Anda di halaman 1dari 16

PROSEDUR PENATALAKSANAAN

PULPEKTOMI NON VITAL GIGI 12

Disusun Oleh:

Liza Triwidyastuti, S.Kg

04074821618020

Dosen Pembimbing:

drg. Rinda Yulianti, Sp.KG

PENDIDIKAN PROFESI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016
I. Informasi Kasus

Data Pribadi Pasien


Nama Pasien : Anis Anitasia
Umur : 21 tahun
Suku : Melayu
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Tetap : Jl. Cenderawasih No. 10 RT. 02, RW. 02, Kel. Tugu
Kecil, Prabumulih
Telepon/Hp : 082282465114
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Peserta Asuransi : -
Dokter Keluarga : -

Riwayat Penyakit/ Kelainan Sistemik


Penyakit/ kelainan Ada Disangkal Penyakit/ Ada Disangkal
sistemik kelainan sistemik
Alergi  HIV + AIDS 
Penyakit jantung  Penyakit 
pernafasan/ paru
Penyakit tekanan  Kelainan 
darah tinggi pencernaan
Penyakit kencing  Penyakit ginjal 
manis/ DM
Penyakit kelainan  Penyakit/ kelainan 
darah kelenjar ludah
Penyakit hepatitis  Epilepsi 
Kelainan hati lainnya 

Status Umum Pasien


Rujukan :-
Keadaan umum : Compos mentis
Berat badan : 47 kg
Tinggi badan : 156 cm
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 denyut/ menit
Pernafasan : 18 kali/ menit
Pupil mata : Normal

Anamnesis
Keluhan utama:
Pasien (Perempuan, 21 tahun) datang ke klinik Rumah Sakit Khusus Gigi dan
Mulut Palembang dengan keluhan terdapat lubang kehitaman pada gigi depan atas
kanannya sejak ± 5 tahun yang lalu. Kemudian, ±1,5 bulan yang lalu pasien mengeluhkan
gigi tersebut sakit berdenyut semalaman dan pasien minum obat sehingga rasa sakitnya
hilang. Sekitar satu minggu setelahnya pasien kembali mengeluhkan kembali sakit
berdenyut semalaman, namun pasien pasien tidak meminum obatnya. Dan setelahnya,
pasien mengaku tidak merasakan lagi sakit pada gigi tersebut. Pasien ingin giginya dirawat
karena merasa tidak nyaman dan kurang percaya diri dengan kondisi giginya tersebut.

Keluhan Tambahan: -

Riwayat perawatan gigi:


 Pencabutan radiks gigi 24.
 Pembersihan karang gigi (scalling )
 Pemasangan mahkota jaket akrilik gigi 21

Kebiasaan buruk : -
Riwayat sosial : Pasien adalah seorang mahasiswi IAIN yang tinggal bersama
orang tuanya.

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


Wajah :  Simetri  Asimetri
Bibir :  Sehat  Ada kelainan
Kelenjar getah bening submandibula :
Kanan :  Tidak teraba  Teraba (lunak/kenyal/keras)
 Sakit  Tidak sakit
Kiri :  Tidak teraba  Teraba (lunak/kenyal/keras)
 Sakit  Tidak sakit
Kelenjar lainnya : -

KEADAAN UMUM INTRA ORAL


Debris :  Tidak ada  Ada, regio: a, b, c, d, e, f
Kalkulus :  Tidak ada  Ada, regio: a, b, c, d, e, f
Plak :  Tidak ada  Ada, regio: a, b, c, d, e, f
Perdarahan papilla interdental :  Tidak ada  Ada, regio: a, b, c, d, e, f
Gingiva :  Sehat
 Ada kelainan : eritema dan edema pada marginal
gingiva regio a,b,c,d,e,f
Mukosa :  Sehat  Ada kelainan: -
Palatum :  Sehat
 Kelainan/ anomali: terdapat tonjolan keras di tengah
palatum keras dengan panjang
berdiameter ±2,5 cm dan lebar
±1,5 cm, tidak sakit saat
dipalpasi.
Lidah :  Sehat/ normal  Kelainan/ anomali: -
Dasar mulut :  Sehat  Ada kelainan
Hubungan rahang :  Ortognati  Retrognati  Prognati
Kelainan gigi-geligi :  Tidak ada  Ada

OHI-S
DI CI OHI-S = DI + CI Ket :  baik
1 1 2 1 1 2 = 8/6 + 8/6  sedang
1 1 2 1 3 0 = 2,7  buruk

Temuan Masalah :
Gigi 12:
 Lesi D6 pada gigi 12 [sondasi (-), CE (-), perkusi (+), palpasi (-)].
 Pada gigi 12 terdapat gambaran radiolusen dari 1/3 mahkota bagian mesiolingual
hingga kamar pulpa. Memiliki satu saluran akar tanpa dilaserasi dan satu akar
berbentuk lurus. Garis kontinuitas lamina dura yang mengelilingi akar gigi terputus
dan terlihat gambaran radiolusen pada apeks gigi yang berbatas tidak jelas/difus.
Gambar 1. Foto periapikal Gambar 2. Gambaran klinis gigi Gambar 3. Gambaran klinis gigi
pada gigi 12 12 (tampak labial) 12 (tampak palatal)

Diagnosa : Nekrosis pulpa disertai abses periapikal pada gigi 12


Rencana Perawatan : Pulpektomi non vital dengan restorasi pasak dan mahkota jaket
pada gigi 12
Prognosis : Baik karena pasien tidak memiliki penyakit sistemik dan pasien
bersikap kooperatif.

II. Prinsip Perawatan Saluran Akar


1. Preparasi akses dan penentuan panjang kerja
2. Preparasi biomekanik (cleaning and shapping)
3. Desinfeksi (medikamen)
4. Pengisian saluran akar (obturasi)
5. Restorasi

III. Prosedur Penatalaksanaan Pulpektomi Non Vital


a. Informed Consent
Informed consent merupakan persetujuan/ penolakan oleh pasien terhadap
segala tindakan dan pengobatan yang akan diberikan kepadanya setelah mendapat
informasi yang lengkap dan jelas dari dokter tentang rencana pengobatan tersebut.
b. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pemeriksaan subjektif berkaitan dengan keluhan pasien tentang giginya.
Pemeriksaan objektif berkaitan dengan pemeriksaan vitalitas gigi dan apakah
terdapat kelainan periapikal atau tidak (test sondasi, Chlor Ethyl, palpasi, dan
perkusi).

c. Pemeriksaan Vital Sign


Pemeriksaan vital sign, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan pupil mata pada pasien.

d. Foto Rontgen Periapikal


Terdapat 3 fungsi utama foto rontgen periapikal dalam perawatan endodontik,
yaitu:
 Diagnosis
 Treatment
Menentukan panjang kerja, master kon, dan obturasi.
 Recall
Mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan.

e. Penentuan Panjang Kerja (PK)


Panjang kerja harus ditentukan untuk menghindari:
 Rusaknya apical constriction (penyempitan saluran akar di apikal).
 Perforasi ke apikal.

Panjang kerja dapat ditentukan dengan menggunakan metode:


 Metode radiografi (menurut Bregmann)
*Pj Gigi Sebenarnya = Pj.Mahkota sebenarnya x Pj.Gigi Rontgen
Pj.Mahkota Rontgen
*Pj Gigi Sebenarnya =
= 22,72 mm
*Pj Kerja = Pj Gigi Sebenarnya – (1-2 mm)

 Jarak panjang kerja dari apeks ditentukan oleh keadaan radiografi pada
radiograf, yaitu:
1. Tidak ada resorpsi tulang/ akar : 1 mm dari apeks.
2. Resorpsi tulang, tidak ada resorpsi akar : 1,5 mm dari apeks.
3. Resorpsi tulang dan akar : 2 mm dari apeks.
Gambar: Jarak panjang kerja berdasarkaan keadaan radiografi.

*Pj Kerja = 22,72 mm – 1 mm

= 21,72 mm

 Metode taktil
Biasanya untuk yang telah terlatih. Ujung jari mendeteksi file untuk mencapai
konstriksi apeks.
 Metode elektronik mengunakan Electronic Apex Locator
Saluran akar dicuci dengan NaCl dan dikeringkan dengan paper point. File
dimasukkan ke saluran akar sampai terdengar bunyi beep, buzz, terlihat kilatan
sinar, angka digital atau bergeraknya jarum pada tombol yang
mengindikasikan apeks sudah tercapai. File dikunci posisinya, radiografi
diambil, dan ditentukan panjang kerjanya. Sesudah hasil pengukuran didapat,
kurangi 1-2 mm untuk menentukan panjang kerja yang benar.

f. Open bur/ Pembukaan akses


Pertengahan permukaan palatal gigi dibur menggunakan round bur dan
dilanjutkan dengan tapered fissured bur untuk memperlebar kavitas, pelebaran
kavitas ini untuk memudahkan akses dan untuk menghindari terjadinya ledge
apikal.

Gambar: Anatomi saluran akar gigi insisivus rahang atas (kiri).


Gambar: (A) Akses kavitas terlalu kecil, sehingga instrumen tidak dapat masuk ke saluran akar
dengan leluasa dan dapat menyebabkan ledge apikal. Akses yang salah juga menghalangi
pembersihan kamar pulpa. (B) Pelebaran apeks menyebabkan ledge labial dan sisi palatal tidak
terinstrumentasi (kanan)

g. Preparasi Akses
Tujuan preparasi akses adalah memperoleh akses yang lurus, membuang atap
pulpa, mengetahui vitalitas gigi. Preparasi akses, meliputi pembukaan akses agar
instrumen dapat masuk ke orifice dengan mudah. Preparasi akses dilakukan pada
permukaan palatal/lingual gigi dengan bentuk triangular. Setelah akses dibuka,
saluran akar ditelusuri (eksplorasi) untuk menentukan letak orifis dengan sonde
lurus, setelah orifis diketahui, smooth broach atau jarum Miller dimasukkan dari
ukuran terkecil (10) sampai ukuran terbesar (25) yang sesuai dengan panjang kerja
yang telah ditentukan sebelumnya. Smooth broach berfungsi untuk menentukan
jumlah saluran akar, mengeksplorasi orifis saluran akar, menandai letak saluran
akar, mengidentifikasi adanya batu pulpa, saluran akar yang sempit, dan
mengidentifikasi kevitalan saluran akar pada kondisi jaringan vital yang berada
pada 1/3 apikal saluran akar.

h. Ekstirpasi Pulpa
Ekstirpasi merupakan pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar dengan
menggunakan barbed broach atau jarum ekstirpasi sedalam 2/3 saluran akar.
Ukuran jarum ekstirpasi yang akan digunakan disesuaikan dengan ukuran saluran
akar yang dilihat dari foto rontgen, kemudian dipilih jarum ekstirpasi satu nomor
lebih kecil untuk mencegah tertahannya pergerakan jarum dalam saluran akar.
Jarum ekstirpasi kemudian diputar 180 searah jarum jam, lalu ditarik keluar. Cara
ini diulang lagi sampai jaringan pulpa terambil seluruhnya.

i. Debridement
Pembersihan saluran akar dilakukan dengan menggunakan bahan irigasi.
Bahan irigasi digunakan untuk menghilangkan debris dan darah, melarutkan smear
layer, dan menghilangkan bakteri.
Teknik irigasi saluran akar:
 Bahan irigasi dimasukkan secara perlahan dalam saluran akar.
 Jarum tidak boleh terjepit dalam saluran akar dan harus memungkinkan aliran
yang adekuat.
 Pilih jarum tumpul ukuran 23, 25 atau 27. Tergantung dari ukuran saluran akar
gigi. Ukuran jarum yang digunakan dalam kasus ini adalah 27.
 Untuk membuang kelebihan cairan, sebaiknya ditampung dengan kasa yang
diletakkan dekat kamar pulpa, selanjutnya untuk mengeringkan saluran akar
digunakan paper point.
 Pada kasus saluran akar yang besar, masukkan jarum sampai tidak ada
hambatan, lalu tarik 2-3 mm dan diirigasi, gunakan kasa dan paper point untuk
menampung kelebihan.
 Agar pembersihan/ debridement efektif pada saluran akar gigi anterior dan
posterior, jarum dibengkokkan di bagian tengahnya untuk mencapai panjang
optimum saluran akar.

Tabel 1. Ringkasan bahan irigasi yang digunakan pada perawatan saluran akar.

Normal
No Bahan irigasi NaOCl H2O2 EDTA Chlorhexidine
saline
1 Konsentrasi 0,9% 0,25-5,25% 3% 15% 2%
2 pH 7,3 10,8-12 6 7,3-8 5,5-7
3 Mekanisme Pembilasan Bakterisidal Bakterisidal Lubrikasi, Bakteriostatik
aksi fisik emulsifikasi, dan pada konsentrasi
membawa debris rendah.
dalam suspensi Bakterisidal pada
konsentrasi
tinggi
4 Keuntungan Tidak ada Memiliki sifat Memiliki Melarutkan Efektif pada
efek melarutkan debris sifat dentin/debris abses, lebih
samping organik, pelumas, disinfectant anorganik, efektif pada
menghentikan dan sebagai pelumas, bakteri gram
perdarahan, dan antibakteri membuat positif,
antibakteri manipulasi canal
menjadi lebih
mudah
5 Kerugian Tidak Dapat Tidak dapat
memiliki menyebabkan melarutkan sisa
sifat cidera jaringan jaringan nekrotik
antibakteri jika keluar ke
periapikal

j. Preparasi Saluran Akar


Teknik preparasi yang digunakan adalah teknik preparasi step back.
 Penentuan IAF (Initial Apical File)
IAF merupakan file terbesar pertama yang pas masuk saluran akar dan sesuai
dengan panjang kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Preparasi saluran akar
diawali dengan menggunakan IAF dengan putaran ¼ - ½ putaran searah jarum
jam.
Setelah mendapatkan IAF, lakukan foto rontgen kembali untuk memastikan
bahwa IAF telah benar.
 Penentuan MAF (Master Apical File)
Lakukan preparasi sampai 2 nomor di atas IAF untuk menentukan MAF, tanpa
mengurangi panjang kerja.
 Rontgen MAC (Master Apical Cone)
Ukurannya sama dengan MAF. Dilakukan foto rontgen kembali untuk
memastikan bahwa MAC (Master Apical Cone) telah sesuai panjang kerja.
 Preparasi step back dan rekapitulasi file
1. Preparasi selanjutya adalah stepback menggunakan K-File sampai 3 nomor
di atas MAF dengan memperpendek panjang kerja sepanjang 1 mm.
2. Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya selalu
dilakukan irigasi dan rekapitulasi (memasukkan kembali file terakhir
[MAF] yang digunakan pada preparasi apikal untuk mengeluarkan debris
tetapi tidak memperlebar saluran akar).
*Rekapitulasi merupakan suatu istilah yang digunakan pada saat
instrumentasi, yakni memasukkan kembali file terakhir yang digunakan
pada preparasi apikal untuk mengeluarkan debris tetapi tidak memperlebar
saluran akar.
IAF → irigasi → MAF → irigasi → Instrumentasi stepback-1→ irigasi
→ rekapitulasi → irigasi → instrumentasi stepback-2 → irigasi →
rekapitulasi → irigasi → instrumentasi stepback-3 → irigasi →
rekapitulasi → irigasi.
Contoh :
IAF = #15/ 22 mm
#20/ 22 mm
MAF =#25/ 22 mm
Step Back = #30/ 21 mm Rekapitulasi = #25/ 22 mm
#35/ 20 mm Rekapitulasi = #25/ 22 mm
#40/ 19 mm Rekapitulasi = #25/ 22 mm

 Rontgen MAC (Master Apical Cone): Ukurannya sama dengan MAF


Dilakukan foto rontgen kembali untuk memastikan bahwa MAC telah sesuai
panjang kerja.

k. Medikamen
Medikamen yang digunakan untuk sterilisasi saluran akar pada kasus ini adalah
Chresopen yang ditetesi pada butiran kapas kecil, kemudian diperas dengan kapas
kering dan diletakkan di kamar pulpa/orifis. Selanjutnya ditumpat sementara.
Desinfeksi didapatkan dari penguapan chresopen di dalam kamar pulpa. Masa aktif
chresopen adalah 3-5 hari. Pemberian medikamen dihentikan jika kapas sudah tidak
berwarna dan berbau.
Pada kunjungan berikutnya, medikamen yang diberikan adalah kalsium hidroksida .
Pemberian medikamen kalsium hidroksida dikatakan berhasil jika pada kunjungan
berikutnya kalsium hidroksida dalam keadaan kering. Kalsium hidroksida diambil
dengan menggunakan file, lalu diletakkan pada glass pad untuk melihat kering atau
tidaknya kalsium hidroksida.

Tabel 2. Ringkasan Bahan Medikamen yang Digunakan pada Perawatan Endodonti


Bahan Durasi
Komposisi Keuntungan Kerugian
Medikamen Aktivitas
Golongan Fenol
Eugenol  Minyak cengkeh 3 hari Mengendalikan nyeri Bau dan rasa tidak enak
 Fenol

ChKM  Parachlorophenol 1 hari Antibakteri sprektrum Tidak bermanfaat sebagai


 Kamfer luas, sifat iritasi rendah medikamen antar-kunjungan
 Menthol
Chresophen
3 - 5 hari
Antiphlogistikum -
 Dexamethasone base
(mengurangi inflamasi)
 Parachlorophenol
 Thymol
 Camphor
Aldehid
Formokresol  Formaldehyde 2-3 bulan Antibakteri Toksisitas, tidak
 Cresol mengendalikan nyeri, efek
 Water and glycerine
nekrosis terhadap jaringan,
Glutaraldehid
merangsang resopsi internal
14-30 hari Desinfektan kuat
Reaksi bersifat asam,
mengiritasi jaringan
Steroid Belum Menurunkan nyeri, tidak Menurunkan regenerasi sel
diketahui toksis,mengurangi dan jaringan, menghambat
peradangan pembentukan fibroblas dan
antibodi
Kalsium Pasta Basis 7-14 hari Antimikroba, Tidak mengendalikan nyeri
Hidroksida 1. Glycol salicylate menurunkan inflamasi
2. Calcium sulphate
pada apeks, tidak toksis
3. Titanium dioxide
4. Calcium
tungstate/barium
sulphate
Pasta Katalis
1. Calsium hydroxide
2. Zinc oxide
3. Zinc stearate
4. Ethylene toluene
5. Sulfonamide

l. Obturasi
Tujuan dari obturasi adalah memasukkan bahan pengisi ke saluran akar yang
sebelumnya diisi oleh jaringan pulpa untuk mencegah infeksi berulang, menciptakan
kerapatan yang sempurna sepanjang sistem saluran akar (dari korona sampai ujung
apkes).
Syarat boleh dilakukannya obturasi adalah saat tidak adanya keluhan pasien dari
gigi yang dirawat (rasa sakit, palpasi, dan perkusi negatif), saluran akar telah kering,
tidak berbau (cotton pellet), steril, tumpatan sementara tidak terbuka, lesi periapikal
tidak berkembang, rontgent MAC sudah sesuai dengan panjang kerja, dan preparasi
saluran akar telah selesai.

Tabel. 3 Ringkasan Material Obturasi yang Digunakan pada Perawatan Endodonti


Keuntungan Kekurangan
Material Obturasi
SOLID

Gutta percha Plastis, bersifat opak, kerapatannya Tidak beradhesi ke dentin (diperlukan
adekuat, mudah dikeluarkan dari sealer), mengkerut jika dingin, tidak
saluran akar, antimikrobial. bisa digunakan pada saluran akar yang
sangat bengkok.

Kon Perak Kerapatan yang adekuat untuk Tidak mampu beradapatsi, korosi,
jangka waktu pendek. toksisitas, susah dikeluarkan kembali.

Kirgi Sebagai material inti Tidak pernah mencapai kerapatan


sempurna, sukar dikeluarkan kembali,

SEMISOLID (PASTA)

ZOE Bersifat opak, antimikrobial, mudah Pengkerutan saat mengeras, toksis,


dimanipulasi sukar mengendalikan panjang kerja,
kerapatan tidak konsisten.

Berbasis resin Material obturasi tunggal, mudah Toksis, sukar menentukan panjang
dimanipulasi kerja, mudah larut

Tabel. 4 Ringkasan Jenis Sealer yang Digunakan pada Perawatan Endodontik


Jenis sealer Keuntungan Kerugian
Berbasis OSE
Endofill Kombinasi baik dengan gutta Mewarnai dentin, waktu pengerasan
percha, radiopak, tidak mengkerut, sangat lambat (2-5 jam), tidak adhesif,
antiinflamasi-antiseptik mudah larut, toksisitas
Endometason Radiopak, antiinflamasi Kelarutan tinggi, menimbulkan alergi
Berbasis Resin
2-seal Sifat sealing jangka panjang, Toksisitas, sulit dibersihkan, adhesif
adhesif, radiopak yang sangat tinggi. kurang baik dengan gutta percha.
AH26 Antimikroba, adhesif, waktu kerja Mewarnai dentin, tidak larut dalam
lama, kerapatan sangat baik. pelarut, sedikit toksis saat belum
mengeras.
Glass ionomer cement Adhesi baik ke dentin Sulit larut jika dilakukan perawatan
ulang (pembuatan pasak).
Kalsium Hidroksida Merangsang terbentuknya barrier Toksisitas.
kalsium di apeks, antimikroba,
kerapatan jangka pendek yang
adekuat.
Silicone
Gutta flow Bersifat radiopak, toksisitas rendah, Tidak adhesif dengan dentin.
adaptasi baik.

Material yang dapat digunakan adalah guta percha dengan semen saluran akar/
sealer. Pengaplikasian semen saluran akar menggunakan lentulo. Fungsi semen saluran
akar adalah sebagai antimikroba, mengisi celah antara bahan pengisi dengan dinding
dentin, sebagai agen pengikat, sebagai pelumas, dan memberikan efek radiopak.
Campur bubuk sealer dan cairan dengan rasio 1:1, pengadukan dengan gerakan
memutar sampai homogen pada glass slab. Campuran dianggap baik bila sealer dapat
diangkat dengan spatula dari adukan setinggi sekitar 2 cm tanpa putus. Teknik obturasi
yang digunakan adalah teknik kondensasi lateral menggunakan spreader.
Langkah-langkah obturasi dengan menggunakan teknik ini adalah:
1. Master kon dipaskan pada saluran akar sesuai dengan panjang kerja.
2. Jika letak master kon sudah tepat dalam saluran akar, kon tersebut dikeluarkan
dan saluran akar dikeringkan kembali.
3. Campur semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan
menggunakan lentulo dengan putaran searah jarum jam. Alat ini dapat
digunakan dengan mesin berkecepatan rendah (lowspeed) maupun tipe K yang
diputar dengan tangan. Dapat pula menggunakan file untuk menggantikan
lentulo, tetapi pemakaiannya berlawanan arah jarum jam.Bila menggunakan
lentulo, semen saluran akar diambil dengan ujung lentulo, lalu dimasukkan ke
dalam saluran akar sampai tertahan, tarik sekitar 2 mm agar tidak terkunci
dalam saluran akar, kemudian putar searah jarum jam. Jarum lentulo tidak
boleh terkunci dalam saluran akar agar tidak patah saat diputar. Tahap ini
dilakukan sampai seluruh dinding saluran akar terlapisi oleh semen.
4. Master kon dilapisi dengan semen saluran akar dan dengan hati-hati
dimasukkan ke dalam saluran akar, ditarik sedikit satu atau dua kali, lalu
masukkan kembali sampai panjang kerja.
5. Master kon ditekan dengan spreader sampai rapat ke dinding saluran akar dan
ditekan ke arah apeks sampai 1-2 mm lebih pendek dari panjang kerja, putar
ke kiri dan ke kanan, keluarkan dari saluran akar.
6. Untuk membebaskan spreader waktu akan dikeluarkan, putar spreader bolak
balik sepanjang sumbunya.
7. Setelah dikeluarkan, masukkan segera kon aksesori ke saluran akar. Masukkan
kembali spreader untuk menekan kon aksesori.
8. Ulangi tahap ini sampai spreader tidak dapat masuk orifis.
9. Potong kelebihan guta percha dengan instrumen yang ujungnya dipanaskan.
Pemotongan dilakukan sampai 1 mm di bawah tepi gingiva gigi anterior,
kemudian dilakukan kondensasi vertikal dengan root canal plugger (untuk gigi
anterior) sampai 1-2 mm ke arah apeks dari servikal. Jarak pemotongan ini
bertujuan untuk memberikan space atau ruang untuk penempatan basis diatas
guta percha.

m. Tumpatan Sementara
Penumpatan sementara menggunakan teknik double seal, yaitu di atas
gutapercha diaplikasikan GIC kemudian cotton pellet diletakkan di atasnya, lalu
ditumpat dengan bahan tumpatan sementara. Setelah itu lakukan rontgen terhadap
hasil obturasi.

n. Kontrol
Dilakukan kontrol setelah dilakukan perawatan saluran akar.

o. Restorasi Akhir
Restorasi yang dilakukan pada kasus ini adalah restorasi pasak dan mahkota jaket.

Palembang, Oktober 2016


Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Konservasi
drg. Rinda Yulianti, Sp.KG

DAFTAR PUSTAKA

1. Garg N, Garg A. Textbook of endodontics, 2nd edition. Jaypee. New Delhi: 2010;
p. 82-3, 177, 186, 189, 192-3, 212-8, 225, 238, 266, 271-2.

2. Walton RE, Torabinejad M. Principles and practice of endodontic, 3rd edition.


W.B. Saunders Company. USA: 2002; p. 104-12,202, 234, 245-9, 255-6.

3. Bergenholtz G, Preben HB, Claes R. Textbook of endodontology, 2nd edition.


Wiley blackwell. Singapura: 2010; 60-1, 147.

4. Chong BS. Harty’s endodontics in clinical practice, 6th edition. Elsevier. China:
2010; p. 41, 112, 116.

5. Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp, 9th edition. Mosby. 2006; p. 242.

Anda mungkin juga menyukai