A. IDENTITAS
No. Kartu : P.8681
Nama Pasien : Erens Pinontoan
Umur : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
B. KASUS
Seorang pasien laki – laki berusia 73 tahun yang berdomisili di Desa Kaasar, datang ke klinik
RSGM-PSPDG UNSRAT dengan keluhan ingin mencabut gigi yang sudah goyang.
Foto Profil
1
Gambaran Klinis
C. PEMERIKSAAN KLINIS
1. Kondisi Sistemik
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung
Hiper/hipotensi
Kelainan darah
Haemophilia
Diabetes melitus
Penyakit ginjal
Hepatitis
Penyakit pernafasan
Kelainan pencernaan
Epilepsi
HIV/AIDS
Alergi obat
Alergi makanan
Lainnya
2
2. Pemeriksaan Ekstra Oral
Tlg.
Fasial Neuromuscular K. Ludah K. Limfe TMJ
Rahang
Deformitas t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Nyeri t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Tumor t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Gangguan
t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Fungsi
4. Status Lokal
1. Extra oral :
a. Sendi kanan : tidak bengkak, tidak sakit
Sendi kiri : tidak bengkak, tidak sakit.
Pemeriksaan:
Dilakukan secara
(1) Palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari telunjuk ditempatkan pada
kondilus kanan dan kiri pasien (bimanual), kemudian pasien diinstruksikan
membuka dan menutup mulut perlahan-lahan. Rasakan apabila terdapat
lompatan/gerakan tidak teratur.
(2) Auditori, pada saat digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat pula
menggunakan stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik berupa bunyi
klutuk sendi (clicking) atau kretek sendi (crepitasi).
3
(4) Nyeri tekan, lakukan palpasi bimanual dengan cara menekan bagian lateral sendi
menggunakan jari kelingking yang ditempatkan kedalam Meatus akustikus eksternus
(MAE) dan menekannya kearah depan. Rasa sakit menunjukkan adanya
peradangan/pembengkakan. Bisa juga dengan menanyakan kepada pasien ada rasa
nyeri atau tidak
4
d. Bibir : asimetris, ukuran sedang, tonus otot sedang
• Bibir yang tidak simetris akan mempengaruhi faktor estetis dalam pembuatan
gigi tiruan.
• Tonus otot bibir akan memengaruhi penentuan garis-garis orientasi.
• Tonus bibir yang kuat akan memengaruhi kestabilan gigi tiruan
Pemeriksaan:
(1) Bentuk bibir, diperiksa secara visual dengan cara menarik garis median wajah
yang terletak pada titik glabella-subnasion-gnation, kemudian bandingkan dan
amati bentuk bibir bagian kanan dan kiri. Adapun titik landmark pada bibir
yang dapat dijadikan panduan yakni: titik lip upper line , titik chelion, titik
stomion, dan titik lip lower line.
(2) Ukuran bibir, diperiksa secara visual dengan menarik garis vertikal imaginer
interpupil dan garis vertikal imaginer alae nasi. Bila, ip < C > al = normal, ip >
C > al = panjang, ip < C < al = pendek.
(3) Tonus otot, diperiksa menggunakan kaca mulut yang diletakkan di dasar
vestibulum, kemudian pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
penelanan, lalu dirasakan kekencangan ototnya. Bila otot terasa kencang =
hipertonus, normal = sedang, dan lemah = hipotonu. Dapat pula diperiksa
dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan penelanan, lalu
amati secara visual. (a) kuat, bila saat melakukan gerakan penelanan bibir atas
dan bibir bawah pasien mengatup dengan mudah dan bibir telihat tebal. (b)
sedang, bila saat melakukan gerakan penenlanan, tidak terlihat adanya
kontraksi/kesulitan pada pasien dan bibir seakan-akan terlihat normal (tidak
sedang melakukan gerakan penelanan). (c) lemah, bila saat melakukan gerakan
penelanan pasien terlihat kesulitan mengatupkan bibir atas dan bawahnya,
terlihat adanya kontraksi berlebih dan dalam keadaan rileks mulut pasien
terbuka.
5
2. Intra oral:
a. Bentuk lengkung RA : Persegi
Terdapat bagian yang hampir sejajar sisi kiri dan sisi
kanan
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Terdapat bagian yang membulat di daerah anterior
dan posterior
Bentuk lengkung berpengaruh terhadap kemantapan dan kekokohan gigi tiruan.
Yang persegi dan membulat lebih kokoh dibanding dengan yang lancip.
Pemeriksaan:
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat langsung ke dalam rongga
mulut pasien maupun menggunakan model studi. Dilihat:
(1) Square/ persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar
dengan bentuk lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar.
(2) Ovoid/ lonjong, apabila bentuk lengkung anterior dan bentuk lengkung
posterior melengkung.
(3) Tapered/ lancip, apabila bentuk lengkung anterior lebih kecil dibandingkan
bentuk lengkung posterior maka, berbentuk lancip.
6
Pemeriksaan ukuran lengkung rahang yang terlihat
besar dan disesuaikan pada saat penggunaan sendok
cetak (Stock Tray no. 1) yang dikategorikan ukuran
besar
c. Bentuk linggir RA : Bulbous (anterior gigi 13 dan 24); Lonjong (Posterior)
Permukaan linggir di anterior bentuknya membesar
atau melebar di puncaknya sehingga dapat menahan
daya kunyah tetapi adanya gerong akan menyulitkan
dan menimbulkan rasa sakit pada saat geligi tiruan
dipasang ataupun saat dilepas sehingga harus
dikoreksi secara bedah.
Permukaan linggir di posterior bentuk bagian bukal
sejajar dengan linggir bagian palatal, berbentuk
seperti “ U’’ terbalik.
Bentuk linggir RB : Bulbous (anterior); Lancip (posterior kanan); Lonjong
(posterior kiri)
Permukaan linggir anterior bentuknya membesar atau
melebar dipuncaknya sehingga dapat menahan daya
kunyah tetapi adanya gering akan menyulitkan dan
menimbulkan rasa sakit pada saat geligi tiruan
dipasang ataupun saat dilepas sehingga harus
dikoreksi secara bedah.
Permukaan linggir di posterior kanan bentuknya
berpuncak sempit sehingga kurang menguntungkan.
Gigi tiruan yang dipasang akan menimbulkan rasa
sakit, karena mukoperiosteum sekitar linggir terasa
terjepit. Untuk mengatasinya dapat dilakukan
peredaan pada bagian anatomi landasan di daerah
sekitar.
Permukaaan linggir di posterior kiri bagian bukal
sejajar dengan linggir bagian palatal, bentuknya
seperti huruf “U’ terbalik.
7
d. Ukuran linggir RA : Sedang
Permukaan linggir rahang atas berukuran sedang.
Permukaan linggir dapat mempengaruhi kekokohan
dan kemantapan gigi tiruan.
Ukuran linggir RB : Rendah
Permukaan linggir rahang bawah berukuran rendah.
Permukaan linggir dapat mempengaruhi kekokohan
dan kemantapan gigi tiruan.
e. Hubungan RA-RB : -.
f. Kesejajaran linggir RA/RB: -
g. Ruang antar maksila : -
h. Ruang antar alveolar : Sedang
Ruang antar alveolar adalah jarak antara lingir rahang
atas dan lingir rahang bawah. Jarak normal antara 10-
15 mm. Makin dekat permukaan lingir ke bidang
oklusal gigi tiruan makin kokoh gigi tiruan. Kalau
jarak ini terlalu besar mudah terjadi ungkitan
terutama pada rahang bawah.
Pemeriksaan:
Dilakukan dengan menginstruksikan pasien dalam
posisi istirahat kemudian diukur menggunakan jangka
sorong puncak alveolar rahang atas ke puncak
alveolar rahang bawah. Hasil pengukuran:
(1) besar, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke
puncak alveolar rahang bawah > 15 mm,
(2) sedang, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke
puncak alveolar rahang bawah 10-15 mm,
(3) kecil, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke
puncak alveolar rahang bawah < 10 mm.
8
i. Tuberositas kanan : sedang
Tuberositas kiri : sedang
• Bagian terdistal dari puncak linggir RA
• Jika terlalu besar sampai menyentuh linggir RB akan
menyulitkan penyusunan gigi tiruan.
• Bentuk yang besar dapat membantu menambah
retensi.
• Bila terdapat di kedua sisi akan menyebabkan
kesulitan dalam memasang dan melepaskan gigi
tiruan.
Pemeriksaan:
Dilakukan menggunakan kaca mulut no. 3 yang
diletakkan tegak lurus pada bagian vestibulum.
(1) besar, apabila seluruh kaca mulut terbenam,
(2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan
(3) kecil, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang
terbenam.
j. Exostosis : sedang di region 13,24,41,42,43
Tonjolan tulang bisa berbentuk membulat atau
tajam.Yang membulat biasanya terdapat di palatum
atau di lingual rahang bawah. Yang tajam biasanya
sisa pencabutan gigi, sehingga harus dihaluskan
sebelum pembuatan gigi tiruan karena akan
menyebabkan rasa sakit. Tonjolan tulang membulat
bisa berupa torus palatinus maupun tonus
mandibularis.
Pemeriksaan:
Exositosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus
alveolaris yang disebabkan karena tindakan
pencabutan gigi, bagian ini bila diraba terasa sakit dan
tidak dapat digerakan. Pemeriksaannya dengan cara
melakukan palpasi pada seluruh permukaan linggir
baik di region anterior maupun posterior.
9
k. Torus palatina : tidak ada
Torus mandibula : tidak ada
• Tonjolan ini merupakan kelainan konginetal
dengan permukaan licin dan tidak begitu sakit seperti
pada exostosis. Torus terletak pada tempat-tempat
tertentu dan terletak secara simetris, seperti pada garis
tengah palatum sehingga disebut torus palatinus.
Kelainan ini juga dapat dijumpai pada region lingual
premolar bawah dan disebut torus mandibularis.
• Penonjolan tulang seperti ini merupakan
hambatan utama bagi kenyamanan pemakaian geligi
tiruan, karena mukosa yang terdapat di atas torus pada
umumnya tipis dan mudah kena trauma. Pada rahang
atas, daerah torus biasanya dirilif atau bila hal ini tidak
mungkin dilakukan, bagian ini di bebaskan dari
penutupan plat protesa. Sedangkan torus mandibularis
biasanya bilateral, pada permukaan lingual dari rahang
bawah di daerah bicuspid/ premolar dan molar. Rilif
pada palatum bertujuan sebagai stabilisasi (pertahanan
kedudukan dari arah horizontal). Rilif dapat dibagi
menjadi dua yaitu rilief of pain (menghindari rasa
sakit) dan rilief of chumber (sebagai stabilisasi).
• Torus palatinus biasanya terdapat di tengah
palatum, bila terlalu besar akan mengganggu
pembuatan landasan gigi tiruan terutama yang
melewati garis getar. Juga akan menghilangkan retensi
atmosferik di bagian postdam.
• Torus mandibularis terdapat di rahang bawah.
Pada penderita bruxism, torus mandibularis dapat
menyebar di daerah lingual dan bukal. Adanya torus
tersebut dapat mengganggu pembuatan gigi tiruan.
10
Pemeriksaan:
Torus palatina merupakan tonjolan tulang pada garis
tengah palatum sedangkan ptorus mandibular
melrupakan tonjolan tulang pada dasar mulut yang
biasanya terletak di region P1 dan P2 rahang bawah.
Pemeriksaan dilakukan menggunakan instrument
burnisher dengan menekan beberapa tempat sehingga
dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan.
l. Palatum lunak : Kelas I
Gerakan : aktif
Pemeriksaan:
Dilakukan dengan cara pasien diminta untuk
mengucapkan huruf A secara berulang kali kemudian
dengan kaca mulut lidah di tekan kemudian diamati
kurva getar/kurva A yang terletak di daerah perbatasan
antara palatum keras dengan palatum lunak. Lalu
secara visual dapat ditentukan lereng landasan dari
palatum lunak nya. Palatum lunak dapat di
kategorikan:
(1) klas I, apabila lereng landasan palatum mole
rendah, 0-15°
(2) klas II, apabila lereng landasan palatum mole
sedang atau > 45°, dan
(3)klas II, apabila lereng landasan palatum panjang
atau menyentuh kerongkongan dengan sudut > 60°.
Untuk pemeriksaan gerakan palatum lunak
dikategorikan (1) aktif, apabila gerakannya cepat, (2)
sedang, apabila gerakannya stabil atau continuous, dan
(3) pasif, apabila gerakannya lamban atau cendrung
tidak bergerak. Untuk menentukan batas posterior gigi
tiruan, bila terlalu panjang akan mudah lepas, bila
terlalu pendek akan terjadi kebocoran.
11
Gambar. Klasifikasi pada palatum lunak
12
n. Frenulum labialis RA : sedang
Frenulum bukalis kanan : sedang
Frenulum bukalis kiri : sedang
Frenulum labialis RB : rendah
Frenulum lingualis : rendah
Frenulum bukalis kanan : rendah
Frenulum bukalis kiri : rendah
• Menentukan panjang perluasan landasan.
•Landasan yang menutupi frenulum akan
mengakibatkan gigi tiruan tidak retentif dan tidak
stabil, tetapi bila menutupinya tidak terlalu banyak
gigi tiruan akan retentif tapi lama kelamaan akan
terjadi luka pada frenulum.
• Peninggian frenulum dilakukan dengan frenektomi.
Pemeriksaan:
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3
kemudian dimasukkan kedalam vestibulum labial,
bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal tegak
lurus. Kemudian bagian labial, bukal, dan lingual di
retraksi hingga terlihat dengan jelas perlekatan
frenulumnya. Pemeriksaan visual frenulum
dikategorikan menjadi
(1) tinggi, apabila perlekatan frenulum hampir sampai
ke puncak linggir,
(2) sedang, apabila perlekatan frenulum berada
ditengah antara puncak linggir dengan mukobukal
fold, dan
(3) rendah, apabila perlekatan frenulum berada pada
mukobukal fold.
13
o. Tahanan jaringan : sedang
• Ketebalan jaringan mukosa yang akan dijadikan
landasan gigi tiruan.
• Perbedaan tahanan jaringan akan menyebabkan
ketidakstabilan gigi tiruan.
Pemeriksaan :
Dilakukan menggunakan burnisher/kaca mulut dengan
cara menekan daerah ridge edentolus pada bagian
anterior dan posterior. Tahanan jaringan berpengaruh
terhadap cara pencetakan. Perubahan warna menjadi
pucat pada saat ditekan menunjukkan tahan jaringan
yang rendah, sedangkan apabila tidak terjadi
perubahan warna ketika ditekan menunjukkan tahanan
jaringan yang besar.
14
lonjong, apabila bentuk lengkung/dinding palatum
membulat di kedua sisinya, (3) lancip, apabila bentuk
dasar palatum meruncing dan menonjol ke bagian
dalam dalam arah vertikal dan membesar ke bagian
bawah.
Pemeriksaan kedalaman palatum dilakukan
mengunakkan kaca mulut no.3. (1) dalam, apabila
seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½
kaca mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila
kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.
q. Retromylohyoid : sedang
Daerah ini penting untuk retensi geligi tiruan.
Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual di
belakang gigi-gigi molar 2 dan 3 rahang bawah.
Pemeriksaan:
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3
diletakan arah vertikal tegak lurus hingga ke dasar
mulut. Retromylohyoid dikategorikan:
(1) dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam,
(2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan
(3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang
terbenam
15
yang akurat. Namun cara lain juga dapat digunakan
yakni dengan mengunakan kaca mulut yang diusapkan
ke dalam rongga mulut (dapat diusapkan pada bagian
lidah, dasar mulut, dan bukal) kemudian dilihat secara
visual konsistensinya,
(1) kental, apabila konsistensi ludah terlihat liat atau
likat,
(2) sedang, apabila terdapat buih-buih/gelembung-
gelembung pada ludah,
(3) encer, apabila konsistensi ludah cair.
Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan
pencetakan atau melalui sapuan kaca mulut serta
instruksi meludah yang diberikan kepada
pasien.Volume ludah dikategorikan menjadi banyak,
sedang, dan sedikit.
s. Refleks muntah : kecil
Diperiksa dengan cara menempatkan kaca mulut di
daerah posterior palatum keras (trigger area). Pasien
dengan refleks yang tinggi akan langsung bereaksi.
Refleks muntah yang tinggi akan mengganggu
pencetakan.
Pemeriksaan:
Refleks muntah dapat diketahui ketika dilakukan
pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Refleks
muntah yang besar akan menyulitkan ketika
dilakukan pencetakan. Adapun cara mengurangi
refleks muntah yang besar yaitu dengan,
menginstruksikan pasien untuk berkumur air dingin,
menyemprotkan cairan anastetikum ke daerah paltum
mole, pengalihan melalui hipnosis maupun
melakukan komunikasi yang baik antara dokter-
pasien agar pasien merasa nyaman.
16
t. Lidah, ukuran : sedang
Gerakan lidah : sedang
Pemeriksaan lidah meliputi ukuran dan aktivitasnya.
Ukuran lidah bisa normal, mikroglosia atau
makroglosia. Ada lidah yang pasif dan ada juga yang
luar biasa aktif.
Lidah normal cukup besar tetapi tidak berlebihan
mengisi dasar mulut, dengan ujungnya yang berada
sedikit dibawah tepi insisal gigi-gigi anterior bawah.
Tepi lateral lidah normal biasanya berkontak dengan
permukaan gigi-gigi posterior. Besar dan posisi lidah
seperti ini paling menguntungkan untuk penutupan
tepi protesa.
Besar jika ujung lidah melewati atas tepi insisal
gigi RB (jika bergigi) dan menutupi dasar mulut
Sedang jika ujung lidah berada diantara insisal
gigi (jika bergigi) dan residual ridge serta menutupi
dasar mulut
Kecil jika ujung lidah berada kira-kira sejajar
atau kurang dari residual ridge (puncak tertinggi
alveolar).
Makroglossia: menutupi dasar mulut dan juga
prosesus alveolar yang telah ditinggalkan geligi. Pada
rahang bawah yang masih bergigi makroglossia
mudah dikenal karena adanya indentesi gigi pada
permukaan lateral lidah. Pencetakkan sukar dilakukan
pada penderita dengan tipe lidah seperti ini. Stabilisasi
protesa sulit pula dicapai, karena lidah yang besar
akan cenderung menggerakkan geligi tiruan pada
setiap gerakannya.
Mikroglossia lidah yang kecil juga tidak
memberikan penutup tepi yang memadai untuk protesa
rahang bawah. Aktivitas lidah diperiksa dengan cara
17
menyentuh sebuah alat ke salah satu bagiannya. Pada
lidah yang aktif, sentuhan ringan saja sudah akan
menyebabkan gerakan yang aktif. Aktifitas lidah
biasanya mempengaruhi retensi geligi tiruan.
Pemeriksaan:
Dilakukan secara visual dengan mengamati ukuran
dan gerakan lidah pasien. Ukuran lidah dikategorikan
(1) besar, apabila menutupi dasar mulut dan juga
prosesus alveolaris yang telah ditinggali gigi-giginya,
(2) sedang, apabila lidah tidak berlebihan mengisi
lengkung gigi, tepi lateral lidah berkontak dengan
permukaan linggir posterior dan ujung lidah berada
sedikit di bawah tepi linggir anterior, (3) kecil, apabila
ukuran lidah lebih kecil dari lengkung linggir dan
terletak lebih kebawah hingga ke dasar mulut.
Gerakan lidah dapat diperiksa dengan cara
menyentuhkan instrument tertentu ke salah satu bagian
lidah. Lidah yang aktif akan peka dan melakukan
gerakan yang aktif. Kategori gerakan lidah (1) aktif,
apabila lidah bergerak dengan cepat dan sulit
dikendalikan, (2) sedang, apabila gerakan dapat
dikendalikan dan, (3) pasif, apabila gerakan lamban
dan cendrung tanpa gerakan.
18
5. Status Gigi-Geligi
X X X X X X X X X X X X X X X X
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
X X X X X X X X X X X X X X X X
Keterangan:
X : gigi yang telah hilang
D. DIAGNOSIS KLINIK
Edentulous gigi rahang atas dan rahang bawah
E. INDIKASI PERAWATAN
Gigi Tiruan Penuh.
F. PROSEDUR PERAWATAN
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian kartu status prostodonsia yang terdiri dari
data demografi pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif, diagnosis, rencana perawatan,
alternatif rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang diagnosis, yakni edentulous
rahang atas dan rahang bawah serta rencana perawatan yang akan dilakukan yakni
pembuatan gigi tiruan penuh lepasan dari baham akrilik pada rahang atas dan rahang
bawah. Pasien juga diberitahukan tentang waktu kunjungan yang akan dilakukan.
Informasi ini diberikan dan pasien setuju.
2. Pencetakan Pendahuluan RA dan RB sebagai model studi.
- Setelah pasien diindikasi dan setuju untuk dibuatkan gigi tiruan penuh, tahap
selanjutnya adalah pencetakan pendahuluan dengna menggunakan edentulous
perforated stock tray. Sebelum pencetakan, sendok cetak dicobakan terlebih dahulu
dan dipilih yang paling sesuai dengan ukuran rahang pasien. Pasien menggunakan
19
sendok cetak sediaan nomor 1 dengan bahan cetak irreversible hydrocolloid
(alginate) dan cetak dengan teknik mukostatik.
Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah sebagai
berikut:2
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien. Atur
ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien sejajar dengan
bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien sejajar dengan siku
operator.
20
- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien dengan
cara mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor terbesar. Sendok
cetak harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakan dalam mulut harus
ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk rahang atas sendok cetak harus mencapai
batas palatum lunak dank keras serta hamular notch sedangkan untuk rahang bawah
harus mencapai retromolar pad. Pada kasus ini pasien menggunakan sendok ukuran S
untuk RA & RB.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien. Saat
mencetak RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan pasien.
21
- Untuk rahang atas masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan
secara vertikal arah keatas, instruksikan pasien untuk mengerutkan bibir sekuatnya.
Sedangkan untunk rahang bawah masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan
penekanan secara vertikal arah bawah, instruksikan pasien untuk mengangkat lidah.
Pertahankan posisi sampai bahan mengeras.
- Setelah adonan mengeras (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak dari
mulut pasien dengan cara jari telunjuk dimasukan kedalam rongga mulut untuk
membantu melepaskan sendok cetak. Cuci bersih pada air mengalir untuk
menghilangkan kotoran/saliva yang menempel.
- Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah ada
bagian yang terlalu tertekan ataupun ada landmark anatomi yang tidak tercetak.
22
- Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan boxing
karet segi tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris) agar dapat digunakan
sebagai model studi.
3. Perawatan Pendahuluan
- Melakukan mouth preparation, mencakup: Pasien dikonsul di bagian Bedah Mulut
untuk dilakukan alveolektomi pada eksostosis di daerah maksila di region gigi 14 dan
23 dan anterior mandibula.
23
Desain Rahang Atas Desain Rahang Bawah
1
2
Keterangan :
RA RB
1. Plat akrilik 1. Plat akrilik
2. Elemen GT 2. Elemen GT
24
shellac dipotong dengan menggunakan gunting atau pisau malam saat masih dalam
keadaaan lunak sesuai dengan gambar desain tadi.
5) Setelah itu, dibuat pegangan pada sendok cetak perorangan tersebut.
6) Sendok cetak individual dicobakan ke dalam mulut pasien dan dilakukan muscle
trimming yaitu pembentukan pinggiran sekitar rongga mulut dan batas posterior untuk
rahang atas dengan menggunakan greenstick compound.
- Pada rahang atas, panaskan green stick dengan menggunakan lampu spritus,
rendam sebentar ke dalam air selama beberapa detik agar pasien tidak merasakan
panas dari green stick yang sudah dilunakkan dan agar green stick tidak terlalu
cair. Pertama daerah sayap bukal dibentuk dengan green stick, dimulai dari ujung
distal termasuk hamular notch ke frenulum bukalis. Lunakkan kembali green
stick, masukkan ke dalam mulut dan pasien diminta untuk membuka mulut lebar-
lebar, menggerakkan rahang ke kanan-kiri. Kemudian daerah frenulum bukalis
secara unilateral. Tarik pipi ke luar, ke bawah kemudian ke depan dan ke
belakang. Pekerjaan ini diulangi pada sisi yang berlawanan. Lunakkan kembali
green stick daerah frenulum bukalis secara unilateral. Daerah sayap labial
dilakukan secara unilateral. Lunakkan green stick dan tarik bibir ke luar dan ke
bawah. Lunakkan green stick untuk daerah frenulum labialis serta tarik bibir atas
ke depan.
- Pada rahang bawah (15 Desember 2015), panaskan green stick dengan
menggunakan lampu spritus, rendam sebentar ke dalam air selama beberapa detik
agar pasien tidak merasakan panas dari green stick yang sudah dilunakkan dan
agar green stick tidak terlalu cair. Pertama dibentuk dengan green stick adalah tepi
bukal dan area buccal shelf. Lunakkan green stick, masukkan ke dalam mulut,
fiksasi sendok cetak dan minta pasien untuk membuka mulut lebar-lebar
kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter ini dilakukan
bilateral. Kemudian daerah distolingual dan postmylohyoid dibentuk secara
bilateral, lunakkan green stick, masukkan ke dalam mulut dan anjurkan pasien
untuk meletakkkan lidah di distal palatum kemudian ke vestibulum bukalis kanan
dan kiri dan daerah sayap lingual dibuat sekaligus. Penderita diminta untuk
meletakkan ujung lidah pada palatum anterior kemudian membasahi bibir atas
25
dengan ujung lidah. Daerah sayap labial dilakukan secara unilateral karena bila
dilakukan bilateral bibir akan mempengaruhinya.
7) Buat lubang pada SC individual dengan bur bulat no. 3 pada daerah palatum, berjarak
4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih
karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada
jaringan pendukungnya
26
Gambar. Hasil cetakan dengan lightbody
Vibrating Line
9) Selanjutnya hasil cetakan di boxing. Caranya dibuat dinding dari lembaran malam
sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi cetakan. Sekeliling tepi batas
cetakan diberi bedding wax yang tebalnya 5 mm, dengan jarak batas tepi cetakan
dengan bedding wax 3 mm. Pada bagian posterior rahang atas tak terdapat batas tepi
maka sebagai gantinya garis “A” dianggap sebagai batas tepi cetakan. Jarak antara
batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam boxing paling tinggi 13
mm.
27
Gambar. Bedding wax
10) Kemudian cetakan akhir dicor dengan stone gips. Untuk working model rahang atas,
nantinya akan dilakukan pengerokan di bagian posterior sebagai pedoman untuk
pembuatan postdam.
28
8. Pembuatan base plate dan bite rim
1) Membuat base plate1
a. Membuat gambar desain geligi tiruan penuh pada model kerja, berdasarkan pada
batas tepi dengan memperhatikan daerah mukosa yang bergerak dan tidak bergerak.
b. Selanjutnya shellac base plate dilunakkan dengan lampu spiritus, lalu diletakkan di
atas model kerja dan ditekan dengan bantuan handuk basah.
c. Sisa shellac base plate yang melebihi batas tepi dibuang dengan pisau malam.
d. Untuk mendapatkan adaptasi yang baik, batasan tepi dari shellac base plate dilapisi
dengan malam.
2) Pembuatan bite rim1
a. Ambil selembar malam, lalu lunakkan di atas lampu spiritus.
b. Pertama-tama kita lunakkan sebelah sisi, kemudian sisi ini kita gulung.
c. Lembaran malam dipanasi lagi, lalu digulung lagi sampai membentuk sebuah
silinder.
d. Harus diperhatikan bahwa setiap gulungan melekat satu dengan lainnya.
e. Gulungan malam yang berbentuk silinder dibuat bentuk tapal kuda dan disesuaikan
dengan daerah tak bergigi dengan tebal 12 mm untuk daerah anterior dan 10-11 mm
untuk daerah posterior, sedangkan lebarnya 4 mm untuk daerah anterior dan 6 mm
untuk daerah posterior.
3) Bite rim yang telah dibuat tadi diletakkan di atas base plate dengan patokan
a. Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada tanggul malam sehingga garis
puncak linggir rahang letaknya pada tanggul malam rahang atas yaitu bagian bukal
: bagian palatal = 2 :1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di bagian palatal),
b. dan pada tanggul malam rahang bawah yaitu bagian bukal : bagian lingual = 1:1 (3
mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian lingual).
c. Panjang bite rim sampai bagian distal gigi Molar 2.Selanjutnya, kontur bagian
bukal bite rim dirapikan dengan menggunakan pisau malam.
29
Gambar Basis dan Bite Rim
9. Melakukan uji coba bite rim rahang atas dan bawah pada pasien
(02 Februari 2016)
1) Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu bite rim rahang atas dimasukkan ke
dalam mulut pasien dan dilakukan uji coba bite rim rahang atas dengan pedoman :1,3
Adaptasi base plate;
Base plate harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas ataupun bergerak karena
akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.Permukaan base plate harus merapat
dengan jaringan pendukung.Tepi base plate tidak boleh terlalu panjang atau terlalu
pendek.
30
Dukungan bibir dan pipi;
Pasien harus tampak normal seakan-akan seperti bergigi.Penilaiannya : sulkus naso-
labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau hilang alurnya.Bibir dan
pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
Panjang bite rim;
Sebagai pedoman ketebalan bite rim rahang atas anterior adalah “low lip line” yaitu
pada saat pasien istirahat, garis incisal bite rim atas setinggi garis bawah bibir atas
dilihat dari depan dan dilihat dari lateral sejajar garis ala nasi-tragus. Sedangkan pada
saat pasien tersenyum, garis incisal bite rim atas ini terlihat 1-2 mm di bawah sudut
bibir.
Mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
Pertama-tama, kita cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :
1. Bagian anterior dengan garis pupil.
2. Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke tragus atau
porion, dengan caramenarik benang katun yang telah dihubungkan dengan gelang
karet pada kedua ujungnya. Selanjutnya gelang karet tersebut dikaitkan pada daun
telinga kanan dan kiri(tragus) sedangkan benang katun diposisikan pada sub nasal.
Selanjutnya, dibuat penyesuaian pada bite rim rahang atas sehingga diperoleh
kesejajaran terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite
gauge.Penyesuaian untuk bite rim rahang atas, hanya dilakukan melalui panambahan
atau pengurangan bite rim bagian posterior.
2) Setelah uji coba bite rim rahang atas, selanjutnya dilakukan uji coba bite rim rahang
bawah dengan pedoman :
Adaptasi base plate
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam di tempat, tidak boleh mudah
lepas /bergerak.
Bite rim, yang harus diperhatikan ialah :
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada celah)
dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukal bite rim rahang bawah harus sebidang dengan bite rim
rahang atas. Bila kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan
harus ditambah.
- Tarik garis median pada bite rim sesuai dengan garis median pasien.
31
10. Penentuan dimensi vertical
5 Maret 2016
Pada pasien geligi tiruan penuh, dimensi vertikalnya telah hilang, sehingga harus
dilakukan pencarian kembali dengan menggunakan rumus :1
68 mm = 71 mm – 3 mm
1) Pertama-tama kita ukur dimensi vertikal pasien dalam keadaan istirahat dengan bite
rim rahang atas dalam mulut.
2) Mengukur DVI caranya dengan menentukan dua titik yaitu pada subnasiondan
gnation (harus segaris jika dihubungkan), minta pasien untuk melakukan instruksi
sebagai berikut: (a) menelan ludah kemudian otot-otot rahang dalam keadaan rileks,
(b) buka tutup mulut pasien sampai pasien agak lelah sekitar 4-5 kali buka tutup mulut
sudah bisa diperoleh, (c) mengucapkan huruf “M” tapi pengukuran dilakukan pada
saat huruf selesai disebutkan ketika bibir atas dan bawah mengatup ringan.
3) Selanjutnya, hasil pengukuran tersebut dimensi vertikal saat istirahat dikurangi
denganfree way space (besar free way space antara 2-4 mm) untuk memperoleh besar
dimensi vertikal oklusi (DVO).
4) Kemudian, bite rim atas dan bawah dimasukkan kembali ke dalam mulut,lalu pasien
diminta menelan dan mengigit dalam oklusi sentris, kemudiandilakukan pengukuran
dimensi vertikal oklusi kembali.
5) Penderita harus mengambil physiological rest posisition saat bite rim dimasukkan ke
dalam mulut tanpa mengganggu posisi istirahat; bibir penderita dibuka perlahan-lahan
untuk melihat apakah ada ruang bebas antara bite rim atas dan bawah; yang biasanya
2-4 mm.
6) Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian bite rim rahang bawah harus
dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali bila memerlukan
pengurangan yang banyak, barulah bite rim rahang atas bisa dikurangi.
7) Pengurangan bite rim rahang atas harus hati-hati, jangan sampai kehilangan
kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.
32
8) Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan bite rim rahang
bawah dengan menggunakan lembaran malam supaya ketebalannya merata dan tidak
mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
9) Jangan sekali-kali menambah bite rim rahang atas, karena akan menambah garis
incisal yang telah kita tentukan.
34
2) Menentukan bentuk, warna dan ukuran elemen gigi tiruan.
3 Mei 2016
a. Pemilihan elemen berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien
untuk menentukan warnanya dan tingkat kehausannya.
b. Sedangkan ukuran elemen disesuaikan dengan garis orientasi pada bite rim.
c. Bentuk elemen yang dipilih yaitu persegi dan sudut distalnya persegi sesuai dengan
bentuk muka pasien.
d. Warna elemen yang dipilih yaitu agak kekuningan karena makin lanjut umur pasien
biasanya warna gigi makin tua dan gigi makin aus.
e. Bahan yang digunakan pada kasus ini adalah elemen berbahan akrilik.
35
Ukuran elemen bervariasi sesuai dengan garis orientasi :
a. Elemen anterior
- Garis senyum-garis orientasi insisal untuk panjang elemen yaitu sama dengan
2/3 panjang elemen incisivus sentral atas.
- Jarak distal kaninus kiri kanan = jumlah lebar keenam elemen anterior atas.
- Garis ala nasi berhimpit dengan poros elemen kaninus atas.
b. Elemen posterior
- Panjang elemen disesuaikan dengan jarak antara linggir rahang.
- Gigi yang diganti maksimal sampai Molar 2, diukur dari distal kaninus sampai
batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko-lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio-distalnya sehingga
bentuknya sebanding.
36
Penyususan elemen dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan elemen anterior atas,
elemen anterior bawah, elemen posterior atas, elemen M-1 bawah dan elemen posterior
bawah lainnya.Penyusunan elemen harus memperhatikan :1
- Curve of Spee ke arah anterior-posterior dan curve ofWilson ke arah lateral kiri dan
kanan dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, inklinasi anterio-posterior atau
inklinasi labio/bukopalatal/lingual sesuai dengan letak bite rim.
37
Gambar Poros Gigi (Inklinasi Mesio-Distal) dan Inklinasi Labio-Palatal Rahang Atas dan Bawah
Gambar. (Kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-I atas
38
b. Incisivus lateralis superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
-Long axisnya membentuk sudut 80°
- Insisal edge menggantung dan berjarak 1 mm dari bite rim bawah
- Bagian mesio-insisal berkontak dengan facies distalis incisivum central
superior
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior
- Bagian servikal condong lebih ke palatal
3. Tampak oklusal
- tepi insisal terletak di atas linggir rahang.
Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi antero-poterior gigi I-2 atas
c. Caninus superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
-Sumbu gigi sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line atau paling
condong garis luar distal tegak lurus bidang oklusi/ meja artikulator
-Puncak cups menyentuh bidang oklusi
-Sisi mesio-insisal berkontak dengan sisi disto-insisal insisivum lateralis
superior.
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior
-Bagian servikal tampak lebih menonjol dan ujung cusp lebih ke palatal dan
menyentuh bidang orientasi.
3. Tampak oklusal
-Ujung cusp terletak di atas linggir rahang
39
Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinsai anteroposterior gigi caninus atas (kanan)
Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior gigi I – I bawah (kanan)
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior : long axis tegak lurus bidang oklusal, bagian tepi
insisal dan bagian servikal sama jaraknya, tepi insisal 1-2 mm di atas bidang
oklusalBagian servikalnya lebih kearah lingual.
Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior gigi I-2 bawah (kanan)
c. Caninus inferior
1. Tampak labial
Inklinasi mesio-distal : long axisnya miring/paling condong garis luar
distalnya tegak lurus bidang oklusal
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior : gigi condong ke lingual/bagian servikal menonjol
serta dilihat dari bidang oklusal ujung cusp terletak di atas linggir rahang.
Ujung cusp berada diantara gigi-gigi caninus superior dan incisivus lateralis
superior
41
15. Tryin Gigi Tiruan Malam ke Dalam Mulut Pasien (Anterior)
Memperhatikan hal-hal berikut:
- Cek garis median
- Lihat tepi sayap dari malam apakah sudah tepat dan sudah melekat ke mukosa.
- Cek oklusi gigi anterior.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.
42
1. Bidang horizontal, tempat disusunnya gigi-gigi premolar superior pertama dan
premolar superior kedua.
2. Oblique plane, tempat disusunnya gigi-gigi molar superior pertama dan molar superior
kedua.
Gambar. Kurva posterior (A) bidang datar horizontal (B) bidang oblique
43
b. Premolar superior kedua
1. Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
2. Inklinasi antero-posterior : Kedua tonjol menyentuh bidang oklusal
Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior gigi P-2 atas
44
superior pertama disamping ketentuan-ketentuan diatas, untuk pemasangan gigi-
gigi posterior rahang atas juga harus memenuhi adanya antero-posterior curve dan
lateral curve.
Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior (kanan) gigi M-2 atas
45
Gambar. (A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas berasada pada
mesiobukal developmental groove M-1 bawah
2. Inklinasi antero-posterior :
- Cusp bukal berada di fosa sentral gigi antara P1 dan P2 superior
- Terlihat adanya overbite dan overjet
- Dari bidang oklusal cusp bukalnya berada di atas linggir rahang.
Gambar 60. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior (kanan) gigi P-2 bawah
46
- Garis inklinasi mesio bukalnya kontak dengan garis tepi pada tonjol disto
bukal molar superior pertama
Gambar 60. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-2 bawah
Gambar 61. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 bawah
48
Gambar. Try in posterior
18. Membentuk kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring) sedemikian rupa
untuk memenuhi tujuan estetik, retensi dan fonetik serta kebutuhan kesehatan.
Setelah proses wax countouring, model ditunjukkan terlebih dahulu kepada instruktur.
Selanjutnya dilakukan flasking, packing, curing, deflasking dan pemolesan di
laboratorium.
49
19. Tahap Insersi GTP
09 Juni 2016
Sebelum insersi gigi tiruan, operator harus memeriksa apakah gigi tiruan benar-benar
telah dibuat dengan baik oleh tekniker, beberapa hal yang perlu diperhatikan :
- Permukaan dalam tidak boleh memperlihatkan bentuk yang tidak teratur (kasar) yang
tidak terdapat dalam mulut.
- Memeriksa seluruh bagian perifer dan menguranginya jika ada kelebihan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi GTP ke dalam mulut pasien yaitu:
- Retensi
- Saat GTP dicobakan ke dalam mulut, harus dilihat apakah GTP sudah memiliki
retensi yang cukup dengan memperhatikan adaptasi dari tepi-tepi GTP terhadap
jaringan mulut.Jika terdapat daerah yang sakit saat GTP dimasukkan dalam mulut
(belum boleh dioklusikan) buat PIP (Pressure Indicator Paste) untuk mengetahui
dimana letak rasa sakitnya. PIP dibuat dengan mencampur Fletcher dan minyak
zaitun sampai terbentuk pasta, aplikasikan dengan kuas kecil ke permukaan cetakan
(bagian dalam gigi tiruan), masukkan ke dalam mulut dan keluarkan (tidak boleh
beroklusi, harus per rahang), daerah yang sakit dan menekan akan terbukti dengan
hilangnya pasta, ambil daerah tersebut atau bebaskan dari penekanan dengan
mengurangi basis menggunakan fresher stone.
- Pemeriksaan oklusi, artikulasi dan stabilitas
12 Juni 2016
Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan antero-
posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakan antara gigi atas dan
bawah kemudian pasien diminta melakukan gerakan pengunyahan 3 sampai 4 kali.
50
Titik-titik dimana terjadi kontak oklusal pada permukaan gigi dapat dilihat setelah
kertas artikulasi di angkat. Pada keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara
semua gigi asli maupun gigi tiruan
Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi
tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat
tes ini.
- Pemeriksaan estetik dan fonetik.
Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat kepada pasien yang
dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian pasien diminta
untuk mencoba memasang alat sendiri tanpa bantuan operator.
51
Pada saat kontrol, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan
subjektif menyangkut kepuasan pasien serta ada tidaknya keluhan pasien terhadap GTP
tersebut seperti saat GTP digunakan untuk fungsi pengunyahan, sedangkan pada
pemeriksaan objektif menyangkut pemeriksaan terhadap retensi, stabilitas, mengecek
oklusi fungsi pengunyahan dari pasien serta melihat fungsi fonetik serta ada tidaknya
peradangan atau luka pada mukosa.Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan
rongga mulut maupun gigi tiruannya.
52