Anda di halaman 1dari 25

RESPONSI

TUMOR LIDAH SUSPEK MALIGNANCY

Penyusun :

Sastra Jendra Hayuningtyas 2019.04.2.0362

Pembimbing :

dr. Eka Setya Rahadja, Sp. B (K) Onk

STASE BEDAH

Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya

RSAL DR Ramelan Surabaya

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul response “ TUMOR LIDAH SUSPEK MALIGNANCY “ telah diperiksa dan


disetujui sebagai salah satu tugas baca dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter
Muda di bagian Bedah RSAL DR Ramelan Surabaya.

Surabaya,3 Agustus 2020

dr. Eka Setya Rahadja, Sp. B (K) Onk

I
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
LAPORAN KASUS....................................................................................................................................1
1.1 IDENTITAS PASIEN........................................................................................................................1
1.2 ANAMNESIS.................................................................................................................................1
1.3 PEMERIKSAAN FISIK.....................................................................................................................2
1.4 ASSEMENT...................................................................................................................................4
1.5 PLANNING....................................................................................................................................4
1.6 LAPORAN OPERASI.......................................................................................................................5
BAB 2.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................6
2.1 Anatomi Lidah..............................................................................................................................6
2.2 Karsinoma Sel Skuamosa Lidah..................................................................................................10
2.2.1 Definisi...............................................................................................................................10
2.2.2 Epidemiologi......................................................................................................................10
2.2.3 Etiologi...............................................................................................................................10
2.2.4 Diagnosis............................................................................................................................12
2.2.5 Stadium..............................................................................................................................15
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................16
2.2.7 Penatalaksanaan................................................................................................................17
2.2.8 Prognosis...........................................................................................................................20
BAB 3.......................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22

II
BAB 1

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. Tri Kusmiati

Umur : 44 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Telogosari, Pedurungan

Pekerjaan : Swasta

Pemeriksaan : 20 Januari 2014, pukul 11.30


1.2 ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Lidah kiri terasa sakit
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 1 tahun yang lalu ada luka kecil seperti sariawan yang kemudian
melebar hingga telinga kiri terasa sakit. Pasien mengeluh saat mengunyah terasa sakit
sehingga menggunakan gigi kanan saat mengunyah. Keluhan nyeri berkurang saat minum
obat anti nyeri dari puskesmas. Pasien mengeluh panas di daerah leher kiri hingga
telinga. Demam (-), keluar darah spontan (-), nyeri hilang timbul saat malam hari sampai
tidak bisa tidur, terasa mengganjal saat berbicara. Riwayat merokok, menginang
disangkal. Riwayat makan ikan asin (+), bakar – bakaran (+), minum – minuman panas
(+). Pasien datang ke RSDK setelah obat habis dan dirujuk ke bagian Gigi dan Mulut.
 Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku baru pertama kali sakit seperti ini. Riwayat penyakit jantung,
diabetes, haemophilia, hepatitis, asma, alergi, hipertensi, sakit maag, minum alcohol, dan
minum obat – obatan disangkal.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini maupun keganasan.
 Riwayat Sosio-ekonomi dan Kebiasaan :

1
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Suami bekerja sebagai pegawai swasta.
Mempunyai 5 orang anak dengan 1 orang anak sudah mandiri. Pembiayaan pengobatan
ditanggung pribadi.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Compos mentis

 Vital Sign :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 84 x/menit

Frekuensi nafas : 16 x/menit


Suhu : afebris

 Pemeriksaan Generalis
Pemeriksaan Ekstraoral :
- Wajah :
Inspeksi : asimiteris (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Mata : visus DBN, diplopia (-), Icterus (-)
Hidung : deviasi (-), discharge (-)
Telinga : discharge (-)
Sensoris : hipestesia (-)
- Leher :
Inspeksi : pembesaran nodul submandibula sinistra (+), dextra (+)
Palpasi : nyeri (-)

2
Pemeriksaan Intraoral :
Mukosa pipi : edema (-/-), hiperemis (-/-)
Mukosa palatum : edema (-/-), hiperemis (-/-), benjolan (-/-)
Mukosa dasar mulut/lidah : ada massa di dorsum lidah sinistra, edema (-/-), hiperemis
(-/+), darah (-), pus (+), nyeri (+)
Mukosa faring : edema (-/-), hiperemis (-/-)
Kelainan periodental : (-)
Ginggiva atas : edema (-/-), hiperemis (-/-), benjolan (-/-)
Ginggiva bawah : edema (-/-), hiperemis (-/-), pus (-/-)
Karang gigi : (+)
Pocket : (-)
 Status Lokalis
Pemeriksaan Intraoral
Dasar Lidah Sinistra
Inspeksi : ada massa dibagian posterior sinistra dari dorsum lidah yang tertutupi
debris berwarna putih. Massa berukuran 3cm x 2cm x 2cm. Pembesaran
secara progresif selama 6 bulan.
Palpasi : konsistensi benjolan lunak, berbenjol – benjol, tidak mudah berdarah,
nyeri.
Klasifikasi : T3 N2 Mx

3
1.4 ASSEMENT
A. Resume
Pasien wanita 44 tahun datang ke poli Gigi dan Mulut RSDK dengan keluhan
bagian bawah lidah kiri terasa sakit dan bengkak. Dari anamnesis didapatkan bahwa
kurang lebih 1 tahun yang lalu ada luka kecil seperti sariawan yang kemudian melebar
hingga telinga kiri terasa sakit. Pasien mengeluh saat mengunyah terasa sakit sehingga
menggunakan gigi kanan saat mengunyah. Keluhan nyeri berkurang saat minum obat anti
nyeri dari puskesmas. Pasien mengeluh panas di daerah leher kiri hingga telinga. Demam
(-), keluar darah spontan (-), nyeri hilang timbul saat malam hari sampai tidak bisa tidur,
terasa mengganjal saat berbicara. Riwayat merokok, menginang disangkal. Riwayat
makan ikan asin (+), bakar – bakaran (+), minum – minuman panas (+).
Pada pemeriksaan intraoral pada lidah, dari inspeksi didapatkan asimetris pada
lidah, ada massa dibagian posterior sinistra dari dorsum lidah yang tertutupi debris
berwarna putih. Massa berukuran 3x2x2cm. pembesaran yang progresif selama 6 bulan.
Dari pemeriksaan palpasi, didapatkan ada benjolan di dorsum lidah sinistra konsistensi
benjolan lunak, berbenjol – benjol, tidak mudah berdarah, tidak terasa nyeri.
B. Diagnosis :
Diagnosa kerja : Tumor Lidah Suspek Malignancy
DD : stomatitis aphtosa, candidiasi oral

1.5 PLANNING
PLANNING DIAGNOSA :
 Biopsi dan Patologi Anatomi
 PET-scan, USG leher, MRI
PLANNING TERAPI
 Prosedur pembedahan (mandibulektomi) dan kemoradioterapi
 Medikamentosa : Asam mefenamat 500 mg/ 6 jam
PLANNING MONITORING

4
 Keluhan pasien.
 Tanda vital.
 Luka Operasi.
 Nutrisi (makan dan minum) pasien.
PLANNING EDUKASI
 Menjelaskan tentang penyakit yang diderita.
 Menjelaskan tentang tindakan operasi yang akan dilakukan.
 Perlunya kontrol poli rawat jalan setelah operasi

1.6 LAPORAN OPERASI


Operator :
Asisten :
Tindakan Operasi :
Persiapan Operasi :
Posisi Pasien :
Desinfeksi :
Hasil Operasi
 Didapatkan :
 Dilakukan :

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lidah


Lingua atau lidah merupakan struktur musculare yang membentuk bagian dasar
cavitas oris dan bagian dinding anterior oropharynx. Bagian anteriornya (pars presulcalis)
berada dalam cavitas oris dan berbentuk seperti segitiga dengan apex tumpul yang
disebut apex lingulae. Apexnya mengarah ke anterior dan berada tepat di belakang dentes
incisive. Radix linguae melekat pada tuthyreoglossusla dan hypoideum. Pars presulcalis
dan postsulcalis dorsum linguae dipisahkan oleh bentuk V dari sulcus terminalis
[ CITATION Sus16 \l 1033 ].

Gambar 2.1.1 Lidah

Permukaan membrane mukosa lingua bagian oral bersifat kasar karena adanya
papillae linguae antara lain [ CITATION Kei13 \l 1033 ]:
 Papilla vallata yang besar dan permukaan atasnya datar, terdapat di depan sulcus
terminalis.
 Papilla foliate adalah lipatan-lipatan lateral kecil pada membrane mukosa.
 Papilla filiformis yang panjang dan tersebar luas, berisi ujung – ujung akhir aferen
yang peka terhadap sentuhan.

6
 Papilla fungiformis yang berupa seperti cendawan, tampak seperti titik – titik
merah muda atau merah.

Pada masing – masing belah lingua terdapat empat otot intrinsic (superior dan
inferior longitudinal, vertical, serta transversal) dan empat otor ekstrinsik (genioglossus,
hyoglossus, styloglossus, dan palatoglossus). Otot – otot intrinsic terbatas pada lingulae
dan tidak melekat pada tulang. Semua otot linguae, kecuali musculus palatoglossus
dipersarafi oleh nervus hypoglossus ( nervus cranialis XII) [ CITATION Sus16 \l 1033 ].

Gambar 2.1.2 Otot Lidah Ekstrinsik


7
Gambar 2.1.3 Otot Lidah

Vaskularisasi pada lidah dimana mendapat aliran utama dari arteria lingualis yang
merupakan cabang dari arteri karotis eksterna dan drainase vena dari vena dorsalis
lingulae dan profunda lingulae berjalan menuju vena jugularis [ CITATION Kei13 \l 1033 ].

Gambar 2.1.4 Vaskularisasi dan Innervasi Lidah

8
Lidah memiliki persarafan majemuk. Otot – otot lidah mendapat persarafan dari
urat saraf hipoglosus (saraf XII). “Taste bud” pada lidah dibagi menjadi dua bagian, yaitu
perasaan umum, menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan,
kepadatan suhu, dan sebagainya, serta rasa pengecap khusus. Impuls perasa umumnya
berada pada bagian anterior lidah pada serabut saraf lingual yang merupakan sebuah
cabang nervus kranial V (nervus trigeminus), sementara impuls indera pengecap berada
pada korda timpani bersama saraf lingual, kemudian bersatu dengan nervus kranial VII,
yaitu nervus fasialis. Membrane mukosa bagian sepertiga posterior dan papilla vallata
dipersarafi oleh ramus lingualis nervi glossopharyngei (nervus cranialis IX) untuk fungsi
sensoris umum dan khusus (pengecap). Cabang – cabang kecil nervus laryngeus internus,
cabang nervus vagus (nervus cranialis X), mempersarafi daerah kecil pada lingua.
[ CITATION Sus16 \l 1033 ].

Aliran limfatik dari lidah agak sedikit kompleks, pembuluh limfe dari 2/3 anterior
lidah dibagi menjadi pembuluh limfe marginal dan sentral. Pembuluh limfe marginal
mengalir ke limfonodi submandibular, sedangkan pembuluh limfe sentral pada ujung
lidah mengalir ke limfonodi submental dan selanjutnya ke limfonodi submandibular
ipsilateral dan kontralateral. Limfonodi submental dan submandibular juga akhirnya akan
mengalir ke limfonodi juguloomohioid. Limfatik dari posterior mengalir langsung ke
limfonodi jugulodigastrik [ CITATION Sus16 \l 1033 ].

