Anda di halaman 1dari 2

POLA RESORPSI TULANG ALVEOLAR PADA MAKSILA DAN

MANDIBULA

Tulang alveolar merupakan bagian tulang cranio-maxillofacial yang
memberikan dukungan pada gigi, lingir alveolar yang merupakan salah satu
pendukung gigi tiruan sering kali merupakan faktor pertimbangan dalam
menentukan rencana perawatan. Resorpsi tulang alveolar terjadi setelah
pencabutan gigi terutama pada tahun pertama.
Resorpsi tulang adalah proses morfologi kompleks yang berhubungan
dengan adanya erosi pada permukaan tulang dan sel raksasa multinucleated
(osteoklas). Osteoklas berasal dari jaringan hematopoietic dan terbentuk dari
penyatuan sel mononuclear. Ketika osteoklas aktif, terjadi pertambahan yang
banyak dari enzim hidrolitik yang akan disekresikan pada daerah border. Enzim
ini merusak bagian organik tulang. Aktivitas osteoklas dan morfologi border dapat
dimodifikasi dan diregulasi oleh hormon seperti parathormone dan calcitonin
yang mempunyai reseptor pada membran osteoklas (Carranza, 2002).
Ten Cate (1994) menggambarkan urutan terjadinya proses resorpsi sebagai
berikut :
1. Perlekatan osteoklas pada permukaan tulang yang termineralisasi.
2. Pembentukan penutup lingkungan asam melalui aksi pompa proton, dimana
tulang terdemineralisasi dan terbukanya matriks organik.
3. Degradasi matriks organik yang telah terbuka dengan unsur pokok asam
amino oleh aksi enzim yang dikeluarkan, seperti asam fosfat dan cathepsine.
4. Penghancuran ion mineral dan asam amino di dalam osteoklas
(Carranza, 2002)
Tingkat kecepatan resorpsi lingir alveolar berbeda antara rahang atas dan
rahang bawah, dengan perbandingan 1:4, dimana kecepatan resorpsi rahang
bawah lebih besar daripada rahang atas. Resorpsi pada lingir alveolar bagian
anterior rahang atas cendrung ke arah belakang dan ke atas dengan tingkat
kehilangan tulang yang cukup progresif. Pada bagian posterior rahang atas
resorpsi cendrung ke arah atas dan ke dalam sehingga lingir alveolar mengecil
secara progresif. Sedangkan lingir alveolar rahang bawah anterior dan posterior
mengalami resorpsi ke arah depan dan bawah. Tingginya tingkat resorpsi lingir
alveolar setelah pencabutan gigi akan menentukan apakah dibuat gigi tiruan
lepasan atau gigi tiruan cekat.
Resorpsi tulang dapat terjadi secara vertikal dan horisontal. Pada resorpsi
vertikal terjadi dimensi apikokoronal yang lebih pendek dibandingkan dengan gigi
sebelahnya. Sedangkan resorpsi horisontal menyebabkan kecekungan pada
dimensi bukolingual. Kedua tipe resorpsi ini mengakibatkan keadaan yang kurang
estetis. Bentuk tulang dan topografi daerah harus dievaluasi, tipe dan banyaknya
destruksi tulang berperan dalam pemilihan pontik.

Siebert mengklasifikasi
deformasi bentuk tulang alveolar tersisa ada tiga kelompok:
a. Kelas I : kehilangan lebar fasiolingual dengan tinggi apikokoronal normal
b. Kelas II: kehilangan tinggi lingir dengan lebar normal
c. Kelas III: kehilangan keduanya tinggi dan lebar lingir



Daftar Pustaka
Carranza F. A., Henry H. T., Michael G. N. 2002. Clinical Periodontology 9
th

ed.W. B. Saunders Co, Philadelphia.
Garber, D.A. 1999. The Edentulous Ridge in Fixed Prosthodontic. Philadelphia,
Pennsylvania
Winkler, S. 2008. Clinical Implant Site Development and Alveolar Bone
Resorpsion. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai