Anda di halaman 1dari 60

Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

DENTAL SIDE TEACHING


GIGI TIRUAN PENUH (GTP)

1. IDENTITAS
No. Kartu : H. 11662.02.16
Nama Pasien : Hawa Hamid
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ketang Baru, Wonasa Tengah

2. KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 73 tahun yang berdomisili di Wonasa
Tengah datang ke klinik RSGM PSPDG UNSRAT dengan keluhan ingin
dibuatkan gigi palsu rahang atas dan rahang bawah karena gigi palsu yang
dipakai sebelumnya sudah terasa longgar dan tidak nyaman lagi ketika
digunakan serta pasien mengalami kesulitan ketika mengkonsumsi makanan.

Foto wajah

Tampak depan Tampak samping


Bentuk muka : Square Profil muka : Cembung

Gambaran Klinis

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Rahang atas Rahang bawah


Bentuk rahang : Persegi Bentuk rahang : lonjong

3. KONDISI SISTEMIK
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung
Hiper/hipotensi
Kelainan darah
Haemophilia
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal
Hepatitis
Penyakit pernafasan
Kelainan pencernaan
Epilepsi
HIV/AIDS
Alergi obat
Alergi makanan
Hamil/menyusui

4. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIGI


a. Lama tidak bergigi : 13 tahun untuk RA dan RB
b. Terakhir cabut gigi : 13 tahun yang lalu (tahun 2003)
c. Sebab pencabutan gigi : Gigi berlubang
d. Riwayat gigi tiruan :
pasien telah memakai gigi tiruan sebagian lepasan pada rahang atas sejak
13 tahun yang lalu. Gigi tiruan tersebuat dibuat di Rumah Sakit Umum

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Malalayang. Namun seiring penggunaanya gigi-gigi di rahang atas pasien


mulai rusak dan dicabut sehingga gigi tiruan sebagian lepasan tersebut tidak
lagi cekat pada mulut pasien, namun pasien tetap memakainya hingga
sekarang. Saat ini gigi tiruan sebagian lepasan tersebut telah longgar.
Sedangkan pada rahang bawah pasien tidak pernah sama sekali
menggunakan gigi tiruan.

Gambar 1. Gigi tiruan sebagian lepasan yang pernah digunakan sebelumnya

5. STATUS LOKAL
- Luar mulut
a. Sendi kanan : Tidak bengkak; Tidak sakit
Sendi kiri : Tidak bengkak; Tidak sakit
Pemeriksaan
Dilakukan secara (1) palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari
telunjuk ditempatkan pada kondilus kanan dan kiri pasien, kemudian
pasien diinstruksikan membuka dan menutup mulut perlahan-lahan.
Rasakan apabila terdapat lompatan/gerakan tidak teratur. (2) auditori, pada
saat digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat pula menggunakan
stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik berupa bunyi klutuk sendi
(clicking) atau kretek sendi (crepitasi). (3) visual, memperhatikan kondilus
ketika bagian ini menggerakan kulit pelindungnya, bila terdapat kelainan
(pembengkakan) maka hentakan/lompatan dapat terlihat dengan jelas pada
regio ini. (4) nyeri tekan, lakukan palpasi bimanual dengan cara menekan
bagian lateral sendi menggunakan jari kelingking yang ditempatkan
kedalam Meatus akustikus eksternus (MAE) dan menekannya kearah
depan. Rasa sakit menunjukkan adanya peradangan/pembengkakan.

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 2. Ilustrasi pemeriksaan TMJ

b. Pembukaan mulut : Sedang (14 mm)


Pemeriksaan
Pasien diinstruksikan membuka mulut lebar kemudian diukur
menggunakan jangka sorong jarak interinsisal dari tepi insisal central
rahang atas ke rahang bawah dalam satuan mm untuk pasien bergigi
sedangkan untuk pasien tidak bergigi diukur dari puncak linggir rahang
atas ke rahang bawah. Untuk perempuan jarak normal nya 35 mm (untuk
pasien bergigi) dan 10-15 mm (untuk pasien tidak bergigi)

Gambar 3. Ilustrasi pemeriksaan pembukaan mulut


c. Gerakan protusif : lancar
Gerakan lateral kanan : lancar
Gerakan lateral kiri : lancar
Pemeriksaan
Pasien diinstruksikan untuk mengerakan rahang bawah kearah depan dan
belakang serta kanan dan kiri, kemudian dilihat apakah terdapat hambatan
selama pergerakan atau tidak.

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 4. Ilustrasi pemeriksaan gerakan lateral

d. Bibir : Simetris; sedang; sedang


Pemeriksaan
(1)Bentuk bibir, diperiksa secara visual dengan cara menarik garis median
wajah yang terletak pada titik glabella-subnasion-pogonion, kemudian
bandingkan dan amati bentuk bibir bagian kanan dan kiri. Adapun titik
landmark pada bibir yang dapat dijadikan panduan yakni : titik lip upper
line , titik chelion, titik stomion, dan titik lip lower line (2) ukuran bibir,
diperiksa secara visual dengan menarik garis vertikal imaginer interpupil
dan garis vertikal imaginer alae nasi. Bila, ip < C > al = normal, ip > C >
al = panjang, ip < C < al = pendek. (3) tonus otot, diperiksa menggunakan
kaca mulut yang diletakkan di dasar vestibulum, kemudian pasien
diinstruksikan untuk melakukan gerakan penelanan, lalu dirasakan
kekencangan ototnya. Bila otot terasa kencang = hipertonus, normal =
sedang, dan lemah = hipotonus. Dapat pula diperiksa dengan
menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan penelanan, lalu amati
secara visual. (1) kuat, bila saat melakukan gerakan penelanan bibir atas
dan bibir bawah pasien mengatup dengan mudah dan bibir telihat tebal. (2)
sedang, bila saat melakukan gerakan penenlanan, tidak terlihat adanya
kontraksi/kesulitan pada pasien dan bibir seakan-akan terlihat normal
(tidak sedang melakukan gerakan penelanan). (3) lemah, bila saat
melakukan gerakan penelanan pasien terlihat kesulitan mengatupkan bibir
atas dan bawahnya, terlihat adanya kontraksi berlebih dan dalam keadaan
rileks mulut pasien tebuka.

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 5. Ilustrasi pemeriksaan bibir


- Dalam mulut
a. Bentuk lengkung RA : Persegi
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat secara langsung ke
dalam rongga mulut pasien maupun menggunakan model studi. Dilihat (1)
persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar dengan
bentuk lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar. (2)
lonjong, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) dan bentuk lengkung
posterior melengkung. (3) lancip, apabila bentuk lengkung anterior (C-C)
lebih kecil dibandingkan bentuk lengkung posterior maka, berbentuk
lancip.

Gambar 6. Bentuk lengkung rahang

Gambar 7. Bentuk lengkung pasien

b. Ukuran lengkung RA : Besar


Ukuran lengkung RB : Besar

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Pemeriksaan
Dilakukan ketika melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah.
Ukuran sendok cetak yang digunakan dapat dijadikan patokan ukuran
lengkung rahang yang dimiliki pasien. (1) besar, Apabila menggunakan
sendok cetak no. 1. (2) sedang, apabila menggunakan sendok cetak no.2.
(3) kecil, apabila menggunakan sendok cetak no.3. Semakin besar ukuran
lengkung semakin baik untuk kemantapan gigi tiruan.

c. Bentuk linggir RA : lonjong (anterior) ; persegi (Posterior)


Bentuk linggir RB : lancip, tinggi (anterior);
lancip, tinggi (posterior kanan);
lancip, sedang (posterior kiri)
Pemeriksaan
Dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk linggir pasien. (1)
persegi, bila linggir pada permukaan labial/bukal sejajar permukaan
lingual/palatal. (2) lonjong, bila linggir membulat bentuknya dan tidak
sama rata /sejajar permukaan labial/bukal dengan lingual/palatal. (3)
lancip, bila linggir berpuncak sempit dan tajam seperti pisau. (4) bulbous,
bila linggir membesar/melebar dipuncaknya dan terdapat leher/gerong.
Bentuk persegi paling menguntungkan karena sisi sejajar dapat menahan
daya ungkit dan perpindahan pada gigi tiruan sedangkan bentuk lancip
dapat menimbulkan rasa sakit sehingga pembuatan gigi tiruan nantinya
harus dibuat dengan baik serta rapat agar dapat mencegah hal tersebut.

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 8. Bentuk linggir pasien

d. Ukuran linggir RA : Tinggi


Ukuran linggir RB : tinggi (kanan); sedang (kiri)
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan kaca mulut no.3. kaca mulut dimasukan kedalam
vestibulum rahang atas sampai di dasar forniks. Kemudian dilihat tinggi
linggir pada rahang atas maupun pada rahang bawah. (1) tinggi, apabila
seluruh kaca mulut terbenam dan sama tinggi dengan linggir. (2) sedang,
apabila bagian kaca mulut yang terbenam dan (3) rendah, apabila
kurang dari kaca mulut yang terbenam. ketinggian linggir dapat
mempengaruhi kekokohan dan kemantaan gigi tiruan.

Gambar 9. Ilustrasi pemeriksaan ukuran linggir

e. Hubungan RA RB : normal
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara menginstruksikan pasien pada keadaan posisi
istirahat kemudian jari telunjuk diletakan pada dasar vestibulum anterior
RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB. Kemudian digerakan secara
vertikal dan dilihat hubungan puncak linggirnya. (1) normal, apabila ujung
kedua jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas berada sejajar
dengan linggir rahang bawah, (2) retrognatik, apabila linggir rahang
bawah terletak lebih ke anterior dari rahang atas, dan (3) prognatik, apabila
linggir rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas.

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Pemeriksaan ini berguna memberi pedoman untuk penyusunan gigi


dengan tidak menganggu estetik.

Gambar 10. klasifikasi hubungan rahang atas dan rahang bawah

f. Kesejajaran linggir RA/RB : Sejajar


Pemeriksaan
Dilakukan dengan keadaan pasien dalam posisi istirahat, kemudian dilihat
secara visual kesejajaran puncak linggir rahang atsa dengan rahang bawah
baik di regio anterior maupun di regio posterior. (1) sejajar, apabila jarak
puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di region anterior sama
dengan di region posterior, (2) konvergen, apabila jarak puncak linggir
rahang atas dan rahang bawah di region anterior lebih kecil daripada di
region posterior, dan (3) divergen, apabila jarak puncak linggir rahang atas
dan rahang bawah di region anterior lebih besar daripada di region
posterior. Kegunaan pemeriksaan ini untuk menentukan panjang gigi
dalam arah vertikal.

Gambar 11. Klasifikasi kesejajaran linggir rahang atas dan rahang bawah

g. Ruang antarmaksila : sedang


Pemeriksaan
Ruang antar maksila merupakan ruang antara rahang atas dan bawah,
ketika rahang bawah dalam posisi istirahat. Normalnya mengandung gigi
dan prosesus alveolaris. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur jarak

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

dari prosesus alveolaris rahang atas ke prosesus alveolaris rahang bawah


menggunakan kaliper. Hasil pengukuran yang normal akan menunjukkan
nilai 10-15 mm. hasil pengukuran ruang antar maksila (1) besar, apabila
diperoleh jarak > 15 mm, (2) sedang, apabila diperoleh jarak 10-15 mm,
dan (3) kecil, apabila diperoleh jarak < 10 mm.

Gambar 12. Klasifikasi ruang antar maksila

h. Ruang antar alveolar : sedang


Pemeriksaan
Dilakukan dengan menginstruksikan pasien dalam posisi istirahat
kemudian diukur menggunakan jangka sorong puncak alveolar rahang atas
ke puncak alveolar rahang bawah. Hasil pengukuran (1) besar, bila jarak
puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah > 15 mm,
(2) sedang, , bila jarak puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar
rahang bawah 10-15 mm, (3) kecil, bila jarak puncak alveolar rahang atas
ke puncak alveolar rahang bawah < 10 mm.

i. Tuberositas kanan : kecil


Tuberositas kiri : sedang
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan kaca mulut no. 3 yang diletakkan tegak lurus
pada bagian vestibulum. (1) besar, apabila seluruh kaca mulut terbenam,
(2) sedang, apabila kaca mulut yang terbenam, dan (3) kecil, apabila
kurang dari kaca mulut yang terbenam. Pemeriksaan ini memiliki
peranan retensi pada gigi tiruan.

j. Exostosis : tidak ada


Pemeriksaan

10

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Exositosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang


disebabkan karena tindakan pencabutan gigi, bagian ini bila diraba terasa
sakit dan tidak dapat digerakan. Pemeriksaannya dengan cara melakukan
palpasi pada seluruh permukaan linggir baik di region anterior maupun
posterior.

k. Torus palatina : Tidak ada


Torus mandibula : Tidak ada
Pemeriksaan
Torus palatina merupakan tonjolan tulang pada garis tengah palatum
sedangkan ptorus mandibular melrupakan tonjolan tulang pada dasar
mulut yang biasanya terletak di region P1 dan P2 rahang bawah.
Pemeriksaan dilakuakan menggunakan instrument burnisher dengan
menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan
jaringan.

Gambar 13. Klasifikasi torus palatine


l. Palatum lunak : Kelas II, Gerakan aktif
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara pasien diminta untuk mengucapkan huruf A secara
berulang kali kemudian dengan kaca mulut lidah di tekan kemudian
diamati kurva getar/kurva A yang terletak di daerah perbatasan antara
palatum keras dengan palatum lunak. Lalu secara visual dapat ditentukan
lereng landasan dari palatum lunak nya. Palatum lunak dapat di
kategorikan (1) klas I, apabila lereng landasan palatum mole rendah, (2)
klas II, apabila lereng landasan palatum mole sedang atau > 30, dan (3)
klas II, apabila lereng landasan palatum panjang atau menyentuh
kerongkongan dengan sudut > 60.

11

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Untuk pemeriksaan gerakan palatum lunak dikategorikan (1) aktif, apabila


gerakannya cepat, (2) sedang, apabila gerakannya stabil atau continuous,
dan (3) pasif, apabila gerakannya lamban atau cendrung tidak bergerak.

Gambar 14. Klasifikasi klas pada palatum lunak

m. Perlekatan otot labial RA : Dalam


Perlekatan otot bukal Ka. : Sedang
Perlekatan otot bukal Ki. : Sedang
Perlekatan otot labial RB : dalam
Perlekatan otot lingual : dalam
Perlekatan otot bukal Ka. : Sedang
Perlekatan otot bukal Ki. : dangkal
Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan
kedalam vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal
tegak lurus. Kemudian diangkat dan diamati kedalaman perlekatan otot
nya. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi (1) dalam, apabila
seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila kaca mulut yang
terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari kaca mulut yang
terbenam.

Gambar 15. Klasifikasi perlekatan otot

n. Frenulum labialis RA : sedang

12

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Frenulum bukalis Ka. : sedang


Frenulum bukalis Ki. : tinggi
Frenulum labialis RB : tinggi
Frenulum lingualis : Sedang
Frenulum bukalis Ka. : rendah
Frenulum bukalis Ki. : rendah
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan
kedalam vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal
tegak lurus. Kemudian bagian labial, bukal, dan lingual di retraksi hingga
terlihat dengan jelas perlekatan frenulumnya. Pemeriksaan visual frenulum
dikategorikan menjadi (1) tinggi, apabila perlekatan frenulum hampir
sampai ke puncak linggir, (2) sedang, apabila perlekatan frenulum berada
ditengah antara puncak linggir dengan mukobukal fold, dan (3) rendah,
apabila perlekatan frenulum berada pada mukobukal fold.

Gambar 16. Klasifikasi frenulum


o. Tahanan jaringan linggir : (1) besar di region posterior kanan dan kiri
rahang atas, (2) sedang di region posterior kanan RB dan anterior RA, (3)
kecil di region posterior kiri RB.
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan burnisher/kaca mulut dengan cara menekan
daerah ridge edentolus pada bagian anterior dan posterior. Perubahan
warna menjadi pucat pada saat ditekan menunjukkan tahan jaringan yang
rendah, sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna ketika ditekan
menunjukkan tahanan jaringan yang besar.

13

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 17. Pemeriksaan tahan jaringan menggunakan burnisher

p. Bentuk palatum : persegi


Kedalaman palatum : sedang
Pemeriksaan
Bentuk palatum diperiksa secara visual dengan mengamati bentuk
lengkung palatum. Bentuk palatum dikategorikan (1) persegi, apabila
bentuk lengkung/dinding palatum sejajar kedua sisinya, (2) lonjong,
apabila bentuk lengkung/dinding palatum membulat di kedua sisinya, (3)
lancip, apabila bentuk dasar palatum meruncing dan menonjol ke bagian
dalam arah vertikal dan membesar ke bagian bawah. Pemeriksaan
kedalaman palatum dilakukan mengunakkan kaca mulut no.3. (1) dalam,
apabila seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila kaca mulut
yang terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari kaca mulut yang
terbenam.

Gambar 18. Bentuk palatum


q. Retromylohyoid : Dalam
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3 diletakan arah vertikal
tegak lurus hingga ke dasar mulut. Retromylohyoid dikategorikan (1)
dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila kaca
mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari kaca mulut
yang terbenam.

r. Ludah, konsistensi : kental


Volume ludah : Sedang
Pemeriksaan
Konsistensi dan volume ludah dapat diukur mengunakan alat khusus agar
diperoleh pengukuran yang akurat. Namun cara lain juga dapat digunakan
yakni dengan mengunakan kaca mulut yang diusapkan ke dalam rongga
14

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

mulut (dapat diusapkan pada bagian lidah, dasar mulut, dan bukal)
kemudian dilihat secara visual konsistensinya, (1) kental, apabila
konsistensi ludah terlihat liat atau likat, (2) sedang, apabila terdapat buih-
buih/gelembung-gelembung pada ludah, (3) encer, apabila konsistensi
ludah cair. Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan pencetakan
atau melalui sapuan kaca mulut serta instruksi meludah yang diberikan
kepada pasien. Volume ludah dikategorikan menjadi banyak, sedang, dan
sedikit.

s. Refleks muntah : Kecil


Pemeriksaan
Refleks muntah dapat diketahui ketika dilakukan pencetakan rahang atas
dan rahang bawah. Refleks muntah yang besar akan menyulitkan ketika
dilakukan pencetakan. Adapun cara mengurangi refleks muntah yang besar
yaitu dengan, menginstruksikan pasien untuk berkumur air dingin,
menyemprotkan cairan anastetikum ke daerah paltum mole, pengalihan
melalui hipnosis maupun melakukan komunikasi yang baik antara dokter-
pasien agar pasien merasa nyaman.
t. Lidah, ukuran : Besar
Gerakan lidah : pasif
Pemeriksaan
Dilakukan secara visual dengan mengamati ukuran dan gerakan lidah
pasien. Ukuran lidah dikategorikan (1) besar, apabila menutupi dasar
mulut dan juga prosesus alveolaris yang telah ditinggali gigi-giginya, (2)
sedang, apabila lidah tidak berlebihan mengisi lengkung gigi, tepi lateral
lidah berkontak dengan permukaan linggir posterior dan ujung lidah
berada sedikit di bawah tepi linggir anterior, (3) kecil, apabila ukuran lidah
lebih kecil dari lengkung linggir dan terletak lebih kebawah hingga ke
dasar mulut. Gerakan lidah dapat diperiksa dengan cara menyentuhkan
instrument tertentu ke salah satu bagian lidah. Lidah yang aktif akan peka
dan melakukan gerakan yang aktif. Kategori gerakan lidah (1) aktif,
apabila lidah bergerak dengan cepat dan sulit dikendalikan, (2) sedang,

15

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

apabila gerakan dapat dikendalikan dan, (3) pasif, apabila gerakan lamban
dan cendrung tanpa gerakan.

Gambar 19. Pembagian klas pada ukuran lidah menurut wright

u. Status gigi geligi :

Keterangan:
: Sisa akar gigi
X : Missing

6. DIAGNOSIS KLINIK
Rahang Atas : Radiks : 13
Missing teeth : 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43,
44, 45, 46, 47, 48
Rahang Bawah : Edentulous

7. INDIKASI PERAWATAN
Gigi tiruan penuh lepasan pada rahang atas dan rahang bawah

Prosedur Perawatan
1. Pemeriksaan subjektif dan objektif (09 Februari 2016)
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan

16

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

objektif, diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang


rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigi tiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
diinformasikan mengenai waktu kunjungan yang akan dilakukan. Informasi
ini diberikan dan pasien setuju selanjutnya pasien diminta menandatangani
informed consent.

2. Pembuatan diagnostic impression/pencetakan pendahuluan


(09 Februari 2016)
Setelah informed consent ditanda tangani oleh pasien, tahap selanjutnya
adalah pencetakan pendahuluan dengan menggunakan edentulous perforated
stock tray dan bahan cetak alginat.
Diagnostic impression/cetakan pendahuluan digunakan untuk mepelajari
dan mengevaluasi keadaan rahang atas dan rahang bawah, mempelajari
masalah yang mungkin akan timbul selama pembuatan gigi tiruan, sebagai
penunjang diagnostik, dan untuk menentukan perawatan-perawatan yang
diperlukan dalam kaitanya dengan persiapan pasien dan perbaikan jaringan
rongga mulut sebelum dibuat gigi tiruan pada pasien.

Gambar 20. Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang pasien

Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah
sebagai berikut:
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien.
Atur ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien
sejajar dengan bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien
sejajar dengan siku operator.

17

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 21. Posisi pasien ketika melakukan pencetakan rahang.


- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien
dengan cara mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor
terbesar. Sendok cetak harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila
diletakan dalam mulut harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk
rahang atas sendok cetak harus mencapai batas palatum lunak dank keras
serta hamular notch sedangkan untuk rahang bawah harus mencapai
retromolar pad. Pada kasus ini pasien menggunakan sendok cetak no. 1.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien.
Saat mencetak RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan
pasien.

Gambar 22. Posisi mencetak untuk rahang atas dan rahang bawah
- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air)
menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik
sehingga sesuai untuk ukuran rahang yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet berlebih dahulu lalu campur dengan
bahan cetak alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung
udara dalam adonan bahan cetak.
- Aduk bahan cetak dan air dengan gerakan angka 8 (gerakan melipat) sambil
adonan ditekan ke tepian mangkuk karet (vigourus hand mixing) hingga

18

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

adonan terlihat homogen (adonan sewarna, konsistensi lunak dan


permukaannya halus).
- Aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak RA/RB. Bila mencetak rahang
atas, aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian palatal
(posterior) kemudian menyusuri bagian oklusal gigi kearah anterior sendok
cetak. Bila mencetak rahang bawah, aplikasikan adonan ke dalam sendok
cetak melalui bagian lingual lengkung gigi anterior kemudian menyusuri
bagian oklusal gigi kearah posterior sendok cetak.
- Untuk rahang atas masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan
penekanan secara vertikal arah keatas, instruksikan pasien untuk
mengerutkan bibir sekuatnya. Sedangkan untunk rahang bawah masukan
sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan secara vertikal arah
bawah, instruksikan pasien untuk mengangkat lidah. Pertahankan posisi
sampai bahan mengeras.
- Setelah adonan mengeras (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak
dari mulut pasien dengan cara jari telunjuk dimasukan kedalam rongga
mulut untuk membantu melepaskan sendok cetak. Cuci bersih pada air
mengalir untuk menghilangkan kotoran/saliva yang menempel.
- Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah ada
bagian yang terlalu tertekan ataupun ada landmark anatomi yang tidak
tercetak.
- Setelah itu, cor hasil cetakan dengan gypsum tipe tiga. Ukur perbandingan
powder dan liquid menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuain
dengan petunjuk pabrik dan ukuran cetakan rahang yang akan diisi dengan
gips.
- Campur bubuk dan air ke dalam mangkuk karet lalu aduk selama 1 menit
(120 putaran) hingga adonan terlihat homogen.
- Isi hasil cetakan dengan adonan gips lalu ketuk-ketuk agar gelembung
udara yang terperangkap dapat hilang sehingga hasil pengisian gips tidak
porus. Apabila mengisi hasil cetakan RA, maka apliaksi adonan dimulai
dari bagian palatal (posterior) hasil cetakan, sedangkan untuk mengisi hasil
cetakan RB dimulai dari bagian oklusal gigi posterior menuju anterior.
- Rapikan hasil pengisian gips dan biarkan mengeras (setting time) proses
mengerasnya gips akan melewati fase panas dingin.

19

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan


boxing karet segi tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris) agar
dapat digunakan sebagai model studi.

Gambar 23. Model studi dari rahang pasien


(Tanggal pengerjaan: 10 Februari 2016)
3. Perawatan pendahuluan
Sebelum perawatan dilakukan terdapat hal-hal yang penting untuk
diperhatikan yaitu:
- Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga
pasien mengerti akan kegunaan gigi tiruan tersebut.
- Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.
- Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.
- Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.
Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum pembuatan gigi tiruan
bertujuan untuk melihat keadaan seluruh perubahan-perubahan/kelainan yang
terjadi pada linggir alveolus yang mendukung gigi tiruan dan struktur rongga
mulut lain yang dapat menggagalkan dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
Secara garis besar, ada dua tahapan preparasi mulut (mouth preparation).
Pertama, dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan seperti
tindakan bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontik,
bahkan ortodontik perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien
menerima gigi tiruan. Tahapan pertama ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan mulut yang sehat. Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk
pemasangan gigi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahap ini dilakukan proses
pengubahan kontur jaringan untuk mengurangi hambatan dan mencari bidang
bimbing. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model
diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan
perubahan-perubahan.

20

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Pada kasus ini hanya akan dilakukan tahap pertama karena hanya tersisa
satu sisa akar yakni pada gigi 13. Pasien akan dirujuk ke bagian bedah mulut
untuk dilakukan ekstraksi pada sisa akar gigi 13 sedangkan kontur jaringan
tidak dilakukan karena keadaan kontur jaringan baik dan dirasa cukup untuk
mendukung kekokohan dan kemantapan gigi tiruan.

4. Dental Side Teaching (DST) (30 Maret 2016)

5. Penentuan desain gigi tiruan


- Rahang atas : Gigi tiruan penuh dengan dukungan dari mukosa. Basis
menutupi palatum dan diperluas sampai tuberositas maksilaris, meluas ke
lateral sampai vestibulum bukalis dan ke anterior sampai vestibulum
labialis.
- Rahang bawah: Gigi tiruan penuh dengan dukungan dari mukosa. Basis
menutupi retromolar pad, meluas ke lateral sampai vestibulum bukalis,
serta meluas ke anterior sampai vestibulum labialis. Bagian distolingual
meluas secara vertikal dari retromolar pad meluas ke retromylohyoid
sampai ke sulkus alveolingual.

1
1 2
2
Keterangan :
Rahang Atas dan Rahang Bawah:
1 Plat akrilik
2 Elemen gigi tiruan

21

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

6. Pembuatan primary impression/cetakan anatomis dan pembuatan model


studi (12 April 2016)
Setelah dilakukan perawatan pendahuluan, tahap selanjutnya ialah
pencetakan kembali rongga mulut pasien yang disebut dengan Primary
impression/pencetakan anatomis, hasil cetakannya lazim disebut model
studi/model anatomis. Pada model studi dapat dibuat sendok cetak perorangan
yang akan digunakan untuk mencetak cetakan akhir. Cetakan rahang ialah
bentuk negatif dari seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Setelah di cor
maka akan didapatkan bentuk positif dari rahang yang lazim disebut model
rahang. Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan, kemantapan, dan
dukungan pada gigi tiruan, oleh karena itu rahang harus dicetak seakurat
mungkin sehingga landasan gigi tiruan dapat mempertahankan kesehatan
jaringan pendukungnya.
Cetakan anatomis merupakan langkah awal pembuatan suatu gigi tiruan
penuh. Model studi yang diperoleh dari hasil pencetakan tahap ini akan
digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan sendok cetak perorangan.
cetakan ini dibuat menggunakan endentulous perforated stock tray dengan
cara dan teknik mencetak yang sama seperti pada pembuatan diagnostic
impression/cetakan pendahuluan.
Hasil cetakan yang baik akan terlihat dengan jelas bagian-bagain sebagai
berikut:
- Prosessus alveolaris yang tidak bergigi
- Perlekatan otot-otot, pinggiran cetakan harus kelihatan membulat kecuali
pada daerah-daerah yang mengambarkan perlekatan otot.
- Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang
- Dasar sendok cetak tidak boleh terlihat
- Cetakan rahang atas harus mencakup hamular notch
- Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai ke retromolar pad

22

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 24 . Hasil cetakan primary impression/cetakan anatomis pada pasien


(Tanggal pengerjaan: 12 April 2016)

7. Pembuatan sendok cetak perorangan (27 April 2016)


Sendok cetak perorangan digunakan untuk membuat secondary
impression/cetakan fisiologis. Hasil dari cetakan fisiologis mengunakan
sendok cetak perorangan akan digunakan sebagai model kerja untuk membuat
gigi tiruan.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan sendok cetak
perorangan yaitu:
- Base plate shellac (warna putih) rahang atas dan rahang bawah
- Selembar malam merah
- Bunsen burner dan cairan spiritus
- Bedak tabur (baby powder)
- Gunting
- Lecron
- Pensil 2B dengan karet penghapus
Batas-batas desain untuk pembuatan sendok cetak perorangan untuk rahang
atas ialah : (A) notch hamular, (B) Fovea Palatinus, (C) frenulum bukal, (D)
frenulum labial.

Gambar 25. Batas desain sendok cetak perorangan rahang atas


(Tanggal pengerjaan: 13 April 2016)

Batas-batas desain untuk pembuatan sendok cetak perorangan untuk rahang


bawah ialah : (A) garis distal dan retromolarpad, (B) oblique ridge external,
(C) Frenulum bukal, (D) frenulum labial, (E) tuberositas lingual, (F) linggir
milohioid, (G) frenulum lingualis

23

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 26. Batas desain sendok cetak perorangan rahang bawah


(Tanggal pengerjaan: 13 April 2016)

Cara pembuatan sendok cetak perorangan ialah sebagai berikut:


- Pada model studi digambar menggunakan pensil batas antara jaringan
bergerak dengan tidak bergerak. Batas-batas sendok cetak perorangan
ditentukan 1-2 mm lebih pendek dari batas jaringan bergerak-tidak
bergerak untuk memberi tempat pada bahan cetak namun tetap tidak
mudah lepas dari rahang pasien. Sendok cetak harus mencakup seluruh
prosessus alvoelaris dan jaringan lunak. Harus tepat untuk memperoleh
perlekatan otot dan perlekatan frenulum.
- Lapis selembar malam merah yang telah dilunakkan diatas model studi
kemudian ditekan mengikuti batas desain yang telah digambar. Malam
merah berfungsi sebagai bahan pelapis antara bahan shellac base plate
dengan model studi, agar kelak terdapat ruang untuk bahan cetak ketika
sendok cetak perorangan di gunakan.

Gambar 27. Selembar malam merah yang dilunakkan diatas model kerja mengikuti desain
yang telah digambar.
(Tanggal pengerjaan: 13 April 2016)

- Selanjutnya bahan shellac baseplate dilunakkan diatas lampu spiritus, lalu


diletakkan di atas malam merah (yang telah dibasahi air atau diberi baby
powder) dan ditekankan dengan bantuan kain hingga bentuknya sesuai
dengan desain yang telah dibuat sebelumnya. Bagian tepi landasan
disesuaikan dengan menggunakan karet penghapus pensil 2B.

24

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Kelebihan shellac dipotong dengan menggunakan gunting/lecron panas


saat keadaan lunak sesuai bentuk dan batas desain yang telah digambar
sebelumnya lalu sempurnakan tepi-tepi sendok cetak. Setelah itu dibuat
pegangan pada sendok cetak perorangan tersebut.

Gambar 28. Sendok cetak perorangan yang dibuat diatas model kerja
(Tanggal pengerjaan: 27 April 2016)

- Sendok cetak perorangan yang sudah selesai dibuat dicobakan pada mulut
pasien dan periksa apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum
dilakukan border moulding dan pencetakan fisiologis.

Gambar 29. Sendok cetak perorangan yang telah siap dicobakan


(Tanggal pengerjaan: 27 April 2016)

8. Pembuatan secondary impression/pencetakan fisiologis dan pembuatan


model kerja
Pencetakan fisiologis atau secondary impression mencakup tiga langkah
utama yakni (a) pembuatan border moulding, (b) Pencetakan fisiologis, dan
(b) penentuan vibrating line untuk pembuatan postdam.
a. Border Moulding (03 Mei 2016)
Border moulding atau muscle trimming ialah proses pembentukan tepi-tepi
sendok cetak fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur pembatas gigi
tiruan yang lebih akurat. Green stick compound merupakan bahan yang paling
25

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

baik digunakan untuk membuat border moulding karena memiliki beberapa


keuntungan antara lain setting cepat, dapat digunakan kembali apabila
dilakukan pengulangan prosedur border moulding, karena kekauannya dapat
digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu pendek hingga 3-4
mm, tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan setelah
pengerasan, serta menghasilkan detail jaringan secara halus.
Adapun cara melakukan border moulding ialah sebagai berikut:
- Greenstick compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan didinginkan
sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49C (120F) sampai 60C
(140F). Kemudian diletakkan di tepi luar sendok cetak perorangan, lalu di
rendam dalam air selama beberapa detik sebelum dimasukan ke dalam
rongga mulut pasien
- Selanjutnya dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk
tepi struktur anatomi pembatas gigi tiruan. Greenstick ditambahkan sedikit
demi sedikit pada tepi luar sendok cetak perorangan kira-kira sepanjang 1
cm secara continuous hingga menutupi seluruh tepi sendok cetak pribadi.
Prosedur border moulding dilakukan secara berurutan dimulai dari
vestibulum bukal kemudian vestibulum labial, daerah posterior palatum
pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah.
- Ketika sendok cetak perorangan yang sudah diletakkan greenstick
compound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan
gerakan fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut dan menggerakkan
rahang atas ke kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk
hamular notch dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk daerah frenulum
bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik ke luar, ke belakang, ke depan dan ke
bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir ditarik ke depan dan ke bawah
serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah frenulum labialis. Untuk
membentuk daerah posterior palatum durum yang merupakan batas antara
palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan untuk
mengucapkan ah.
- Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi saya distolingual dan daerah
buccal sheld, maka setelah greenstick dilunakkan dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut, pasien diminta untuk membuka mulut
kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Untuk

26

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid, pasien diinstruksikan


untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum
durum. Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada
pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke
bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan memberikan
instruksi yang sama dengan instruksi border moulding rahang atas.

Gambar 30. Hasil border moulding dengan greenstick compound


pada sendok cetak perorangan
(Tanggal pengerjaan: 03 Mei 2016)

b. Pencetakan fisiologis dan penentuan vibrating line untuk pembuatan


postdam (18 Mei 2016)
Teknik yang digunakan yakni teknik mencetak mukokompresi yaitu
jaringan lunak mulut di bawah penekanan, teknik ini mengharuskan
pencetakan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas tinggi, sehingga
tekanan lebih dibutuhkan. Bahan cetak yang digunakan untuk pembuatan
cetakan fisiologis harus memiliki viskositas yang tinggi agar dapat mencetak
struktur rongga mulut dengan akurat. Bahan yang digunakan harus homogen
dan membentuk lapisan tipis yang rata pada sendok cetak. Bahan yang akan
digunakan untuk membuat cetakan fisiologis ialah bahan cetak elastomer tipe
silikon/vinyl polysiloxane (light body type) yang terdiri dari pasta dan katalis.
Bahan cetak ini memiliki ketahanan yang adekuat, stabilitas dimensi, dan
elastisitasnya sangat baik.
Alat dan bahan yang diperlukan pada tahap ini ialah:
- Sendok cetak perorangan yang telah dibuat border moulding
- Bahan cetak elastomer jenis silikon/vinyl polysiloxane (light body type)
- Glas lab
- Spatula semen dari bahan plastik

27

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Spidol permanen
Sebelum pencetakan pada rahang atas terlebih dahulu dilakukan penentuan
A-line/vibrating line untuk pembuatan posterior palatal seal. Tahap ini sangat
penting untuk memperoleh retensi yang baik pada gigi tiruan. Teknik yang
umum diggunakan pada tahap ini yakni conventional technique. Adapun
proses pengerjaannya ialah sebagai berikut:
- Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf A berulang kali.
- Menggunakan kaca mulut dilakukan pemeriksaan secara visual dan di
tentukan vibrating line nya.
- Batas anterior vibrating line terletak diantara palatum keras dan palatum
lunak sedangkan batas posterior vibrating line berada di jaringan bergerak
dan tidak bergerak pada palatum lunak.
- Daerah posterior hamular notch juga dapat di tandai dengan spidol bila
diperlukan. Garis pada daerah hamular notch natinya dapat disatukan
dengan vibrating line, sehingga terbentuk garis posterior palatal seal yang
utuh.
- Selanjutnya bahan cetak elastomer di aduk hingga konsistensinya
homogen diatas glas lab menggunakan spatula semen dari bahan plastik.
Waktu pengadukan berkisar 30-45 detik dangan waktu kerja 2-4 menit dan
waktu pengerasan 6-8 menit. Kemudian ditempatkan pada sendok cetak
perorangan rahang atas.
- Letakan sendok cetak perorangan kedalam mulut pasien. Pasien
diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang.
Teknik mencetak rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan
pada bagian posterior kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior.
Penekanan dilakukan hingga dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di
mulut pasien, lalu biarkan bahan cetak mengeras.
- Beri tanda vibrating line/ A line yang telah di tentukan sebelumnya
menggunakan methylene blue, lalu bahan cetak rahang atas yang telah
mengeras diletakan kembali dan dilakukan penekanan untuk menciplak
daerah vibrating line yang telah ditandai. Sehingga nantinya akan ada
tanda vibrating line pada bagian posterior dari hasil cetakan rahang atas.

28

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Lakukan pencetakan dengan cara yang sama pada rahang bawah pasien.
- Setelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, langsung dicuci
dengan kran air yang mengalir kemudian dikeringkan dengan semprotan
udara kering.

Gambar 31. Hasil cetakan fisiologis pasien


(Tanggal pengerjaan: 18 Mei 2016)

Sebelum dicor dengan stone gips dibuat boxing dengan menggunakan


lembaran malam di sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi
cetakan. Maksud dari boxing ialah agar bentuk/batas tepi tetap dipertahankan.
Sekeliling tepi batas cetakan diberi malam merah yang tebalnya 5 mm, dengan
jarak antara batas tepi cetakan dengan malam merah 3 mm seperti gambar
berikut ini.

Gambar 32. Proses pembuatan boxing


(Tanggal pengerjaan: 18 Mei 2016)

29

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Jarak antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam
boxing paling tinggi 13 mm sehingga stone gips dibatasi dan pekerjaan
mengecor lebih mudah. Cetakan fisiologis ini kemudian dicor dengan stone
gips untuk memperoleh model kerja. Setelah stone gips mengeras, lempeng
dinding malam, sendok dan bahan cetak dilepas, jangan sampai modelnya
rusak.

Gambar 33. Model kerja rahang atas dan rahang bawah


(Tanggal pengerjaan: 23 Mei 2016)

9. Pembuatan base plate gigi tiruan dan Bite Rim


Occlusal bite rim terdiri dari dua bagian yaitu base plate dan bite rim.
1) Membuat base plate (23 Mei 2016)
- Membuat gambar desain gigi tiruan penuh pada model kerja,
berdasarkan pada batas tepi dengan memperhatikan daerah
mucobuccal fold.
- Model kerja dibasahi dengan air atau ditaburi dengan baby powder.
- Selanjutnya selembar malam dilunakkan dengan lampu spritus, lalu
diletakkan di atas working model dan ditekan mulai dari bagian
palatum dengan batas-batas sesuai dengan desain.
- Bagian tepi dibuat seal dengan cara kelebihan malam dilipat ke atas
sehingga mempunyai ketebalan 2 lembar malam dan lebar 2 mm.
- Sisa malam yang melebihi batas tepi dibuang dengan menggunakan
pisau malam.

30

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 34. Hasil pembuatan base plate rahang atas dan rahang bawah
(Tanggal pengerjaan: 23 Mei 2016)

2) Pembuatan bite rim (22 Juni 2016)


Prosedur untuk rahang atas dan rahang bawah sama
- Buat cetakan berbentuk balok panjang dari kertas karton tebal dengan
ukuran yang mengacu pada ukuran bite rim rahang atas yakni anterior
(t: 12 mm, l: 4 mm) posterior (t: 10-11 mm, l: 6 mm) dan rahang
bawah yakni anterior (t: 12 mm, l: 4mm) dan posterior (t:10-11mm, l:
5 mm)
- Kemudian oles permukaan dalam cetakan balok dengan vaselin.
- Panaskan malam diatas bunsen burner hingga larut menggunakan
sendok.
- Tuang malam yang telah larut ke dalam cetakan balok dan tunggu
hingga mengeras
3) Bite rim yang telah dibuat diletakkan di atas base plate dengan patokan
sebagai berikut:
- Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada bite rim sehingga
garis puncak linggir rahang letaknya pada bite rim rahang atas yaitu di
bagian bukal : bagian palatal 2 : 1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di
bagian palatal), sedangkan pada bite rim rahang bawah yaitu bagian
bukal : bagian lingual 1 : 1 (3 mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian
lingual).
- Sudut bite rim terhadap base plate dibuat 80-85 terhadap dataran
oklusal
- Panjang bite rim sampai bagian distal molar kedua. Kontur bagian
bukal bite rim dirapikan dengan menggunakan pisau malam.
31

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Lunakkan bite rim bidang orientasi di atas sebuah glass lab/kape diatas
api bunsen. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan
tinggi ite rim di bagian anterior 12 mm dan posterior 10-11 mm.

Gambar 35. Hasil pembuatan base plate dan bite rim


(Tanggal pengerjaan: 22 Juni 2016)

10. Melakukan uji coba occlusal bite rim (22 Juni 2016)
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan uji coba base plate dan
bite rim ialah:
1. Profil
- Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagital) merupakan
indikasi hubungan rahang atas dan rahang bawah. Terdapat tiga macam
bentuk profil muka yaitu lurus (straight), cembung (convex), dan cekung
(concave). Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk
labial gigi depan dilihat dari arah proksimal.
- Pada pemeriksaan profil wajah dilakukan dengan mengambil tiga buah
titik pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung
(subnasion), dan puncak dagu (gnathion). Bila ketiga titik ini berada pada
satu garis lurus maka profil mukannya lurus. Bila titik pada glabella dan
puncak dagu berada lebih ke depan dari titik pada dasar hidung, maka
profilnya adalah cekung, dan profil cembung terjadi pada arah yang
sebaliknya
2. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetris atau tidak.
Selanjutnya dilihat apakah bola mata dapat mengikuti gerakan sebuah
instrumen yang digerakkan ke segala arah, hal tersebut disebut movable in

32

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

all direction, bila tidak, keadaan ini disebut dengan inmovable in all
direction.
Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:
- Garis interpupil yang dipakai untuk menetukan tinggi gigit dan
kesejajaran bite rim rahang atas bagian posterior.
- Bidang horizontal frankfrut, yaitu bidang yang melalui titik-titik
infraorbita dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakan rahang atas
dengan bahan cetak cair. Pada penderita yang sensitif dan mudah mual,
garis ini hendaknya diatur sejajar lantai.
- Garis tragus-canthus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang
terletak lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini.
- Garis tengah wajah pasien
3. Telinga
Telinga diperiksa, simetris atau tidak. Peran telinga dalam pembuatan gigi
tiruan ialah untuk
- Menentukan garis camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan tragus
dengan sayap hidung (ala nasi), guna garis ini adalah pada saat
pencetakan rahang dengan bahan cetak tidak cair seperti impression
compound harus sejajar dengan lantai.
- Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus).
Kondil rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak kurang lebih
setengah inci dari tragus.
- Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini
bermanfaat dalam menentukan posisi pasien pada waktu pencetakan
rahang bawah, dimana garis ini dibuat sejajar dengan lantai.
- Menentukan bidang horizontal frankfrut.
4. Occlusal bite rim
Bite rim digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal, bentuk
lengkung (yang dikaitkan dengan aktivitas bibir,pipi, dan lidah), catatan
awal hubungan antar rahang dalam arah vertikal dan horizontal (termasuk
dukungan wajah sementara), dan perkiraan jarak interoklusal. Terletak
sejajar dengan garis puncak linggir yang telah digambar. Tinggi bite rim

33

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

sebesar panjang gigi ditambah dengan penyusutan jaringan alveolar yaitu


kira-kira 10-12 mm.

Gambar 36. Uji coba bite rim dalam mulut pasien

(Tanggal pengerjaan 22 Juni 2016)

- Penetapan gigit (10 Agustus 2016)


Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu Occlusal bite rim rahang atas
dimasukan ke dalam mulut pasien dan dilakukan penetapan gigit
Uji coba Occlusal bite rim RA dilakukan dengan pedoman sebagai berikut :
1) Adaptasi base plate gigi tiruan :
- Base plate gigi tiruan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas
atau bergerak karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.
- Permukaan base plate gigi tiruan harus rapat dengan jaringan
pendukung.
- Tepi base plate gigi tiruan tidak boleh terlalu panjang dan pendek.
2) Dukungan bibir dan pipi :
- Pasien harus terlihat normal seakan-akan seperti bergigi. Penilaiannya
dilihat dari sulkus nasolabialis dan philtrum pasien tampak tidak
terlalu dalam atau alurnya hilang.
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
3) Tinggi bite rim
- Pedoman untuk bite rim rahang atas ialah low lip line, yaitu pada saat
pasien dalam keadaan rest position, garis insisal/bidang oklusal/bidang
orientasi bite rim rahang atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat
dari muka, sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar dengan garis
tragus-alanasi.
- Apabila pasien tersenyum, garis insisal/bidang orientasi bite rim
rahang atas terlihat kira-kira 2 mm di bawah sudut bibir.
34

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

4) Bidang orientasi
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
- Bagian anterior dengan garis antarpupil
- Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus
(porion) hingga ala nasi.

Gambar 37. Hubungan antara garis interpupil mata, campers line dan bidang oklusal.

Setelah uji coba oclusal bite rim rahang atas selesai, kemudian dilanjutkan
dengan uji coba oclusal bite rim rahang bawah dengan pedoman:
1) Adaptasi landasan
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam ditempat, tidak
boleh mudah lepas/bergerak
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan
yang lebih sempit dan gangguan gerakan lidah.
2) Bite rim rahang bawah
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukal bite rim harus sebidang dengan yang atas. Bila
kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus
ditambah.
- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median
pasien.

Pengukuran kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite


gauge. Pertama-tama cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :

35

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

a) Bagian anterior dengan garis pupil.


b) Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke
tragus, caranya menarik benang katun yang telah dihubungkan ke
gelang karet pada kedua ujungnya. Lalu gelang karet tersebut dikaitkan
pada daun telinga kanan dan kiri (tragus) sedangkan benang katun
diposisikan pada sub nasal. Selanjutnya dibuat penyesuaian pada basis
gigi tiruan dan bite rim rahang atas sehingga diperoleh kesejajaran
terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
Penyesuaian untuk bite rim rahang atas hanya dilakukan melalui
penambahan atau pengurangan biterim di bagian posterior.

Gambar 38. Pengukuran kesejajaran bidang orientasi bite rim


(Tanggal pengerjaan 10 Agustus 2016)

11. Pengukuran dimensi vertical (22 Agustus 2016)


Pada pasien yang telah kehilangan semua gigi, dimensi vertikalnya telah
hilang sehingga harus dilakukan pencarian kembali dengan rumus :

Dimensi vertikal = Physiological rest position free way


space
Dimensi vertikal posisi istirahat
1) Ukur dimensi vertikal dengan bite rim rahang atas dan rahang bawah
dalam mulut.
2) Tentukan dua titik pada wajah pasien sejajar dengan median line,
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dari titik
subnasion sampai titik gnation.
3) Pasien diinstruksikan untuk menghitung satu hingga sepuluh serta
mempertahankan posisi rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat
tersebut jarak kedua titik diukur.

36

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

4) Kemudian pasien diinstruksikan mengucapkan beberapa kata yang


berakhiran S (berdesis) dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.
5) Seterusnya pasien diinstruksikan menelan dan dalam keadaan rileks
dilakukan pengukuran ketiga.
6) Pasien harus mengambil physiological rest position saat bite rim
dimasukkan ke dalam mulut, tanpa mengganggu posisi istirahat bibir
pasien dibuka perlahan-lahan untuk melihat apakah ada ruang bebas antara
bite rim atas dan bawah, biasanya sebesar 2-4 mm.
7) Hasil pengukuran tersebut dikurangi dengan free way space (besar free
way space antara 2-4 mm) untuk memperoleh besar dimensi vertikal.
8) Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian bite rim rahang bawah
harus dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali bila
memerlukan pengurangan yang banyak, barulah bite rim atas bisa
dikurangi.
9) Pengurangan bite rim rahang atas harus hati-hati jangan sampai kehilangan
kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.
10) Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan bite
rim rahang bawah dengan menggunakan wax agar ketebalannya merata
dan tidak mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
11) Jangan pernah menambah bite rim rahang atas, karena akan menambah
garis insisal yang telah ditentukan sebelumnya.

Gambar 39. Pengukuran Dimensi Vertikal


(Tanggal pengerjaan 22 Agustus 2016)
Pengukuran dimensi vertikal menggunakan two dot technique yaitu
dengan cara mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang
bawah), yang ditempatkan pada daerah yang tidak bergerak yaitu di atas dan
di bawah garis bibir dan kedua titik diukur dengan jangka sorong.
37

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

12. Penentuan relasi sentrik (24 Agustus 2016)


Relasi sentrik dapat ditentukan melalui beberapa cara seperti :
- Pasien diinstruksikan untuk mengatur posisi tubuh tegak dan tidak
bersandar.
- Menginstruksikan pasien untuk menelan ludah kemudian mengatupkan
rahangnya. Sewaktu melakukan gerakan-gerakan penelanan ini pasien
diinstruksikan utnuk memajukan dan memundurkan rahangnya.
- Operator dapat membantu pasien dengan cara menekan perlahan-lahan
dagunya untuk menolong dan menjuruskan kepada kedudukan paling
belakang.
- Pasien dipersilahkan memajukan dan memundurkan rahangnya dan
menelan sendiri, selanjutnya pasien dipersilahkan menelan dengan
mempertahankan oklusal bite rim tetap berkontak.
- Pasien diinstruksikan menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal
mungkin.
- Menempatkan ujung lidah pada garis tengah rahang landasan paling
posterior.
- Dua tanda digoreskan pada sisi oklusal rim dari rahang atas ke rahang
bawah untuk mencatat kedudukan ini.
- Penutupan rahang diulang beberapa kali untuk memastikan bahwa oklusal
bite rim berkontak untuk waktu yang sama setiap saat.
Tujuan penentuan relasi sentrik yaitu :
- Agar gigi posterior dapat mencapai hubungan atar tonjol yang tepat
sehingga penyimpangan dalam mulut dapat terdeteksi. Gigi dengan
kemiringan tonjol 30dapat lebih efektif untuk memeriksa kecermatan
hubungan rahang dibandingkan dengan kemiringan tonjol 20, tonjol
dengan kemiringan 30 dapat memperbesar kemungkinan adanya
kesalahan oklusi.
- Merupakan salah satu persyaratan fisiologis untuk kenyamanan serta
stabilitas dalam rongga mulut.

38

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

13. Memfiksir bite rim rahang atas dan rahang bawah (24 Agustus 2016)
Setelah dimensi vertikal pasien didapat, pasien dilatih untuk melakukan
berbagai macam gerakan di atas untuk menentukan relasi sentriknya,
selanjutnya tarik garis-garis orietasi diantaranya :
1) High lip line, yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien tersenyum, low
lip line dan median line.
2) Tandai bagian distal gigi kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct
ala nasi).
3) Fiksasi bite rim rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan
staples yang dipanaskan pada lampu spritus. Jika sulit, bagian anterior
difiksasi terlebih dahulu tanpa merusak tanda letak garis median line dan
posisi gigi kaninus.
4) Bite rim yang telah difiksasi dikeluarkan dari mulut pasien, kemudian
dipasangkan pada model kerja yang selanjutnya akan ditanam pada
artikulator.

Gambar 40. Fiksasi bite rim di dalam mulut pasien


(Tanggal pengerjaan 24 Agustus 2016)

14. Pemasangan model pada artikulator (31 Agustus 2016)


Sebelum memasang model kerja dengan oklusal bite rim nya di dalam
artikulator, harus dipersiapkan jenis artikulator yang akan dipakai dan
dilakukan persiapan model yang meliputi penyesuaian ketinggian model atas
dan bawah dengan ruang antara bagian atas dan bawah artikulator. Bila terlalu
tinggi yang paling aman ialah mengurangi model bawah.
1) Artikulator sebelumnya dipasangkan karet gelang melingkar pada titik
tengah yang membagi artikulator secara vertikal. Selanjutnya, pasang
model kerja dan bite rim rahang atas pada artikulator dengan pedoman :

39

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Garis tengah working model dan bite rim atas berhimpit dengan garis
yang terbentuk oleh karet gelang dan garis tengah artikulator.
- Jarum horizontal insisal guide pin harus menyentuh tepi luar anterior
bite rim model RA dan tepat pada garis tengahbite rim.
2) Setelah pedoman tersebut terpenuhi upper member artikulator digerakan
ke atas dan adonan gips dituang pada bagian atas model kerja rahang atas,
kemudian upper member digerakkan ke bawah/menutup sampai menenkan
gips yang ada pada model kerja rahang atas.
3) Setelah mengeras kemudian artikulator dibalik. Oklusal bite rim rahang
bawah diletakkan kembali pada pada oklusal bite rim rahang atas sesuai
dengan oklusinya. Buat adonan gips kemudian lower member artikulator
diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model kerja rahang bawah,
kemudian lower member digerakkan ke bawah/menutup sampai menekan
adonan gips.
4) Artikulator dibalik dan gips dirapikan.

Gambar 41. Pemasangan model kerja pada artikulator


(Tanggal pengerjaan 31 Agustus 2016)

15. Penentuan bentuk, warna, dan ukuran gigi tiruan


- Pemilihan elemen gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan
umur pasien untuk menentukan warnanya dan tingkat kehausannya.
- Ukuran elemen gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada bite rim.
- Bentuk elemen yang dipilih yaitu persegi dan sudut distalnya membulat
karena pasien berjenis kelamin perempuan.

40

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Warna elemen yang dipilih yaitu A-3.5 warna gigi dipilih yang agak
kekuningan karena makin lanjut umur pasien, biasanya warna gigi makin
tua dan gigi makin aus.
- Bahan yang digunakan pada kasus ini adalah elemen gigi berbahan akrilik.
1.
1) Bentuk wajah
- Bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang yaitu persegi,
lancip, dan lonjong dilihat drai pandangan fasial
- Terdapat tiga profil wajah yaitu datar, cembung dan cekung yang sesuai
dengan bentuk kontur gigi pandangan proksimal
2) Jenis kelamin
Pria mempunyai permukaan labial yang datar sedangkan wanita
mempunyai permukaan labial yang cembung
3) Bentuk gigi
- Pria bentuk giginya persegi dan sudut distalnya juga persegi sedangkan
wanita bentuk giginya lonjong dan sudutnya distalnya mebulat.
- Pria ukuran gigi insisivus lateralnya lebih kecil dari sentral, sedangkan
wanita gigi insisivusnya lateralnya jauh lebih kecil dari yang central.

Gambar 42. Pemilihan gigi yang disesuaikan dengan bentuk wajah, jenis kelamin, dan
usia pasien

(Tanggal pengerjaan 1 September 2016)

Ukuran elemen gigi bervariasi sesuai dengan garis orientasi :


1) Elemen gigi anterior
- Garis senyum garis orientasi insisal untuk panjang elemen gigi yaitu
sama dengan panjang elemen gigi insisivus sentral atas.
- Jarak distal kaninus kiri kanan = jumlah lebar keenam elemen gigi
anterior atas.

41

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Garis ala nasi berhimpit dengan poros elemen gigi kaninus atas.

Gambar 43. Jarak distal C-Cs (kiri) dan garis ala nasi melalui porus C (kanan)
2) Elemen posterior
- Panjang elemen gigi posterior disesuaikan dengan jarak antar linggir
rahang.
- Gigi yang akan diganti maksimal sampai molar kedua, diukur dari
distal kaninus sampai batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio
distalnya sehingga bentuknya sebanding.

16. Penyusunan Gigi


Penyusunan elemen gigi dilakukan secara bertahap yaitu mulai pada
bagian anterior atas, anterior bawah, posterior atas, molar pertama bawah dan
sisa posterior lainnya. Penyusunan gigi harus memperhatikan curve of spee ke
arah anterior posterior, curve of Wilson ke arah lateral kiri dan kanan serta
kesejajaran terhadap bidang orientasi.

Gambar 44. (A) curve of spee dan (B) curveof wilson

Syarat utama penyusunan gigi:


Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi:
- Inklinasi mesio-distal
42

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Inklinasi anterio-posterior atau inklinasi labio/bukopalatal/lingual


sesuai dengan kecondongan tanggul gigitan.
Dilihat dari oklusal berada diatas linggir rahang.
Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan linggir, pada
pasien yang sudah lama kehilangan gigi sering sudah terjadi resorbsi
linggir.

Gambar 45. Perbandingan dari 3 macam posisi gigi anterior atas serta pengaruhnya:
A-A = Susunan benar, estetik baik
B-B = Susunan sedikit ke palatal, estetik kurang baik
C-C = Susunan salah, estetik jelek

Setiap gigi anterior atas yang akan disusun, pada permukaan labialnya
dibuat garis poros.

