1. IDENTITAS
No. Kartu : H. 11662.02.16
Nama Pasien : Hawa Hamid
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ketang Baru, Wonasa Tengah
2. KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 73 tahun yang berdomisili di Wonasa
Tengah datang ke klinik RSGM PSPDG UNSRAT dengan keluhan ingin
dibuatkan gigi palsu rahang atas dan rahang bawah karena gigi palsu yang
dipakai sebelumnya sudah terasa longgar dan tidak nyaman lagi ketika
digunakan serta pasien mengalami kesulitan ketika mengkonsumsi makanan.
Foto wajah
Gambaran Klinis
3. KONDISI SISTEMIK
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung
Hiper/hipotensi
Kelainan darah
Haemophilia
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal
Hepatitis
Penyakit pernafasan
Kelainan pencernaan
Epilepsi
HIV/AIDS
Alergi obat
Alergi makanan
Hamil/menyusui
5. STATUS LOKAL
- Luar mulut
a. Sendi kanan : Tidak bengkak; Tidak sakit
Sendi kiri : Tidak bengkak; Tidak sakit
Pemeriksaan
Dilakukan secara (1) palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari
telunjuk ditempatkan pada kondilus kanan dan kiri pasien, kemudian
pasien diinstruksikan membuka dan menutup mulut perlahan-lahan.
Rasakan apabila terdapat lompatan/gerakan tidak teratur. (2) auditori, pada
saat digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat pula menggunakan
stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik berupa bunyi klutuk sendi
(clicking) atau kretek sendi (crepitasi). (3) visual, memperhatikan kondilus
ketika bagian ini menggerakan kulit pelindungnya, bila terdapat kelainan
(pembengkakan) maka hentakan/lompatan dapat terlihat dengan jelas pada
regio ini. (4) nyeri tekan, lakukan palpasi bimanual dengan cara menekan
bagian lateral sendi menggunakan jari kelingking yang ditempatkan
kedalam Meatus akustikus eksternus (MAE) dan menekannya kearah
depan. Rasa sakit menunjukkan adanya peradangan/pembengkakan.
Pemeriksaan
Dilakukan ketika melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah.
Ukuran sendok cetak yang digunakan dapat dijadikan patokan ukuran
lengkung rahang yang dimiliki pasien. (1) besar, Apabila menggunakan
sendok cetak no. 1. (2) sedang, apabila menggunakan sendok cetak no.2.
(3) kecil, apabila menggunakan sendok cetak no.3. Semakin besar ukuran
lengkung semakin baik untuk kemantapan gigi tiruan.
e. Hubungan RA RB : normal
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara menginstruksikan pasien pada keadaan posisi
istirahat kemudian jari telunjuk diletakan pada dasar vestibulum anterior
RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB. Kemudian digerakan secara
vertikal dan dilihat hubungan puncak linggirnya. (1) normal, apabila ujung
kedua jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas berada sejajar
dengan linggir rahang bawah, (2) retrognatik, apabila linggir rahang
bawah terletak lebih ke anterior dari rahang atas, dan (3) prognatik, apabila
linggir rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas.
Gambar 11. Klasifikasi kesejajaran linggir rahang atas dan rahang bawah
10
11
12
13
mulut (dapat diusapkan pada bagian lidah, dasar mulut, dan bukal)
kemudian dilihat secara visual konsistensinya, (1) kental, apabila
konsistensi ludah terlihat liat atau likat, (2) sedang, apabila terdapat buih-
buih/gelembung-gelembung pada ludah, (3) encer, apabila konsistensi
ludah cair. Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan pencetakan
atau melalui sapuan kaca mulut serta instruksi meludah yang diberikan
kepada pasien. Volume ludah dikategorikan menjadi banyak, sedang, dan
sedikit.
15
apabila gerakan dapat dikendalikan dan, (3) pasif, apabila gerakan lamban
dan cendrung tanpa gerakan.
Keterangan:
: Sisa akar gigi
X : Missing
6. DIAGNOSIS KLINIK
Rahang Atas : Radiks : 13
Missing teeth : 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43,
44, 45, 46, 47, 48
Rahang Bawah : Edentulous
7. INDIKASI PERAWATAN
Gigi tiruan penuh lepasan pada rahang atas dan rahang bawah
Prosedur Perawatan
1. Pemeriksaan subjektif dan objektif (09 Februari 2016)
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan
16
Gambar 20. Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang pasien
Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah
sebagai berikut:
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien.
Atur ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien
sejajar dengan bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien
sejajar dengan siku operator.
17
Gambar 22. Posisi mencetak untuk rahang atas dan rahang bawah
- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air)
menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik
sehingga sesuai untuk ukuran rahang yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet berlebih dahulu lalu campur dengan
bahan cetak alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung
udara dalam adonan bahan cetak.
- Aduk bahan cetak dan air dengan gerakan angka 8 (gerakan melipat) sambil
adonan ditekan ke tepian mangkuk karet (vigourus hand mixing) hingga
18
19
20
Pada kasus ini hanya akan dilakukan tahap pertama karena hanya tersisa
satu sisa akar yakni pada gigi 13. Pasien akan dirujuk ke bagian bedah mulut
untuk dilakukan ekstraksi pada sisa akar gigi 13 sedangkan kontur jaringan
tidak dilakukan karena keadaan kontur jaringan baik dan dirasa cukup untuk
mendukung kekokohan dan kemantapan gigi tiruan.
1
1 2
2
Keterangan :
Rahang Atas dan Rahang Bawah:
1 Plat akrilik
2 Elemen gigi tiruan
21
22
23
Gambar 27. Selembar malam merah yang dilunakkan diatas model kerja mengikuti desain
yang telah digambar.
(Tanggal pengerjaan: 13 April 2016)
24
Gambar 28. Sendok cetak perorangan yang dibuat diatas model kerja
(Tanggal pengerjaan: 27 April 2016)
- Sendok cetak perorangan yang sudah selesai dibuat dicobakan pada mulut
pasien dan periksa apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum
dilakukan border moulding dan pencetakan fisiologis.
26
27
- Spidol permanen
Sebelum pencetakan pada rahang atas terlebih dahulu dilakukan penentuan
A-line/vibrating line untuk pembuatan posterior palatal seal. Tahap ini sangat
penting untuk memperoleh retensi yang baik pada gigi tiruan. Teknik yang
umum diggunakan pada tahap ini yakni conventional technique. Adapun
proses pengerjaannya ialah sebagai berikut:
- Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf A berulang kali.
- Menggunakan kaca mulut dilakukan pemeriksaan secara visual dan di
tentukan vibrating line nya.
- Batas anterior vibrating line terletak diantara palatum keras dan palatum
lunak sedangkan batas posterior vibrating line berada di jaringan bergerak
dan tidak bergerak pada palatum lunak.
- Daerah posterior hamular notch juga dapat di tandai dengan spidol bila
diperlukan. Garis pada daerah hamular notch natinya dapat disatukan
dengan vibrating line, sehingga terbentuk garis posterior palatal seal yang
utuh.
- Selanjutnya bahan cetak elastomer di aduk hingga konsistensinya
homogen diatas glas lab menggunakan spatula semen dari bahan plastik.
Waktu pengadukan berkisar 30-45 detik dangan waktu kerja 2-4 menit dan
waktu pengerasan 6-8 menit. Kemudian ditempatkan pada sendok cetak
perorangan rahang atas.
- Letakan sendok cetak perorangan kedalam mulut pasien. Pasien
diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang.
Teknik mencetak rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan
pada bagian posterior kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior.
Penekanan dilakukan hingga dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di
mulut pasien, lalu biarkan bahan cetak mengeras.
- Beri tanda vibrating line/ A line yang telah di tentukan sebelumnya
menggunakan methylene blue, lalu bahan cetak rahang atas yang telah
mengeras diletakan kembali dan dilakukan penekanan untuk menciplak
daerah vibrating line yang telah ditandai. Sehingga nantinya akan ada
tanda vibrating line pada bagian posterior dari hasil cetakan rahang atas.
28
- Lakukan pencetakan dengan cara yang sama pada rahang bawah pasien.
- Setelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, langsung dicuci
dengan kran air yang mengalir kemudian dikeringkan dengan semprotan
udara kering.
29
Jarak antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam
boxing paling tinggi 13 mm sehingga stone gips dibatasi dan pekerjaan
mengecor lebih mudah. Cetakan fisiologis ini kemudian dicor dengan stone
gips untuk memperoleh model kerja. Setelah stone gips mengeras, lempeng
dinding malam, sendok dan bahan cetak dilepas, jangan sampai modelnya
rusak.
30
Gambar 34. Hasil pembuatan base plate rahang atas dan rahang bawah
(Tanggal pengerjaan: 23 Mei 2016)
- Lunakkan bite rim bidang orientasi di atas sebuah glass lab/kape diatas
api bunsen. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan
tinggi ite rim di bagian anterior 12 mm dan posterior 10-11 mm.
10. Melakukan uji coba occlusal bite rim (22 Juni 2016)
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan uji coba base plate dan
bite rim ialah:
1. Profil
- Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagital) merupakan
indikasi hubungan rahang atas dan rahang bawah. Terdapat tiga macam
bentuk profil muka yaitu lurus (straight), cembung (convex), dan cekung
(concave). Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk
labial gigi depan dilihat dari arah proksimal.
- Pada pemeriksaan profil wajah dilakukan dengan mengambil tiga buah
titik pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung
(subnasion), dan puncak dagu (gnathion). Bila ketiga titik ini berada pada
satu garis lurus maka profil mukannya lurus. Bila titik pada glabella dan
puncak dagu berada lebih ke depan dari titik pada dasar hidung, maka
profilnya adalah cekung, dan profil cembung terjadi pada arah yang
sebaliknya
2. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetris atau tidak.
Selanjutnya dilihat apakah bola mata dapat mengikuti gerakan sebuah
instrumen yang digerakkan ke segala arah, hal tersebut disebut movable in
32
all direction, bila tidak, keadaan ini disebut dengan inmovable in all
direction.
Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:
- Garis interpupil yang dipakai untuk menetukan tinggi gigit dan
kesejajaran bite rim rahang atas bagian posterior.
- Bidang horizontal frankfrut, yaitu bidang yang melalui titik-titik
infraorbita dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakan rahang atas
dengan bahan cetak cair. Pada penderita yang sensitif dan mudah mual,
garis ini hendaknya diatur sejajar lantai.
- Garis tragus-canthus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang
terletak lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini.
- Garis tengah wajah pasien
3. Telinga
Telinga diperiksa, simetris atau tidak. Peran telinga dalam pembuatan gigi
tiruan ialah untuk
- Menentukan garis camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan tragus
dengan sayap hidung (ala nasi), guna garis ini adalah pada saat
pencetakan rahang dengan bahan cetak tidak cair seperti impression
compound harus sejajar dengan lantai.
- Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus).
Kondil rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak kurang lebih
setengah inci dari tragus.
- Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini
bermanfaat dalam menentukan posisi pasien pada waktu pencetakan
rahang bawah, dimana garis ini dibuat sejajar dengan lantai.
- Menentukan bidang horizontal frankfrut.
4. Occlusal bite rim
Bite rim digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal, bentuk
lengkung (yang dikaitkan dengan aktivitas bibir,pipi, dan lidah), catatan
awal hubungan antar rahang dalam arah vertikal dan horizontal (termasuk
dukungan wajah sementara), dan perkiraan jarak interoklusal. Terletak
sejajar dengan garis puncak linggir yang telah digambar. Tinggi bite rim
33
4) Bidang orientasi
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
- Bagian anterior dengan garis antarpupil
- Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus
(porion) hingga ala nasi.
Gambar 37. Hubungan antara garis interpupil mata, campers line dan bidang oklusal.
Setelah uji coba oclusal bite rim rahang atas selesai, kemudian dilanjutkan
dengan uji coba oclusal bite rim rahang bawah dengan pedoman:
1) Adaptasi landasan
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam ditempat, tidak
boleh mudah lepas/bergerak
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan
yang lebih sempit dan gangguan gerakan lidah.
2) Bite rim rahang bawah
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukal bite rim harus sebidang dengan yang atas. Bila
kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus
ditambah.
- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median
pasien.
35
36
38
13. Memfiksir bite rim rahang atas dan rahang bawah (24 Agustus 2016)
Setelah dimensi vertikal pasien didapat, pasien dilatih untuk melakukan
berbagai macam gerakan di atas untuk menentukan relasi sentriknya,
selanjutnya tarik garis-garis orietasi diantaranya :
1) High lip line, yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien tersenyum, low
lip line dan median line.
2) Tandai bagian distal gigi kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct
ala nasi).
3) Fiksasi bite rim rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan
staples yang dipanaskan pada lampu spritus. Jika sulit, bagian anterior
difiksasi terlebih dahulu tanpa merusak tanda letak garis median line dan
posisi gigi kaninus.
4) Bite rim yang telah difiksasi dikeluarkan dari mulut pasien, kemudian
dipasangkan pada model kerja yang selanjutnya akan ditanam pada
artikulator.
39
- Garis tengah working model dan bite rim atas berhimpit dengan garis
yang terbentuk oleh karet gelang dan garis tengah artikulator.
- Jarum horizontal insisal guide pin harus menyentuh tepi luar anterior
bite rim model RA dan tepat pada garis tengahbite rim.
2) Setelah pedoman tersebut terpenuhi upper member artikulator digerakan
ke atas dan adonan gips dituang pada bagian atas model kerja rahang atas,
kemudian upper member digerakkan ke bawah/menutup sampai menenkan
gips yang ada pada model kerja rahang atas.
3) Setelah mengeras kemudian artikulator dibalik. Oklusal bite rim rahang
bawah diletakkan kembali pada pada oklusal bite rim rahang atas sesuai
dengan oklusinya. Buat adonan gips kemudian lower member artikulator
diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model kerja rahang bawah,
kemudian lower member digerakkan ke bawah/menutup sampai menekan
adonan gips.
4) Artikulator dibalik dan gips dirapikan.
40
- Warna elemen yang dipilih yaitu A-3.5 warna gigi dipilih yang agak
kekuningan karena makin lanjut umur pasien, biasanya warna gigi makin
tua dan gigi makin aus.
- Bahan yang digunakan pada kasus ini adalah elemen gigi berbahan akrilik.
1.
1) Bentuk wajah
- Bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang yaitu persegi,
lancip, dan lonjong dilihat drai pandangan fasial
- Terdapat tiga profil wajah yaitu datar, cembung dan cekung yang sesuai
dengan bentuk kontur gigi pandangan proksimal
2) Jenis kelamin
Pria mempunyai permukaan labial yang datar sedangkan wanita
mempunyai permukaan labial yang cembung
3) Bentuk gigi
- Pria bentuk giginya persegi dan sudut distalnya juga persegi sedangkan
wanita bentuk giginya lonjong dan sudutnya distalnya mebulat.
- Pria ukuran gigi insisivus lateralnya lebih kecil dari sentral, sedangkan
wanita gigi insisivusnya lateralnya jauh lebih kecil dari yang central.
Gambar 42. Pemilihan gigi yang disesuaikan dengan bentuk wajah, jenis kelamin, dan
usia pasien
41
- Garis ala nasi berhimpit dengan poros elemen gigi kaninus atas.
Gambar 43. Jarak distal C-Cs (kiri) dan garis ala nasi melalui porus C (kanan)
2) Elemen posterior
- Panjang elemen gigi posterior disesuaikan dengan jarak antar linggir
rahang.
- Gigi yang akan diganti maksimal sampai molar kedua, diukur dari
distal kaninus sampai batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio
distalnya sehingga bentuknya sebanding.
Gambar 45. Perbandingan dari 3 macam posisi gigi anterior atas serta pengaruhnya:
A-A = Susunan benar, estetik baik
B-B = Susunan sedikit ke palatal, estetik kurang baik
C-C = Susunan salah, estetik jelek
Setiap gigi anterior atas yang akan disusun, pada permukaan labialnya
dibuat garis poros.
Bite rim dipotong bertahap agar tidak kehilangan jejak pada lebar
mesio-distal dan kedalaman antero-posterior gigi yang akan disusun
Centric occlusion ialah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas
dan bawah, yang menunjukkan kontak maksimal bila mandibular
berada dalam keadaan sentrik/menutup terhadap maksila.
Working occlusion ialah kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah
pada sisi kearah mana mandibular bergerak waktu berfungsi
Balancing occlusion ialah kontak antara gigi geligi atas dan bawah
pada sisi yang berlawanan dengan working occlusion
43
44
2. Tampak insisal
- Facies labialis agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim
rahang atas
3. Tampak proksimal
- Bagian servikal condong lebih ke palatal
Gambar 48. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi I-2 atas.
Gambar 49. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi caninus atas.
45
1. Centric occlusion
- Tampak labial
Sumbu gigi tegak lurus terhadap bidang insisal
- Tampak proksimal
Bagian servikal permukaan labial sedikit depresi
2. Protrusive relation
Insisal edge insisivum centralis superior kanan dan kiri berkontak
dengan insisal edge insisivus centralis inferior kanan dan kiri.
Gambar 50. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-1
Bawah
Gambar 51. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2
bawah
46
2. Protrusive relation
- Facies insisal atas dan bawah menunjukan hubungan edge to
edge
- Insisal edge lateralis superior kanan dan kiri berkontak dengan
sisi mesial gigi-gigi caninus inferior.
Gambar 52. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2
bawah
3. Working occlusion
Distal labial slope caninus inferior kanan dan kiri berkontak
dengan mesio palatal slope caninus superior kanan dan kiri.
47
Gambar 54. Kurva anteroposterior (a) bidang datar horizontal (b) bidang oblique
Gambar 56. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-1 atas
Gambar 57. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2
atas
48
49
50
Gambar 60. (A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas
berasada pada mesiobukal developmental groove M-1 bawah
51
Gambar 61. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah
Gambar 62. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah
52
Gambar 63. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
M-2 bawah
53
Gambar 64. Penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah di artikulator
(Tanggal pengerjaan 19 September 2016)
Gambar 65. Penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah di artikulator
(Tanggal pengerjaan 12 Oktober 2016)
54
55
Gambar 68. Pembentukan kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring)
(Tanggal pengerjaan: 5 Desember 2016)
56
57
Gambar 69. Gigi tiruan penuh akrilik yang telah selesai dibuat
(Tanggal pengerjaan: 7 Desember 2016)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi gigi tiruan ke dalam mulut
pasien, yaitu:
- Retensi
- Saat GTP dicoba pada pasien, dilihat apakah GTP sudah memiliki retensi
yang cukup dengan memperhatikan adaptasi tepi-tepi GTP terhadap
jaringan mulut. Jika terdapat daerah yang sakit saat GTP dimasukkan
dalam mulut (belum boleh dioklusikan) buat PIP (pressure indicator paste)
untuk mengetahui letak rasa sakit. PIP dibuat dengan mencampurkan
fletcher dan minyak zaitun sampai terbentuk pasta, aplikasikan dengan
kuas kecil ke permukaan cetakan (bagian dalam gigi tiruan), masukkan ke
dalam mulut dan keluarkan (tidak boleh beroklusi) dan harus per rahang),
daerah yang sakit dan menekan akan terlihat dengan hilangnya pasta di
daerah tersebut. Ambil daerah tersebut atau bebaskan dari penekanan
dengan mengurangi basis menggunakan fresher stone.
Pemeriksaan oklusi, artikulasi, dan stabilitas.
- Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan
antero-posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan
antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta untuk melakukan
gerakan pengunyahan 3 4 kali. Titik titik dimana terjadi kontak oklusal
pada permukaan gigi dapat dilihat setelah articulating paper diangkat.
Pada keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara semua gigi asli
maupun gigi tiruan.
- Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh
menunjukkan pergerakan pada saat tes ini dilakukan.
Pemeriksaan estetik dan fonetik.
58
59
Gambar 72. Foto sebelum dan setelah menggunakan gigi tiruan penuh
60