam sudut Condax^BSL jika dibandingkan dengan dua kelompok lainnya (P = 0,046; P =
0,0411).
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara ketiga kelompok dalam
pengukuran Condax^PF dan Condax^SN.

Analisis morfometri geometris


Untuk perubahan morfologi mandibula, perbedaannya signifikan secara statistik antara
bentuk mandibula Kelompok RME/BB versus QH/C dan Kelompok RME/BB versus CG
(10.000 permutasi; P = 0,046; P = 0,023). Komponen utama pertama (PC1) menjelaskan varians
terbesar dan secara morfologis dianggap paling bermakna.
Dengan membandingkan kelompok RME/BB dan QH/C, variasi dijelaskan oleh PC1
mendefinisikan 29% dari total varian bentuk (PC1: 29%, PC2: 16,6%, PC3: 12,1%, PC4: 8,4%,
PC5: 7,1%). PC1 menunjukkan perubahan signifikan dalam periode pertumbuhan yang diamati.
Tinggi ramus mandibula meningkat pada kelompok RME/BB dengan kecenderungan rotasi
mandibula berlawanan arah jarum jam (Gambar 5). Perbedaan bentuk mandibula yang serupa
ditemukan dalam perbandingan antara kelompok RME/BB dan CG (PC1: 27%, PC2: 17.3%,
PC3: 12.1%, PC4: 9%, PC5: 6.9%) seperti ditunjukkan oleh Gambar 6.
Tidak ada perubahan morfologi yang signifikan ditemukan saat membandingkan
kelompok QH/C dan CG (10.000 permutasi; P = 0,67; PC1: 27%, PC2: 20,4%, PC3: 16,5%,
PC4: 7,7%, PC5: 6,1%). Namun, terjadi sedikit perubahan posisi ramus mandibula dinilai dalam
kelompok QH/C (Gambar 7).

Gambar 5. Perbandingan morfologi mandibula antara RME/BB (biru) dan QH/C (kuning).
Gambar 6. Perbandingan morfologi mandibula antara RME/BB (biru) dan CG (merah).

Gambar 7. Perbandingan morfologi mandibula antara QH/C (kuning) dan CG (merah).

