MANADO
2022
B. KASUS
Seorang laki-laki berusia 25 tahun berdomisili di Sario Kota Manado datang ke RSGM FK
UNSRAT dengan keluhan terdapat ruang kosong pada gigi bawah kanan belakangnya
sehingga pasien ingin dibuatkan gigi palsu yang tidak dapat dilepas-lepas pada daerah yang
tidak bergigi tersebut agar bisa dipakai untuk mengunyah.
Gigi yang dirawat : Gigi 45
C. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan terdapat ruang kosong pada gigi bawah kanan belakangnya
sehingga pasien ingin dibuatkan gigi palsu yang tidak dapat dilepas-lepas pada daerah yang
tidak bergigi tersebut agar bisa dipakai untuk mengunyah.
3. Kesehatan Umum
Pasien tidak pernah menjalani rawat jalan di rumah sakit, tidak mengonsumsi obat-obatan
tertentu dan tidak memiliki gejala-gejala penyakit sistemik tertentu. Pasien datang dalam
keadaan baik, sehat dan kooperatif.
2. Dalam mulut :
a. Bentuk lengkung RA : Lonjong
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Hal ini bertujuan agar GTC dibuat sesuai dengan bentuk lengkung rahang sehingga tidak
keluar kontak serta mengurangi nilai estetisnya.
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat secara langsung ke dalam rongga
mulut pasien maupun menggunakan model studi.
(1) persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar dengan bentuk
lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar.
(2) lonjong, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) dan bentuk lengkung posterior
melengkung.
(3) lancip, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) lebih kecil dibandingkan bentuk
lengkung posterior maka, berbentuk lancip.
Bentuk linggir persegi sangat baik menahan tekanan horizontal, tetapi menyulitkan
pemasangan GT. Bentuk lonjong merupakan bentuk yang paling menguntungkan, bentuk
runcing dapat menyebabkan rasa sakit saat pemakaian GTC.1
q. Retromylohyoid : Sedang
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3 diletakan arah vertikal tegak lurus
hingga ke dasar mulut. Retromylohyoid dikategorikan (1) dalam, apabila seluruh kaca
mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila
kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman retromylohyoid, semakin dalam maka gigi
tiruan akan semakin retentif.
r. Ludah, konsistensi : Sedang
Volume ludah : Sedang
Pemeriksaan
Konsistensi dan volume ludah dapat diukur mengunakan alat khusus agar diperoleh
pengukuran yang akurat. Namun cara lain juga dapat digunakan yakni dengan mengunakan
kaca mulut yang diusapkan ke dalam rongga mulut (dapat diusapkan pada bagian lidah,
dasar mulut, dan bukal) kemudian dilihat secara visual konsistensinya.
(1) kental, apabila konsistensi ludah terlihat liat atau likat, (2) sedang, apabila terdapat
buih-buih/gelembung-gelembung pada ludah, (3) encer, apabila konsistensi ludah cair.
Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan pencetakan atau melalui sapuan kaca
mulut serta instruksi meludah yang diberikan kepada pasien. Volume ludah dikategorikan
menjadi banyak, sedang, dan sedikit.
u. Status gigi-geligi :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Pada kasus ini pasien mengalami kehilangan gigi 45 sehingga menyebabkan pasien merasa
ada ruangan yang kosong pada sebelah kiri rahang bawahya. Meskipun kehilangan gigi tersebut
terjadi pada daerah posterior, namun estetika dan hygiene harus tetap diperhatikan untuk
memenuhi suatu syarat gigi tiruan jembatan yang baik, sehingga gigi tiruan yang dibuat harus
menyerupai gigi asli. Akan tetapi usaha untuk mencapai tingkat keaslian ini tidak boleh
mengorbankan kekuatan dan kebersihan gigi tiruan jembatan tersebut.
Secara fisiologis, kebersihan rongga mulut harus diperhatikan. Jika OHI-S pasien buruk,
menandakan kesadaran pasien akan kebersihan gigi dan mulut yang kurang sehingga
mengakibatkan resiko penumpukan plak dan kalkulus pada gigi tiruan jembatan yang dibuat akan
berujung pada kegagalan perawatan. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan edukasi yang tepat
pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Pada kasus ini, OHI-S pasien baik,
menunjukkan bahwa pasien mengerti akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Dilihat dari gigi
penyangga dan jaringan yang mendukung dapat dipelihara pada kondisi yang sehat.. Secara
fisiologis pasien memenuhi kriteria untuk dibuatkan gigi tiruan jembatan.
Keterangan gambar2 :
1) Gigi Abutment/penyangga/pegangan adalah : Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi
untuk penempatan retainer dan yang mendukung GTC tersebut.
2) Retainer adalah : Bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
Analisis kasus perawatan gigi tiruan mahkota dan jembatan dilihat dari segi syarat gigi
abutment:
a. Vital.
Bila gigi nonvital, sudah harus dirawat saluran akan dengan sempurna.
J. DIAGNOSIS KLINIK
Missing teeth 45
K. RENCANA PERAWATAN
Berdasarkan pertimbangan yang telah dibahas di atas, baik pertimbangan dari gigi abutment,
syarat mekanis, biologi, estetik dan higienis maka desain gigi tiruan yang akan dibuat sebagai
berikut;
- Tipe gigi tiruan mahkota jembatan: Fixed-fixed bridge. Tipe ini dipilih agar beban kunyah
yang diterima merata dan memiliki retensi yang baik.
L. PROGNOSIS
Baik, karena kondisi gigi abutment yang masih bagus dan tidak ada karies, ruang yang
tersedia cukup, pasien tidak memiliki kebiasaan buruk, pasien tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik serta pasien kooperatif.
M. PROSEDUR PERAWATAN
- DST (Dental Side Teaching
Pembuatan Pola
Insersi Try in Gigi Tiruan
Malam
Kontrol 1 Kontrol 2
Alat Bahan
Masker, handscoen, penutup dada, Alkohol 70%
gelas kumur
Diagnostic set, Nierbeken Kapas
Contra angel handpiece (low speed & Benang retrak gingiva
high speed)
Mata bur low-speed(round dan fissure cotton roll dan cotton pellet
bur diamond)
Mata bur high-speed (round dan fissure Dental floss
bur diamond, small wheel dan fine
finishing bur)
Semen spatel Pehacain
Semen stopper GIC tipe I
Glass plate Zinc phosphate cement
Dappen glass Bahan cetak alginat
Plastic filling instrument dari bahan Bahan cetak elastomer (double
plastic impression) putty type dan light body
DST GTJ |Fazriah F. Paputungan-20014103006 24
Shade guide(vitapan) Gips biru (gypsum tipe III) + Gips
merah (gypsum tipe IV)
Bite block Mahkota sementara
Syringe disposable 3cc
Sendok cetak dan sendok cetak parsial
Gambar 23. Hasil analisa radiografi panoramik diatas menunjukkan missing teeth pada gigi 45,
keadaan gigi tetangga baik, tidak terdapat rosorbsi tulang alveolar pada area missing teeth.
Gambar 24. Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang pasien
Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah sebagai berikut:
- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien dengan cara
mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor terbesar. Sendok cetak harus
sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakan dalam mulut harus ada selisih
ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk rahang atas sendok cetak harus mencapai batas palatum
lunak dan keras serta hamular notch sedangkan untuk rahang bawah harus mencapai
retromolar pad. Pada kasus ini pasien menggunakan sendok cetak no. 1 untuk rahang atas
dan rahang bawah.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien. Saat mencetak
RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan pasien.
Gambar 26. Posisi mencetak untuk rahang atas dan rahang bawah (Neil dkk, 1990)
- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air) menggunakan sendok
takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik sehingga sesuai untuk ukuran rahang
yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet berlebih dahulu lalu campur dengan bahan cetak
alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung udara dalam adonan bahan
cetak.
Adapun anatomi yang harus tercetak pada rahang atas yakni (1) gigi-geligi, (2) frenulum
labialis, (3) frenulum bukalis, (4) vestibulum labialis, (5) vestibulum bukalis, (6) papilla
insisivum, (7) rugae palatine, (8) hamular notch, (9) tuberositas maksila, (10) palatum, (11)
mukobukalfold.
Anatomi yang harus tercetak pada rahang bawah yakni (1) gigi geligi, (2) frenulum
labialis, (3) frenulum bukalis, (4) frenulum lingualis, (5) Vestibulum labialis, (6) vestibulum
bukalis, (7) retromolar pads, (8) retromylohioid, (9) mukobukalfold.
Pencetakan dilakukan menggunakan bahan alginat setelah itu hasil cetakan di cor dengan
gipsum. Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan boxing karet
segi tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris).
- Lepaskan hasil cetakan dari sendok cetak sebagian dan lakukan kontrol infeksi cetakan.
- Gunakan alat potong yang tajam (mis. cutter) untuk membelah cetakan menjadi dua bagian
permukaan gigi penyangga dari arah bukal ke lingual tegak lurus dengan sumbu akar gigi
penyangga untuk digunakan sebagai panduan preparasi permukaan labial dan palatal.
- Hasilnya akan didapatkan index untuk melihat hasil preparasi permukaan insisal/oklusal,
labial/bukal dan palatal/lingual. Kemudian lakukan pasang coba index pada gigi
penyangga dan gunakan saat preparasi gigi penyangga.
- Setelah preparasi permukaan insisal, labial dan palatal selesai dilakukan maka maka belah
index menjadi dua bagian secara melintang (arah mesial ke distal) untuk mengevaluasi
hasil preparasi permukaan proksimal gigi penyangga.
g. TAHAP PREPARASI
Preparasi gigi penyangga bertujuan untuk mempersiapkan abutment yang digunakan sebagai
retainer gigi tiruan jembatan. Sebelum preparasi, terlebih dahulu dilakukan anestesi infiltrasi pada
area labial gigi yang akan dipreparasi. Preparasi akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari gigi
44 dan kemudian gigi 46.
1. Preparasi gigi 44
a. Reduksi Oklusal
b. Reduksi Proximal
c. Reduksi Bukal
d. Reduksi Lingual
e. Pembuatan sudut axial
f. Preparasi akhiran servikal (chamfer)
g. Bevel ke oklusal dan penghalusan
f. Preparasi chamfer
- Letakkan Tinker bur atau tapered cylindrical round ended diamond bur
- Arah bur sejajar dengan sumbu gigi
DST GTJ |Fazriah F. Paputungan-20014103006 33
- Gerakan sesuai outline gigi sehingga diperoleh bentuk chamfer sekeliling tepi servikal
permukaan bukal, lingual dan proksimal
- Bevel 450 ke oklusal
- Lebar preparasi berkisar 1-1,5 mm.
h. RETRAKSI GINGIVA
Jika preparasi mahkota jaket sudah baik, selanjutnya retraksi gingiva. Retraksi gingiva
berguna untuk membebaskan tepi preparasi mahkota jaket dari jaringan lunak pada waktu
preparasi dan pencetakan, melihat bentuk anatomis mahkota gigi serta preparasi pundak servikal
terlihat jelas. Caranya dengan bantuan pinset benang retraksi terlebih dahulu direndam dalam
cairan adrenalin. Selanjutnya benang retraksi ditekan secara hati-hati kedalam sulkus gingival
dengan menggunakan plastic filling instrument (berujung datar) setelah 3-5 menit, benang retraksi
dikeluarkan dari dalam sulkus.6
Gambar 33. Pemasangan benang retraksi. A. Bentuk loop U B. pemasangan pada sisi
interproksimal C. Pemasangan pada sisi lingual
- Siapkan cetakan bahan putty sebelum preparasi (tahap persiapan MTS dan mock up).
- Olesi gigi yang telah dipreparasi dengan vaseline.
- Isi cetakan putty dengan self curing akrilik atau komposit di gigi yang dipreparasi.
- Cetakan dikembalikan ke mulut pasien pada posisi semula.
Di sini pontik tidak mempunyai bagian yang menempel sama sekali dengan jaringan di
bawahnya/ridge. Jenis ini dirancang untuk daerah yang tidak mudah terlihat (non appearance
zone) dengan demikian daerah yang paling tepat yaitu posterior rahang bawah. Ketebalan
oklusogingival pontic ini tidak boleh kurang dari 3 mm, dan jarak antara ridge dengan pontik
cukup lebar untuk memberikan fasilitas pembersihan.
n. TAHAP TRY IN
Setelah mahkota jaket selesai dibuat, kemudian dilakukan pasang coba mahkota tersebut.
Tujuan tahap pasang coba mahkota jaket pada kavitas gigi ialah untuk mengetahui ketepatan
kontak dan kontur proksimal, oklusi, dan artikulasi serta batas preparasi.
o. INSERSI
Apabila GTC sudah sesuai pada tempatnya, selanjutnya dilakukan insersi yaitu pemasangan
GTC dalam mulut pasien, ketika pengepasan GTC yang harus diperhatikan adalah: kontak
proksimal antara GTC dengan gigi sebelahnya, tepi GTC tidak boleh menekan gingiva serta
pemeriksaan kontak oklusi. Celah antara GTC dan gigi penyangga diisi dengan semen atau bahan
luting.7
Semen yang akan digunakan pada tahap sementasi ini adalah GIC tipe 1. Langkah-langkah
sementasi:
1. Gigi diisolasi dari saliva dengan bantuan cotton roll dan saliva ejector
2. Permukaan gigi dikeringkan dengan menggunakan syringe udara selama 3-5 detik
3. Mahkota dan jembatan dibersihkan dan dikeringkan
4. Semen dicampur sesuai instruksi pemakaian (petunjuk pabrik)
5. Semen diaplikasikan ke 2 permukaan gigi penyangga yang telah dipreparasi dan juga di
mahkota jembatan
6. Mahkota jembatan diletakkan pada tempatnya dengan menggunakan jari
7. Saliva ejector dilepas dan pasien diminta untuk oklusi sekitar 1 menit
8. Dipasang kembali saliva ejector dan rongga mulut dipertahankan terisolasi dari saliva
9. Setelah semen agak mengeras, kelebihan semen mulai dibersihkan dengan ekskavator
p. TAHAP KONTROL
Kontrol dilakukan 1-2 minggu kemudian setelah pemasangan mahkota dan jembatan. Pada
saat pasien datang kontrol dilakukan:
1. Pemeriksaan subyektif: menanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang
dan dipakai.
2. Pemeriksaan obyektif: melihat keadaan jaringan lunak disekitar daerah GTC apakah ada
peradangan atau tidak. Memeriksa retensi dan oklusi pasien.
3. Dilakukan DHE pada pasien, yaitu menginstruksikan pasien untuk menjaga kebersihan mulut
dengan cara menggosok gigi yang benar, melakukan kontrol plak secara teratur, jika mahkota
GTJ patah atau terdapat rasa yang tidak nyaman dalam rongga mulut bisa dapat
Keterangan gambar
1. Gigi Abutment/penyangga/pegangan adalah :
Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan yang mendukung GTC
tersebut.
2. Retainer adalah :
Bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
3. Pontik/Dummy adalah :
Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan memperbaiki fungsinya.
4. Konektor/Joint adalah :
Bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan pontik.
Setiap bagian GTC yang meliputi Retainer atau Pontik disebut : Unit
Contoh : GTC yang terdiri dari 1 pontik dan 2 retainer disebut GTC 3 unit (Three Unit Bridge).
Urutannya :
RA: 6 3 7 4 5 1 2
RB : 6 3 7 5 4 2 1
Gigi abutment harus dipersiapkan supaya betul-betul dapat memberi dukungan yang kuat pada
GTC. Untuk menentukan banyaknya gigi abutment sebaiknya disesuaikan dengan Hukum Ante.
B. Retainer
1. Tipe dalam dentin (intra coronal)
Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di dalam badan mahkota
gigi.
Misalnya : tumpatan tuang MOD (Mesio Okluso Distal) atau MO (Mesio Oklusal).
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar badan mahkota gigi. Misalnya : mahkota
penuh tuangan (full cast crown), mahkota 3/4 (3/4 crown).
B. Konektor/Joint
Definisi
Bagian dati gigi tiruan cekat yang menghubungkan setiap unit dari suatu
GTC.
Konektor suatu GTC dapat dibagi dua :
1. rigid connector
2. non rigid connector
Konektor yang paling sering dipakai adalah rigid connector, dikarenakan konektor jenis
ini lebih mudah dikerjakan/dibuat.
Rigid Connector
Rigid connector biasanya dibuat dengan menggunakan solder, dan logam perantara yang
digunakan untuk proses ini harus mempunyai titik lebur logam yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan titik lebur logam yang digunakan untuk pontik atau retainer. Cara lain untuk
pembuatan konektor yaitu dengan jalan welding cara ini logam pengisi tidak boleh terlalu tebal
dan mempunyai titik lebur yang sama dengan titik lebur pontik atau retainer. Welding ini dapat
dilakukan dengan pemberian panas atau tekanan. Cara yang paling mudah di dalam pembuatan
konektor yaitu one piece casting disini retainer, pontik dan konektor diproses sekaligus sehingga
merupakan kesatuan rangkaian.
Persyaratan Pontik
1. Dapat menahan daya kunyah atau daya gigit.
Ini berarti suatu pontik harus kaku (rigid) dan tidak boleh membengkok atau patah akibat tekanan
daya kunyah. Suatu pontik harus mempunyai kekerasan permukaan yang cukup untuk menahan
kikisan (atrisi) gigi lawan.
2. Mempunyai estetika yang baik.
Pontik anterior, terutama bagian bukal dan labial, harus mempunyai bentuk dan ukuran anatomis
dari gigi ash yang digantinya. Warna dari bagian luar pontik (facing) harus sama dengan warna
gigi asli lainnya.
3. Tidak menyebabkan iritasi pada gusi.
Syarat ini berhubungan erat dengan bahan yang dipakai untuk membuat pontik, bentuk pontik dan
posisi pontik terhadap gusi.
4. Mudah dibersihkan.
Oral hygiene yang tidak diperhatikan merupakan sebab utama dari peradangan gusi dan
gangguan-gangguan periodontal. Oleh karena itu pontik harus dibuat sedemikian rupa sehingga
Design Pontic
1. Saddle Pontic,
Pontik ini paling menyerupai gigi asli, karena dapat menggantikan seluruh gigi yang
hilang tanpa merubah bentuk anatominya. Bagian embrasure mesial dan distal tertutup,
permukaan bukal overlaps pada daerah edentulous ridge dengan bagian yang kontak berbentuk
cekung. Keadaan ini menyebabkan kebersihan kurang terjamin sehingga akan menghasilkan
peradangan pada jaringan di bawahnya. Sebaiknya pontik jenis ini tidak dipakai/ dipergunakan.
4. Conical Pontic
Pontik ini mempunyai bentuk konus pada daerah yang menempel dengan jaringan di
bawahnya, sehingga mempunyai kecenderungan untuk terjadi akumulasi sisa makanan sering
disebut sebagai bullet /spheroid pontic.
3. Spring bridge
Bridge (GTC) yang mempunyai pontik jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal
bar.
Indikasi : pada kasus di mana gigi anterior terdapat diastema (kasus yang mengutamakan estetis).
4. Cantilever Bridge :
Satu ujung Bridge (GTC) melekat secara rigidlkaku pada retainer sedang ujung yang lain
bebas/menggantung. Biasanya dibuat pada pasien yang menghendaki sedikit jaringan gigi asli
yang dikurangi tetapi tetap tidak lepas dari kriteria retensi dan stabilisasi.
5. Compound Bridge
Kombinasi dari 2 tipe Bridge (GTC).
Persyaratan GTC
Suatu GTC harus memenuhi :
1. Persyaratan Mekanis
Gigi-gigi penyangga harus mempunyai sumbu panjang yang sejajar atau hampir sejajar
satu sama lain, atau sedemikian rupa sehingga dapat dibuat sejajar tanpa membahayakan vitalitas
pulpa. Gigi panyangga harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sedemikian rupa sehingga dapat
dipreparasi dengan baik untuk memberi pegangan (retensi) yang baik bagi retainer. Suatu pontik
harus mempunyai bentuk mendekati bentuk anatomi gigi asli yang diganti dan harus sedemikian
kuatnya sehingga dapat menahan/ memikul daya kunyah tanpa patah atau bengkok.
2. Persyaratan Fisiologis
buruk. Logam penuh merupakan pilihan terbaik untuk diaplikasikan pada gigi tiruan cekat
posterior, bila retainer dan pontik tidak terlihat saat pasien tersenyum ataupun bicara.
Kelebihan bahan logam penuh, yaitu: sangat jarang terjadi fraktur, pembuangan
jaringan gigi sedikit, biayanya kemungkinan paling murah (bergantung pada pilihan logam),
teknik pengecoran logam lebih mudah dan menghasilkan adaptasi margin yang lebih akurat.
Kekurangannya yaitu : secara estetik kurang baik karena warna warnanya yang tidak sewarna
dengan gigi, sifat logam mudah menyusut, dan pada beberapa kasus ada sejumlah pasien
Bahan yang secara keseluruhan terbuat dari akrilik. Bahan ini biasanya diindikasikan
sebagai jembatan sementara, dibuat untuk menutupi gigi-gigi yang telah dipreparasi,
melindungi gigi-gigi tersebut dari lingkungan rongga mulut sebelum jembatan yang
Kelebihan bahan ini, yaitu : selain tidak beracun, mudah dimanipulasi, tidak larut
dalam cairan mulut, daya absorbsi rendah, harga murah, dapat dipoles dengan baik,
Kekurangannya, yaitu : Kekuatan impak dan kekuatan transversal yang rendah, ketahanan
terhadap fatik dan abrasi yang rendah, perubahan dimensi akibat pengerutan polimerisasi dan
3. Keramik Penuh
Bahan keramik penuh digunakan bila sangat membutuhkan estetis, karena dapat
meniru warna dan translusensi gigi asli. Gigi tiruan cekat keramik penuh,memiliki kekuatan
yang cukup untuk menahan beban fungsional normal bila didesaindan dibuat dengan tepat,
Kelebihan GTC keramik penuh, yaitu: memiliki tampilan yang lebih alami
menyerupai gigi asli dibandingkan GTC keramik-logam. Kekurangan GTC keramik penuh,
yaitu: rentan terhadap fraktur dan hanya disarankan untuk gigi yang tidak mengalami beban
oklusal yang besar, seperti gigi insisivus lateral, celah yang berlebih pada tepi GTC keramik
penuh dapat meningkatkan resiko karies, bahan keramik yang sangat keras dapat
1950. Kekuatan dan ketahanan bahan logam dapat mendukung bahan keramik yang rapuh
namun estetis. Bahan keramik-logam merupakan pilihan paling popular untuk mahkota dan
bila dibutuhkan kekuatan dan estetis pada gigi tiruan. Gigi tiruan cekat keramik-logam
memiliki beberapa keuntungan antara lain(Shillingburg dkk. 2012; Hatrick dkk. 2011;
- Memiliki kekuatan dan ketahanan cukup besar untuk menahan beban pengunyahan
- Biokompatibel
- Bahan keramik sangat keras sehingga dapat mengauskan enamel gigi antagonis