Anda di halaman 1dari 52

CASE REPORT SESSION

Gigi Tiruan Penuh

A. IDENTITAS
No. Kartu : P.8681
Nama Pasien : Erens Pinontoan
Umur : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki

B. KASUS
Seorang pasien laki – laki berusia 73 tahun yang berdomisili di Desa Kaasar, datang ke klinik
RSGM-PSPDG UNSRAT dengan keluhan ingin mencabut gigi yang sudah goyang.

 Foto Profil

Tanpak depan Tanpak samping


Bentuk muka : mesoprosop
Profil muka : datar

1
 Gambaran Klinis

C. PEMERIKSAAN KLINIS
1. Kondisi Sistemik
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung 
Hiper/hipotensi 
Kelainan darah 
Haemophilia 
Diabetes melitus 
Penyakit ginjal 
Hepatitis 
Penyakit pernafasan 
Kelainan pencernaan 
Epilepsi 
HIV/AIDS 
Alergi obat 
Alergi makanan 
Lainnya 

2
2. Pemeriksaan Ekstra Oral

Tlg.
Fasial Neuromuscular K. Ludah K. Limfe TMJ
Rahang
Deformitas t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Nyeri t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Tumor t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Gangguan
t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Fungsi

3. Riwayat Yang Berhubungan Dengan Gigi


- Lama tidak bergigi : ±5 tahun yang lalu
- Terakhir cabut gigi : 5 bulan yang lalu
- Sebab pencabutan gigi : gigi yang dicabut sudah gangrene pulpa dan terdapat
sisa akar
- Riwayat gigi tiruan : Belum pernah memakai gigi tiruan sebelumnya.

4. Status Lokal
1. Extra oral :
a. Sendi kanan : tidak bengkak, tidak sakit
Sendi kiri : tidak bengkak, tidak sakit.
Pemeriksaan:
Dilakukan secara
(1) Palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari telunjuk ditempatkan pada
kondilus kanan dan kiri pasien (bimanual), kemudian pasien diinstruksikan
membuka dan menutup mulut perlahan-lahan. Rasakan apabila terdapat
lompatan/gerakan tidak teratur.
(2) Auditori, pada saat digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat pula
menggunakan stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik berupa bunyi
klutuk sendi (clicking) atau kretek sendi (crepitasi).

(3) Visual, memperhatikan kondilus ketika bagian ini menggerakan kulit


pelindungnya, bila terdapat kelainan (pembengkakan) maka hentakan/lompatan dapat
terlihat dengan jelas pada regio ini.

3
(4) Nyeri tekan, lakukan palpasi bimanual dengan cara menekan bagian lateral sendi
menggunakan jari kelingking yang ditempatkan kedalam Meatus akustikus eksternus
(MAE) dan menekannya kearah depan. Rasa sakit menunjukkan adanya
peradangan/pembengkakan. Bisa juga dengan menanyakan kepada pasien ada rasa
nyeri atau tidak

b. Pembukaan mulut : sedang


Untuk mengetahui adakah keterbatasan dalam bukaan mulut karena keterbatasan
bukaan mulut menunjukkan gangguan sendi TMJ sehingga Mempengaruhi
pemilihan sendok cetak.
Pemeriksaan:
Pasien diinstruksikan membuka mulut lebar kemudian diukur menggunakan
jangka sorong jarak interinsisal dari tepi insisal central rahang atas ke rahang
bawah dalam satuan mm untuk pasien bergigi sedangkan untuk pasien tidak
bergigi diukur dari puncak linggir rahang atas ke rahang bawah. Jarak normal
pembukaan mulut:
-Perempuan:35 mm/sedang (untuk pasien bergigi);<35 mm Kecil ; >35 Besar
-Pria : 40 mm /sedang (untuk pasien bergigi) ; <35 mm Kecil ; >35 Besar
-Pasien tidak bergigi : 10-15 mm /sedang ; < 10 mm Kecil ; > 15 mm Besar
c. Gerakan protrusive : lancar
Gerakan lateral kanan : lancar
Gerakan lateral kiri : lancar
Sama seperti bukaan mulut ke arah vertikal, keterbatasan gerakan mulut ke arah
protrusif dan lateral juga menunjukkan adanya gangguan TMJ.
Pemeriksaan:
Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan rahang bawah maju dan mundur serta
kanan dan kiri, kemudian dilihat apakah terdapat hambatan selama pergerakan atau
tidak.

4
d. Bibir : asimetris, ukuran sedang, tonus otot sedang
• Bibir yang tidak simetris akan mempengaruhi faktor estetis dalam pembuatan
gigi tiruan.
• Tonus otot bibir akan memengaruhi penentuan garis-garis orientasi.
• Tonus bibir yang kuat akan memengaruhi kestabilan gigi tiruan
Pemeriksaan:
(1) Bentuk bibir, diperiksa secara visual dengan cara menarik garis median wajah
yang terletak pada titik glabella-subnasion-gnation, kemudian bandingkan dan
amati bentuk bibir bagian kanan dan kiri. Adapun titik landmark pada bibir
yang dapat dijadikan panduan yakni: titik lip upper line , titik chelion, titik
stomion, dan titik lip lower line.
(2) Ukuran bibir, diperiksa secara visual dengan menarik garis vertikal imaginer
interpupil dan garis vertikal imaginer alae nasi. Bila, ip < C > al = normal, ip >
C > al = panjang, ip < C < al = pendek.
(3) Tonus otot, diperiksa menggunakan kaca mulut yang diletakkan di dasar
vestibulum, kemudian pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
penelanan, lalu dirasakan kekencangan ototnya. Bila otot terasa kencang =
hipertonus, normal = sedang, dan lemah = hipotonu. Dapat pula diperiksa
dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan penelanan, lalu
amati secara visual. (a) kuat, bila saat melakukan gerakan penelanan bibir atas
dan bibir bawah pasien mengatup dengan mudah dan bibir telihat tebal. (b)
sedang, bila saat melakukan gerakan penenlanan, tidak terlihat adanya
kontraksi/kesulitan pada pasien dan bibir seakan-akan terlihat normal (tidak
sedang melakukan gerakan penelanan). (c) lemah, bila saat melakukan gerakan
penelanan pasien terlihat kesulitan mengatupkan bibir atas dan bawahnya,
terlihat adanya kontraksi berlebih dan dalam keadaan rileks mulut pasien
terbuka.

5
2. Intra oral:
a. Bentuk lengkung RA : Persegi
Terdapat bagian yang hampir sejajar sisi kiri dan sisi
kanan
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Terdapat bagian yang membulat di daerah anterior
dan posterior
 Bentuk lengkung berpengaruh terhadap kemantapan dan kekokohan gigi tiruan.
 Yang persegi dan membulat lebih kokoh dibanding dengan yang lancip.
Pemeriksaan:
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat langsung ke dalam rongga
mulut pasien maupun menggunakan model studi. Dilihat:
(1) Square/ persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar
dengan bentuk lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar.
(2) Ovoid/ lonjong, apabila bentuk lengkung anterior dan bentuk lengkung
posterior melengkung.
(3) Tapered/ lancip, apabila bentuk lengkung anterior lebih kecil dibandingkan
bentuk lengkung posterior maka, berbentuk lancip.

Gambar. Macam – macam bentuk rahang

b. Ukuran lengkung RA : Besar


Pemeriksaan ukuran lengkung rahang terlihat besar
dan disesuaikan pada saat penggunaan sendok cetak
(Stock tray no. 1) yang dikategorikan ukuran besar
Ukuran lengkung RB : Besar

6
Pemeriksaan ukuran lengkung rahang yang terlihat
besar dan disesuaikan pada saat penggunaan sendok
cetak (Stock Tray no. 1) yang dikategorikan ukuran
besar
c. Bentuk linggir RA : Bulbous (anterior gigi 13 dan 24); Lonjong (Posterior)
Permukaan linggir di anterior bentuknya membesar
atau melebar di puncaknya sehingga dapat menahan
daya kunyah tetapi adanya gerong akan menyulitkan
dan menimbulkan rasa sakit pada saat geligi tiruan
dipasang ataupun saat dilepas sehingga harus
dikoreksi secara bedah.
Permukaan linggir di posterior bentuk bagian bukal
sejajar dengan linggir bagian palatal, berbentuk
seperti “ U’’ terbalik.
Bentuk linggir RB : Bulbous (anterior); Lancip (posterior kanan); Lonjong
(posterior kiri)
Permukaan linggir anterior bentuknya membesar atau
melebar dipuncaknya sehingga dapat menahan daya
kunyah tetapi adanya gering akan menyulitkan dan
menimbulkan rasa sakit pada saat geligi tiruan
dipasang ataupun saat dilepas sehingga harus
dikoreksi secara bedah.
Permukaan linggir di posterior kanan bentuknya
berpuncak sempit sehingga kurang menguntungkan.
Gigi tiruan yang dipasang akan menimbulkan rasa
sakit, karena mukoperiosteum sekitar linggir terasa
terjepit. Untuk mengatasinya dapat dilakukan
peredaan pada bagian anatomi landasan di daerah
sekitar.
Permukaaan linggir di posterior kiri bagian bukal
sejajar dengan linggir bagian palatal, bentuknya
seperti huruf “U’ terbalik.

7
d. Ukuran linggir RA : Sedang
Permukaan linggir rahang atas berukuran sedang.
Permukaan linggir dapat mempengaruhi kekokohan
dan kemantapan gigi tiruan.
Ukuran linggir RB : Rendah
Permukaan linggir rahang bawah berukuran rendah.
Permukaan linggir dapat mempengaruhi kekokohan
dan kemantapan gigi tiruan.
e. Hubungan RA-RB : -.
f. Kesejajaran linggir RA/RB: -
g. Ruang antar maksila : -
h. Ruang antar alveolar : Sedang
Ruang antar alveolar adalah jarak antara lingir rahang
atas dan lingir rahang bawah. Jarak normal antara 10-
15 mm. Makin dekat permukaan lingir ke bidang
oklusal gigi tiruan makin kokoh gigi tiruan. Kalau
jarak ini terlalu besar mudah terjadi ungkitan
terutama pada rahang bawah.
Pemeriksaan:
Dilakukan dengan menginstruksikan pasien dalam
posisi istirahat kemudian diukur menggunakan jangka
sorong puncak alveolar rahang atas ke puncak
alveolar rahang bawah. Hasil pengukuran:
(1) besar, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke
puncak alveolar rahang bawah > 15 mm,
(2) sedang, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke
puncak alveolar rahang bawah 10-15 mm,
(3) kecil, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke
puncak alveolar rahang bawah < 10 mm.

8
i. Tuberositas kanan : sedang
Tuberositas kiri : sedang
• Bagian terdistal dari puncak linggir RA
• Jika terlalu besar sampai menyentuh linggir RB akan
menyulitkan penyusunan gigi tiruan.
• Bentuk yang besar dapat membantu menambah
retensi.
• Bila terdapat di kedua sisi akan menyebabkan
kesulitan dalam memasang dan melepaskan gigi
tiruan.
Pemeriksaan:
Dilakukan menggunakan kaca mulut no. 3 yang
diletakkan tegak lurus pada bagian vestibulum.
(1) besar, apabila seluruh kaca mulut terbenam,
(2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan
(3) kecil, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang
terbenam.
j. Exostosis : sedang di region 13,24,41,42,43
Tonjolan tulang bisa berbentuk membulat atau
tajam.Yang membulat biasanya terdapat di palatum
atau di lingual rahang bawah. Yang tajam biasanya
sisa pencabutan gigi, sehingga harus dihaluskan
sebelum pembuatan gigi tiruan karena akan
menyebabkan rasa sakit. Tonjolan tulang membulat
bisa berupa torus palatinus maupun tonus
mandibularis.
Pemeriksaan:
Exositosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus
alveolaris yang disebabkan karena tindakan
pencabutan gigi, bagian ini bila diraba terasa sakit dan
tidak dapat digerakan. Pemeriksaannya dengan cara
melakukan palpasi pada seluruh permukaan linggir
baik di region anterior maupun posterior.

9
k. Torus palatina : tidak ada
Torus mandibula : tidak ada
• Tonjolan ini merupakan kelainan konginetal
dengan permukaan licin dan tidak begitu sakit seperti
pada exostosis. Torus terletak pada tempat-tempat
tertentu dan terletak secara simetris, seperti pada garis
tengah palatum sehingga disebut torus palatinus.
Kelainan ini juga dapat dijumpai pada region lingual
premolar bawah dan disebut torus mandibularis.
• Penonjolan tulang seperti ini merupakan
hambatan utama bagi kenyamanan pemakaian geligi
tiruan, karena mukosa yang terdapat di atas torus pada
umumnya tipis dan mudah kena trauma. Pada rahang
atas, daerah torus biasanya dirilif atau bila hal ini tidak
mungkin dilakukan, bagian ini di bebaskan dari
penutupan plat protesa. Sedangkan torus mandibularis
biasanya bilateral, pada permukaan lingual dari rahang
bawah di daerah bicuspid/ premolar dan molar. Rilif
pada palatum bertujuan sebagai stabilisasi (pertahanan
kedudukan dari arah horizontal). Rilif dapat dibagi
menjadi dua yaitu rilief of pain (menghindari rasa
sakit) dan rilief of chumber (sebagai stabilisasi).
• Torus palatinus biasanya terdapat di tengah
palatum, bila terlalu besar akan mengganggu
pembuatan landasan gigi tiruan terutama yang
melewati garis getar. Juga akan menghilangkan retensi
atmosferik di bagian postdam.
• Torus mandibularis terdapat di rahang bawah.
Pada penderita bruxism, torus mandibularis dapat
menyebar di daerah lingual dan bukal. Adanya torus
tersebut dapat mengganggu pembuatan gigi tiruan.

10
Pemeriksaan:
Torus palatina merupakan tonjolan tulang pada garis
tengah palatum sedangkan ptorus mandibular
melrupakan tonjolan tulang pada dasar mulut yang
biasanya terletak di region P1 dan P2 rahang bawah.
Pemeriksaan dilakukan menggunakan instrument
burnisher dengan menekan beberapa tempat sehingga
dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan.
l. Palatum lunak : Kelas I
Gerakan : aktif
Pemeriksaan:
Dilakukan dengan cara pasien diminta untuk
mengucapkan huruf A secara berulang kali kemudian
dengan kaca mulut lidah di tekan kemudian diamati
kurva getar/kurva A yang terletak di daerah perbatasan
antara palatum keras dengan palatum lunak. Lalu
secara visual dapat ditentukan lereng landasan dari
palatum lunak nya. Palatum lunak dapat di
kategorikan:
(1) klas I, apabila lereng landasan palatum mole
rendah, 0-15°
(2) klas II, apabila lereng landasan palatum mole
sedang atau > 45°, dan
(3)klas II, apabila lereng landasan palatum panjang
atau menyentuh kerongkongan dengan sudut > 60°.
Untuk pemeriksaan gerakan palatum lunak
dikategorikan (1) aktif, apabila gerakannya cepat, (2)
sedang, apabila gerakannya stabil atau continuous, dan
(3) pasif, apabila gerakannya lamban atau cendrung
tidak bergerak. Untuk menentukan batas posterior gigi
tiruan, bila terlalu panjang akan mudah lepas, bila
terlalu pendek akan terjadi kebocoran.

11
Gambar. Klasifikasi pada palatum lunak

m. Perlekatan otot labial RA : sedang


Perlekatan otot bukal ka. : sedang
Perlekatan otot bukal ki. : sedang
Perlekatan otot labial RB : sedang
Perlekatan otot lingual : sedang
Perlekatan otot bukal ka. : rendah
Perlekatan otot bukal ki. : rendah
• Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak
bergerak yang akan membatasi gigi tiruan.
• Kalau gigi tiruan terlalu panjang akan mudah lepas,
bila terlalu pendek akan mengurangi stabilitas gigi
tiruan.
• Terlalu dangkal dapat dilakukan pendalaman dengan
cara bedah/vestibulektomi.
Pemeriksaan :
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3
kemudian dimasukkan kedalam vestibulum labial,
bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal tegak
lurus. Kemudian diangkat dan diamati kedalaman
perlekatan otot nya. Hasil pemeriksaan dapat
dikategorikan menjadi (1) dalam, apabila seluruh kaca
mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut
yang terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari ½
kaca mulut yang terbenam.

12
n. Frenulum labialis RA : sedang
Frenulum bukalis kanan : sedang
Frenulum bukalis kiri : sedang
Frenulum labialis RB : rendah
Frenulum lingualis : rendah
Frenulum bukalis kanan : rendah
Frenulum bukalis kiri : rendah
• Menentukan panjang perluasan landasan.
•Landasan yang menutupi frenulum akan
mengakibatkan gigi tiruan tidak retentif dan tidak
stabil, tetapi bila menutupinya tidak terlalu banyak
gigi tiruan akan retentif tapi lama kelamaan akan
terjadi luka pada frenulum.
• Peninggian frenulum dilakukan dengan frenektomi.
Pemeriksaan:
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3
kemudian dimasukkan kedalam vestibulum labial,
bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal tegak
lurus. Kemudian bagian labial, bukal, dan lingual di
retraksi hingga terlihat dengan jelas perlekatan
frenulumnya. Pemeriksaan visual frenulum
dikategorikan menjadi
(1) tinggi, apabila perlekatan frenulum hampir sampai
ke puncak linggir,
(2) sedang, apabila perlekatan frenulum berada
ditengah antara puncak linggir dengan mukobukal
fold, dan
(3) rendah, apabila perlekatan frenulum berada pada
mukobukal fold.

13
o. Tahanan jaringan : sedang
• Ketebalan jaringan mukosa yang akan dijadikan
landasan gigi tiruan.
• Perbedaan tahanan jaringan akan menyebabkan
ketidakstabilan gigi tiruan.
Pemeriksaan :
Dilakukan menggunakan burnisher/kaca mulut dengan
cara menekan daerah ridge edentolus pada bagian
anterior dan posterior. Tahanan jaringan berpengaruh
terhadap cara pencetakan. Perubahan warna menjadi
pucat pada saat ditekan menunjukkan tahan jaringan
yang rendah, sedangkan apabila tidak terjadi
perubahan warna ketika ditekan menunjukkan tahanan
jaringan yang besar.

Gambar. Pemeriksaan tahanan jaringan menggunakan burnisher

p. Bentuk palatum : persegi


Kedalaman palatum : sedang
Bentuk palatum yang persegi dan lonjong dengan
kedalaman yang tinggi akan lebih memberikan
kestabilan terhadap gigi tiruan dibanding yang
dangkal.
Pemeriksaan:
Bentuk palatum diperiksa secara visual dengan
mengamati bentuk lengkung palatum. Bentuk palatum
dikategorikan (1) persegi, apabila bentuk
lengkung/dinding palatum sejajar kedua sisinya, (2)

14
lonjong, apabila bentuk lengkung/dinding palatum
membulat di kedua sisinya, (3) lancip, apabila bentuk
dasar palatum meruncing dan menonjol ke bagian
dalam dalam arah vertikal dan membesar ke bagian
bawah.
Pemeriksaan kedalaman palatum dilakukan
mengunakkan kaca mulut no.3. (1) dalam, apabila
seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½
kaca mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila
kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.
q. Retromylohyoid : sedang
Daerah ini penting untuk retensi geligi tiruan.
Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual di
belakang gigi-gigi molar 2 dan 3 rahang bawah.
Pemeriksaan:
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3
diletakan arah vertikal tegak lurus hingga ke dasar
mulut. Retromylohyoid dikategorikan:
(1) dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam,
(2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan
(3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang
terbenam

r. Ludah, konsistensi : kental


Volume ludah : sedang
Konsistensi dan volume ludah penting untuk
menentukan retensi gigi tiruan. Ludah yang encer dan
dalam jumlah yang cukup akan mempertinggi
tegangan permukaan yang akan memperbesar retensi
gigi tiruan.
Pemeriksaan:
Konsistensi dan volume ludah dapat diukur
mengunakan alat khusus agar diperoleh pengukuran

15
yang akurat. Namun cara lain juga dapat digunakan
yakni dengan mengunakan kaca mulut yang diusapkan
ke dalam rongga mulut (dapat diusapkan pada bagian
lidah, dasar mulut, dan bukal) kemudian dilihat secara
visual konsistensinya,
(1) kental, apabila konsistensi ludah terlihat liat atau
likat,
(2) sedang, apabila terdapat buih-buih/gelembung-
gelembung pada ludah,
(3) encer, apabila konsistensi ludah cair.
Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan
pencetakan atau melalui sapuan kaca mulut serta
instruksi meludah yang diberikan kepada
pasien.Volume ludah dikategorikan menjadi banyak,
sedang, dan sedikit.
s. Refleks muntah : kecil
Diperiksa dengan cara menempatkan kaca mulut di
daerah posterior palatum keras (trigger area). Pasien
dengan refleks yang tinggi akan langsung bereaksi.
Refleks muntah yang tinggi akan mengganggu
pencetakan.
Pemeriksaan:
Refleks muntah dapat diketahui ketika dilakukan
pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Refleks
muntah yang besar akan menyulitkan ketika
dilakukan pencetakan. Adapun cara mengurangi
refleks muntah yang besar yaitu dengan,
menginstruksikan pasien untuk berkumur air dingin,
menyemprotkan cairan anastetikum ke daerah paltum
mole, pengalihan melalui hipnosis maupun
melakukan komunikasi yang baik antara dokter-
pasien agar pasien merasa nyaman.

16
t. Lidah, ukuran : sedang
Gerakan lidah : sedang
Pemeriksaan lidah meliputi ukuran dan aktivitasnya.
Ukuran lidah bisa normal, mikroglosia atau
makroglosia. Ada lidah yang pasif dan ada juga yang
luar biasa aktif.
Lidah normal cukup besar tetapi tidak berlebihan
mengisi dasar mulut, dengan ujungnya yang berada
sedikit dibawah tepi insisal gigi-gigi anterior bawah.
Tepi lateral lidah normal biasanya berkontak dengan
permukaan gigi-gigi posterior. Besar dan posisi lidah
seperti ini paling menguntungkan untuk penutupan
tepi protesa.
Besar jika ujung lidah melewati atas tepi insisal
gigi RB (jika bergigi) dan menutupi dasar mulut
Sedang jika ujung lidah berada diantara insisal
gigi (jika bergigi) dan residual ridge serta menutupi
dasar mulut
Kecil jika ujung lidah berada kira-kira sejajar
atau kurang dari residual ridge (puncak tertinggi
alveolar).
Makroglossia: menutupi dasar mulut dan juga
prosesus alveolar yang telah ditinggalkan geligi. Pada
rahang bawah yang masih bergigi makroglossia
mudah dikenal karena adanya indentesi gigi pada
permukaan lateral lidah. Pencetakkan sukar dilakukan
pada penderita dengan tipe lidah seperti ini. Stabilisasi
protesa sulit pula dicapai, karena lidah yang besar
akan cenderung menggerakkan geligi tiruan pada
setiap gerakannya.
Mikroglossia lidah yang kecil juga tidak
memberikan penutup tepi yang memadai untuk protesa
rahang bawah. Aktivitas lidah diperiksa dengan cara

17
menyentuh sebuah alat ke salah satu bagiannya. Pada
lidah yang aktif, sentuhan ringan saja sudah akan
menyebabkan gerakan yang aktif. Aktifitas lidah
biasanya mempengaruhi retensi geligi tiruan.
Pemeriksaan:
Dilakukan secara visual dengan mengamati ukuran
dan gerakan lidah pasien. Ukuran lidah dikategorikan
(1) besar, apabila menutupi dasar mulut dan juga
prosesus alveolaris yang telah ditinggali gigi-giginya,
(2) sedang, apabila lidah tidak berlebihan mengisi
lengkung gigi, tepi lateral lidah berkontak dengan
permukaan linggir posterior dan ujung lidah berada
sedikit di bawah tepi linggir anterior, (3) kecil, apabila
ukuran lidah lebih kecil dari lengkung linggir dan
terletak lebih kebawah hingga ke dasar mulut.
Gerakan lidah dapat diperiksa dengan cara
menyentuhkan instrument tertentu ke salah satu bagian
lidah. Lidah yang aktif akan peka dan melakukan
gerakan yang aktif. Kategori gerakan lidah (1) aktif,
apabila lidah bergerak dengan cepat dan sulit
dikendalikan, (2) sedang, apabila gerakan dapat
dikendalikan dan, (3) pasif, apabila gerakan lamban
dan cendrung tanpa gerakan.

Gambar. Pembagian klas pada ukuran lidah menurut wright

18
5. Status Gigi-Geligi

X X X X X X X X X X X X X X X X
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

X X X X X X X X X X X X X X X X

Keterangan:
X : gigi yang telah hilang

D. DIAGNOSIS KLINIK
Edentulous gigi rahang atas dan rahang bawah

E. INDIKASI PERAWATAN
Gigi Tiruan Penuh.

F. PROSEDUR PERAWATAN
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian kartu status prostodonsia yang terdiri dari
data demografi pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif, diagnosis, rencana perawatan,
alternatif rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang diagnosis, yakni edentulous
rahang atas dan rahang bawah serta rencana perawatan yang akan dilakukan yakni
pembuatan gigi tiruan penuh lepasan dari baham akrilik pada rahang atas dan rahang
bawah. Pasien juga diberitahukan tentang waktu kunjungan yang akan dilakukan.
Informasi ini diberikan dan pasien setuju.
2. Pencetakan Pendahuluan RA dan RB sebagai model studi.
- Setelah pasien diindikasi dan setuju untuk dibuatkan gigi tiruan penuh, tahap
selanjutnya adalah pencetakan pendahuluan dengna menggunakan edentulous
perforated stock tray. Sebelum pencetakan, sendok cetak dicobakan terlebih dahulu
dan dipilih yang paling sesuai dengan ukuran rahang pasien. Pasien menggunakan

19
sendok cetak sediaan nomor 1 dengan bahan cetak irreversible hydrocolloid
(alginate) dan cetak dengan teknik mukostatik.

Gambar Alat dan Bahan Pencetakan

Gambar Alat dan Bahan Pencetakan

Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah sebagai
berikut:2
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien. Atur
ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien sejajar dengan
bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien sejajar dengan siku
operator.

Gambar. Posisi pasien ketika melakukan pencetakan rahang

20
- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien dengan
cara mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor terbesar. Sendok
cetak harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakan dalam mulut harus
ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk rahang atas sendok cetak harus mencapai
batas palatum lunak dank keras serta hamular notch sedangkan untuk rahang bawah
harus mencapai retromolar pad. Pada kasus ini pasien menggunakan sendok ukuran S
untuk RA & RB.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien. Saat
mencetak RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan pasien.

Gambar. Posisi mencetak untuk rahang atas dan rahang bawah


- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air) menggunakan
sendok takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik sehingga sesuai untuk
ukuran rahang yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu lalu campur dengan
bahan cetak alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung udara
dalam adonan bahan cetak.
- Aduk bahan cetak dan air dengan gerakan angka 8 (gerakan melipat) sambil
adonan ditekan ke tepian mangkuk karet (vigourus hand mixing) hingga adonan
terlihat homogen (adonan sewarna, konsistensi lunak dan permukaannya halus).
- Aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak RA/RB. Bila mencetak rahang atas,
aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian palatal (posterior)
kemudian menyusuri bagian oklusal gigi kearah anterior sendok cetak. Bila mencetak
rahang bawah, aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian lingual
lengkung gigi anterior kemudian menyusuri bagian oklusal gigi kearah posterior
sendok cetak.

21
- Untuk rahang atas masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan
secara vertikal arah keatas, instruksikan pasien untuk mengerutkan bibir sekuatnya.
Sedangkan untunk rahang bawah masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan
penekanan secara vertikal arah bawah, instruksikan pasien untuk mengangkat lidah.
Pertahankan posisi sampai bahan mengeras.
- Setelah adonan mengeras (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak dari
mulut pasien dengan cara jari telunjuk dimasukan kedalam rongga mulut untuk
membantu melepaskan sendok cetak. Cuci bersih pada air mengalir untuk
menghilangkan kotoran/saliva yang menempel.
- Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah ada
bagian yang terlalu tertekan ataupun ada landmark anatomi yang tidak tercetak.

Gambar. Hasil cetakan alginat


- Setelah itu, cor hasil cetakan dengan gipsum. Ukur perbandingan powder dan
liquid menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuain dengan petunjuk pabrik dan
ukuran cetakan rahang yang akan diisi dengan gips.
- Campur bubuk dan air ke dalam mangkuk karet lalu aduk selama 1 menit (120
putaran) hingga adonan terlihat homogen.
- Isi hasil cetakan dengan adonan gips lalu ketuk-ketuk agar gelembung udara
yang terperangkap dapat hilang sehingga hasil pengisian gips tidak porus. Apabila
mengisi hasil cetakan RA, maka apliaksi adonan dimulai dari bagian palatal
(posterior) hasil cetakan, sedangkan untuk mengisi hasil cetakan RB dimulai dari
bagian oklusal gigi posterior menuju anterior.
- Rapikan hasil pengisian gips dan biarkan mengeras (setting time) proses
mengerasnya gips akan melewati fase panas dingin.

22
- Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan boxing
karet segi tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris) agar dapat digunakan
sebagai model studi.

3. Perawatan Pendahuluan
- Melakukan mouth preparation, mencakup: Pasien dikonsul di bagian Bedah Mulut
untuk dilakukan alveolektomi pada eksostosis di daerah maksila di region gigi 14 dan
23 dan anterior mandibula.

4. Dental Side Teaching (DST)


27 Oktober 2015

5. Penentuan Desain Gigi Tiruan


Penentuan desain gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah
Rahang atas  Gigi tiruan penuh dengan dukungan dari mukosa. Basis menutupi
palatum, dan diperluas sampai tuberositas maksilaris, meluas ke lateral sampai
vestibulum bukalis dan ke anterior sampai vestibulum labialis.
Rahang bawah  Gigi tiruan penuh dengan dukungan dari mukosa. Basis menutupi
retromolar pad, meluas ke lateral sampai vestibulum bukalis,serta meluas ke anterior
sampai vestibulum labialis. Bagian distolingual meluas secara vertikal dari retromolar
pad meluas ke retromylohioid sampai ke sulkus alveolingual.

23
Desain Rahang Atas Desain Rahang Bawah

1
2
Keterangan :
RA RB
1. Plat akrilik 1. Plat akrilik
2. Elemen GT 2. Elemen GT

6. Melakukan pencetakan rahang kembali (5 November 2015) untuk memperoleh model


yang akan digunakan untuk pedoman dalam pembuatan sendok cetak perorangan, dengan
menggunakan bahan cetak alginat.

7. Membuat sendok cetak perorangan


12 November 2015
1) Terlebih dahulu dibuat gambar desain untuk sendok cetak perorangan pada model
anatomis.
2) Gambar desain dibuat 1-2 mm lebih rendah dari batas jaringan bergerak dan tidak
bergerak.
3) Lapiskan satu lembar malam di atas model anatomis pada model rahang atas dan
rahang bawah sebagai ruang/spacer untuk bahan cetak sesuai dengan desain yang telah
di buat.
4) Selanjutnya, shellac base plate dilunakkan dengan cara dipanaskan di atas lampu
spritus lalu diletakkan di atas model anatomis hingga bentuknya sesuai. Kelebihan

24
shellac dipotong dengan menggunakan gunting atau pisau malam saat masih dalam
keadaaan lunak sesuai dengan gambar desain tadi.
5) Setelah itu, dibuat pegangan pada sendok cetak perorangan tersebut.
6) Sendok cetak individual dicobakan ke dalam mulut pasien dan dilakukan muscle
trimming yaitu pembentukan pinggiran sekitar rongga mulut dan batas posterior untuk
rahang atas dengan menggunakan greenstick compound.
- Pada rahang atas, panaskan green stick dengan menggunakan lampu spritus,
rendam sebentar ke dalam air selama beberapa detik agar pasien tidak merasakan
panas dari green stick yang sudah dilunakkan dan agar green stick tidak terlalu
cair. Pertama daerah sayap bukal dibentuk dengan green stick, dimulai dari ujung
distal termasuk hamular notch ke frenulum bukalis. Lunakkan kembali green
stick, masukkan ke dalam mulut dan pasien diminta untuk membuka mulut lebar-
lebar, menggerakkan rahang ke kanan-kiri. Kemudian daerah frenulum bukalis
secara unilateral. Tarik pipi ke luar, ke bawah kemudian ke depan dan ke
belakang. Pekerjaan ini diulangi pada sisi yang berlawanan. Lunakkan kembali
green stick daerah frenulum bukalis secara unilateral. Daerah sayap labial
dilakukan secara unilateral. Lunakkan green stick dan tarik bibir ke luar dan ke
bawah. Lunakkan green stick untuk daerah frenulum labialis serta tarik bibir atas
ke depan.

- Pada rahang bawah (15 Desember 2015), panaskan green stick dengan
menggunakan lampu spritus, rendam sebentar ke dalam air selama beberapa detik
agar pasien tidak merasakan panas dari green stick yang sudah dilunakkan dan
agar green stick tidak terlalu cair. Pertama dibentuk dengan green stick adalah tepi
bukal dan area buccal shelf. Lunakkan green stick, masukkan ke dalam mulut,
fiksasi sendok cetak dan minta pasien untuk membuka mulut lebar-lebar
kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter ini dilakukan
bilateral. Kemudian daerah distolingual dan postmylohyoid dibentuk secara
bilateral, lunakkan green stick, masukkan ke dalam mulut dan anjurkan pasien
untuk meletakkkan lidah di distal palatum kemudian ke vestibulum bukalis kanan
dan kiri dan daerah sayap lingual dibuat sekaligus. Penderita diminta untuk
meletakkan ujung lidah pada palatum anterior kemudian membasahi bibir atas

25
dengan ujung lidah. Daerah sayap labial dilakukan secara unilateral karena bila
dilakukan bilateral bibir akan mempengaruhinya.

7) Buat lubang pada SC individual dengan bur bulat no. 3 pada daerah palatum, berjarak
4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih
karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada
jaringan pendukungnya

Gambar Border Moulding pada Sendok Cetak Perorangan

8) Selanjutnya dilakukan pencetakan rahang yang akan digunakan sebagai working


model dengan menggunakan sendok cetak perorangan tersebut.
- Pencetakan dilakukan secara mukostatis dengan bahan cetak pasta light body
type.Sebelum pencetakan pada rahang atas, terlebih dahulu dilakukan penentuan
“AH line” melalui pemberian tanda dengan lipstik pada batas jaringan bergerak
dan tidak bergerak saat pasien diinstruksi untuk mengucapkan kata “A”, sehingga
nantinya pada hasil cetakan akan terlihat juga tanda spidol tersebut. Jadi, batas
posterior gigi tiruan lengkap harus tepat pada batas palatum durum dan palatum
molle, pada daerah ini nantinya akan dibuat postdam.

26
Gambar. Hasil cetakan dengan lightbody

Vibrating Line

9) Selanjutnya hasil cetakan di boxing. Caranya dibuat dinding dari lembaran malam
sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi cetakan. Sekeliling tepi batas
cetakan diberi bedding wax yang tebalnya 5 mm, dengan jarak batas tepi cetakan
dengan bedding wax 3 mm. Pada bagian posterior rahang atas tak terdapat batas tepi
maka sebagai gantinya garis “A” dianggap sebagai batas tepi cetakan. Jarak antara
batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam boxing paling tinggi 13
mm.

27
Gambar. Bedding wax
10) Kemudian cetakan akhir dicor dengan stone gips. Untuk working model rahang atas,
nantinya akan dilakukan pengerokan di bagian posterior sebagai pedoman untuk
pembuatan postdam.

Gambar. Cetakan fisiologis setelah di cor dengan stone gips

28
8. Pembuatan base plate dan bite rim
1) Membuat base plate1
a. Membuat gambar desain geligi tiruan penuh pada model kerja, berdasarkan pada
batas tepi dengan memperhatikan daerah mukosa yang bergerak dan tidak bergerak.
b. Selanjutnya shellac base plate dilunakkan dengan lampu spiritus, lalu diletakkan di
atas model kerja dan ditekan dengan bantuan handuk basah.
c. Sisa shellac base plate yang melebihi batas tepi dibuang dengan pisau malam.
d. Untuk mendapatkan adaptasi yang baik, batasan tepi dari shellac base plate dilapisi
dengan malam.
2) Pembuatan bite rim1
a. Ambil selembar malam, lalu lunakkan di atas lampu spiritus.
b. Pertama-tama kita lunakkan sebelah sisi, kemudian sisi ini kita gulung.
c. Lembaran malam dipanasi lagi, lalu digulung lagi sampai membentuk sebuah
silinder.
d. Harus diperhatikan bahwa setiap gulungan melekat satu dengan lainnya.
e. Gulungan malam yang berbentuk silinder dibuat bentuk tapal kuda dan disesuaikan
dengan daerah tak bergigi dengan tebal 12 mm untuk daerah anterior dan 10-11 mm
untuk daerah posterior, sedangkan lebarnya 4 mm untuk daerah anterior dan 6 mm
untuk daerah posterior.
3) Bite rim yang telah dibuat tadi diletakkan di atas base plate dengan patokan
a. Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada tanggul malam sehingga garis
puncak linggir rahang letaknya pada tanggul malam rahang atas yaitu bagian bukal
: bagian palatal = 2 :1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di bagian palatal),
b. dan pada tanggul malam rahang bawah yaitu bagian bukal : bagian lingual = 1:1 (3
mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian lingual).
c. Panjang bite rim sampai bagian distal gigi Molar 2.Selanjutnya, kontur bagian
bukal bite rim dirapikan dengan menggunakan pisau malam.

29
Gambar Basis dan Bite Rim

9. Melakukan uji coba bite rim rahang atas dan bawah pada pasien
(02 Februari 2016)
1) Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu bite rim rahang atas dimasukkan ke
dalam mulut pasien dan dilakukan uji coba bite rim rahang atas dengan pedoman :1,3
Adaptasi base plate;
Base plate harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas ataupun bergerak karena
akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.Permukaan base plate harus merapat
dengan jaringan pendukung.Tepi base plate tidak boleh terlalu panjang atau terlalu
pendek.

Gambar. Mengukur kesejajaran dengan fox bite gaige

30
Dukungan bibir dan pipi;
Pasien harus tampak normal seakan-akan seperti bergigi.Penilaiannya : sulkus naso-
labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau hilang alurnya.Bibir dan
pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
Panjang bite rim;
Sebagai pedoman ketebalan bite rim rahang atas anterior adalah “low lip line” yaitu
pada saat pasien istirahat, garis incisal bite rim atas setinggi garis bawah bibir atas
dilihat dari depan dan dilihat dari lateral sejajar garis ala nasi-tragus. Sedangkan pada
saat pasien tersenyum, garis incisal bite rim atas ini terlihat 1-2 mm di bawah sudut
bibir.
Mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
Pertama-tama, kita cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :
1. Bagian anterior dengan garis pupil.
2. Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke tragus atau
porion, dengan caramenarik benang katun yang telah dihubungkan dengan gelang
karet pada kedua ujungnya. Selanjutnya gelang karet tersebut dikaitkan pada daun
telinga kanan dan kiri(tragus) sedangkan benang katun diposisikan pada sub nasal.
Selanjutnya, dibuat penyesuaian pada bite rim rahang atas sehingga diperoleh
kesejajaran terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite
gauge.Penyesuaian untuk bite rim rahang atas, hanya dilakukan melalui panambahan
atau pengurangan bite rim bagian posterior.
2) Setelah uji coba bite rim rahang atas, selanjutnya dilakukan uji coba bite rim rahang
bawah dengan pedoman :
Adaptasi base plate
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam di tempat, tidak boleh mudah
lepas /bergerak.
Bite rim, yang harus diperhatikan ialah :
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada celah)
dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukal bite rim rahang bawah harus sebidang dengan bite rim
rahang atas. Bila kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan
harus ditambah.
- Tarik garis median pada bite rim sesuai dengan garis median pasien.

31
10. Penentuan dimensi vertical
5 Maret 2016
Pada pasien geligi tiruan penuh, dimensi vertikalnya telah hilang, sehingga harus
dilakukan pencarian kembali dengan menggunakan rumus :1

Vertical dimension = Physiological Rest Position – Free Way Space

68 mm = 71 mm – 3 mm

1) Pertama-tama kita ukur dimensi vertikal pasien dalam keadaan istirahat dengan bite
rim rahang atas dalam mulut.
2) Mengukur DVI caranya dengan menentukan dua titik yaitu pada subnasiondan
gnation (harus segaris jika dihubungkan), minta pasien untuk melakukan instruksi
sebagai berikut: (a) menelan ludah kemudian otot-otot rahang dalam keadaan rileks,
(b) buka tutup mulut pasien sampai pasien agak lelah sekitar 4-5 kali buka tutup mulut
sudah bisa diperoleh, (c) mengucapkan huruf “M” tapi pengukuran dilakukan pada
saat huruf selesai disebutkan ketika bibir atas dan bawah mengatup ringan.
3) Selanjutnya, hasil pengukuran tersebut dimensi vertikal saat istirahat dikurangi
denganfree way space (besar free way space antara 2-4 mm) untuk memperoleh besar
dimensi vertikal oklusi (DVO).
4) Kemudian, bite rim atas dan bawah dimasukkan kembali ke dalam mulut,lalu pasien
diminta menelan dan mengigit dalam oklusi sentris, kemudiandilakukan pengukuran
dimensi vertikal oklusi kembali.
5) Penderita harus mengambil physiological rest posisition saat bite rim dimasukkan ke
dalam mulut tanpa mengganggu posisi istirahat; bibir penderita dibuka perlahan-lahan
untuk melihat apakah ada ruang bebas antara bite rim atas dan bawah; yang biasanya
2-4 mm.
6) Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian bite rim rahang bawah harus
dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali bila memerlukan
pengurangan yang banyak, barulah bite rim rahang atas bisa dikurangi.
7) Pengurangan bite rim rahang atas harus hati-hati, jangan sampai kehilangan
kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.

32
8) Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan bite rim rahang
bawah dengan menggunakan lembaran malam supaya ketebalannya merata dan tidak
mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
9) Jangan sekali-kali menambah bite rim rahang atas, karena akan menambah garis
incisal yang telah kita tentukan.

Pengukuran Dimensi Vertikal

11. Penentuan relasi sentrik


15 Maret 2016
Relasi sentrik pasien ditentukan dengan cara pasien diminta untuk melakukan :
1) Gerakan menelan
2) Membantu pasien agar rahang bawah dalam posisi paling belakang, dengan
mendorong rahang bawah dalam keadaan otot kendor.
3) Menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal mungkin.
Tujuan penentuan relasi sentrik yaitu :
- Agar gigi posterior dapat mencapai hubungan atar tonjol yang tepat sehingga
penyimpangan dalam mulut dapat terdeteksi. Gigi dengan kemiringan tonjol 30°dapat
lebih efektif untuk memeriksa kecermatan hubungan rahang dibandingkan dengan
kemiringan tonjol 20°, tonjol dengan kemiringan 30° dapat memperbesar kemungkinan
adanya kesalahan oklusi.
- Merupakan salah satu persyaratan fisiologis untuk kenyamanan serta stabilitas dalam
rongga mulut.

12. Memfiksir bite rim rahang atas dan rahang bawah


Setelah dimensi vertikal pasien didapat, pasien dilatih melakukan berbagai macam
gerakan di atas untuk menentukan relasi sentriknya.
33
Setelah relasi sentrik didapat, kita tarik garis-garis orientasi diantaranya :
1) High lip line yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien tersenyum, low lip line dan
median line.
2) Tandai bagian distal gigi kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct-ala nasi).
3) Fiksasi bite rim rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan steples yang
telah dipanaskan pada lampu spiritus. Kalau sulit, bagian anterior difiksasi terlebih
dahulu tanpa merusak tanda letak garis median line dan posisi kaninus.
4) Bite rim yang telah difiksasi dikeluarkan dari dalam mulut pasien, kemudian
dipasangkan pada model kerja yang selanjutnya ditanam pada artikulator.

Fiksasi Bite Rim

13. Pemasangan model pada articulator


28 April 2016
1) Pemasangan model pada artikulator
a. Sebelumnya, pada artikulator dipasangkan gelang karet melingkar pada titik tengah
yang membagi artikulator secara vertikal. Selanjutnya, pasang model kerja beserta
bite rim rahang atas pada artikulator dengan pedoman :
- Garis tengah model kerja dan bite rim atas berhimpit dengan garis yang
terbentuk oleh gelang karet dan garis tengah artikulator.
- Jarum horizontal incisal guide pin harus menyentuh tepi luar anterior dari bite
rim model RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
b. Setelah pedoman tersebut terpenuhi maka, bagian atas model kerja RA kita fiksir
dengan gips pada bagian atas artikulator.Setelah gips mengeras, artikulator bagian
bawah model kerja rahang bawah kita fiksir dengan gips pada bagian bawah
artikulator.

34
2) Menentukan bentuk, warna dan ukuran elemen gigi tiruan.
3 Mei 2016
a. Pemilihan elemen berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien
untuk menentukan warnanya dan tingkat kehausannya.
b. Sedangkan ukuran elemen disesuaikan dengan garis orientasi pada bite rim.
c. Bentuk elemen yang dipilih yaitu persegi dan sudut distalnya persegi sesuai dengan
bentuk muka pasien.
d. Warna elemen yang dipilih yaitu agak kekuningan karena makin lanjut umur pasien
biasanya warna gigi makin tua dan gigi makin aus.
e. Bahan yang digunakan pada kasus ini adalah elemen berbahan akrilik.

35
Ukuran elemen bervariasi sesuai dengan garis orientasi :
a. Elemen anterior
- Garis senyum-garis orientasi insisal untuk panjang elemen yaitu sama dengan
2/3 panjang elemen incisivus sentral atas.
- Jarak distal kaninus kiri kanan = jumlah lebar keenam elemen anterior atas.
- Garis ala nasi berhimpit dengan poros elemen kaninus atas.

b. Elemen posterior
- Panjang elemen disesuaikan dengan jarak antara linggir rahang.
- Gigi yang diganti maksimal sampai Molar 2, diukur dari distal kaninus sampai
batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko-lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio-distalnya sehingga
bentuknya sebanding.

36
Penyususan elemen dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan elemen anterior atas,
elemen anterior bawah, elemen posterior atas, elemen M-1 bawah dan elemen posterior
bawah lainnya.Penyusunan elemen harus memperhatikan :1
- Curve of Spee ke arah anterior-posterior dan curve ofWilson ke arah lateral kiri dan
kanan dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, inklinasi anterio-posterior atau
inklinasi labio/bukopalatal/lingual sesuai dengan letak bite rim.

- Kesejajaran terhadap beberapa bidang orientasi, di antaranya :


 Low lip line saat pasien dalam physiological rest posisitiongaris incisal
elemen setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari depan, sedangkan saat
tersenyum garis incisal elemen gigi anterior rahang atas terlihat kira-kira 2 mm
di bawah sudut bibir.
 Permukaan incisal elemen anterior dan oklusal elemen posterior rahang atas
sejajar garis ala nasi-tragus dilihat dari lateral.
 Jarak keenam elemen anterior rahang atas = jarak distal elemen kaninus kanan
ke kiri rahang atas. Bagian distal elemen kaninus atas segaris dengan garis
ductus lacrimalis – alanasi.

14. Penyusunan gigi anterior


03 Mei 2016
1) Penyusunan gigi anterior atas
Gigi yang disusun harus memenuhi syarat inklinasi mesio-distal dan inklinasi antero-
posteriornya serta dilihat dari bidang oklusal, tepi insisal gigi anterior atas berada di
atas lingir rahang dan sesuai lengkung lingir rahang.

37
Gambar Poros Gigi (Inklinasi Mesio-Distal) dan Inklinasi Labio-Palatal Rahang Atas dan Bawah

a. Incisivus centralis superior


1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Long axisnya membentuk sudut 85° dengan bidang oklusal.
- Sumbu gigi hampir sejajar atau miring sedikit membentuk sudut 5° dengan
median line
- Tepi insisal sedikit masuk ke palatal untuk meberi dukungan pada bibir
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior
- Bagian 1/3 permukaan labial agak tampak depresi
- Insisal edge terletak pada bite-rim bawah
3. Tampak oklusal
tepi insisal terletak di atas lingir rahang.

Gambar. (Kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-I atas

38
b. Incisivus lateralis superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
-Long axisnya membentuk sudut 80°
- Insisal edge menggantung dan berjarak 1 mm dari bite rim bawah
- Bagian mesio-insisal berkontak dengan facies distalis incisivum central
superior
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior
- Bagian servikal condong lebih ke palatal
3. Tampak oklusal
- tepi insisal terletak di atas linggir rahang.

Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi antero-poterior gigi I-2 atas

c. Caninus superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
-Sumbu gigi sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line atau paling
condong garis luar distal tegak lurus bidang oklusi/ meja artikulator
-Puncak cups menyentuh bidang oklusi
-Sisi mesio-insisal berkontak dengan sisi disto-insisal insisivum lateralis
superior.
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior
-Bagian servikal tampak lebih menonjol dan ujung cusp lebih ke palatal dan
menyentuh bidang orientasi.
3. Tampak oklusal
-Ujung cusp terletak di atas linggir rahang
39
Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinsai anteroposterior gigi caninus atas (kanan)

2) Penyusunan gigi anterior bawah


Penyusunan gigi anterior bawah disesuaikan dengan gigi anterior atas yang telah
disusun. Posisi gigi anterior atas dan bawah harus diberi jarak vertikal dan jarak
horisontal untuk menyesuaikan dengan tinggi cups gigi posterior.1

Gigi anterior bawah


a. Incisivus centralis inferior
1. Tampak labial
Inklinasi mesio-distal : long axisnya membuat sudut 850 dengan bidang
oklusal, tepi insisal 1-2 mm di atas bidang oklusal.
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior : Bagian servikalnya lebih kearah lingual.
3. Protrusive occlusal relation
Tepi insisal saling menyentuh dengan tepi insisal edge insisivum centralis
superior.

Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior gigi I – I bawah (kanan)

b. Incisivus lateralis inferior


1. Tampak labial
Inklinasi mesio-distal : long axisnya membuat sudut 800 dengan bidang
40
oklusal, sedikit miring ke mesial

2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior : long axis tegak lurus bidang oklusal, bagian tepi
insisal dan bagian servikal sama jaraknya, tepi insisal 1-2 mm di atas bidang
oklusalBagian servikalnya lebih kearah lingual.

Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior gigi I-2 bawah (kanan)

c. Caninus inferior
1. Tampak labial
Inklinasi mesio-distal : long axisnya miring/paling condong garis luar
distalnya tegak lurus bidang oklusal
2. Tampak proksimal
Inklinasi antero-posterior : gigi condong ke lingual/bagian servikal menonjol
serta dilihat dari bidang oklusal ujung cusp terletak di atas linggir rahang.
Ujung cusp berada diantara gigi-gigi caninus superior dan incisivus lateralis
superior

Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior

Gambar. Inklinasi mesiodistal gigi anterior bawah

41
15. Tryin Gigi Tiruan Malam ke Dalam Mulut Pasien (Anterior)
Memperhatikan hal-hal berikut:
- Cek garis median
- Lihat tepi sayap dari malam apakah sudah tepat dan sudah melekat ke mukosa.
- Cek oklusi gigi anterior.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.

Gambar. Try in gigi anterior

16. Penyusunan Elemen Posterior


Sebelum menyusun gigi posterior terlebih dahulu kita membuat goresan garis lingir di
bagian oklusal bite rim yang sejajar garis lingir pada dasar model. Penyusunan gigi
posterior harus disusun sedemikian sehingga terbentuk Curve of Spee ke arah anterior-
posterior dan curve of Wilson ke arah lateral kiri dan kanan.

Gambar Curve of Wilson


1. Penyusunan gigi posterior atas
Harus disusun sedemikian sehingga terbentuk lengkung/kurva dari Spee ke arah antero-
posterior dan kurva dari Wilson ke arah lateral kiri dan kanan.1
Kurva antero-posterior/ Kurva Spee terbagi atas 2 bidang :

42
1. Bidang horizontal, tempat disusunnya gigi-gigi premolar superior pertama dan
premolar superior kedua.
2. Oblique plane, tempat disusunnya gigi-gigi molar superior pertama dan molar superior
kedua.

Kurva lateral/ Kurva Wilson terbagi atas 2 bidang :


1. Bidang yang terbentuk dari garis singgung pada oklusal bite rim, dimana permukaan
bukal gigi premolar ditempatkan.
2. Bidang dengan sudut penyimpangan 6° dari bite rim kearah palatal, dimana terletak
permukaan bukal gigi-gigi molar.1

Gambar. Kurva posterior (A) bidang datar horizontal (B) bidang oblique

Gambar. Kurva lateral

a. Premolar superior pertama


1.Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi tegak lurus bite rim
2.Inklinasi antero-posterior : cusp bukal pada bidang oklusi dan cusp palatal kira-kira
1 mm di atas bidang oklusi, serta dari bidang oklusal groove developmental sentral
terletak di atas linggir rahang.

Gambar. Inklinasi mesiodistal dan inklinasi anteroposterior gigi P-1 atas

43
b. Premolar superior kedua
1. Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
2. Inklinasi antero-posterior : Kedua tonjol menyentuh bidang oklusal

Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior gigi P-2 atas

c. Molar superior pertama


1. Inklinasi mesiodistal : porosnya condong ke distal
2. Inklinasi antero-posterior : Tonjol mesio-palatal menyentuh bidang oklusal, Tonjol
mesio-bukal dan tonjol disto-palatal sama tinggi, kira-kira 1 mm diatas bidang
oklusal, Tonjol disto-bukal sekitar 2 mm di atas bidang oklusal.

Gambar. Inklinasi mesiodistal dan inklinasi anteroposterior gigi M-1 atas

d. Molar superior kedua


1. Inklinasi mesiodistal : porosnya condong ke distal.
2. Inklinasi antero-posterior :
 Tonjol mesio bukal dan mesio palatinal lebih menggantung ± 1
mm daripada tonjol mesio bukal dan tonjol mesio palatina gigi molar superior
pertama.
 Tonjol disto bukal lebih menggantung daripada tonjol disto
bukal gigi molar superior pertama
 Tonjol disto palatinal lebih menggantung daripada gigi molar

44
superior pertama disamping ketentuan-ketentuan diatas, untuk pemasangan gigi-
gigi posterior rahang atas juga harus memenuhi adanya antero-posterior curve dan
lateral curve.

Gambar. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior (kanan) gigi M-2 atas

2. Penyusuan gigi posterior bawah


Penyusunan gigi posterior bawah disusun sedemikian rupa agar tetap berada dan
berhubungan yang tepat terhadap gigi geligi lawannya, tidak saja saat oklusi sentris
tetapi juga saat semua gerakan dari rahang bawah selama pengunyahan. Gerakan
mengunyah terdiri dari gerakan rotasi dan translasi ke depan waktu rahang bawah
maju, ke lateral, dan kombinasi kedua gerakan ini. Pada saat rahang maju, terjadi pula
gerakan cusp geraham bawah melalui lereng cusp lawannya, oleh karena itu perlu
adanya overbite dan overjet agar tercapai kontak oklusi yang harmonis.1

a. Molar inferior pertama


Molar pertama inferior adalah gigi pertama yang dipasangkan pada tahap
penyusunan gigi posterior rahang bawah dan merupakan kunci oklusi. Pada
pemasangan yang benar akan memudahkan pemasangan gigi-gigi posterior
berikutnya.
Pada posisi normal pemasangan molar inferior pertama sesuai kelas 1 angle
yaitu apabila mandibular dengan lengkung giginya dalam hubungan mesio-distal
yang normal terhadap maksila.
Panduan pemasangan:
1. Inklinasi mesiodistal : Tonjol mesio bukal molar superior pertama berada
di mesio bukal groove molar inferior pertama.
2. Inklinasi antero-posterior : Tonjol mesio bukal molar inferior pertama berada
di fossa central molar superior pertama.

45
Gambar. (A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas berasada pada
mesiobukal developmental groove M-1 bawah

b. Premolar inferior kedua


1. Inklinasi mesiodistal :
- Porosnya tegak lurus bidang oklusi
- Tonjol bukal premolar inferior kedua terletak diantara premolar superior
kedua dan premolar superior pertama dengan ujung tonjolnya berkontak
dengan marginal ridge premolar superior kedua dan premolar superior
pertama
- Tonjol lingual premolar inferior kedua terletak diantara tonjol palatina
premolar superior kedua dan premolar superior pertama

2. Inklinasi antero-posterior :
- Cusp bukal berada di fosa sentral gigi antara P1 dan P2 superior
- Terlihat adanya overbite dan overjet
- Dari bidang oklusal cusp bukalnya berada di atas linggir rahang.

Gambar 60. Inklinasi mesiodistal (kiri) dan inklinasi anteroposterior (kanan) gigi P-2 bawah

c. Molar inferior kedua


i. Inklinasi mesiodistal :
- Porosnya sedikit condong ke mesial

46
- Garis inklinasi mesio bukalnya kontak dengan garis tepi pada tonjol disto
bukal molar superior pertama

ii. Inklinasi antero-posterior :


- Cusp bukal berada di fosa sentral gigi M2 superior
- Dari bidang oklusal cusp bukalnya berada di atas linggir rahang

Gambar 60. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-2 bawah

d. Premolar inferior pertama


i. Inklinasi mesiodistal :
- Porosnya tegak lurus bidang oklusi
- Tonjol bukal premolar inferior pertama terletak diantara tonjol bukal
premolar superior kedua dan caninus superior, dengan ujung tonjolnya
berkontak dengan marginal ridge premolar superior kedua dan caninus
superior.

ii. Inklinasi antero-posterior :


- Cusp bukal berada di fosa sentral antara gigi P1 dan C superior
- Dari bidang oklusal cusp bukalnya berada di atas linggir rahang

Gambar 61. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 bawah

Jika penyusunan gigi-gigi telah selesai, selanjutnya dilakukan kontrol berupa :


 Lengan atas artikulator digerakkan kearah lateral harus ada working occlusion
yang diikuti terjadinya balancing contact pada sisi lainnya.
47
 Lengan atas artikulator digerakkan ke posterior, untuk melihat ada atau tidaknya
open bite.
 Pada setiap gerakan dari lengan artikulator, vertikal pin tidak boleh terangkat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan oklusi seimbang/balanced occlusion


ialah :
 Centric occlusion ialah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas dan bawah,
yang menunjukkan kontak maksimal bila mandibular berada dalam keadaan
sentrik/menutup terhadap maksila.
 Working occlusion ialah kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah pada sisi
kearah mana mandibular bergerak waktu berfungsi
 Balancing occlusion ialah kontak antara gigi geligi atas dan bawah pada sisi yang
berlawanan dengan working occlusion

17. Try in gigi tiruan malam ke dalam mulut pasien (posterior)


Memperhatikan hal-hal berikut :
- Cek garis median
- Lihat tepi sayap dari malam apakah sudah tepat dan sudah melekat ke mukosa
(peripheral seal).
- Cek oklusi gigi anterior-posterior
- Minta pasien untuk mencoba mengunyah serta bicara.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.
- Setelahtry in gigi tiruan malam dalam mulut pasien, kedua gigi tiruan atas dan bawah
ditempatkan kembali pada model kerja artikulator, lalu dilakukan tahap lab.

Gambar. Try in gigi posterior

48
Gambar. Try in posterior

18. Membentuk kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring) sedemikian rupa
untuk memenuhi tujuan estetik, retensi dan fonetik serta kebutuhan kesehatan.
Setelah proses wax countouring, model ditunjukkan terlebih dahulu kepada instruktur.
Selanjutnya dilakukan flasking, packing, curing, deflasking dan pemolesan di
laboratorium.

Gambar. Wax contouring

49
19. Tahap Insersi GTP
09 Juni 2016
Sebelum insersi gigi tiruan, operator harus memeriksa apakah gigi tiruan benar-benar
telah dibuat dengan baik oleh tekniker, beberapa hal yang perlu diperhatikan :
- Permukaan dalam tidak boleh memperlihatkan bentuk yang tidak teratur (kasar) yang
tidak terdapat dalam mulut.
- Memeriksa seluruh bagian perifer dan menguranginya jika ada kelebihan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi GTP ke dalam mulut pasien yaitu:
- Retensi
- Saat GTP dicobakan ke dalam mulut, harus dilihat apakah GTP sudah memiliki
retensi yang cukup dengan memperhatikan adaptasi dari tepi-tepi GTP terhadap
jaringan mulut.Jika terdapat daerah yang sakit saat GTP dimasukkan dalam mulut
(belum boleh dioklusikan) buat PIP (Pressure Indicator Paste) untuk mengetahui
dimana letak rasa sakitnya. PIP dibuat dengan mencampur Fletcher dan minyak
zaitun sampai terbentuk pasta, aplikasikan dengan kuas kecil ke permukaan cetakan
(bagian dalam gigi tiruan), masukkan ke dalam mulut dan keluarkan (tidak boleh
beroklusi, harus per rahang), daerah yang sakit dan menekan akan terbukti dengan
hilangnya pasta, ambil daerah tersebut atau bebaskan dari penekanan dengan
mengurangi basis menggunakan fresher stone.
- Pemeriksaan oklusi, artikulasi dan stabilitas
12 Juni 2016
Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan antero-
posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakan antara gigi atas dan
bawah kemudian pasien diminta melakukan gerakan pengunyahan 3 sampai 4 kali.
50
Titik-titik dimana terjadi kontak oklusal pada permukaan gigi dapat dilihat setelah
kertas artikulasi di angkat. Pada keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara
semua gigi asli maupun gigi tiruan
Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi
tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat
tes ini.
- Pemeriksaan estetik dan fonetik.
Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat kepada pasien yang
dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian pasien diminta
untuk mencoba memasang alat sendiri tanpa bantuan operator.

Pasien diberi instruksi :


 Gigi tiruan hendaknya dipakai terus menerus selama beberapa waktu untuk proses
adaptasi.
 Menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut
 Pada saat tidur di malam hari gigi tiruan dilepas untuk memberi kesempatan istirahat
yang memadai kepada jaringan mulut pendukungnya. Saat dilepas gigi tiruan
direndam dalam wadah tertutup yang berisi air dingin yang bersih.
 Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket.
 Pasien diminta untuk datang kontrol satu minggu setelah insersi gigi tiruan.

20. Tahap Kontrol


Kontrol pertama dilakukan pada minggu pertama (16 Juni 2016) sesudah insersi
alat untuk melihat adaptasi pasien. Selanjutnya, dilakukan kontrol kedua pada minggu
kedua (02 Agustus 2016) untuk melihat kondisi dari gigi tiruan dan jaringan lunak pasien.

51
Pada saat kontrol, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan
subjektif menyangkut kepuasan pasien serta ada tidaknya keluhan pasien terhadap GTP
tersebut seperti saat GTP digunakan untuk fungsi pengunyahan, sedangkan pada
pemeriksaan objektif menyangkut pemeriksaan terhadap retensi, stabilitas, mengecek
oklusi fungsi pengunyahan dari pasien serta melihat fungsi fonetik serta ada tidaknya
peradangan atau luka pada mukosa.Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan
rongga mulut maupun gigi tiruannya.

52

Anda mungkin juga menyukai