Diskusi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan morfologi mandibula
pada akhir pertumbuhan, pada subjek yang dirawat OB jika dibandingkan dengan CG yang tidak
dirawat dengan menggunakan sefalometri konvensional dan GMM.
CG sesuai dengan kelompok yang dirawat untuk overbite negatif pada T1, displasia
vertikal skeletal, usia kronologis, distribusi jenis kelamin, interval. Meskipun CG historis
mungkin memiliki beberapa batasan (39), penggunaan kontrol historis memiliki masalah etika
membiarkan anak-anak dengan OB anterior tidak dirawat untuk mengumpulkan CG
kontemporer.
Maloklusi OB dianggap sebagai salah satu masalah ortodonti yang paling sulit untuk diperbaiki
karena muncul sebagai hasil dari interaksi berbagai faktor etiologi (40). Hal ini salah satu yang
paling banyak menantang maloklusi untuk dirawat karena frekuensi rekuren yang tinggi. Secara
tradisional, karakteristik oklusal dan kraniofasial subjek yang sedang berkembang dengan OB
anterior telah dipelajari pada bidang sagital dan vertikal dengan analisis sefalometri
konvensional di lateral cephalogram. Saat ini, teknologi 3D memungkinkan melalui GMM untuk
menunjukkan perubahan morfologis dalam kompleksitasnya, dengan cara yang lebih efektif
daripada pengukuran linier tradisional (41).
Dalam literatur terdapat beberapa penelitian (42,43) yang menganalisis pasien anterior
OB melalui GMM. Krey dkk. (42) mengilustrasikan morfologi skeletal subjek dewasa OB
dengan latar belakang hubungan rahang sagital berdasarkan sefalogram lateral. Mereka
mengamati bahwa semua subjek OB skeletal mengalami kompresi ramus mandibula akibat
defisit pertumbuhan. Namun, perbedaan yang mencolok terdeteksi dalam hal perkembangan
rahang atas vertikal di antara subjek OB yang tidak dirawat. Oleh karena itu, pola morfologi
maksila yang berbeda, harus dipertimbangkan selama penilaian etiologi individu dan
perencanaan perawatan. Freudenthaler dkk. (43) mengevaluasi peran bentuk kraniofasial di
berbagai maloklusi di subjek yang sedang berkembang dan subjek dewasa yang tidak dirawat
dengan penerapan GMM pada set landmark dua dimensi yang diperoleh dari radiografi lateral
skull. Mereka menemukan bahwa subjek OB menunjukkan inklinasi maksila ke atas dan
mandibula ke bawah.
Sepengetahuan kami, penelitian ini merupakan upaya pertama untuk menyelidiki respon
bentuk mandibula dengan dua strategi berbeda perawatan awal untuk memperbaiki OB anterior
dengan etiologi yang berbeda pada jangka waktu yang lama. Kriteria diagnostik untuk OB
anterior harus distandarisasi dan intervensi harus diuji untuk setiap jenis OB anterior: OB
skeletal atau OB anterior karena kebiasaan menghisap. Memang, kelompok OB awal dibagi
menjadi dua subkelompok menurut ada atau tidak adanya kebiasaan menghisap yang
berkepanjangan. Batasan penelitian adalah bahwa pembagian OB dalam dua subkelompok
didasarkan pada rujukan kebiasaan menghisap jempol tanpa menilai entitas menghisap jempol.
Keterbatasan lainnya adalah tidak adanya informasi mengenai dimensi transversal subjek yang
tidak dirawat, karena mereka berasal dari CG historis dengan hanya cephalogram latero-lateral
tersedia.
Sebagai akibat, terapi interseptif spesifik (mis. RME/BB atau QH/C) bertujuan untuk
mempengaruhi pertumbuhan struktur skeletal yang berbeda. Mucedero dkk. (20) menunjukkan
bahwa protokol RME/BB menunjukkan pengurangan ekstrusi molar rahang atas dan bawah dan,
akibatnya, peningkatan yang signifikan dalam dimensi skeletal vertikal jika dibandingkan
dengan subjek OB yang tidak dirawat. Seperti dilansir beberapa penulis (5-10) di maloklusi OB
ramus dan corpus mandibula lebih pendek. Oleh karena itu, pada sindrom wajah panjang bisa
diamati pertumbuhan terhenti, bukan di bagian depan wajah tempat gangguan terjadi, melainkan
di bagian belakang mandibula dan di ramus.
Dalam penelitian ini, pada follow up jangka panjang (T2), subjek RME/BB menunjukkan
penurunan sudut Condax^MP pada kelompok RME/BB jika dibandingkan dengan QH/C dan
CG. Sementara di GMM, PC1 menunjukkan perubahan signifikan dalam periode pertumbuhan
yang diamati. Ramus mandibula meningkat pada kelompok RME/BB dengan kecenderungan
rotasi mandibula berlawanan arah jarum jam saat dibandingkan dengan CG dan QH/C.
Perubahan bentuk mandibula tidak terutama terletak di gonion tetapi di sepanjang ramus
mandibula. Pada penelitian kali ini, morfologi ramus mandibula berperan lebih besar dalam OB
individu tanpa kebiasaan mengisap. Strategi ortopedi (RME/BB) menghasilkan penurunan
kecuraman bidang mandibula dan oklusal yang berkontribusi pada koreksi displasia vertikal
skeletal sebagai akibat perpanjangan ramus mandibula.
Sebaliknya, protokol QH/C tidak mempengaruhi morfologi mandibula, sesuai dengan
penelitian sebelumnya (3) yang menunjukkan rotasi ke bawah bidang palatal yang signifikan
secara klinis tanpa perubahan mandibula saat dibandingkan dengan CG. Pengaruh QH/C adalah
membiarkan gigi berkembang dalam hubungan yang tepat dengan menutup gigitan.

Kesimpulan
• GMM adalah alat yang berguna untuk mengilustrasikan dan mendeskripsikan perubahan
bentuk mandibula secara visual pada anak dengan maloklusi OB setelah perawatan.
• Subjek RME/BB menunjukkan perubahan yang signifikan pada orientasi vertikal ramus
mandibula dengan kecenderungan rotasi berlawanan arah jarum jam jika dibandingkan dengan
subjek QH/C dan CG.
• Pada subjek yang dirawat dengan RME/BB, pemanjangan ramus mandibula berkontribusi pada
koreksi OB yang menghasilkan penurunan kecuraman dari bidang mandibula dan oklusal.

Referensi
1. Worms, F.W., Meskin, L.H. and Isaacson, R.J. (1971) Open-bite. American Journal of
Orthodontics, 59, 589–595
2. Ngan, P. and Fields, H.W. (1997) Open bite: a review of etiology and management. Pediatric
Dentistry, 19, 91–98.
3. Mucedero, M., Franchi, L., Giuntini, V., Vangelisti, A., McNamara, J.A. J and Cozza, P.
(2013) Stability of quad-helix/crib therapy in dentoskeletal open bite: a long-term controlled
study. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 143, 695–703.
4. Cozza, P., Baccetti, T., Franchi, L., Mucedero, M. and Polimeni, A. (2005) Sucking habits and
facial hyperdivergency as risk factors for anterior open bite in the mixed dentition. American
Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 128, 517–519.
5. Mizrahi, E. (1978) A review of anterior open bite. British Journal of Orthodontics, 5, 21–27.
6. Subtelny, J.D. and Sakuda, M. (1964) Open-bite: diagnosis and treatment. American Journal
of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 50, 337–358.
7. Sassouni, V. (1969) A classification of skeletal facial types. American Journal of
Orthodontics, 55, 109–123.
8. Moss, M.L. and Salentijn, L. (1971) Differences between the functional matrices in anterior
open-bite and in deep overbite. American Journal of Orthodontics, 60, 264–280.
9. Bell, W.H. (1971) Correction of skeletal type of anterior open bite. Journal of oral surgery
(American Dental Association: 1965), 29, 706–714.
10. Nahoum, H.I. (1977) Vertical proportions: a guide for prognosis and treatment in anterior
open-bite. American Journal of Orthodontics, 72, 128–146.
11. Lentini-Oliveira, D.A., Carvalho, F.R., Rodrigues, C.G., Ye, Q., Prado, L.B., Prado, G.F. and
Hu, R. (2014) Orthodontic and orthopedic treatment for anterior open bite in children. Cochrane
Database of Systematic Reviews, 9, CD005515.
12. Schendel, S.A., Eisenfeld, J., Bell, W.H., Epker, B.N. and Mishelevich, D.J. (1976) The long
face syndrome: vertical maxillary excess. American Journal of Orthodontics, 70, 398–408.
13. Schudy, F.F. (1964) Vertical growth versus anteroposterior growth as related to function and
treatment. The Angle Orthodontist, 34, 75–93.
14. Phelan, A., Franchi, L., Baccetti, T., Darendeliler, M.A. and McNamara, J.A. Jr. (2014)
Longitudinal growth changes in subjects with openbite tendency: a retrospective study.
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 145, 28–35.
15. Lopez-Gavito, G., Wallen, T.R., Little, R.M. and Joondeph, D.R. (1985) Anterior open-bite
malocclusion: a longitudinal 10-year postretention evaluation of orthodontically treated patients.
American Journal of Orthodontics, 87, 175–186.
16. Buschang, P.H., Sankey, W. and English, J.D. (2002) Early treatment of hyperdivergent
open-bite malocclusions. Seminars in Orthodontics, 8,
130–140.
17. Rodrigues de Almeida, R. and Ursi, W.J. (1990) Anterior open bite. Etiology and treatment.
Oral Health, 80, 27–31.
18. English, J.D. (2002) Early treatment of skeletal open bite malocclusions. American Journal
of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 121, 563–565.
19. Luzzi, V., Guaragna, M., Ierardo, G., Saccucci, M., Consoli, G., Vestri, A.R. and Polimeni,
A. (2011) Malocclusions and non-nutritive sucking habits: a preliminary study. Progress in
Orthodontics, 12, 114–118.
20. Mucedero, M., Fusaroli, D., Franchi, L., Pavoni, C., Cozza, P. and ione, R. (2018) Long-term
evaluation of rapid maxillary expansion and bite-block therapy in open bite growing subjects: a
controlled clinical study. The Angle Orthodontist, 88, 523–529.
21. Sankey, W.L., Buschang, P.H., English, J. and Owen, A.H., III. (2000) Early treatment of
vertical skeletal dysplasia: the hyperdivergent phenotype. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics, 118, 317–327.
22. Warren, J.J., Bishara, S.E., Steinbock, K.L., Yonezu, T. and Nowak, A.J. (2001) Effects of
oral habits’ duration on dental characteristics in the primary dentition. Journal of the American
Dental Association (1939), 132, 1685–1693; quiz 1726.
23. Laganà, G., Di Fazio, V., Paoloni, V., Franchi, L., Cozza, P. and Lione, R. (2019) Geometric
morphometric analysis of the palatal morphology in growing subjects with skeletal open bite.
European Journal of Orthodontics, 41, 258–263.
24. Mitteroecker, P. and Gunz, P. (2009) Advances in geometric morphometrics. Journal of
Evolutionary Biology, 36, 235–247.
25. Klingenberg, C.P. (2013) Visualizations in geometric morphometrics: how to read and how
to make graphs showing shape changes. Hystrix, the Italian Journal of Mammalogy, 24, 1–10.
26. Riolo, M.L., Moyers, R.E., McNamara, J.A., McNamara, Jr and Hunter, W.S. (1974) An
Atlas of Craniofacial Growth: Cephalometric Standards from The University School Growth
Study, The University of Michigan. Monograph 2, Craniofacial Growth Series, Center for
Human Growth and Development, The University of Michigan, Ann Arbor, p. 37.
27. Tollaro, I., Baccetti, T., Franchi, L. and Tanasescu, C.D. (1996) Role of posterior transverse
interarch discrepancy in Class II, Division 1 malocclusion during the mixed dentition phase.
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 110, 417–422.
28. McNamara, J.A. Jr and Franchi, L. (2018) The cervical vertebral maturation method: a user’s
guide. The Angle Orthodontist, 88, 133–143.
29. Proffit, W.R. and Fields, H.W. (1983) Occlusal forces in normal- and longface children.
Journal of Dental Research, 62, 571–574.
30. Proffit, W.R. (1972) Lingual pressure patterns in the transition from tongue thrust to adult
swallowing. Archives of Oral Biology, 17, 555–563.
31. Slakter, M.J., Albino, J.E., Fox, R.N. and Lewis, E.A. (1980) Reliability and stability of the
orthodontic Patient Cooperation Scale. American Journal of Orthodontics, 78, 559–563.
32. Cozza, P., Giancotti, A. and Rosignoli, L. (2000) Use of a modified Quad Helix in early
interceptive treatment. Journal of Clinical Orthodontics, 34, 473–476.
33. Baccetti, T., McGill, J.S., Franchi, L., McNamara, J.A. Jr and Tollaro, I. (1998) Skeletal
effects of early treatment of Class III malocclusion with maxillary expansion and face-mask
therapy. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 113, 333–343.
34. Viazis, A.D. (1991) The cranial base triangle. Journal of Clinical Orthodontics, 25, 565–570.
35. Polychronis, G. and Halazonetis, D.J. (2014) Shape covariation betweeN the craniofacial
complex and first molars in humans. Journal of Anatomy, 225, 220–231.
36. Bookstein, F.L. (1997) Landmark methods for forms without landmarks: morphometrics of
group differences in outline shape. Medical Image Analysis, 1, 225–243.
37. Gunz, P., Mitteroecker, P. and Bookstein, F.L. (2005) Semilandmarks in 3D. In Slice, D.E.
(ed.), Modern Morphometrics in Physical Anthropology Developments in Primatology: Progress
and Prospects. Kluwer Academic Publishers-Plenum Publishers, New York, pp. 73–98.
38. Papagiannis, A. and Halazonetis, D.J. (2016) Shape variation and covariation of upper and
lower dental arches of an orthodontic population. European Journal of Orthodontics, 38, 202–
211.
39. Pandis, N. (2012) Use of controls in clinical trials. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics, 141, 250–251.
40. Ballanti, F., Franchi, L. and Cozza, P. (2009) Transverse dentoskeletal features of anterior
open bite in the mixed dentition. The Angle Orthodontist, 79, 615–620.
41. Huanca Ghislanzoni, L., Lione, R., Cozza, P. and Franchi, L. (2017) Measuring 3D shape in
orthodontics through geometric morphometrics. Progress in Orthodontics, 18, 38.
42. Krey, K.F., Dannhauer, K.H. and Hierl, T. (2015) Morphology of open bite. Journal of
Orofacial Orthopedics, 76, 213–224.
43. Freudenthaler, J., Čelar, A., Ritt, C. and Mitteröcker, P. (2017) Geometric morphometrics of
different malocclusions in lateral skull radiographs. Journal of Orofacial Orthopedics, 78, 11–20.

Anda mungkin juga menyukai