TRAUMATIC ULCER
Disusun oleh:
Putri Annisa Viramanta
160112150512
Dosen pembimbing:
drg. Tenny Setiani Dewi, M.Kes., Sp.PM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ulser atau ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa
hal, diantaranya yaitu trauma, stomatitis aphtous rekuren, maupun terapi obat-
pada rongga mulut biasanya disebabkan oleh trauma mekanis karena adanya gigi
yang patah atau tajam, tambalan yang kurang baik, instrument alat-alat kedokteran
gigi, kebiasaan menggigit bibir, iritasi gigi tiruan, dan benda-benda asing yang
tajam. Ulser traumatik dapat terjadi pada berbagai tingkatan usia dan jenis
kelamin. Ulser ini biasanya terdapat pada lidah, mukosa bukal, palatum, mukosa
Ulser traumatik dibedakan menjadi ulser akut dan kronis. Ulser akut
biasanya disertai rasa sakit dan memberikan gambaran klinis berupa lesi berwarna
biasanya tidak disertai rasa sakit yang hebat bahkan tidak menimbulkan rasa sakit
serta memberikan gambaran klinis berupa lesi berwarna putih kekuningan dengan
1
Perawatan utama untuk ulser traumatik yaitu menghilangkan sumber
trauma. Pemberian multivitamin, antiseptik lokal, antibiotik lokal, dan obat anti-
Makalah laporan kasus ini akan membahas mengenai ulser traumatik pada
seorang pasien yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
2
BAB II
LAPORAN
Nama : Tn. NJ
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesa
bibir bagian atas kanan sejak dua hari yang lalu. Sariawan tersebut terasa perih
jika tersentuh lidah, terkena makanan terutaman makanan yang pedas. Awalnya
sariawan tersebut terjadi pada saat pasien makan 3 hari yang lalu, dan mulai
membesar setelah tergigit. Pasien mengobati sariawannya dengan obat kumur dua
hari sekali dan banyak mengkonsumsi air putih. Namun sampai saat ini pasien
masih mengeluhkan sakit tapi sedikit berkurang dari sebelumnya. Pasien mengaku
3
tidak ada riwayat sariawan berulang setiap bulannya, begitu juga pada riwayat
Kondisi Umum
Kelenjar Limfe
4
Submandibula Kiri : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-
Konjungtiva : Non-Anemis
Sklera : Non-Ikterik
TMJ Normal
Bibir Normal
Wajah Simetri/Asimetri
Lain-lain Normal
rahang atas
sepanjang 1 cm
5
Mukosa Labial : Terdapat satu ulcer berdiameter 4mm, bulat, tepi
depan gigi 13
sedang
Lidah : Normal
banyak
Status gigi
16 CM/PR/V 26 CM/PR/V
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
46 CS/O/V 36/CM/B/V
47 CS/O/V 37/CS/O/V
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Mikrobiologi : TDL
6
Diagnosis
Rencana Perawatan
7
Gambar 2.1 Ulser traumatic pada mukosa labial di regio gigi
13
Umur : 22 Tahun
Anamnesa
dirasakan sudah hilang, dan vitamin dihabiskan selama 7 hari terakhir. Pasien
konsumsi air putih sesuai anjuran. Akan tetapi, pada saat dilakukan pemeriksaan,
mengeluhkan sakit.
Kelenjar Limfe
8
Servikal Kiri : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-
Konjungtiva : Non-Anemis
Sklera : Non-Ikterik
TMJ Normal
Bibir Hipotonus
Wajah Simetri/Asimetri
Lain-lain Normal
rahang atas
sepanjang 1 cm
depan gigi 13
9
Palatum Mole : Normal
sedang
Lidah : Normal
banyak
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Mikrobiologi : TDL
Diagnosis
Rencana Perawatan
10
Gambar 2.2 Post ulser traumatik pada mukosa labial di regio gigi
13- kontrol I
Umur : 22 Tahun
Anamnesa
11
Pasien datang kembali setelah 14 hari sejak kunjungan pertama. Pasien
dirasa sudah hilang. Namun pada saat kontrol I satu minggu lalu, masih terdapat
chlorhexidine kembali. Pada saat kontrol II hari ini, pada saat diperiksa sariawan
sudah benar-benar sembuh dan pasien sudah tidak mengeluhkan adanya sakit.
air putih.
Kelenjar Limfe
Konjungtiva : Non-Anemis
Sklera : Non-Ikterik
TMJ Normal
Bibir Hipotonus
12
Wajah Simetri/Asimetri
Lain-lain Normal
rahang atas
sepanjang 1 cm
sedang
Lidah : Normal
banyak
Radiologi : TDL
13
Darah : TDL
Mikrobiologi : TDL
Diagnosis
Rencana Perawatan
regio gigi
13- kontrol II
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Inflamasi
Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera
(Dorland, 2002).
memiliki vaskularisasi akibat stimulus eksogen maupun endogen. Dalam arti yang
paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik
kimia, dan pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik
protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera atau terinvasi agar
(Corwin, 2008).
Respons inflamasi terjadi dalam tiga fase dan diperantarai oleh mekanisme
yang berbeda :
15
a. fase akut, dengan ciri vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas
kapiler.
b. reaksi lambat, tahap subakut dengan ciri infiltrasi sel leukosit dan
fagosit.
1. Kemerahan (rubor)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa
daripada di daerah lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila
16
(2) adanya pengeluaran zat – zat kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin,
histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf – saraf perifer di sekitar radang
4. Pembengkakan (tumor)
Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh
cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar
5. Fungsiolaesa
respon inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara
dan prostaglandin (PG). Dengan migrasi sel fagosit ke daerah ini, terjadi lisis
membran lisozim dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat
(Wilmana, 2007).
3.1.2 Definisi
Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas
jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis (Greenberg dan Glick, 2003).Ulser
adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan muka yang memperlihatkan
disintegritas dan nekrosis jaringan sedikit demi sedikit. Ulser meluas melewati
17
lapisan basal dari epitel dan ke dalam dermisnya, penyembuhannya diikuti dengan
Ulser traumatik biasanya terasa sakit dan lesinya berupa ulser tunggal
Dental Dictionary (2009), Ulser traumatik adalah bentukan lesi ulseratif yang
disebabkan oleh adanya trauma. Ulser traumatik dapat terjadi pada semua usia dan
pada kedua jenis kelamin. Lokasinya biasanya pada mukosa pipi, mukosabibir,
3.1.3 Etiologi
Etiologi ulser traumatik ini disebabkan oleh trauma oral bisa fisik ataupun
kimia. Trauma fisik yang biasa terjadi termasuk pipi atau lidah yang tergigit,
iritasi gigi tiruan yang tidak sesuai, trauma dari benda asing atau bahkan trauma
Trauma mekanis : sering ditemukan di mukosa bukal, mukosa labial bibir atas
dan bawah, dan batas lateral lidah. Mucobucofold, gingiva dan mukosa palatal
juga dapat terlihat . contoh trauma mekanis : trauma saat menyikat gigi, gigi yang
patah atau tajam, tambalan yang kurang sempurna, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat
Trauma kimia : trauma kimia dapat merusak berbagai daerah pada membran
fenol.
18
Suhu yang panas : lesi biasanya terjadi pada posterior mukosa bukal dan
gambaran khas berupa ulser tunggal dengan batas yang tidak teratur, tampak
sedikit cekung tidak ada indurasi, jika dipalpasi terasa lunak dan sakit. Pada
bagian tengah ulser biasanya berwarna kuning- kekuningan, dengan batas yang
tegas dan adanya membran fibrinopurulen. Sedangkan di perifer lesi pada awalnya
Rasa sakit pada ulser biasanya timbul terutama saat memakan makanan
yang panas, pedas, atau asin. Mukosa yang rusak karena bahan kimia, seperti
terasa burn sensation oleh aspirin, lapisan epitel mukosanya menjadi nekrosis
dengan gambaran plak berwarna putih. Kemudian epitel yang mengalami nekrosis
ini mengelupas dan meninggalkan daerah ulserasi. Oleh sebab itu ulser traumatik
yang disebabkan oleh bahan kimia bentuk lesinya memiliki batas yang tidak jelas
penyebab. Secara simtomatik, gambaran yang paling sering berupa ulser tunggal
dan sakit dengan permukaan lesi halus, berwarna putih kekuningan atau merah,
dengan tepi eritem tipis. Ulser biasanya lunak pada palpasi, dan sembuh tanpa
19
berbekas dalam 6-10 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan penyebab
(Laskaris, 2006).
3.1.5 Patofisiologi
Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan epitel
pembuluh darah (perivaskular), tetapi tidak terlihat adanya vaskulitis (Cawson dan
Odell, 2008).
48 jam sesudah trauma terjadi. Gambaran lesi ulser bergantung pada faktor
iritannya. Mukosa berubah menjadi makula berwarna merah, yang dalam waktu
hilang sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulser akan ditutupi oleh eksudat fibrin
kekuningan dan apabila dasar ulser berubah warna menjadi merah muda tanpa
oral terdiri dari lapisan epitel gepeng berlapis yang tipis dan rapuh yang banyak
20
dengan proses pembaruan sel terus-menerus dimana sel-sel yang dihasilkan oleh
penyembuhan luka akan cepat terjadi, namun kemungkinan untuk kerusakan sel
juga tinggi. Suplai darah yang melimpah dan kerapuhan sel epitel, menjadi risiko
parut dalam waktu 10 hingga 14 hari apabila iritan penyebab dihilangkan karena
(Cunningham, 2002).
3.1.6 Histopatologi
Lesi traumatik ulser akut dan kronis memiliki perbedaan gambaran
histopatologi, yaitu keterlibatan sel makrofag antara kedua lesi tersebut. Pada lesi
akut, permukaan epithelium yang hilang digantikan oleh jaringan fibrin yang
banyak mengandung neutrophil, sedangkan pada lesi kronis sel makrofag yang
banyak terlihat adalah eosinophil, kemudian pada lesi akut regenerasi sel
epithelium dimulai pada tepi ulser dan pada lesi kronis regenerasi epithelium
21
Gambar 3.2 Gambaran histologis menunjukkan hilangnya lapisan
epitelium, infiltrasi sel-sel inflamatori pada dasar ulser, dan kapiler yang
berdilatasi.(Regezi, 2003)
3.1.7 Terapi
Terapi traumatik ulser berupa terapi kausatif dengan menghilangkan faktor
dengan traumatik ulser yaitu dengan pemberian obat kumur antiseptik seperti
khlorhexidin dengan analgesik. Terapi paliatif pada pasien ini dapat dilakukan
makanan lunak. Jika lesi benar-benar trauma, maka ulser akan sembuh dalam
waktu 7-10 hari. Pendapat lain mengatakan bahwa setelah pengaruh traumatik
hilang, ulser akan sembuh dalam waktu 2 minggu, jika tidak maka penyebab lain
harus dicurigai dan dilakukan biopsi. Setiap ulser yang menetap melebihi waktu
ini, maka harus dibiopsi untuk menentukan apakah ulser tersebut merupakan
karsinoma.
Secara umum, pasien dengan keluhan traumatic ulcer dapat diterapi dengan:
Jenis Terapi
22
Antiseptik topikal Chlorhexidine gluconate 0,2%
Cara : kumur selama 1 menit sebanyak 10ml
Waktu : 2x sehari selama masih terdapat lesi
sampai 2 hari setelah lesi sembuh
Povidone iodin 1%
Cara : kumur selama 30detik sebanyak 10 ml
Waktu : 3-4x sehari
Kortikosteroid topikal Triamcinolone acetonide 0,1%
Cara : oles tipis pada luka
Waktu : setelah makan dan sebelum tidur
berbentuk ovoid atau bulat yang mengenai mukosa oral. Recurrent Aphthous
Stomatitis merupakan salah satu ulser inflamasi mukosa oral yang paling sakit
Stomatitis biasanya menyerang mukosa lunak mulut atau mukosa nonkeratin yang
tidak melekat langsung pada tulang. Daerah ini meliputi mukosa labial, mukosa
bukal, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan mukosa
orofaringeal. Daerah yang jarang terkena RAS adalah palatum keras dan gingiva
cekat. (Greenberg and Glick, 2010). Penyakit ini relatif ringan karena tidak
bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang-orang yang
menderita RAS dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat
23
terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa RAS bukan merupakan penyakit
yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis
RAS minor sering disebut sebagai mild aphthous aphthae. Merupakan 70-
85% kasus RAS yang sering terjadi. Mempunyai diameter kurang dari 1 cm dan
jaringan parut. Ulser ini diliputi pseudomembran berwarna kuning abu-abu dan
dikelilingi oleh halo kemerahan. RAS minor cenderung terjadi pada mukosa
bergerak seperti yang terletak pada jaringan kelenjar saliva minor. Sering terjadi
pada mukosa bibir dan pipi, dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti
palatum durum dan gusi cekat. Gejala prodormal terkadang muncul. Apthous
diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesicle yang terlihat pada ulkus ini.
terbakar merupakan keluhan awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari. Kambuh
dan pola terjadinya bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh
penderita mengalami ulser multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan (Langlais
24
Gambar 3.3 Gambaran RAS tipe minor (Scully et al, 2003).
Terjadi sekitar 10-15 % kasus dalam rongga mulut. biasanya berada di atas
bentuk RAS yang lebih sedikit terjadi. Gejala prodromal lebih sering terjadi
awal yang kadang terjadi di awal penyakit pada beberapa pasien. Bentuk lesi ini
oval dengan diameter lebih dari 1 cm, lebar, dalam, ireguler, butuh waktu lebih
lama untuk sembuh kurang lebih 6 minggu dan bila sembuh menimbulkan
jaringan parut. RAS mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari RAS minor.
Ukuran diameter lebih dari 1 cm, bersifat merusak, ulser lebih dalam, dan lebih
sering timbul kembali. Umumnya terjadi pada wanita dewasa muda yang mudah
cemas. Seringnya multiple, meliputi palatum lunak, fausea tonsil, mukosa bibir,
pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke gusi cekat. Ulkus ini memiliki
25
cekung. Ulkus sembuh beberapa minggu atau bulan, dan meninggalkan jaringan
Jarang terjadi, hanya terjadi sekitar 5-10% kasus. Lesi berbentuk kecil (hanya
1-3 mm), multipel (bervariasi antara 5-100 ulser), berbentuk bulat, dan dapat
terlokalisir atau dapat tersebar pada mukosa oral. Ulkus herpetiform ini, secara
klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran berupa erosi kelabu yang
menjadi tak jelas batasnya. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul berkelompok
10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan mempunyai gejala sakit.
Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung anterior
lidah, tepi-tepi lidah dan mukosa labial. Sembuh dalam waktu 14 hari (Langlais
26
Gambar 3.5 Gambaran RAS tipe herpetiform (Scully et al, 2003)
inflamasi pada pembuluh darah dan epithelium, ditandai dengan gejala klinis
berupa lesi rekuren yang mengenai rongga mulut, mata, dan genital (Chandra, et
al., 2007). Apabila memiliki 2-3 kriteria mayor dan 2 kriteria minor menjadi
indikator diagnosis dari behcet’s syndrome. Kriteria mayor berupa ulser oral yang
bersifat rekuren, ulser genital rekuren, lesi pada mata (konjungtivitis, iritis,
uveitis, retinal vaskulitis), lesi pada kulit (papula, pustula, eritema nodosum, ulser,
lesi nekrotik), sedangkan kriteria minornya adalah lesi pada gastrointestinal, lesi
(Greenberg andGlick, 2003 ; Laskaris,2006). Lesi oral rekuren 90% terjadi pada
pasien yang secara klinis mirip dengan aphthous ulcers (Chandra et al ., 2007).
27
Eksudat serofibrinosa menutupi permukaan dan tepi merah berbatas jelas
klinisi dalam keadaan full blown kelainan pada oral dan kondisi sistemik. Riwayat
onset terjadinya penyakit membantu dalam membedakan lesi primer infeksi HSV
dengan lesi multipel akut lainnya pada mukosa oral (Greenberg, 2003)
Masa inkubasi dari infeksi herpes simplex virus primer umumnya berkisar
antara 5-7 hari, namun dapat pula terjadi antara 2-12 hari. Pasien oral herpes
ini dengan allergic stomatitis dan erythema multiform, dimana lesi lokal dan
kepala, malaise, nausea, dan muntah-muntah. Tidak adanya riwayat herpes labialis
rekuren dan adanya riwayat kontak dengan penderita lain juga dapat membantu
28
Lesi lokal muncul berupa vesikel kecil yang berdinding tipis dengan
inflammatory base (pinggiran ulser berwarna merah akibat inflamasi) yang dapat
muncul pada seluruh bagian dari mukosa oral. Dinding vesikel ini mudah sekali
pecah dan membentuk lesi ulser kecil bulat dan dangkal. Lesi dapat terjadi pada
semua bagian mukosa. Dengan bertambah parahnya penyakit, lesi ulser ini akan
bergabung satu sama lain membentuk ulser yang lebih besar dengan bentuk yang
membran mukosa yang menyebabkan berbagai macam lesi kulit, umumnya adalah
inflamasi yang dibarengi vesikel dan bulla yang ruptur dengan cepat, mempunyai
ciri ulser yang besar, menyebabkan kesulitan dalam makan, minum, menelan, dan
29
pasien dengan EM yang parah ditandai dengan sekresi saliva yang banyak
Gambar 3.7 Intraoral lesi dengan Erythema multiforme (Greenberg et al, 2008)
30
BAB IV
PEMBAHASAN
keluhan terdapat sariawan di bibir bagian atas kanan sejak dua hari yang lalu.
Sariawan tersebut terasa perih jika tersentuh lidah, terkena makanan terutama
makanan yang pedas. Awalnya sariawan tersebut terjadi pada saat pasien makan 3
hari yang lalu, dan mulai membesar setelah tergigit. Pasien mengobati
sariawannya dengan obat kumur dua hari sekali dan banyak mengkonsumsi air
putih. Namun sampai saat ini pasien masih mengeluhkan sakit tapi sedikit
berkurang dari sebelumnya. Pasien mengaku tidak ada riwayat sariawan berulang
setiap bulannya, begitu juga pada riwayat keluarga pasien. Pasien ingin
sariawannya diobati.
pemeriksaan intraoral ditemukan satu ulcer berdiameter 4mm, bulat, tepi iregular,
dikelilingi daerah halo eritema pada mukosa labial regio gigi 13. Diagnosa yang
ditegakkan pada pasien ini adalah traumatic ulcer. Traumatic ulcer merupakan
lesi rongga mulut yang umumnya dapat disebabkan oleh trauma mekanis seperti
suhu, kimia, dan elektrik, serta trauma akibat tergigit, bagian protesa yang tajam,
maloklusi, malformasi gigi, kawat splinting dan pada saat pengunyahan. Pada
pasien ini traumatic ulcer timbul karena trauma akibat trauma karena tergigit.
pemeriksaan klinis yang dilakukan, ulser memiliki etiologi trauma yang jelas dan
31
Ulser traumatik memiliki beberapa diagnosis banding yaitu stomatitis
aptous rekuren, sindrom Behcet, infeksi Herpes Simpleks Virus. Pada kasus ini
pasien mengaku tidak memiliki riwayat keluarga yang memiliki SAR. Etiologi
ulser sudah jelas, yaitu karena trauma mekanis yang disebabkan trauma akibat
tergigit, dan berdasarkan kontrol, ulser tidak bersifat rekuren. Hal ini
Sindrom Behcet memiliki trias gejala, yaitu ulser pada mulut, uveitis, dan
ulser pada daerah genital. Kedua gejala terakhir tidak ditemukan pada pasien ini,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ulser pada pasien ini juga bukan merupakan
Infeksi virus Herpes Simpleks dapat bermanifestasi sebagai lesi ulser pada
rongga mulut. Munculnya lesi didahului oleh gejala prodormal, misalnya malaise
dan demam. Ulser yang terjadi merupakan vesikel yang kemudian ruptur, disertai
dengan rasa sakit seperti terbakar dan gatal. Pada kasus ini pasien tidak
mengalami gejala prodormal dan tidak mengeluhkan rasa terbakar dan gatal,
meununjukkan bahwa ulser ini bukan merupakan manifestasi dari infeksi virus
Herpes Simpleks.
Pasien ini diresepkan obat kumur berupa Chlorhexidine garg 0,2% yang
digunakan dua kali sehari setiap habis menyikat gigi. Terapi simptomatik pasien
traumatic ulser yaitu dengan pembeian obat kumur antiseptik seperti chorhexidine
gluconate 0,2 % diberikan 2x sehari selama masih ada lesi hingga 2 hari setelah
dagingan (Vit B12), sayur-sayuran hijau (zat besi), dan kacang-kacangan (asam
32
folat) dianjurkan untuk dikonsumsi oleh pasien agar mempercepat proses
penyembuhan.
namun pasien sudah tidak ada keluhan sakit. Keluhan berkurang berkurang
trauma tersebut.
Pada kontrol kedua pasien datang kembali untuk melakukan kontrol. Pada
saat diperiksa sudah tidak ditemukan adanya ulser di mukosa labial kanan atas
karena pasien mengikuti seluruh instruksi dan saran dengan baik, sehingga ulser
33
BAB V
KESIMPULAN
mengalami ulser traumatik pada mukosa labial kanan atas. Pada kasus ini ulser
pada saat makan. Terapi yang diberikan kepada pasien adalah pemberian resep
Chlorhexidine gargle 0,2% fl.I , Vitamin B12, serta instruksi oral hygiene.
dalam proses penyembuhan namun pasien mengaku sudah tidak ada keluhan
sakit. Pada kunjungan kontrol kedua, ulser sudah benar-benar sembuh dan pasien
sudah tidak mengeluhkan adanya sakit Pasien mengikuti intruksi yang diberikan
dengan baik, seperti mengkonsumsi banyak buah dan sayur serta air mineral. Hal
31
DAFTAR PUSTAKA
Field, A., Longman, L., and William, R.T. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine.
Langlais, R P. and C.S. Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/ulcer
Regezi, J.A. ; Sciubba, J.J. ; and Jordan, R.C.K. 2003. Oral Pathology : Clinical
32