Gambar 46. (atas) poros gigi/Long axis (inklinasi mesio-distal)


dan (bawah) inklinasi labio-palatal rahang atas dan bawah

Bite rim dipotong bertahap agar tidak kehilangan jejak pada lebar
mesio-distal dan kedalaman antero-posterior gigi yang akan disusun
Centric occlusion ialah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas
dan bawah, yang menunjukkan kontak maksimal bila mandibular
berada dalam keadaan sentrik/menutup terhadap maksila.
Working occlusion ialah kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah
pada sisi kearah mana mandibular bergerak waktu berfungsi
Balancing occlusion ialah kontak antara gigi geligi atas dan bawah
pada sisi yang berlawanan dengan working occlusion

43

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

A. Gigi anterior rahang atas (19 September 2016)


a. Gigi I-1 atas
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Long axisnya membentuk sudut 85 dengan bidang oklusal.
- Sumbu gigi hampir sejajar atau miring sedikit membentuk sudut 5
dengan median line
- Insisal edge menenpel bite rim bawah
- Tepi insisal sedikit masuk ke palatal untuk meberi dukungan pada
bibir serta dilihat dari bidang oklusal tepi insisal terletak di atas
lingir rahang.
2. Tampak proksimal
Inklinasi labiopalatal
- Bagian 1/3 permukaan labial agak tampak depresi
- Insisal edge terletak pada bite-rim bawah

Gambar 47. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior


gigi I-1 atas

b. Gigi I-2 atas


1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
Sumbu gigi membentuk sudut lebih besar daripada incisivus centralis
superior
- Long axisnya membentuk sudut 80
- Insisal edge menggantung dan berjarak 1 mm dari bite rim bawah
- Bagian mesio-insisal berkontak dengan facies distalis incisivum
central superior

44

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

2. Tampak insisal
- Facies labialis agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim
rahang atas
3. Tampak proksimal
- Bagian servikal condong lebih ke palatal

Gambar 48. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi I-2 atas.

c. Gigi kaninus atas


1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Sumbu gigi sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line,
- Puncak cups menyentuh bidang oklusi
- Sisi mesio-insisal berkontak dengan sisi disto-insisal insisivum
lateralis superior.
2. Tampak proksimal
Inklinasi labio-palatal
- Bagian 1/3 labio-servikal lebih prominent dan ujung cups lebih ke
palatal dan menyentuh bidang orientasi.
3. Tampak insisal
- Permuakaan labial sesuai dengan lengkung bite rim rahang bawah

Gambar 49. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi caninus atas.

B. Gigi anterior rahang bawah (26 September 2016)


a. Gigi I-1 bawah

45

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

1. Centric occlusion
- Tampak labial
Sumbu gigi tegak lurus terhadap bidang insisal
- Tampak proksimal
Bagian servikal permukaan labial sedikit depresi
2. Protrusive relation
Insisal edge insisivum centralis superior kanan dan kiri berkontak
dengan insisal edge insisivus centralis inferior kanan dan kiri.

Gambar 50. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-1
Bawah

b. Gigi I-2 bawah


1. Centric occlusion
- Tampak labial
Sumbu gigi sedikit miring ke mesial
- Tampak proksimal
Permukaan labial tegak lurus bidang insisal

Gambar 51. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2
bawah

c. gigi kaninus bawah


1. Centric occlusion
- Tampak labial
Sumbu gigi miring ke mesial
- Tampak proksimal
1) Bagian servikal permukaan labial lebih prominent
2) Ujung cusp berada diantara gigi-gigi caninus superior dan
incisivus lateralis superior

46

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

2. Protrusive relation
- Facies insisal atas dan bawah menunjukan hubungan edge to
edge
- Insisal edge lateralis superior kanan dan kiri berkontak dengan
sisi mesial gigi-gigi caninus inferior.

Gambar 52. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2
bawah
3. Working occlusion
Distal labial slope caninus inferior kanan dan kiri berkontak
dengan mesio palatal slope caninus superior kanan dan kiri.

Gambar 53. Inklinasi mesiodistal gigi anterior bawah

C. Gigi posterior rahang atas (12 Oktober 2016)


Disesuaikan dengan antero-posterior curve yang terdiri dari:
1. Bidang horizontal, tempat disusunnya gigi-gigi premolar superior
pertama dan premolar superior kedua
2. Oblique plane, tempat disusunnya gigi-gigi molar superior pertama
dan molar superior kedua.
3. Lateral curve yang terdiri dari:
- Bidang yang terbentuk dari garis singgung pada oklusal bite rim,
dimana permukaan bukal gigi premolar ditempatkan
- Bidang dengan sudut penyimpangan 6 dari bite rim kearah palatal,
dimana terletak permukaan bukal gigi-gigi molar

47

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 54. Kurva anteroposterior (a) bidang datar horizontal (b) bidang oblique

Gambar 55. Kurva lateral

a. Gigi P-1 Atas


1. Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi tegak lurus bite rim
2. Inklinasi bukopalatal :
- Sumbu gigi tegak bidang oklusal
- Tonjol bukal menyentuh bidang oklusal dan tonjol palatina
menggantung.

Gambar 56. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-1 atas

b. Gigi P-2 Atas


1. Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
2. Inklinasi bukopalatina:
- Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
- Kedua tonjol menyentuh bidang oklusal

Gambar 57. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2
atas

48

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

c. Gigi M-1 atas


1. Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi miring kea rah mesial
2. Inklinasi bukopalatal :
- Tonjol mesio palatina menyentuh bidang oklusal
- Tonjol mesio bukal dan tonjol disto bukal dinaikkan 0,5 mm
dari bidang oklusal
- Tonjol disto palatina dinaikkan 0,8-0,75 dari bidang oklusal.

Gambar 58. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior


gigi M-1 atas

d. Gigi M-2 atas


1. Inklinasi mesiodistal :
Sumbu gigi lebih miring daripada molar superior pertama
2. Inklinasi buko palatal :
- Tonjol mesio bukal dan mesio palatinal lebih menggantung 1
mm daripada tonjol mesio bukal dan tonjol mesio palatina gigi
molar superior pertama.
- Tonjol disto bukal lebih menggantung daripada tonjol disto
bukal gigi molar superior pertama
- Tonjol disto palatinal lebih menggantung daripada gigi molar
superior pertama disamping ketentuan-ketentuan diatas, untuk
pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas juga harus
memenuhi adanya antero-posterior curve dan lateral curve.

Gambar 59. (kiri) Inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior

49

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

gigi M-2 atas

D. Gigi posterior rahang bawah (19 Oktober 2016)


a. Gigi M-1 bawah
Molar pertama inferior adalah gigi pertama yang dipasangkan pada
tahap penyusunan gigi posterior rahang bawah dan merupakan kunci
oklusi. Pada pemasangan yang benar akan memudahkan pemasangan
gigi-gigi posterior berikutnya.
Pada posisi normal pemasangan molar inferior pertama sesuai
kelas 1 angle yaitu apabila mandibular dengan lengkung giginya dalam
hubungan mesio-distal yang normal terhadap maksila.
Panduan pemasangan:
1. Centric occlusion
- Inklinasi mesiodistal :
Tonjol mesio bukal molar superior pertama berada di mesio
bukal groove molar inferior pertama.
- Inklinasi mesio lingual :
Tonjol mesio palatina molar superior pertama berada di fossa
central molar inferior pertama.
Kemudian dilakukan cek dengan menggerakan lengan artikulator atas
ke kanan dan ke kiri. Pada gerakan lengan artikulator ke kanan maka
terjadi
2. Working occlusion :
Tonjol mesio distal molar pertama inferior kanan berkontak antara
tonjol bukal premolar superior kedua kanan dan tonjol mesio bukal
molar superior pertama kanan.
3. Balancing contact :
Tonjol mesio bukal dan disto bukal molar inferior pertama kiri
berkontak dengan tonjol palatina premolar superior kedua kiri dan
tonjol mesio palatina molar superior pertama kiri.

50

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 60. (A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas
berasada pada mesiobukal developmental groove M-1 bawah

b. gigi P-2 bawah


1. Centric occlusion
Inklinasi mesiodistal :
1. Tonjol bukal premolar inferior kedua terletak diantara premolar
superior kedua dan premolar superior pertama dengan ujung
tonjolnya berkontak dengan marginal ridge premolar superior
kedua dan premolar superior pertama.
2. Tonjol lingual premolar inferior kedua terletak diantara tonjol
palatina premolar superior kedua dan premolar superior
pertama.
3. Mesio lingual ridge dari premolar inferior kedua
condong/menarik slope distal tonjol lingual dari premolar
superior pertama.
2. Working occlusion
1. Slope tonjol disto bukal premolar inferior kedua berkontak
dengan slope tonjol mesio bukal premolar superior kedua.
2. Slope tonjol mesio bukal premolar inferior kedua berkontak
dengan slope tonjol disto bukal premolar superior pertama.
3. Tonjol lingual premolar inferior kedua berkontak dengan area
distolingual premolar superior pertama dan area mesio lingual
premolar superior.
3. Balancing occlusion
Slope mesial pada tonjol bukal premolar inferior kedua berkontak
dengan slope distal pada tonjol lingual premolar superior pertama.

51

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 61. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah

c. Gigi P-1 bawah


1. Centric occlusion :
Tonjol bukal premolar inferior pertama terletak diantara tonjol
bukal premolar superior kedua dan caninus superior, dengan ujung
tonjolnya berkontak dengan marginal ridge premolar superior
kedua dan caninus superior.
2. Working occlusion :
Tampak bukal
Slope disto bukal premolar inferior pertama berkontak dengan
slope mesio bukal premolar superior kedua dan slope mesio bukal
premolar inferior pertama berkontak dengan slope disto bukal
caninus superior.
Tampak lingual
Slope disto lingual premolar inferior pertama berkontak dengan
slope mesio palatine premolar superior pertama.
3. Balancing contact
Tidak terlihat adanya kontak dengan gigi atasnya.

Gambar 62. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah

d. Gigi M-2 bawah


1. Centric occlusion
- Garis inklinasi mesio bukal molar inferior kedua kontak dengan

52

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

garis tepi pada tonjol disto bukal molar superior pertama.


- Posisi dari tonjol palatine molar inferior kedua berkontak dengan
fossa central molar superior kedua.
2. Working occlusion
Tonjol molar inferior kedua berkontak dengan tonjol mesio bukal
molar superior pertama dan tonjol-tonjol molar superior kedua.
3. Balancing contact
- Tonjol mesio bukal molar inferior kedua berkontak dengan tonjol
disto palatina molar superior pertama.
- Tonjol disto bukal molar inferior kedua berkontak dengan tonjol
mesio palatina molar superior kedua.

Gambar 63. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
M-2 bawah

53

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 64. Penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah di artikulator
(Tanggal pengerjaan 19 September 2016)

Gambar 65. Penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah di artikulator
(Tanggal pengerjaan 12 Oktober 2016)

Jika penyusunan gigi-gigi telah selesai, selanjutnya dilakukan kontrol berupa :


- Lengan atas artikulator digerakkan kearah lateral harus ada working
occlusion yang diikuti terjadinya balancing contact pada sisi lainnya.
- Lengan atas artikulator digerakkan ke posterior, untuk melihat ada atau
tidaknya open bite.
- Pada setiap gerakan dari lengan artikulator, vertikal pin tidak boleh
terangkat.

17. Try In Gigi Tiruan Malam Pada Pasien


1. Gigi-gigi anterior (26 September 2016)
Try in gigi anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan gigi anterior
terlebih dahulu dengan melihat kesesuaian susunan gigi, bentuk gigi,
ukuran gigi dan posisi gigi pada model dengan keadaan dalam mulut
pasien dan oklusi dalam mulut pasien jangan sampai ada yang terlihat
open. Kemudian periksa ketepatan garis median, posisi distal, stabilitas,

54

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

retensi, serta fonetik dengan meminta pasien mengucapkan huruf f atau


s. Adapun hal lain yang perlu diperhatikan ialah dimensi vertikal harus
tetap sama dengan pengukuran segi bagian posterior.belumnya. Selain itu,
sayap dari malam harus tepat dan sudah melekat ke mukosa. Setelah itu
dilakukan penyusunan gigi posterior.

Gambar 66. Tray ini gigi anterior


(Tanggal pengerjaan: 26 September 2016)

2. Gigi-gigi posterior (24 Oktober 2016)


Hal hal yang harus diperhatikan ketika melakukan try in posterior yaitu :
- Cek garis median.
- Lihat tepi sayap dari malam, apakah sudah tepat dan sudah melekat ke
mukosa (peripheral seal).
- Cek oklusi gigi anterior posterior.
- Minta pasien untuk coba mengunyah dan bicara.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.
- Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan
huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan
tidak ada gangguan.
Setelah try in gigi tiruan malam pada pasien, kedua gigi tiruan rahang atas
dan bawah ditempatkan kembali pada working model di artikulator.

Gambar 67. Try in gigi posterior


(Tanggal pengerjaan: 24 Oktober 2016)

55

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

18. Wax Contouring, Flasking, Packing, Curing, Deflasking (5 Desember 2016)


Wax contouring ialah memberi bentuk basis dari gigi-gigi tiruan sedemikian
rupa, sehingga dapat menyerupai bentuk anatomis dari gingiva dan jaringan
lunak yang asli.
Cara wax contouring:
1. Fiksir pinggiran landasan gigi tiruan dengan malam pada model kerja.
2. Ambil lembaran malam secukupnya untuk bagian labial dan bukal serta
palatine rahang atas begitu juga rahang bawah, kemudian dilunakkan di
atas api spiritus.
3. Letakkan sampai sekitar serviks gigi tiruan.
4. Malam dipotong disekitar servik gigi dengan mebentuk sudut 45
memakai lecron/pisau malam.
5. Malam dibentuk sesuai dengan bentuk gingiva dan bentuk jaringan di
sekitar gigi tiruan (perhatikna cekung /cembungnya).
6. Pada waktu mengukir tonjolan-tonjolan akar, perlu diperhatikan bahwa
gigi kaninus superior adalah yang terpanjang dan gigi insisivus lateralis
superior adalah yang terpendek. Tonjol-tonjol akar diukir dengan bentuk
huruf V.
7. Daerah interproksimal harus sedikit cembung meniru daerah-daerah
interdental papilla sehingga higienis serta mencegah pengendapan sisa-
sisa makan dan plak.
8. Bentuk rugae pada langit-langit dan postdam pada model kerja.
9. Haluskan semua permukaan luar gigi tiruan malam dengan melewatkan
nya diatas api Bunsen lalu digosok dengan kain sutra hingga mengkilat.

Gambar 68. Pembentukan kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring)
(Tanggal pengerjaan: 5 Desember 2016)

56

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Setelah proses wax contouring, model ditunjukkan kepada instruktur dan


selanjutnya dilakukan proses laboratorium berupa:
- Flasking
Proses penanaman model dan trial denture malam dalam suatu flask/ cuvet
untuk membuat sectional mold.
- Packing
Proses mencapur monomer dan polimer resin akrilik
- Curing
proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimerisasinya
bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.
- Deflasking
Proses melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari flask dan bahan tanamnya,
tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya agar gigi tiruan dapat
diremounting di articulator kembali.

19. Insersi (7 Desember 2016)


Sebelum insersi gigi tiruan, operator harus memeriksa apakah gigi tiruan
benar-benar telah dibuat dengan baik oleh tekniker, dengan memperhatikan
hal hal sebagai berikut :
- Permukaan dalam tidak boleh memperlihatkan bentuk yang tidak teratur
(kasar) yang tidak terdapat dalam mulut.
- Memeriksa seluruh bagian perifer dan menguranginya jika ada kelebihan.

57

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

Gambar 69. Gigi tiruan penuh akrilik yang telah selesai dibuat
(Tanggal pengerjaan: 7 Desember 2016)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi gigi tiruan ke dalam mulut
pasien, yaitu:
- Retensi
- Saat GTP dicoba pada pasien, dilihat apakah GTP sudah memiliki retensi
yang cukup dengan memperhatikan adaptasi tepi-tepi GTP terhadap
jaringan mulut. Jika terdapat daerah yang sakit saat GTP dimasukkan
dalam mulut (belum boleh dioklusikan) buat PIP (pressure indicator paste)
untuk mengetahui letak rasa sakit. PIP dibuat dengan mencampurkan
fletcher dan minyak zaitun sampai terbentuk pasta, aplikasikan dengan
kuas kecil ke permukaan cetakan (bagian dalam gigi tiruan), masukkan ke
dalam mulut dan keluarkan (tidak boleh beroklusi) dan harus per rahang),
daerah yang sakit dan menekan akan terlihat dengan hilangnya pasta di
daerah tersebut. Ambil daerah tersebut atau bebaskan dari penekanan
dengan mengurangi basis menggunakan fresher stone.
Pemeriksaan oklusi, artikulasi, dan stabilitas.
- Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan
antero-posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan
antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta untuk melakukan
gerakan pengunyahan 3 4 kali. Titik titik dimana terjadi kontak oklusal
pada permukaan gigi dapat dilihat setelah articulating paper diangkat.
Pada keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara semua gigi asli
maupun gigi tiruan.
- Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh
menunjukkan pergerakan pada saat tes ini dilakukan.
Pemeriksaan estetik dan fonetik.

58

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

- Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat pada pasien


yang dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian
pasien diminta untuk mencoba memasang dan melepaskan alat sendiri
tanpa bantuan operator.
Instruksi yang diberikan pada pasien :
- Gigi tiruan dipakai secara terus menerus untuk proses adaptasi.
- Menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut.
- Pada saat tidur malam, gigi tiruan dilepas dan direndam dalam wadah
tertutup yang berisi air dingin yang bersih.
- Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket.
- Pasien diminta untuk kembali kontrol satu minggu setelah insersi gigi
tiruan.

20. Tahap Kontrol I (19 Desember 2016)


- Kontrol pertama dilakukan pada minggu pertama sesudah insersi alat
untuk melihat adaptasi pasien.
- Pada saat pasien datang untuk melakukan kontrol, operator melakukan
pemeriksaan keutuhan dari plat gigi tiruan serta kondisi jaringan lunak
pasien terutama keadaan jaringan lunak dibawah gigi tiruan, memeriksa
gigi tiruan apakah masih retentif atau tidak, melihat stabilitas alat pada
saat dipakai untuk mengunyah makanan, mengecek oklusi pasien serta
melihat fungsi fonetik apakah bermasalah atau tidak.
- Selanjutnya operator melakukan tindakan profilaksis antara lain
pembersihan debris pada gigi tiruan jika ada dan yang terakhir pasien
diedukasi serta diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dan plat
gigi tiruannya.

Gambar 70. Foto intraoral kontrol ke-I

(Tanggal pengerjaan: 19 Desember 2016)

59

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Penuh

21. Tahap Kontrol II (9 Januari 2017)


- Kontrol kedua dilakukan pada minggu kedua untuk melihat kondisi dari
gigi tiruan dan jaringan l unak pasien.
- Pada saat pasien datang untuk melakukan kontrol, operator melakukan
pemeriksaan keutuhan dari plat gigi tiruan serta kondisi jaringan lunak
pasien terutama keadaan jaringan lunak dibawah gigi tiruan, memeriksa
gigi tiruan apakah masih retentif atau tidak, melihat stabilitas alat pada
saat dipakai untuk mengunyah makanan, mengecek oklusi pasien serta
melihat fungsi fonetik. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak
terdapat kerusakan pada plat gigi tiruan serta tidak terdapat kelainan pada
jaringan lunak mulut pasien, retensi dan stabilitas gigi tiruan masih baik,
dan oklusi serta fonetik tidak terdapat gangguan.
- Selanjutnya operator melakukan tindakan profilaksis antara lain
pembersihan debris pada gigi tiruan jika ada dan yang terakhir pasien
diedukasi serta diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dan plat
gigi tiruannya.

Gambar 71. Foto intraoral kontrol ke-II

(Tanggal pengerjaan: 9 Januari 2017)

Gambar 72. Foto sebelum dan setelah menggunakan gigi tiruan penuh

60

Nisaa Tassya Fatarnaha | 14014103042

Anda mungkin juga menyukai