ORAL MEDICINE
Traumatic Ulcer
Ahmad Fajrilhaq
160112130536
Pembimbing :
DR., IrnaSufiawati drg. Sp.PM
Ulcer adalah suatu lesi atau luka terbuka yang meluas sampai ke stratum basale.
Traumatic ulcer adalah lesi pada mulut yang biasa terjadi dan dapat disebabkan oleh tambalan
yang kurang baik, gigi yang patah atau tajam, iritasi gigi tiruan, instrument alat-alat kedokteran
gigi, benda-benda asing, dan kebiasaan mengigit bibir. Ulcer ini dapat terjadi pada berbagai usia
dan jenis kelamin. Biasanya ulcer ini terdapat pada lidah, mukosa bukal, palatum, mukosa labial,
dan juga gingiva.
Pasien yang datang dengan traumatic ulcer biasanya mengeluhkan rasa sakit yang dapat
timbul 1-2 hari setelah trauma mengenai mukosa oral. Biasanya pasien dapat menyebutkan hal
yang menyebabkan ulserasi tersebut.
Diagnosis yang tepat akan menetukan rencana perawatan yang tepat pula pada pasien
tersebut. Traumatic ulcer biasanya hilang setelah 2 minggu, namun jika belum hilang setelah
waktu tersebut maka akan dilakukan biopsy.
Pada makalah ini, dilaporkan kasus traumatic ulcer pada seorang pasien perempuan, usia
27 tahun, yang datang ke Bagian Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada bulan November 2014.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.2. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan pada bibir bawah sebelah kiri sejak ±4
hari yang lalu. Sariawan timbul setelah pasien menggigit saat makan. Awalnya sariawan tersebut
kecil dan merah, semakin lama semakin besar dan memanjang, dan semakin terasa sakit.
Sariawan tersebut terasa sakit saat makan makanan pedas dan panas. Pasien mengaku jarang
mengkonsumsi buah dan sayur. Pasien belum pernah mengobati sariawannya yang sekarang.
Sekitar 7 bulan yang lalu, pasien juga pernah mengalami sariawan pada pipi sebelah kanan
setelah terluka saat menyikat gigi. Sariawan tersebut tidak diobati dan sembuh sendiri setelah
satu minggu.
2.2.1. Anamnesis
Pasien datang untuk kontrol setelah ±10 hari yang lalu dengan keluhan terdapat sariawan
pada bagian dalam bibir bawah kiri. Untuk pengobatan, kadang-kadang pasien mengaplikasikan
triamcinolon gel. Pada saat kontrol, sariawan sudah tidak sakit, dan pasien sudah merasa
nyaman. Sariawan sudah mengecil tapi lesi belum menutup sempurna. Pasien tidak melakukan
beberapa instruksi yaitu mengkonsumsi vitamin B12, sayur, dan buah. Pasien mengaku beberapa
minggu terakhir kurang tidur
Bibir competent
Wajah Simetri/Asimetri
Sirkum Oral Tidak ada kelainan
Lain-lain Tidak ada kelainan
2.3.1. Anamnesis
Pasien datang untuk kontrol setelah ±17dan mengikuti instruksi untuk mengkonsumsi vit
B12 buah, sayur, telur, dan ikan. Pasien sudah tidak mengeluhkan rasa sakit dan merasa nyaman.
Namun pasien belum dapat mengatur pola tidurnya. Sariawan sudah sembuh, tetapi masih ada
bekas kecil dan berwarna sedikit merah.
Bibir competent
Wajah Simetri/Asimetri
Sirkum Oral Tidak ada kelainan
Lain-lain Tidak ada kelainan
Definisi
Traumatic ulcer merupakan keadaan dimana timbul ulser tunggal berbentuk ovoid
berwarna putih kekuningan dikelilingi daerah eritema yang mengenai mukosa oral. Trauma
merupakan penyebab yang paling sering menyebabkan ulserasi tunggal pada mukosa oral. Hal
yang paling sering dikeluhkan pasien penderita traumatic ulcer adalah sakit terutama pada saat
makan, menelan, maupun bicara. Traumatic ulcer terlokalisasi pada daerah yang terkena trauma,
biasanya terjadi pada lidah, mukosa bukal, dan mukosa labial. Biasanya pasien dapat
menyebutkan hal yang menyebabkan ulserasi yang terjadi (Greenberg and Glick, 2008; Laskaris,
2006).
Etiologi
Ulser traumatik dapat diakibatkan oleh bahan-bahan kimia, panas, listrik, atau gaya
mekanik, dan seringkali diklasifikasikan menurut sifat penyebabnya.
Menurut Houston (2009), gambaran klinis ulser tergantung dari etiologinya, yaitu:
Tergigit saat bicara, tidur, atau selama mengunyah.
Gigi fraktur, karies, malposisi, malformasi dan erupsi prematur
Gigi tiruan yang tidak terawat dan kasar
Trauma iatrogenik
Trauma mekanis (seperti iritasi dari makanan yang tajam dan keras), kimia, elektris dan
termal.
Daerah dalam rongga mulut yang sering kali ditemukan ulser traumatik antara lain sebagai
berikut (Houston, 2009) :
1. Trauma mekanis
Ulser yang berhubungan dengan trauma mekanis biasanya ditemukan pada mukosa
bukal, mukosa labial bibir atas dan bawah, lateral lidah, mukobukal folds, gingiva, palatal.
2. Trauma elektrik
Kebanyakan lesi berhubungan dengan terjadinya electrical burns pada anak-anak,
biasanya meliputi bibir dan daerah komisura.
3. Trauma termal
Ulser ini biasanya berhubungan dengan makan makanan yang panas, umumnya terdapat
pada mukosa bukal posterior dan palatum.
4. Trauma kimia
Bahan kimia dapat merusak membran mukosa oral, seperti aspirin, hidrogen peroksida,
silver nitrat, dan phenol.
Gambaran Klinis
Traumatic ulcer ini memiliki gambaran yang bervariasi, namun biasanya muncul dengan
lesi yang single, sakit dengan permukaan yang halus berwarna putih kekuningan dan dikelilingi
daerah eritem. Biasanya ulcer ini lembut jika dipalpasi dan dapat hilang tanpa meninggalkan
bekas dalam waktu 6-10 hari, dan dapat sembuh dengan spontan jika penyebabnya dihilangkan.
Traumatic ulcer ini memiliki gambaran yang menyerupai carcinoma. Pada lidah, bibir, dan juga
mukosa bukal adalah daerah yang paling sering terkena.
Diagnosa
Lesi ulser dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab dan
memiliki tanda klinis yang sama. Diagnosa ditegakan dengan anamnesa mengenai gejala dan
tanda klinis lesi, rekurensi dan predileksi yang dihubungkan dengan sumber pencetus. Apabila
lesi ini tidk sembuh dalam waktu 10-12 hari maka dilakukan biopsi untuk menegakan diagnosa
apakah ini merupakan suatu keganasan atau bukan.
Diagnosis Banding
Stomatitis Aphtousa Rekuren (SAR) adalah lesi mukosa rongga mulut yang paling sering
terjadi, ditandai dengan ulser yang timbul berulang di mukosa mulut pasien dengan tanpa adanya
gejala atau tanda dari penyakit lain (Greenberg and Glick, 2003). Ulcer atau ulkus adalah suatu
luka terbuka dari kulitatau jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis
jaringan sedikit demi sedikit. Ulkus meluas melewati lapisan basal dari epitel dan kedalam
dermisnya maka pada penyembuhannya sering disertai dengan jaringan parut (Langlais and
Miller, 2000).
Saat ini SAR tidak lagi dianggap sebagai penyakit tunggal tetapi cenderung sebagai
keadaan patologis dengan manifestasi klinis yang serupa. Gangguan immunologi, defisiensi
nutrisi, alergi, trauma, kebiasaan (habit), hormonal dan keadaan psikologis memiliki keterkaitan
dengan SAR (Greenberg and Glick, 2003).
Berdasarkan manifestasi klinis terdapat tiga kategori SAR:
Ulser Minor (atau disebut juga dengan nama Mikulicz’s aphthae atau mild aphthous ulcers) :
80% dari total kejadian, diameter 1cm. Apthous minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal,
berwarna kuning-kelabu, dengan diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesicle yang
terlihat pada ulkus ini. Tepi eritematosus yang mencolok mengelilingi pseudomembran
fibrinosa. Rasa terbakar merupakan keluhan awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari.
Kambuh dan pola terjadinya bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh
spontan tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 14 hari (Langlais and Miller, 2000).
Perbedaan lesi traumatik ulser adalah lesi SAR berbentuk bulat atau oval, sedangkan
traumatic ulcer irregular. SAR biasanya mengenai mukosa non keratin seperti mukosa bukal dan
labial, sedangkan traumatic ulcer bisa mengenai palatum, gingiva, dan lidah. Selain itu, SAR
biasanya dikaitkan dengan keadaan hormonal, streess emosional, defisiensi nutrisi, dan juga
faktor herediter. Biasanya lesi yang timbul pada rongga mulut selalu berulang dalam jangka
waktu tertentu di tempat yang berbeda-beda. Stomatitis aphtous recurrent memiliki 3 gambaran
klinis, yaitu minor (ukuran < 1 cm, single atau multipel, sembuh tanpa jaringan parut/bekas),
mayor (ukuran > 1cm, single atau multipel, dapat meninggalkan bekas/jaringan parut), dan
herpetiform (ukuran 1-2 mm, dapat membesar, multipel, sembuh tanpa meninggalkan
bekas/jaringan parut). (Greenberg and Glick, 2008; Laskaris, 2006).
Pada pasien SAR akan mengeluh adanya rekurensi salah satu atau beberapa lesi oral
dalam interval hari sampai bulan. SAR biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja dan
frekuensinya meningkat seiring dengan usia. Ulser yang disebabkan oleh SAR biasanya
menyerang mukosa lunak mulut atau mukosa nonkeratin yang tidak melekat langsung pada
tulang. Daerah ini meliputi mukosa labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak,
dan mukosa orofaringeal. Daerah yang tidak terkena SAR adalah palatum keras dan gingiva
cekat. SAR tidak hanya ditemukan dalam rongga mulut, mungkin bisa ditemukan dalam traktus
digestifus, tetapi lesi yang muncul di luar rongga mulut biasanya berhubungan dengan penyakit
sistemik.
Terapi
Penatalaksanaan ulser traumatik dengan menghilangkan penyebab dan menggunakan obat
kumur antiseptik (contohnya klorheksidin 0,2 %) atau covering agent seperti Orabase selama
fase penyembuhan. Semua ulser traumatik harus ditinjau, jika lesi terus menetap lebih dari 10-14
hari setelah faktor penyebab dihilangkan sebaiknya dilakukan biopsi untuk memastikan adanya
keganasan rongga mulut atau squamous cell carcinoma (Field dan Longman, 2003).
Menurut Houston (2009), perawatan lesi ulserasi bermacam-macam tergantung dari
ukuran, durasi dan lokasi. Ulserasi akibat trauma mekanis atau termal dari makanan biasanya
sembuh dalam 10-14 hari dengan menghilangkan penyebabnya. Penatalaksanaan terbaik untuk
ulserasi yang berhubungan dengan trauma kimiawi yaitu dengan mencegah kontak dengan bahan
kimia penyebabnya. Trauma elektris pada mukosa oral biasanya dirawat pada bagian luka bakar
dan dipertimbangkan untuk pemberian vaksin jika perlu. Terapi antibiotik (biasanya penisilin)
diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder jika lesi yang terjadi parah dan dalam.
Kebanyakan ulser traumatik sembuh tanpa memerlukan terapi antibiotik. Terapi yang biasa
diberikan yaitu:
Menghilangkan iritan atau penyebab
Menggunakan obat kumur
Mengonsumsi makanan yang halus dan lunak
Aplikasi kortikosteroid topikal
Aplikasi anestesi topikal
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tanggal 21 november 2014, datang pasien perempuan umur 27 tahun dengan
keluhan terdapat sariawan pada bibir bawah sebelah kiri sejak 4 hari yang lalu. Awalnya
sariawan timbul karena tergigit saat makan dan sering terkena sikat gigi. Sariawan terasa lebih
sakit pada saat memakan makanan pedas dan sariawan terasa lebih nyaman ketika pasien
meminum air dingin. Pasien pernah mengalami sariawan kurang lebih 7 bulan yang lalu di
tempat yang berbeda, karena luka saatmenyikat gigi. Biasanya sariawan yang diderita pasien
dibiarkan hinggasembuh sendiri sekitar 7 hari kemudian.
Pemeriksaan intra oral terdapat dua buah ulcer di mukosa labial dengan diameter 4mm
dan 1m, permukaan ditutupi oleh lapisan pseudomembran berwarna putih, margin:
rata/halus,berwarna kemerahan, bentuk oval,dasar ulcer cekung. Dari anamnesis dan
pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan diagnosa traumatik ulcer.
Terapi kasus ini adalah dengan menghilangkan faktor penyebabnya yaitu trauma dan
memberikan oral hygiene instructions kepada pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut, dan disertai instruksi mengenai cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Serta
pengobatan pasien diaplikasikan topikal triamcinolon acetonid 2 kali sehari, dan diresepkan
suplemen Vit B12 sekali sehari.
Pada saat kontrol 10 hari kemudian, sariawan belum sembuh meskipun sudah mengalami
perbaikan. Dalam anamnesis, ternyata pasien tidak melakukan beberapa instruksi yaitu
mengkonsumsi vitamin B12, sayur, dan buah. Selain itu pasien mengaku kurang tidur selama
beberapa minggu terakhir. Terapi yang diberikan pada kontrol pertama ini adalah dengan
kembali meresepkan multivitamin dengan KIE berupa instruksi pada pasien agar menjaga pola
tidur dan memenuhi kebutuhan nutrisi, dan konsumsi buah, sayur, hati, telur dan ikan. Pada
kontrol kedua, 7 hari setelah kontrol pertama, sariawan sudah sembuh, tidak sakit, tidak teraba,
tapi masih meninggalkan bekas kemerahan.
BAB V
SIMPULAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosa mengalami traumatik ulcer. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan anamnesa pada pasien dan diperkuat dengan ditemukannya dua buah ulcer pada
mukosa labial dekat regio 3.3 dengan diameter 4mm dan 1m, permukaan ditutupi oleh lapisan
pseudomembran berwarna putih, margin: rata/halus,berwarna kemerahan, bentuk oval, dengan
dasar ulcer cekung.
Terapi kasus ini adalah dengan menghilangkan faktor penyebabnya yaitu trauma dan
memberikan oral hygiene instructions kepada pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut, dan disertai instruksi mengenai cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Serta
pengobatan pasien diaplikasikan topikal triamcinolon acetonide 2 kali sehari, dan instruksi
kontrol diet dan istirahat cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, M.S., M. Glick dan Ship, Jonathan A. 2008. Burket’s Oral Medicine: Diagnosis and
Treatment. 11th Ed. London: BC Decker Inc.
Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at http://emedicine.medscape.com/
(diakses tanggal 9 Januari 2012).
Langlais, R P. and C.S. Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim. Alih
Bahasa oleh Budi Susetyo. Jakarta : Hipokrates
Laskaris, G. 2006. Color Atlas Of Oral Disease. Thieme Medical Publishers Inc.
OxfordUniversity Press.