Gambar 2.1.5 Aliran Limfatik

9
2.2 Karsinoma Sel Skuamosa Lidah
2.2.1 Definisi
Kanker lidah adalah suatu neoplasma malignant yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan sel berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis)
dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa penyakit-penyakit tertentu
(premalignant). Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping
itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen. Metastase secara
limfogen tersering pada bagian leher, sedangkan secara hematogen sering pada
paru[CITATION Efi17 \l 1033 ].

2.2.2 Epidemiologi
Kanker lidah merupakan kasus yang jarang dijumpai, tetapi merupakan tumor
ganas yang terbanyak dari seluruh keganasan di dalam rongga mulut. Di Asia kanker ini
banyak dijumpai di India dan sering dihubungkan dengan kegemaran penduduk yang
mengunyah daun sirih, buah pinang, dan tembakau. Di Amerika dan Eropa angka
kejadian tumor ini sangat rendah, dilaporkan kurang dari 5% [ CITATION Efi17 \l 1033 ].
Sebagian besar kanker lidah adalah jenis Karsinoma Sel Skuamosa (95%),
sedangkan jenis Adeno Karsinoma dan Sarkoma sangat jarang ditemukan (1-2%) dan
tujuh lima persen berlokasi di anterior lidah [ CITATION Efi17 \l 1033 ].
Sebagian besar kasus penderita kanker lidah berusia diatas 40 tahun, biasanya
pada decade 5 dan ke 7 dan terbanyak penderita laki – laki dengan rasio laki – laki :
perempuan = 2:1 [ CITATION AlM17 \l 1033 ].

2.2.3 Etiologi
Meskipun etiologi pasti dari karsinoma lidah masih belum diketahui, namun
beberapa factor resiko telah diidentifikasi. Etiologi karsinoma lidah berbeda diberbagai
wilayah di dunia menurut geografis, tingkat social ekonomi, dan kebiasaan tertentu.
Beberapa factor yang berperan terhadap timbulnya karsinoma lidah adalah :
a. Tembakau
Dari beberapa senyawa dalam asap tembakau yang diketahui memiliki
sifat karsinogenik yakni PAHs (Polycyclic Acromatic Hydrocarbons) dan
TSNAs (Tobacco-specific Nitrosamines). Karsinogen dalam asap tembakau
menyebabkan kerusakan sel – sel melalui berbagai mekanisme. Berbagai jalur

10
yang dipengaruhi oleh zat berbahaya dalam tembakau menyebabkan
hilangnya mekanisme yang mengendalikan pertumbuhan dan pembelahan sel
normal. Hilangnya pertumbuhan sel normal dapat disebabkan oleh bahan
kimia dalam pengikatan tembakau ke reseptor yang mengarah pada aktivasi
protein kinase A dan B, penyerapan oleh sel epitel dan hipermetilasi pada
promotor pertumbuhan yang dapat menyebabkan inaktivasi gen penekan
tumor, dan kerusakan langsung pada DNA. Perubahan dalam sel ini dapat
menyebabkan lesi precursor, dan paparan yang konstan dapat menyebabkan
perkembangan kanker selanjutnya [ CITATION AlM17 \l 1033 ].

Gambar 2.2.1 Mekanisme karsinogenesis dari asap tembakau

b. Alcohol
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi alcohol
yang tinggi terhadap terjadinya karsinoma sel skuamosa lidah. Minuman
alcohol mengandung bahan karsinogen seperti etanol, nitrosamine, urethane
contaminant. Alcohol merupakan zat pelarut yang dapat meningkatkan
permeabilitas sel terhadap bahan karsinogen dari tembakau. Alcohol menjadi
salah satu factor yang memudahkan terjadi leukoplakia karena penggunaan
alcohol dalam waktu lama yang menyebabkan iritasi pada mukosa.
Peningkatan permeabilitas mukosa ini menimbulkan rangsangan menahun
dimana timbul proses kerusakan dan pemulihan jaringan yang berulang –

11
ulang sehingga mengganggu keseimbangan sel dan sel mengalami
dysplasia[ CITATION AlM17 \l 1033 ].
c. Infeksi virus
Virus dapat menyebabkan keganasan dengan mengubah struktur DNA dan
kromosom sel yang diinfeksinya. Virus human papilloma (HPV) berhubungan
dengan timbulnya karsinoma lidah. HPV tipe 16, 18, 31, dan 33 merupakan
jenis yang dilaporkan paling sering berhubungan dengan timbulnya dysplasia
dan karsinoma sel skuamosa. Virus human papilloma merupakan virus DNA
rantai ganda yang menyerang sel epitel[ CITATION AlM17 \l 1033 ].
d. Factor gigi dan mulut
Keadaan rongga mulut dengan hygiene yang jelek ikut berperan dalam
memicu timbulnya karsinoma lidah. Iritasi yang terus – menerus berlanjut dari
gigi yang kasar dan runcing, gigi yang karies, dan gigi palsu yang letaknya
tidak sesuai akan dapat memicu terjadinya keganasan. Kanker rongga mulut
secara bermakna dikaitkan dengan riwayat infeksi mulut kronis. Seringnya
pemakaian obat kumur tidak dianjurkan karena beberapa preparat
mengandung etanol [ CITATION AlM17 \l 1033 ].

2.2.4 Diagnosis
a. Anamnesis :
Gejala kanker lidah yakni timbul ulkus seperti sariawan yang tidak sembuh lebih
dari 3 bulan dengan pengobatan adekuat. Bagian tengah ulkus relative lembut dengan
tepi meninggi , warna putih keabuan, dasar kasar, dan terdapat indurasi. Nodul
submukosa dengan indurasi jaringan sekitar. Perdarahan juga dapat terjadi akibat
tekanan yang diberikan pada tempat kanker, saat mengunyah, minum, atau menelan.
Sakit tenggorokan terus – menerus adalah gejala kanker lidah yang utama dan sering
terjadinya disfagia, odofagia, dan nyeri yang menjalar ke telinga ipsilateral [ CITATION
PLD18 \l 1033 ].
b. Pemeriksaan fisik
Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa meliputi eksofitik (lesi
superfisial), endofotik, leukoplakia (bercak putih), eritroplakia (bercak
merah), eritoleukoplakia (kombinasi bercak merah dan putih).

12
Pertumbuhan eksofitik (lesi superfisial) dapat berbentuk seperti bunga kol
atau papiler, dan mudah berdarah. Sedangkan endofitik biasanya berbatas
tegas antara lesi dan jaringan normal, invasinya dapat merusak tulang
yang dapat menimbulkan rasa nyeri [ CITATION PLD18 \l 1033 ].

Gambar 2.2.2 Lesi pada lidah: ulkus, eksofitik, leukoplakia, dan eritroplakia

Penampakan pada kanker lidah paling sering adalah leukoplakia


dan eritroplakia. Bentuk lesi dapat bulat, berliku-liku atau tidak beraturan,
dengan tepi tinggi, bergulung dan menonjol. Dasar lesi bergranular dan
kasar, dapat dengan mudah berdarah, dan pada jaringan di bawah lesi
ditemukan indurasi dan perlekatan dengan jaringan yang lebih dalam.
Lidah mempunyai susunan yang kaya dengan pembuluh lymphe, hal ini
akan mempercepat terjadinya proses metastase ke kelenjar getah bening
regional dan dimungkinkan oleh susunan pembuluh lymphe yang saling
berhubungan kanan dan kiri [ CITATION Ana14 \l 1033 ].
Pemeriksaan palpasi bimanual pada tumor primer sangat penting
dilakukan karena ukuran tumor yang teraba biasanya lebih besar
dibandingkan yang terlihat. Berdasarkan kondisi yang ditemukan pada
palpasi ditentukan lokasi, ukuran, jarak dari ujung lidah, garis tengah dan
sulkus terminalis, ada tidaknya invasi ke dasar mulut dan frenulum lidah
serta mobilitas tumor [ CITATION Zai12 \l 1033 ].
Palpasi leher untuk menentukan level KGB dimana menentukan lokasi,
jumlah, ukuran, dan ekstensi ekstranodal (ENE). ENE dapat didiagnosis
secara klinis dengan adanya massa nodus yang menempel pada kulit
diatasnya atau jaringan lunak yang berdekatan atau tanda – tanda klinis
invasi saraf kranial. Status kelenjar getah bening yang dapat dievaluasi

13
dibagi menjadi level I-VI. Nodul level I, II, dan III paling sering terlibat
pada karsinoma kepala dan leher [ CITATION Jat19 \l 1033 ].

Gambar 2.2.3 Staging Limfonodi (cN) pada Karsinoma di Kepala dan Leher

Gambar 2.2.4 Status Kelenjar Getah Bening Level I - VI

14
2.2.5 Level I IA : Submental
IB : Submandibular
Level II Jugulodigastrik
Level III Juguloomohyoid
Level IV Supraclavicular
Level V VA : Accessory chain lymph node
VB : Transverse cervical chain
supraclavicular
Level VI Limfonodi di prelaryngeal,
pretracheal,paratracheal, dan
tracheoesophageal
Stadium
Penentuan stadium karsinoma lidah menggunakan metode klasifikasi stadium TNM, dilakukan
untuk menentukan tindakan lanjutan yang tepat. [ CITATION Jat19 \l 1033 ].

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang


a) Biopsy

15
Biopsy merupakan penegakan diagnosis yang paling efektif. Specimen diambil
dari area yang paling dicurigai secara klinis dengan menghindari area yang
mengalami nekrosis dan ulserasi, lebih dari satu area biopsy dapat dibutuhkan.
[ CITATION Sar17 \l 1033 ].
Teknik biopsy memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang
normal. Biopsy dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsy
insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsy eksisional
yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil. Untuk karsinoma sel skuamosa,
hasil pemeriksaan mikroskopis biasanya meliputi adanya abnormalitas seluler
[ CITATION Sar17 \l 1033 ].
b) Toluidine Blue Staining
Pewarna biru (blue) adalah pewarna yang mudah diserap. Untuk pewarnaan
intravital, 1% larutan toluidine blue diaplikasikan pada mukosa rongga mulut dan
dihilangkan setelah satu sampai dua menit dengan 2% asam asetat. Toluidine blue
berdifusi menuju sel, mewarnai nukleusnya. Pada sel mukosa rongga mulut yang
malignan akan ditemukan nucleus yang lebih besar disbanding normal dan terlihat
lebih gelap. Umumnya digunakan untuk mengidentifikasi carcinoma invasive namun
asimptomatik yang dapat terlewatkan dalam pemeriksaan klinis [ CITATION AlM17 \l
1033 ].
c) Photodynamic Diagnosis (PDD)
Diagnosis photodynamic atau fluorescence diagnosis pada karsinoma rongga mulut
menggunakan cahaya dengan panjang gelombang pendek. Produk sintesis dari heme
yakni 5-aminolevulinic acid (5-ALA) sebagai photosensitizing stain yang dapat
menstimulasi meningkatkan produksi dan akumulasi intraseluler dari protoporphyrin
IX dari jaringan diplastik dan cancerous [ CITATION AlM17 \l 1033 ].
d) Patologi Anatomi
Histopatologi karsinoma lidah dapat berupa karsinoma sel skuamosa yang
merupakan keganasan epitel yang paling sering ditemukan. Jenis lain adalah
karsinoma adenoid kistik, adenokarsinoma, sarkoma, rabdomiosarkoma dan
limfangiosarkoma[ CITATION Kum15 \l 1033 ]

16
Berdasarkan klasifikasi Broder maka karsinoma lidah digolongkan menjadi well-
differentited (G-1), moderately well-differentiated (G-2), poorly differentiated (G-3)
dan undifferentiated (G-4) [ CITATION Jatin19 \l 1033 ].

