Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

LINEA ALBA

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Oral Medicine

Oleh
RIZKI WULANDARI
19100707360804030

Dosen Pembimbing : drg. Fitria Mailiza, Sp.PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Mulut terdiri dari dua bagian, yaitu vestibulum adalah ruang yang dibatasi

gigi, gingiva, bibir, pipi, dan rongga mulut adalah ruang yang dibatasi

lengkunggigi atas dan bawah atau maxilla dan mandibula (Moore dkk., 2010).

Mulut berbatasan dengan pipi di lateral, palatum di atas, dasar mulut di bawah,

dan orofaring di belakang. Struktur mulut seluruhnya dilapisi oleh membran

mukosa, kecuali gigi geligi (Singh, 2008).

Pipi membentuk dinding lateral mulut, dilapisi membran mukosa di bagian

internal dan kulit di bagian eksternal. Membran mukosa pipi tersusun atas epitel

pipih berlapis tidak berkeratin. Muskulus buccinator dan jaringan ikat terletak di

antara kulit dan membran mukosa bukal (Tortora dan Derrickson, 2012). Glandula

salivarius minor terdapat di antara membran mukosa dan muskulus buccinator.

Muskulus tersebut dilapisi oleh jaringan lemak di bagian superfisial (Nurmalasari,

2016).

Membran mukosa adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

lapisan yang terdapat pada dinding saluran pencernaan, hidung, dan bagian tubuh

lain yang berhubungan dengan lingkungan luar. Membran mukosa yang terdapat

di dalam mulut disebut membran mukosa mulut atau mukosa mulut. Mukosa

mulut mempunyai fungsi penting, di antaranya adalah proteksi jaringan yang

terletak di bawahnya dan sebagai organ sensoris serta menyediakan tempat untuk

aktivitas glandula saliva dan sekresi saliva (Langlais, 2014).


Mukosa mulut normal berwarna pink pucat. Warna mukosa mulut

dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jumlah pembuluh kapiler di dalam

jaringan ikat, ketebalan epitel, derajat keratinisasi, dan jumlah pigmen melanin di

dalam epitel (Nanci, 2008). Mukosa mulut dapat menunjukkan berbagai variasi

struktur normal dan dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi di dalam tubuh yang

menyebabkan terjadinya abnormalitas (Langlais,2014).

Penyakit atau kelainan mukosa mulut sebagian besar bermanifestasi sebagai

lesi putih. Perubahan tersebut dapat dideteksi secara klinis dengan mudah. Lesi

putih dapat terjadi karena hiperkeratosis atau nekrosis sel epitel. Hiperkeratosis

adalah penebalan stratum korneum epidermis karena peningkatan produksi

keratin. Nekrosis dapat terjadi karena sel tidak mampu beradaptasi terhadap jejas

dan menyebabkan kematian sel. Proses trauma dan inflamasi biasanya berkaitan

dengan proses terbentuknya lesi putih (Garcia-Garcia, 2000).

Lesi putih yang melibatkan mukosa mulut dapat dibagi menjadi dua, yaitu

(a) lesi putih berkeratin yang tidak dapat dikerok dan terjadi karena hiperkeratosis,

dan (b) lesi putih tidak berkeratin yang dapat dikerok dan terjadi karena akumulasi

debris (John, 2014). Linea alba adalah salah satu lesi putih di mukosa mulut.

Berdasarkan lokasinya, linea alba dapat dibagi menjadi tiga, yaitu linea alba

buccarum yang terletak di mukosa bukal, linea alba labiorum yang terletak di

mukosa labial, dan linea alba linguarum yang terletak di tepi lateral lidah. Linea

alba buccarum adalah garis pada keratinisasi yang ditemukan di mukosa bukal

sejajar terhadap garis oklusal yang meluas sampai area triangular di komisura

labial (Pedersen GW. 1996). Linea alba dapat disebabkan trauma dari gigi geligi
pada mukosa bukal, seperti tekanan dan gesekan permukaan gigi.Restorasi gigi

yang kasar tidak menyebabkan berkembangnya linea alba (Scopp IW. 2015).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Linea Alba

Linea alba buccalis merupakan alur horizontal pada mukosa setinggi


bidang oklusal, meluas dari lipcommissure sampai gigi posterior, biasanya
berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional, atau sucking trauma. Berupa garis
putih yang lateral akibat dari hyperkeratosis trauma jaringan dari hasil gesekan
gigi yang berdekatan dan sesuai dengan konfigurasi gigi di daerah ini. Gesekan
gigi-gigi dapat menyebabkan perubahan-perubahan epitel yang menebal dan
terdiri dari jaringan hiperkeratotik. Lesi ini memiliki demarkasi yang baik
terhadap mukosa bukal berwarna kemerahan yang ada di sekitarnya, lunak dan
lembut dengan batas yang relatif sulit di bedakan, biasanya Linea alba bucallis
terjadi secara bilateral (Faride, 2014).

2.2 Etiologi

Pada umumnya Linea Alba Bukalis terjadi akibat gesekan atau friksi kronik
pada mukosa oral. Lesi tersebut analog dengan callus pada kulit. Linea Alba
Bukalis juga dapat diakibatkan karena variasi dalam diet (pola makan),
kebersihan mulut, frekuensi kontak gesekan antara makanan dan gigi, efek dari
merokok, tekstur makanan, tekanan dari musculus buccinators yang menekan
mukosa melalui cusp gigi posterior rahang atas ke dalam garis oklusi dan trauma
friksional dan penyebab iritasi lainnya (bruxism) (Chynthia, 2008).

2.3 Gambaran Klinis


Secara umum kelainan tanpa gejala ini umumnya asimtomatik dengan lebar
1-2 mm dan meluas dari molar 2 sampai regio kaninus pada mukosa bukal.
Perubahan- perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan
hiperkeratotik yang merupakan suatu respon terhadap gesekan pada gigi-gigi.
Gambaran klinisnya menunjukkan ciri diagnostik sehingga mudah didiagnosa,
Lesi umum di temukan secara bilateral. Garis putih tersebut membentuk scallope
dan berada pada mukosa bukal pada bidang oklusan gigi sekitarnya (Cawson,
2001).

Sumber : Normal Variations of Oral Anatomy and Comon Oral Soft Tissue
Lesions. Departement of oral medicine, University of Pennsylvani.

2.4 Penatalaksanaan

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Biopsi tidak perlu


dilakukan, kecuali jika tampilannya khas atau diagnosis yang meragukan. Tidak
perlu dilakukan perawatan jika garis lurus pada mukosa bukal bilateral
(Tangkilisan, 2013.
BAB III

LAPORAN KASUS

Seorang wanita berusia 12 tahun mendatangi bagian Departemen Penyakit

Mulut di RSGM Baiturrahmah dengan keluhan terdapat garis berwarna putih

menonjol di pipi kanan dan kirinya setentang dengan sudut bibir pasien merasa

khawatir dengan garis yang ada di pipinya menunjukan sesuatu yang berbahaya,

pasien mengalaminya sejak 1 tahun yang lalu yang semakin lama garisnya

semakin menebal sehingga pasien risih dan kerap menghisap pipinya dan

terkadang luka karena sering dihisap dan tergigit.

A. DATA MAHASISWA
Tanggal : 3 September 2019
Nama Operator : Rizki Wulandari
NPM : 19-030
No. Rekam Medis : 053153

B. DATA PASIEN
1. Nama : Hikmatul Fadila
2. Tempat/Tgl Lahir : Balingka, 22 Juli 2007
3. No. KTP : -
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Suku / Ras : Batak
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Siswa
8. Status : Belum Kawin
9. Alamat Rumah : Pondok Pesantren Al-falah, Aia Pacah, Koto
Tangah
10. Telepon Rumah : 082285066358
11. Alamat Kantor : -
12. Telepon Seluler : -
ANAMNESIS
Keluhan utama pasien dating ke RSGM dengan keluhan terdapat garis
berwarna putih menonjol di pipi kanan dan kirinya setentang dengan sudut
bibir

Riwayat penyakit saat ini pasien merasa khawatir dengan garis yang ada di
pipinya menunjukan sesuatu yang berbahaya, pasien mengalaminya sejak 1
tahun yang lalu yang semakin lama garisnya semakin menebal sehingga
pasien risih dan kerap menghisap pipinya dan terkadang luka karena sering
dihisap dan stergigit

Riwayat perawatan gigi dan mulut pasien pernah ke RSGM untuk


mengobati sariawan 1 minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sistemik
a. Golongan Darah : -
b. Tekanan Darah : 120/80
c. Penyakit Jantung : Tidak Ada
d. Diabetes : Tidak Ada
e. Kelainan darah : Tidak Ada
f. Hepatitis : Tidak Ada
g. Penyakit Gastrointestinal : Tidak Ada
h. Penyakit lainnya : Tidak Ada
i. Alergi obat-obatan : Tidak Ada
j. Alergi makanan : Tidak Ada
k. Kehamilan/Menyusui* : Tidak Ada
l. Kontrasepsi : Tidak Ada

Riwayat penyakit terdahulu: pasien tidak memiliki penyakit sistemik dan


belum pernah dirawat di rumah sakit

Riwayat penyakit dalam keluarga tidak memiliki penyakit keturunan


Riwayat social pasien dalam keadaan stress, pasien jarang minum air putih
dan tidak suka makan buah dan sayur, suka menghisap pipinya setelah tahu
ada garis dipipinya

PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN STOMATOGNATIK


Pemeriksaan objektif
Kesadaran umum
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/ 80 mmHg
Nadi : 62
Suhu : 370
Respirasi : 16

1
Pemeriksaan ekstra oral
Kelenjar getah bening
Submandibula: normal
Submentale : normal
Servikal : normal

TMJ : Normal
Wajah : simetris
Mata : Normal
Sirkum oral : Normal
Bibir : Normal
Lain-lain (telinga, hidung, dll) :

Pemeriksaan Intra Oral


a. Mukosa labial : normal
b. Frenulum : norrmal
c. Lidah : terdapat fissure tongue
d. Mukosa bukal : terdapat linea alba
e. Dasar mulut : normal
f. Palatum : normal
g. Gingiva : udem kemerahan
h. Jaringan periodontal : udem
i. Kelenjar saliva : normal
j. Uvula : normal
k. Tonsil : normal
l. Kebersihan mulut : Plak +/-, Kalkulus +/-, Stain +/- ;
baik/buruk/sedang

2
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Patologi klinik : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Patologi Anatomi : tidak dilakukan pemeriksaan
d. Mikrobiologi : tidak dilakukan pemeriksaan
e. Imunologi : tidak dilakukan pemeriksaan

DIAGNOSIS Kode ICD-DA


Diagnosis klinis Linea Alba
- Frictional keratosis
Diagnosis banding - Cheek biting
Diagnosis Linea Alba
definitive
Ad bonam
PROGNOSIS Ad dubia
Ad malam

RENCANA PERAWATAN DAN PERAWATAN


Non Farmakologis - Identifikasi faktor predisposisi: iritasi ringan yang
kronis akibat tekanan otot buccinator yang kuat
- Memberikan informasi berupa dukungan kepada
pasien supaya tidak takut pada kondisinya tersebut
- Menjelaskan bahwa garis putih tersebut normal dan
tidak berbahaya, menginstruksikan pasien untuk tetap
menjaga kebersihan mulutnya dengan control berkala
ke dokter gigi 3 kali sehari
Farmakologis -

3
FORMULIR PEMERIKSAAN ODONTOGRAM

NAMA : Hikmatul Fadila JENIS


LENGKAP
NIK/NO. KTP : KELAMIN:
TTL: L /
21-07-2007
………………………………… P
11 [51] SOU …………… SOU [61] 21
12 [52] SOU SOU [62] 22
13 [53] SOU SOU [63] 23
14 [54] SOU SOU [64] 24
15 [55] SOU SOU [65] 25
1 SOU SOU 2
6 6
1 PRE M CAR 2
7 7
1 UNE UNE 2
8 8

48 UNE UNE 38
47 SOU O CAR 37
46 O CAR O CAR 36
45 [85] SOU SOU [75] 35
44 [84] SOU SOU [74] 34
43 [83] SOU SOU [73] 33
42 [82] SOU SOU [72] 32
41 [81] SOU SOU [71] 31

Oklusi : Normal Bite


Torus Palatinus : Tidak Ada
Mandibularis : Tidak ada
Palatum : Sedang
Diastema : Tidak Ada
Gigi Anomali : Tidak Ada

4
Lain-lain : (hal-hal yang tidak tercakup di atas)
……………………………..
D: 5 M: 0 F: 0

5
Informed Consent and Informed Refusal

DOKUMEN PEMBERIAN INFORMASI


Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi Informasi
Penerima Informasi
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI
Linea Alba
1 Diagnosis (WD dan
DD)
Iritasi ringan yang kronis akibat tekanan
2 Dasar Diagnosis otot buccinators. Faktor predisposisi:
cemas dan psikogenik. Gambaran: garis
abu-abu menonjol setinggi garis oklusi
tanpa keluhan, lebar 1-2mm berjalan
horizontal dari molar 2 sampai caninus
pada mukosa bukal tidak dapat diangkat
- KIE menjelaskan bahwa kondisi tersebut
3 Tindakan Kedokteran adalah variasi normal tidak memerlukan
pengobatan dan tidak perlu dihilangkan
- Jika tidak ada keluhan tertentu dan tidak
4 Indikasi Tindakan berubah sendiri yang terlihat nyata sesuai
bertambahnya usia
- Tidak ada respon pengobatan
farmakologis
- Instruksikan tetap menjaga kebersihan
5 Tata Cara mulut dan control ke dokter gigi
- Penjelasan bahwa garis putih tersebut
normal dan tidak berbahaya
- Memberikan dukungan pada pasien agar
tidak takut dan cemas dengan kondisinya
- Agar pasien tahu etiologi dan faktor
6 Tujuan predisposisi serta memberikan
penjelasan tentang keadaan normal
- Iritasi kronis
7 Risiko
-
8 Komplikasi
Ad bonam
Prognosis
- Mengurangi stress
Alternatif dan Risiko - Tidak menghisap mulut

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal di atas


secara benar dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya
dan/atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima informasi

6
sebagaimana di atas yang saya beri tanda/paraf di kolom kanannya,
dan telah memahaminya

7
STATUS KONTROL BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

Tanggal: No. Rekam medis: Jenis kelamin: Usia:


NAMA PASIEN:
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


Kelenjar Getah Bening
Kiri : Tidak teraba
Submandibula Kanan : Tidak teraba
Kiri : Tidak teraba
Submental Kanan : Tidak teraba
Kiri : Tidak teraba
Servikal Kanan : Tidak teraba
TMJ Normal
Simetri
Wajah
Mata Normal
Sirkum oral Normal
Bibir Normal
Lain-lain Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN INTRA ORAL
Stomatitis aftosa rekuren minor
Mukosa labial
Normal
Frenulum
Terdapat fissure tongue
Lidah
Terdapat linea alba
Mukosa bukal
Normal
Dasar mulut
Normal
Palatum
Udem kemerahan
Gingiva
Jaringan Udem
periodontal
Normal
Kelenjar saliva

8
Normal
Uvula
Normal
Tonsil
Debris Indeks Kalkulus OHI-S
Indeks
16 11 26 16 11 26
Kebersihan 1 0 0 0 1 0 sedang
mulut 46 31 36 46 31 36
2 2 2 1 1 1 Stain --

9
BAB 3
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Linea Alba

Linea alba merupakan variasi dari struktur dan penampakan dari mukosa

rongga normal. Lesi ini merupakan bentuk umum dari

hiperkeratosisfisiologis yang merupakan kondisi yang terdiri dari penebalan

pada epitel mukosa sebagai respon terhadap friksi atau gesekan secara

berulang. Linea alba merupakan garis putih keabu-abuan yang terjadi di

sepanjang mukosa bukal pada ketinggian occlusal plane. Lesi ini merupakan

penemuan lazim, dan biasanya dihubungkan dengan tekanan, iritasi friksional,

atau sucking trauma dari permukaan fasial gigi-geligi. Coleman (1993)

menyatakan bahwa linea alba dapat terjadi karena chronic chewing serta

sucking pada pipi yang pada akhirnya menghasilkan lapisan tipis putih pada

mukosa bukal.7 Kelihatannya, linea alba tidak ada hubungannya dengan cusp

yang kasar atau horizontal overlap yang gigi-geligi yang tidak mencukupi

(Cawson, 2001)

Apabila terdapat pada suatu mukosa bukal, linea alba (garis putih)

merupakan garis putih atau putih keabu-abuan yang menonjol dan memanjang

dari komisura bibir sampai dengan daerah molar. Lesi ini memiliki demarkasi

yang baik terhadap mukosa bukal berwarna kemerahan yang ada di sekitarnya,

lunak dan lembut dengan batas yang relatif sulit dibedakan (Mathew, 2008).

Biasanya linea alba terjadi secara bilateral. Khususnya pada pagi hari,

area ini akan terlihat sedikit terangkat dan menunjukkan indentasi gigi-geligi.

10
BAB 3
Linea alba tidak memiliki tanda-tanda patologis. Lesi ini benar-benar jinak.

Oleh karena itu, tidak diperlukan perawatan untuk lesi ini. Garis putih ini

dapat menghilang secara spontan pada sebagian orang (Mathew, 2008).

Gambar 2.3 Linea Alba (Mathew, 2008)

Linea alba adalah suatu perubahan yang sering terjadi pada mukosa bukal

yang berhubungan dengan adanya penekanan, iritasi friksional akibat gesekan,

atau trauma pada bagian muka gigi karena kebiasaan menghisap (sucking trauma).

Sesuai dengan namanya, perubahan yang terjadi terdiri atas garis putih yang

(biasanya) bilateral. Linea alba terletak pada mukosa bukal setinggi dengan bidang

oklusi gigi yang di dekatnya. Garis yang terbentuk lebih terlihat jelas pada

mukosa bukal yang berbatasan dengan gigi posterior. Tidak ada terapi yang

dibutuhkan dan tidak terdapat komplikasi dari kejadian ini (Faride, 2014).

Pasien menyadari adanya garis putih tersebut ketika pasien melakukan

perawatan gigi. Pasien mengaku bercak tersebut tidak sakit dan juga tidak terasa

gatal. Pasien juga mengaku belum pernah minum obat-obatan untuk

menghilangkan bercak putih tersebut. Pasien juga mengaku memiliki kebiasaan

menggigit pipi dan bibir bagian dalam. Pasien mengaku kebiasaan tersebut tidak

hanya dilakukan saat stress (Chynthia, 2008).

11
BAB 3
Pada pemeriksaan intraoral terdapat plak pada mukosa bukal kiri dan kanan

hingga sudut mulut, berbentuk garis dan bergelombang, dengan ukuran 15 mm

dan berwarna putih. Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien didiagnosa

memiliki linea alba. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis lesi

berupa plak pada mukosa bukal kiri dan kanan hingga sudut mulut, berbentuk

garis dan bergelombang, dengan ukuran 15 mm dan berwarna putih. Garis putih

bilateral tersebut merupakan karakteristik dari linea alba (Chynthia, 2008).

Pasien tidak diberikan terapi, karena lesi tersebut merupakan variasi normal.

Pasien diedukasikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dan menyikat

lidahnya. Linea alba (“garis putih”) merupakan perubahan yang umum terjadi

pada mukosa bukal. Umumnya dihubungan dengan tekan, iritasi friksional gigi,

atau trauma akibat permukaan facial gigi. Tidak terdapat masalah lain yang

berhubungan seperti overlap horizontal yang tidak baik, atau restorasi yang kasar

dari gigi penting untuk menentukan perkembangan linea alba bukalis (Chynthia,

2008).

12
BAB 4

13
BAB 4
BAB V

KESIMPULAN

Linea alba buccalis merupakan alur horizontal pada mukosa setinggi


bidang oklusal, meluas dari lip commissure sampai gigi posterior, biasanya
berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional gigi, atau sucking trauma.
Gambaran klinis berupa garis putih akibat dari hyperkeratosis trauma jaringan
dari hasil gesekan gigi yang berdekatan dan sesuai dengan konfigurasi gigi.
Kesimpulan kasus ini pasien mengalami linea alba ditandai dengan adanya garis
putih atau plak putih bilateral pada mukosa bukal kiri dan kanan gigi
hingga sudut mulut pada area oklusal gigi. Temuan tersebut sesuai dengan
gambaran klinis dari linea alba. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang
normal yang merupakan variasi normal dari mukosa oral. Pasien hanya
diedukasikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dan menyikat lidahnya.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Cawson RA, Binnie WH, Barret AW, Wright JM. Oral Disease. Edinburgh-
London. Mosbly. 2001. P.1.7.1.12

Chynthia Michelle Anggraini. 2008. Prevalensi dan Distribusi Variasi


Anatomis Normal pada Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Berdasarkan lokasi, Usia
dan Jenis Kelamin. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jakarta.

Faride M. Madani, Arthur S, Kupersten. 2014. Normal Variations of Oral


Anatomy and Comon Oral Soft Tissue Lesions. Departement of oral
medicine, University of Pennsylvania school of Dental Medicine.
Philadephia USA.

Garcia-Garcia AS, Jose Maria MG, Rafael GF, Angeles SR and Lucia OR.
Current Status of the Torus Palatinus and Torus Mandibularis. Med Oral
Patol Cir Bucal, 2000.

Goldman HS, Marder MZ. Physician’s Guide to Disease of the Oral cavity. New
Jersey: Medical Economics Company. 1982 p.56-58,187.

Harty, F.J. dan R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Wasiaatmaja, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI
Press [halaman 11-15].

Langlais P, Miler C. 2014. Lesi Mulut Yang Sering Ditemukan. Jakarta: penerbit
Hipokrates. p.44-5,55-4,78-9

Malcom A. Lych, Vernon J. Brightman, Martin S. Greenberg. 1997. Burket’s


Oral Medicine Diagnosis and Treatment 9th Edition. Lippincott-Raven
Publisher. Philadelphia.

Mathew AL. Pai MK. Sholapurkar AA, Vengal M. The prevalence of oral
mucosal lesions in patient visiting a dental school in Shouthern India.
Indian JDent Res 2008;19(2):99-103

Norman K. Wood, Paul W. Goaz. 1980. Differential Diagnosis of Oral Lession


nd
2 Edition. The C. V. Mosby Company. London

Nurmalasari, 2016. Prevalensi Linea Alba Buccarum pada Pasien Departemen


Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut (Rsgm) Prof Soedomo
Yogyakarta Tahun 2011-2015. Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh
dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ diunduh tgl. 21 Januari 2019

Pedersen GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. EGC..

16
Scopp IW. 2015. Oral Medicine A Clinical Approach with Basic Science
Correlation. Saint Louis: Mosby. P.119-124

Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and Practice of Oral Medicine. Canada.
WB Saunders Company. 1984. p. 477-479

Tangkilisan V,Suling.PL,Mintjelungan C.Gambaran Stress Pada Mahasiswa


Pendidikan Profesi Program Studi KedokteranGigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi yang Memiliki Pengalaman Stomatitis Aftosa
Rekuren.2013;p.1-2

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai