RANULA
Disusun oleh
drg. Putri Widya Utami
Dokter Pendamping
drg. Fadhilla Putri Afiandi
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan
judul ” RANULA” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program
internsip dokter gigi.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari arahan, bantuan dan bimbingan serta saran dari drg.
Fadhilla Putri Afiandi selaku dokter gigi pendamping, serta bantuan, dan dorongan
yang telah diberikan berbagai pihak lainnya.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penulis
PROGRAM INTERNSIP DOKTER GIGI
HALAMAN PENGESAHAN
Telah didiskusikan laporan yang berjudul “Tumor Dasar Mulut” guna melengkapi
persyaratan Program Internsip Dokter Gigi
Menyetujui,
2.2 Anamesis
2.5 Diagnosis
a. Diagnosa Klinis : Ranula as sublingual sinistra
b. Diagnosa Banding : Kista dermoid, sialolithiasis, thyroglossa duct cyst,
cystic hygroma, neoplastic thyroid disease
2.6 Rencana Perawatan
Pada pasien akan dilakukan operasi yaitu marsupialisasi dan eksisi pada
tanggal 26 september 2023
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Etiologi
Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma,
obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva.6,24 Post traumatic
ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau submandibula yang
menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk pseudokista. Ranula juga
dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital dimana
duktus saliva tidak terbuka
3.3 Insidensi
Ranula merupakan lesi kelenjar saliva yang jarang terjadi dan prevalensinya
tidak diketahui pasti. Jumlah lesi yang dijumpai hanya sekitar 1-10%. Perbandingan
laki dan perempuan sebesar 1:1,3 dan muncul pada usia 2-3 dekade sekitar usia 8-
21,5 tahun. Adanya ranula yang berukuran besar dapat menyebabkan terjadinya
gangguan menelan, bicara, pengunyahan, jalan napas dan kadang-kadang mengalami
infeksi sekunder.
3.4 Patogenesis
Ada dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan kista
akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan pseudokista yang diakibatkan
oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus. Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan
oleh sialolith, malformasi kongenital, stenosis, pembentukan parut pada periduktus
akibat trauma, agenesis duktus atau tumor. Ekstravasasi mukus pada glandula
sublingual menjadi penyebab ranula servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot
milohioideus. Sekresi mukus mengalir ke arah leher melalui otot milohioideus dan
menetap di dalam jaringan fasial sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada
bagian lateral atau submental leher.
Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan
menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi pembesaran massa servikal secara
konstan. Trauma dari tindakan bedah yang dilakukan untuk mengeksisi ranula
menimbulkan jaringan parut atau disebut juga jaringan fibrosa pada permukaan
superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan tumbuh dan
berpenetrasi ke otot milohioideus dan membentuk ranula servikal. Sekurang-
kurangnya 45% dari ranula servikal terjadi setelah eksisi ranula superfisial.
3.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa ranula dilakukan prosedur-prosedur yang
meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien.
Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang
terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari
pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan
pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan
melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum
mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra
oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan
memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian
pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut
yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan
apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan
kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara
aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis
untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat
dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi,
sialografi, dan juga radiografi konfensional
Tabel Kunjungan I
20 Juli 2023
S: Pasien datangg dengan keluhan adanya P : Pro FNAB
benjolan pada dasar lidah selama 1 bulan
O: Terdapat massa pada dasar mulut
dengan konsistensi lunak
A: Tumor dasar mulut sinistra
Tabel Kunjungan II
26 September 2023
S: Pasien datangg dengan keluhan adanya P : Marsupliasasi dan eksisi dengan
benjolan pada dasar lidah selama 1 bulan general anestesi
O: Terdapat massa pada dasar mulut
dengan konsistensi lunak
A: Ranula as sublingual sinistra
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA