Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

TUMOR MANDIBULA ANTERIOR

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Program Internsip Dokter Gigi

Oleh :
drg. Mila Sartika

Pembimbing :
drg. Fhadilla Putri Afiandi

RS Universitas Andalas
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ”Tumor
Mandibula Anterior” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
program internsip dokter gigi.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Fhadilla Putri Afiandi
selaku dokter gigi pendamping, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan
berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Penulis
PROGRAM INTERNSIP DOKTER GIGI

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan laporan yang berjudul “Tumor Mandibula Anterior” guna


melengkapi persyaratan Program Internsip Dokter Gigi

Padang, 22 April 2023

Menyetujui,
Dokter Gigi Pendamping

(drg. Fadhilla Putri Afiandi)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
1.1 Latar belakang................................................................................................5
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................10
3.1 Anatomi Mandibula......................................................................................10
3.2 Definisi Tumor.............................................................................................13
3.3 Etiologi dan Predisposisi Tumor Mandibula................................................15
3.4 Klasifikasi.....................................................................................................16
3.5 Penatalaksanaan Tumor Mandibula.............................................................21
3.6.PatologinAnatomi.........................................................................................24
BAB IV PEMANTAUAN PASIEN......................................................................27
BAB V PENUTUP.................................................................................................28
4.1 Kesimpulan...................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mandibula merupakan bagian dari muka yang ikut menentukan bentuk

wajah seseorang, terutama sepertiga bagian bawah. Selain berfungsi estetik,

mandibula berperan dasar mulut yang berfungsi untuk mengunyah, menelan,

bicara dan menguap. Seperti organ tubuh lainnya, tulang mandibula dapat

mengalami kelainan antara lain tumor jinak maupun ganas 1. Diantara tumor

jinak mandibula yang sering dijumpai adalah ameloblastoma, sedangkan

tumor ganas primer terutama osteosarkoma. Paska reseksi tumor mandibula

biasanya timbul defek besar 3.

Tumor mandibula adalah tumor jinak odontogenik pada mandibula yang

mempunyai kecenderungan tumbuh ekspansif dan progresif, hingga

menimbulkan deformitas wajah.Tumor mandibula adalah tumor jinak epitel

yang besifat infltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.

Lebih dari 75 % terjadi akibat adanya kista folikular 4.


BAB II
LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke Poli Gigi RS Unand dengan


keluhan gusi bengkak pada gigi depan bawah .Pasien merasakan keluhannya sejak
3 tahun yang lalu bermula benjolan kecil dibiarkan dan terus membesar.
Pemeriksaan ekstra oral pembengkakan pada mandibular anterior. Pemeriksaan
intra oral, tampak gingiva gigi 31,32,41,42 membesar, serta gigi 32 mising.

Identitas Pasien
1. Nama : Ihsanul Ulya
2. Umur : 32 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Suku / Ras : Minang
5. Agama : Islam
6. Status : Sudah Kawin
7. Alamat Rumah : Sungai Gading

Anamnesis
1. Keluhan Utama
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke Poli Gigi RS Unand dengan
keluhan gusi bengkak pada gigi depan bawah .Pasien merasakan keluhannya sejak
3 tahun yang lalu dan terus membesar. Pemeriksaan ekstra oral pembengkakan
pada mandibular anterior.
2. Riwayat Penyakit Saat Ini
Tidak ada
3. Riwayat Perawatan Gigi dan Mulut
Tidak ada
4. Riwayat Penyakit Sistemik
a. Golongan Darah : Tidak diketahui
b. Penyakit Jantung : Tidak Ada
c. Diabetes : Tidak Ada
d. Kelainan darah : Tidak Ada
e. Hepatitis : Tidak Ada
f. Penyakit Gastrointestinal : Tidak Ada
g. Alergi obat-obatan : Tidak Ada
h. Alergi makanan : Tidak Ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
6. Pemeriksaan Objektif
a. Kesadaran Umum
Kesadaran : Kompos Mentis
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/ 90
mmHg Nadi : 80 x / menit
Suhu : 360C
Respirasi : 18x / menit
7. Pemeriksaan Ekstra Oral
Inspeksi
 Lokasi : Mandibula anterior
 Bentuk Kelainan : Pembengkakan
 Warna : Normal
Palpasi
 Suhu : Normal
 Permukaan : Bengkak
 Konsitensi : Keras
 Nyeri tekan :-
 Fluktuasi :-
 Kelenjer Getah Bening: Kanan : teraba, lunak, tidak sakit
Kiri : teraba, keras, tidak sakit
9. Pemeriksaan Intra Oral
Inspeksi
 Kelainan : Pembengkakan anterior region 3&4
 Lokasi : Mandibula anterior
 Warna : Kemerahan
Palpasi
 Suhu : Normal
 Permukaan : Ireguler
 Konsistensi : Keras
Keterangan lain
 Bibir Atas : Normal
 Bibir bawah : Normal
 Oh : Buruk
 Palatum : Normal
 Lidah :Normal
10. Pemeriksaan Penunjang

11. Diagnosis
Diagnosis klinis : Tumor Mandibula Anterior
12. Perawatan : Reseksi Mandibular Segmented
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Anatomi Mandibula


Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang

paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada

tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu

membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit

digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu

mengunyah 2. Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang

yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan

tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang letaknya

horizontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menonjol ke muka serta mempunyai

dua buah cabang yang menonjol ke atas dari ujung posterior korpus3.Bagian –

bagian mandibula, yaitu :

A. Korpus

Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :

1) Permukaan eksternus

Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu linea

oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah

dan ke muka serta berakhir pada tuberkulum mentale di dekat garis tengah. Dan

terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan simpisis

menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian atas pada

tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus

mandibula.
2) Permukaan internus

Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah linea

milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga menuju ke bawah

dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari

muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari

fossa submandibularis

Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :

1) Pinggir atas (alveolaris)

Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing –

masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk

gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi

tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan

berkurangnya lebar corpus mandibula.

2) Pinggir bawah (basis)

Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan

pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas

gigi molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika

yang merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari garis

tengah. Merupakan origo dari venter anterior muskulus digastrikus. Sepanjang

seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di atasnya

(superfasialis) dilekatkan platisma

B. Ramus

Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu :

1) Permukaan eksternus (lateralis)


Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang berhubungan

dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio

dari muskulus masseter

2) Permukaan internus (medialis)

Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari

kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh

darahnya.

Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :

ura – insisura tajam dan cekung mandibularis

di antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.

– alur merupakan permukaan medialis dari

glandula parotis.

dengan pinggir inferior korpus dan bersama –

sama membentuk basis mandibula.Mandibula termasuk ke dalam bagian sepertiga

bawah wajah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan adanya

temporo mandibula joint dan disangga oleh otot-otot pengunyahan. Mandibula

terdiri dari korpus berbentuk tapal kuda dan sepasang ramus. Korpus mandibula

bertemu dengan ramus masing- masing sisi pada angulus mandibula. Pada

permukaan luar digaris tengah korpus mandibula terdapat sebuah rigi yang

menunjukkan garis fusi dari kedua belahan selama perkembangan, yaitu simfisis

mandibula. Nervus Mandibularis merupakan cabang terbesar, yang keluar dari

ganglion Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale, dan

bercabangmenjadi 3 percabangan yang mensyarafi mandibula. Mandibula


dipersyarafi oleh 3 cabang nervus, yaitu N. Lingualis, N. Alveolaris Inferior, dan

N. Bukalis 3

3.2 Definisi Tumor


Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel

yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan

jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga mulut, tumor atau

neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan jaringan di dalam dan

di sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak

berguna bagi tubuh 4. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar

mulut, palatum, lidah, dan didalam tulang rahang. Jaringannya dapat terdiri dari

jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang,

pembuluh darah. Berdasarkan garis besarnya dan keganasannya neoplasma atau

tumor dapat diklasifikasikan menjadi : jinak (benigna) dan ke pertumbuhan ganas

(maligna atau kanker) 6. Tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna atau

kanker) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tumor Jinak (Benigna)

a. Pertumbuhannya ekspansif

Pertumbuhan ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat sekitarnya

sehingga jaringan sehat yang terdesak membentuk simpai atau kapsul dari tumor,

maka dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai atau berkapsul. Karena tidak ada

pertumbuhan infiltratif biasanya tumor jinak dapat digerakkan dari dasarnya.

b. Tidak bersifat residif

Tumor jinak yang berkapsul bila diangkat mudah dikeluarkan seluruhnya

sehingga tidak ada jaringan tumor tertinggal dan tidak menimbulkan kekambuhan.
c. Tidak bermetastase

Tumor jinak biasanya tidak dapat bermetatase sehingga tumor jinak tidak dapat

menyebar kejaringan sekitarnya.

d. Pertumbuhan yang lambat

Dengan pertumbuhan yang lambat tumor tidak cepat membesar dan dari

pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis abnormal. Adanya

gambaran mitosis sugestif tumor itu ganas.

e. Tidak menyebabkan kematian

Tumor jinak tidak membahayakan atau mengancam jiwa, namun bila tumor

tersebut tumbuh didaerah vital maka tumor tersebut dapat mengancam jiwa.

2. Tumor Ganas ( Maligna atau Kanker )

a. Pertumbuhan infiltratif

Pertumbuhan infiltratif yaitu tumbuh bercabang menyebukkedalam jaringan sehat

sekitarnya, menyerupai jari kepiting sehingga disebut kanker. Karena itu tumor

ganas biasanya sulit digerakkan dari dasarnya.

b. Residif

Tumor ganas sering tumbuh kembali ( residif ) setelah diangkat atau diberi

pengobatan dengan penyinaran. Keadaan ini disebabkan adanya sel tumor yang

tertinggal, kemudian tumbuh dan membesar membentuk tumor ditempat yang

sama.

c. Metastase

Walaupun tidak semua, umumnya tumor ganas sanggup mengadakan anak sebar

ditempat lain melalui peredaran darah ataupun cairan getah bening.

d. Pertumbuhan yang cepat


Secara klinik tumornya cepat membesar dan secara mikroskopik ditemukan

mitosis normal ( bipolar ) maupun abnormal ( atipik ). Sebuah sel membelah

menjadi dua dengan membentuk bipolar spindle. Pada tumor yang ganas terjadi

pembelahan multiple pada saat bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi

tiga atau empat anak sel. Pembelahan abnormal ini memberikan gambaran

mikroskopik mitosis atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar.

e. Tumor ganas bila tidak diobati akan menyebabkan kematian

Berbeda dengan tumor jinak biasanya tidak menyebabkankematian bila letaknya

tidak berada didaerah vital 7 8

3.3 Etiologi dan Predisposisi Tumor Mandibula


Etiologi tumor mandibula menurut beberapa ahli mengatakan bahwa

tumor mandibula dapat terjadi setelah trauma, ekstrinsik karsinogenik,

karsinogenik kimia dan virus. Trauma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa

tahun setelah terjadinya trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat

dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan

maupun parah jarang menyebabkan tumor 3.

Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi

dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya tumor ini. Ada dugaan lain

bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan pasien

berkembang menjadi tumor mandibula. Penelitian tentang virus yang dapat

menyebabkan tumor baru dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk

menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma manusia tidak berhasil.

Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel

tumor. Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari
proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa

sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari

beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer

berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian

tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata. Terlihat sisa-

sisa epitel Malassez yang biasanya terdapat pada membran periodontal dan

kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan

pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik. Sedangkan

predisposisi terjadinya tumor mandibula adalah dengan melakukan kebiasaan

buruk seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, obesitas, faktor usia, faktor

genetik, terkena paparan sinar matahari atau ultraviolet, dan polusi udara 9 10.

3.4 Klasifikasi
Tumor diklasifikasikan berdasarkan 13 14:

a. Berasal dari jaringan epitel

 Tumor yang berasal dari epitel adalah:

a. Karsinoma sel squamosa (KSS)

Gambaran klinis KSS:

n mutasi oncogenes p53.


Gambar. 1 Karsinoma sel squamosa

b. Karsinoma sel basal ( Basal Cell Carsinoma / BCC)

Gambaran klinis :

• Umumnya terjadi pada kulit akibat terpapar sinar matahari

yang berlebihan.

• Terutama pada orang yang berkulit terang atau putih.

• Lokasinya pada bibir dan berkembang dari sel-sel basal

epidermis,terutama dari benih folikel rambut atau mukosa.

•Lesi terlihat menonjol dengan bagian tengah lesi mengalami ulserasi

b. Berasal dari jaringan ikat

 Tumor yang berasal dari jaringan ikat adalah :

a. Fibrosarkoma :

Gambaran klinis :

Merupakan tumor ganas jaringan ikat fibrosa.Sarkoma adalah tumor ganas

jaringan mesenkim, missal limfosarkoma, osteosarkoma, kondrosarkoma.

Predileksi tempat : dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut. Lebih sering
pada jaringan ikat fibrosa rahang bawah disbanding di maksila. Tumor pada

rahang biasanya berasal dari jaringan periosteum atau endosteum. Laki-laki lebih

sering dibanding wanita.

b. Neurosarkoma

: Gambaran klinis :

schwannoma atau fibrosarkoma dari

selubung saraf.

utama

iksaan menunjukan massa fusiform yang besar

c. Berasal dari jaringan otot

Tumor yang berasal dari jaringan otot adalah : Leiomyoma, Granular cell

myoblastoma

d. Berasal dari jaringan syaraf

Tumor yang berasal dari jaringan syaraf adalah : Traumatic neuroma,

Neurofibroma, Pigmented ameloblastoma

e. Berasal dari kelenjar ludah

Tumor yang berasal dari kelenjar ludah adalah :

Karsinoma mukoepidermoid ( Mucoepidermoid carsinoma) Gambaran klinis :

ludah parotis.

melibatkan kelenjar ludah minor di palatum.


• Sering terjadi pada orang dewasa.

• Penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki.

• Tumor ini tumbuh lambat.

• Berasal dari sel epithelium duktus.

Karsinoma adenoid kistik ( Adenod cystic carsinoma)

Gambaran klinis:

• Tumbuhnya lambat.

• Cenderung local invasive.

• Kambuh setelah operasi.

• Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor.

• Dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian bawah

salura pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus

paranasalis.

• Umumnya terjadi pada penderita usia 40-60 tahun.

• Berpotensi metastasis.

• 5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah

kelenjar ludah parotis

f. Tumor jinak ectodermal yang asalnya odontogenic. Termasuk

didalamnya Enameloma, Ameloblastoma/Adamantinoma.

g. Tumor jinak tepi jaringan periodontal

Tumor jinak yang berasal dari tepi jaringan periodontal contohnya adalah epulis

gravidarum, epulis angiomatosa, epulis giant cell, epulis kongenital, epulis

fibromatosa, epulis granulomatosa dan epulis fissuratum


Staging tumor pada rongga mulut

Sistem yang dipakai adalah American Join Commite For Cancer Staging and End

Result reporting (AJCCS). Sistem yang dipakai adalah T.N.M yaitu: T:Tumor

primer, N: Kelenjar getah bening regional, M: Metastasis jauh tumor primer dan

dipakai pada rongga mulut 16 17:

T – Tumor primer

TX : Tumor yang belum dapat dideteksi

T0 : Tidak ada bukti tumor primer

TIS : Karsinoma insitu (tumor permukaan)

T1 : Tumor besarnya 2 cm atau lebih kecil

T2 : Tumor lebih besar dari 2 cm tetapi lebih kecil dari 4 cm

T3 : Tumor lebih besar dari 4 cm

T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau otot

– otot lidah

N – Kelenjar getah bening regional

NX : Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperkirakan

N0 : Tidak ada metastatis ke kelenjar getah bening regional

N1 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran kurang

dari 3 cm

N2 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6

cm atau bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening multiple dengan ukuran

kurang dari 6 cm atau melibatkan kelenjar getah bening kontra lateral dengan

ukuran kurang dari 6 cm


N2a : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6

cm

N2b : Metastatis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6

cm

N2c : Metastatis ke kelanjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang

dari 6 cm

N3 : Metastatis ke kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari 6 cm

Universitas Sumatera Utara

M – Metastatis jauh tumor primer

MX : Adanya metastatis jauh tidak dapat diperkirakan

M0 : Tidak ada metastatis jauh dari tumor primer

M1 : Ada metastasis jauh dari tumor primer

Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Stage 1 : T1 N0 M0

Stage 2 : T2 N0 M0

Stage 3 : T3 N0 M0, T1 N1 M0, T2 N1 M0, T3 N1 M0

Stage 4 : T4 N0 M0

T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0

T1, T2 atau T3 N2 atau N3 dan M1

3.5 Penatalaksanaan Tumor Mandibula


Pada tumor mandibula, baik yang jinakmaupun yang ganas , apabila belum

melibatkan seluruh dimensi tulang rahang, perawatan yang umum dilakukan

adalah operasi reseksi segmental mandibula. Rekonstruksi paska reseksi dapat


dilakukan dengan pemasangan kawat (Kirschner Wire), MRP, auto- transplantasi

tulang iga atau tulang pinggul. Tindakan pada kasus ini adalah mengangkat

seluruh jaringan tumor dengan reseksi tulang mandibula sampai ke daerah yang

bebas tumor. Setelah masa tumor diambil seluruhnya,rongga bekas tumor dikuret

sampai bersih agar tidak terjadi kekambuhan di kemudian hari 13 17

Langkah-langkah prosedur penatalaksanaan kasus dilakukan sebagai berikut:

a. Informed Consent

Setelah dignosa ditegakkan, dilakukan diskusi rencana perawatan dengan

pasien. Pasien dijelaskan tentang diagnosis, pilihan perawatan, prosedur, risiko

dan manfaat dari perawatan yang akan dilakukan. Setelah itu dokter gigi meminta

persetujuan pasien untuk dilakukannya tindakan.

b. Tahapan :

1. Rawat inap dilakukan 1 hari menjelang dilakukan operasi.

2. Satu jam sebelum operasi diberikan injeksi cefotaxime 1 gr yang

bertujuan sebagai profilaksis dan dipasang infus RL 20 tpm.

3. Desain daerah operasi menggunakan gentian violetyang kemudian

dilakukan penyuntikan pehacain diencerkan dengan perbandingan

1:200.000 (Gambar 3A),

4. Dilanjutkan dengan insisi ekstra oral menggunakan scapelno.15 didaerah

submandibula(Gambar 3B). Selanjutnyadilakukan deseksi lapis demi

lapis sehingga tulang mandibula terbebas dari jaringan otot dan batas

massa tumor dapat terlihat jelas.


Gambar.3A.Dilakukan penyuntikan pehacain yang telah diencerkan, B
Dilakukan insisi ekstra ora
5. Setelah massa tumor terlihat dan dibebaskan dari jaringan

sekitar,dilakukan reseksi mandibula segmental (Gambar 4A)

menggunakan Gigli Sawdan setelah massa tumor diangkat,dilakukan

pemasanganplat dimensivertikal (Gambar 4B,C)sebagai mandibular

positioner guidance yang diikuti dengan rekonstruksi mandibula

menggunakan titanium mandibular plateberbentuk L (3 hole –8 hole).

Setelah selesai rekonstruksi dilakukanpemasangan vakum draindan

dijahitlapis demi lapismenggunakan vicryl 3/0 sedangkanbagian kulit

menggunakan prolene 4/0, kemudian dilanjutkan dengan tindakan

multipelekstraksi gangren radixrahang atas dan rahang bawah.Operasi

berlangsungselama 6 jam 30 menit.

Gambar 4A Massa tumor, B Plat vertical dimensi,C Pemasangan plat


dimensi vertika
c.Edukasi dan Intruksi pasca bedah

 Medikasi antiobitik dan analgetik

 Hindari trauma fisik pada muka atau rahang karna dapat

menyebabkan fraktur

 Jaga OH hingga luka operasi sembuh sempurna

 Diet lunak dipertahankan 4-6 minggu

3.6 Patologi Anatomi


Kandungan tumor dapat keras atau lunak, tetapi biasanya ada suatu cairan

mucoid berwarna kopi atau kekuning-kuningan. Kolesterin jarang dijumpai.

Secara makroskopis ada dua tipe yaitu tipe solid (padat) dan tipe kistik. Tipe yang

padat terdiri dari massa lunak jaringan yang berwarna putih keabu-abuan atau

abu-abu kekuning-kuningan. Tipe kistik memiliki lapisan yang lebih tebal seperti

jaringan ikat dibanding kista sederhana. Daerah-daerah kistik biasanya dipisahkan

oleh stroma jaringan fibrous tetapi terkadang septum tulang juga dapat dijumpai.

Mikroskopis terdiri atas jaringan tumor dengan sel-sel epitel tersusun seperti

pagar mengelilingi jaringan stroma yang mengandung sel-sel stelate retikulum,

sebagian menunjukkan degenerasi kistik 16.

1) Insisi Biopsi

Insisi Biopsi meliputi pengambilan sebagian lesi yang relative ekstensif untuk

pemeriksaan histopatologis dan penegakan diagnosis. Insisi biopsi diindikasikan

pada lesi yang lebih besar dari 1-2 cm dan untuk lesi besar yang berkapsul atau

neoplasma yang berpotensi keganasan 16.

Dengan insisi biopsi karakteristik dari suatu neoplasma dapat ditentukan dengan

baik, seperti diferensasi dan kemampuan invasi. Teknik insisi biopsi meliputi
anestesi lokal terlebih dahulu, kemudian bagian wedge-shaped dari bagian yang

paling reprentatif dari lesi diambil, umumnya dari perifer lesi yang meluas ke

jaringan normal

2) Fine-Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

Merupakan metode untuk mengevaluasi lesi subkutan atau yang terletak lebih

dalam lagi. Prosedur ini paling banyak dipakai dalam menentukan sifat massa

pada kelenjar saliva dan leher16. Fine needle aspiration biopsy (FNAB) merupakan

prosedur yang diterima secara luas untuk menentukan diagnosis awal pasien

dengan massa yang teraba superfisial, massa kistik dan massa yang tidak dapat

diraba yang terletak jauh didalam (profunda) dengan panduan radiologis.Fine

needle aspiration biopsy (FNAB), merupakan prioritas pengganti untuk prosedur

diagnostik bedah dalam mendiagnosis sebagian besar kasus massa intraabdomen

disamping laparoskopi diagnostik. Dalam mendiagnosis keganasan, FNAB

terbukti lebih bermanfaat dengan spesifisitas 90-100%. Untuk memperoleh

penggambaran yang tepat dari massa intraabdomen ini, FNAB dibantu oleh

berbagai prosedur panduan radiologis seperti Ultrasonography (USG) dan

Computer Tomography (CT) untuk mendapatkan bahan diagnostik dalam

menegakkan diagnosis yang cepat dan akurat. Fine needle aspiration biopsy

adalah prosedur memasukkan jarum ke dalam massa dan diaspirasi sehingga

diperoleh sel dan bahan dari massa tersebut yang digunakan untuk diagnosis

sitologi berdasarkan temuan sitomorfologi. Kelebihan FNAB adalah memiliki

teknik yang mudah, komplikasi yang sedikit, menghemat waktu dan peralatan.

Namun FNAB memiliki keterbatasan terkait teknik pengambilan sampel yang

buruk, spesimen yang tidak adekuat, dan keterampilan aspirator. Fine needle
aspiration biopsy dapat dilakukan pada lesi yang terletak superfisial dan mudah

diakses. Organ tubuh yang sering dilakukan tindakan FNAB adalah tiroid,

kelenjar liur dan kelenjar getah bening superfisial. Sedangkan untuk lesi/massa

yang terletak di dalam yang berdekatan dengan organ vital tubuh, tindakan FNAB

dilakukan dengan panduan radiologis. Adapun organ yang letaknya jauh di dalam

rongga abdomen yang dapat dilakukan FNAB dipandu USG adalah hepar, ginjal,

pankreas, limpa, kandung empedu, kelenjar adrenal, KGB mesentrium, omentum

dan peritoneum 1819


BAB IV
PEMANTAUAN PASIEN
Kunjungan 1
24-03-2023
S: Pasien dating dengan keluhan gusi P: PRO FNAB dan RO Panoramik
depan bengkak sejak 3 tahun lalu
O: Palpasi keras,bengkak regio
31,32,33
A: Tumor mandibular

Kunjungan II
31-03-2023
S: Pasien dating dengan keluhan gusi P: Pro reseksi mandibular segmented
depan bengkak sejak 3 tahun lalu
O: Palpasi keras,bengkak regio
31,32,33
A: Tumor mandibular

Jadwal operasi dilakukan tanggal 25 Mei 2023


BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tumor mandibula merupakan tumor odontogenik yang berasal dari epitelium

yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi

neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti. Tumor mandibula

mempunyai kecenderungan tumbuh ekspansif dan progresif, hingga menimbulkan

deformitas wajah.

Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi

beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah

pencabutan gigi, pengangkatan kista dan/atau iritasi lokal dalam rongga

mulut.tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak

dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Karsinogenesis tumor mandibula terbagi

menjadi:

1. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal dengan

zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.

2. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon

melalui pembelahan (poliferasi).

3. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi

: mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena

itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini.Terapi utama pada tumor mandibula

adalah pembedahan.Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya


jaringan yang terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang

didapat..
DAFTAR PUSTAKA

1. Ajmal S, Khan MA, Jadoon H, Malik SA. 2007. Management Protocol


of Mandibula Ractures at Pakistan Institute of Medical Sciences.
Islamabad, Pakistan: J Ayub Med Coll Abbottabad Vol 19, issue 3;
Hal 51-55.

2. Andi Sb, Masykur R. 2010. Trauma Oral & Maksilofacial. EGC; Hal
91-116.

3. Soepardi EA, Iskandar N. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga


HidungTenggorokan Kepala Leher. Balai Penerbitan Fakultas
Kedokteran, Indonesia: Jakarta; Hal 132-156.

4. Dingman TM, Natvig AC. 1965. Surgery of Facial Fractures.


Wisconsin; Hal 133.

5. Pederson GW. 1965. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (terj). EGC.
Jakarta; Hal 179-180.

6. Gde Rastu Adi Mahartha, Sri Maliawan, Ketut Siki


Kawiyana.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14484
&val=970. Hal 1-14.

7. Sri Rahayu. 2012. Titanium Bone Screw: Alternatif Fiksasi


Intermaksilar pada Fraktur Mandibula Sederhana. Majalah Kedokteran
FK UKI 2012 Vol XXVIII No.2; Hal 1-8.

8. Rahmat Babuta, Moch. Affandi. 2004. Perawatan Fraktur Berganda


Mandibula Dengan Reduksi. Jurnal Kedokteran Gigi Edisi Khusus
Komit. Hal 141-142

9. Gillijamse M, Leemans CR, Winters HAH, Schulten EAJM, Wall


IVD.Metastasizing ameloblastoma.Int JOral Maxillofac Surg 2007;
36: 462-4.

10. Chukwuneke FN, Ajuzieogu O, Chukwuka T, Nnodi P, Oji C.


Surgicalchallenges in the treatment of advanced cases of
ameloblastoma in the developing world: the authour’ experience.Int J
Oral Maxillofac Surg 2010;39: 150-5.
11. Reichart PA, Philipsen HP. Odontogenic tumors and allied lesions.
London:Quintessence Publising Co Ltd; 2004.p.41.

12. Cawson RA, Odell EW. Oral pathology and oral medicine. 7thEd.
London: Churchill Livingstone; 2002

13. Langais RP, Langland OE. Diagnosis imaging the jaw.Baltimore: Lea
& Febinger Book; 1995.p.553.7.Regezi JA, Sciuba JJ.Oral pathology,
clinical pathology correlation. Philadelphia: WB Saunders Co,;
2002.p.323-35.

14. Miloro M. Peterson’s Principle of Oral and Maxillofacial Surgery.


London: BC Decker Inc. 2004; 504-583.

15. Neville BW. Damn DD. Alen CM. Boiqout JE. Chi AC. Oral and
Maxillofacial Pathology. 3rd Edition. Philadelphia: WB Sauders Co.
2009; 512-518.

16. Gorlin RJ. Goldman HM, Thoma's Oral pathology. St.Louis: CV


Mosby Company. 2011; 481-489.

17. Laskin DM. Carlson ER. Clinician’s Handbook of Oral and


Maxillofacial Surgery. 2nd Edition. USA: Quintessence Publishing.
2019; 568-570

18. Dhurandhar N, National Committee for Clinical Laboratory Standards.


Fine needle aspiration biopsy (FNAB) techniques: approved guideline.
Wayne, Pa.: NCCLS; 2003.

19. Cibas ES, Ducanta BS. Cytology Diagnostic Principles and Clinical
Correlates. Fourth Ed. Elsevier Saunders. 2014. p578

Anda mungkin juga menyukai