A B C
Gambar 2.2.5 Histopatologis karsinoma sel skuamosa.
(A) Well differentiated. Terlihat proliferasi sel-sel skuamosa disertai pembentukan
keratin (keratin pearl) (tanda panah) (B) Moderately differentiated. Terlihat
proliferasi sel karsinoma (C) Poorly differentiated. Terlihat proliferasi sel karsinoma
tanpa adanya diferensiasi sel sehingga sel sulit dikenali [ CITATION Jatin19 \l 1033 ]

Penilaian metastasis tersembunyi limfonodi leher dengan berbagai modalitas


diagnostic beserta sensitifitasnya antara lain : CT-scan sebesar 38%, MRI sekitar 57-
58%, dan USG leher 60%. Positron Emission Tomography Scan (PET-Scan) telah
dilaporkan dalam beberapa studi memiliki sensitifitas untuk menilai adanya metastasis
tersembunyi pada limfonodi leher sebesar 78-90%. Untuk kedalaman invasi pada tumor
dapat dinilai dari MRI dan USG yang dilakukan sebelum tindakan pembedahan
[ CITATION Tau14 \l 1033 ].

2.2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pemberian penatalaksanaan [ CITATION Bru19 \l 1033 ]:
a. Pemberantasan/menghilangkan penyakit kanker dari tubuh penderita.
b. Mengembalikan fungsi fisiologis sedapat mungkin.
c. Mempertahankan/ mengusahakan pengembalian fungsi kosmetik seoptimal mungkin.

1) Pembedahan (COMMANDO OPERATION)


i. Glosektomi Parsial [ CITATION Jat19 \l 1033 ]

17
Hampir semua lesi T1 dan sebagian besar T2 pada lidah, yaitu dua
pertiga anterior lidah, cocok untuk galasektomi parsial peroral. Pasien
akan ditempatkan dibawah anastesi umum dengan intubasi
nasotrakeal, dan rongga mulut diisolasi. Untuk tumor besar yang
melibatkan aspek lateral lidah, lebih disukai dilakukan eksisi irisan
berorientasi secara transversal daripada longitudinal. Eksisi secara
longitudinal pada tumor besar akan menghasilkan irisan memanjang
dekat lidah yang sering mengganggu bicara dan pengunyahan.
Sedangkan eksisi secara transversal irisan yang pendek dan
menghasilkan lidah yang secara fungsional lebih baik yang tampak
normal secara visual.

Gambar 2.2.6 Teknik Glosektomi Parsial

ii. Glosektomi Near Total/Total [ CITATION Jat19 \l 1033 ]


Lesi yang lebih besar pada lidah oral (dua pertiga anterior) juga dapat
direseksi melalui mulut terbuka selama tumor terbatas pada lidah dan
tidak meluas ke dasar mulut, ginggiva bawah, atau sepertiga posterior
lidah. Jarang dilakukan karena mobiditasnya yang sangat besar,
dimana dapat terjadi aspirasi.

18
Gambar 2.2.7 Teknik Glosektomi Near Total/ Total

iii. Mandibulektomi [ CITATION Jat19 \l 1033 ]


Tumor yang meluas sampe ke mandibular. Sebelum pelaksanaan
operasi, dilakukan penilaian radiografi mandibular. Commando
Operation adalah prosedur bedah yang direkomendasikan pada pasien
dengan kanker mulut yang membutuhkan mandibulektomi segmental
secara kontinu dengan diseksi leher untuk tumor primer yang meluas
hingga melibatkan mandibular. Operasi ini memerlukan eksisi tumor
primer intraoral bersama dengan segmen mandibula yang dilakukan
bersama dengan diseksi leher ipsilateral sebagai reseksi bedah
monoblok.

19
Gambar 2.2.8 Teknik Mandibulektomi dan Diseksi Leher

iv. Diseksi leher [ CITATION PLD18 \l 1033 ]


Jika sudah didapatkan ada keterlibatkan ke limfonodi level I-III
dilakukan diseksi leher supraomohyoid. Sayatan dilakukan dengan
membelah bibir bawah di garis tengah dengan perpanjangan sayatan
hingga tulang hyoid, lalu titik sayatan diperpanjang pada sisi diseksi
leher sepanjang lipatan kulit leher bagian atas untuk memberikan
paparan yang memadai saat dilakukan diseksi leher supraomohyoid.
2) Radioterapi [ CITATION Jat19 \l 1033 ]
Radiasi eksternal dengan atau tanpa brakhiterapi (pasien T1-T2) yang tidak
memungkinkan untuk dioperasi atau menolak tindakan operasi. Terapi ini
idealnya dilakukan sebagai tambahan setelah dilakukan pembedahan. Untuk
stadium III-IV dilakukan kombinasi operasi dan radioterapi post operasi.
3) Kemoterapi [ CITATION Jat19 \l 1033 ]
Kemoterapi dilakukan pada karsinoma stadium lanjut dan sebagai terapi
paliatif pada tumor rekuren untuk mengurangi rasa nyeri. Regimen yang
digunakan adalah ciplastin dan 5-fluorouracil.
4) Kombinasi pembedahan dengan kemoradioterapi [ CITATION Jat19 \l 1033 ]

2.2.8 Prognosis
Satu factor terpenting yang mempengaruhi hasil jangka panjang setelah
pengobatan untuk karsinoma rongga mulut adalah tahap penyakit pada saat presentasi.
Untuk tumor tahap awal, tingkat kesembuhan yang sangat baik diantisipasi. Namun,
setelah metastasis ke limfonodi regional menjadi jelas yang disertai pula dengan penyakit

20
penyerta menunjukkan penurunan signifikan dalam tingkat kelangsungan hidup secara
keseluruhan. Dengan penggunaan terapi radiasi pasca operasi adjuvant dan
kemoradioterapi menampilkan peningkatan yang signifikan untuk kelangsungan hidup
pada pasien dengan karsinoma oral stadium lanjut dibandingkan dengan pengobatan
modalitas tunggal [ CITATION Jat19 \l 1033 ].

21
BAB 3

DAFTAR PUSTAKA
Adhim, Z. (2012). Reseksi Tumor Dasar Lidah dengan "En Block Pull Through Procedure" dan
Rekonstruksi dengan Jabir Pektoralis Mayor.

Ala-Eddin, A. M. (2017). Development of Oral Cancer_risk factor and prevention strategies.

Aster, K. A. (2015). Buku Ajar Patologi Robbins.

Brunicardi, F. C. (2019). Schwartz's Principle of Surgery. Eleventh Edition.

Dhingra, P. (2018). Diseases of Ear, Nose, and Throat and Head and Neck Surgery.

Jatin P. Shah, S. G. (2019). Jatin Shah's Head and Neck Surgery and Oncology.

Kusumadewi, S. (2017). Oral Squamous Cell Carcinoma.

Medawati, A. (2014). Karsinoma Sel Skuamosa sebagai Salah Satu Kanker Rongga Mulut dan
Permasalahannya.

Moore, K. L. (2013). Anatomi Klinis Dasar.

Shah, J. P. (2019). Oral and Oropharyngeal Cancer.

Soepardi, E. A. (2017). Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh.

Standring, S. (2016). Gray's Anantomy_The Anatomical Basis of Clinical Practice. Forty-first Edition.

Taufiqurrahman, C. H. (2014). Metastatis Leher Tersembunyi pada Karsinoma Lidah T1-T2.

BAB 1

22

Anda mungkin juga menyukai