Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

Hipersensitivitas Dentin
Mokhamad Reza Aftahi (2018-16-067)
Muhamad Raiza (2018-16-068)

Pembimbing
Drg. Umi Ghoni, Sp. Perio
TINJAUAN PUSTAKA
Dentin hipersensitif adalah rasa nyeri yang berlangsung
singkat dan tajam oleh karena adanya rangsang terhadap
dentin yang terbuka yang dapat disebabkan oleh atrisi,
abrasi, fraktur mahkota, resesi gingiva, dan trauma
ortodontik.

Manifestasinya bisa secara fisik dan secara psikologis tidak


nyaman bagi pasien dan dapat didefinisikan sebagai nyeri
akut tajam, durasi pendek yang disebabkan oleh terbukanya
tubulus dentin pada permukaan dentin.
DEFINISI
Dentin hipersensitif seringkali terjadi pada gigi permanen,
terutama kaninus dan premolar karena hilangnya lapisan email
dan atau sementum.

Etiologi hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan


tubulus dentin akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang
terpapar atau terbuka.

Hipersensitif dentin dimulai dari dentin yang terpapar


mengalami rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak menuju
reseptor syaraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan
pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi
rasa sakit.
ETIOLOGI
Klasifikasi Resesi Miller
Kelas 1: resesi tidak meluas ke mucogingival junction dan
tidak ada kehilangan tulang di daerah interdental. (A)

Kelas 2: resesi meluas ke mucogingival junction tanpa


adanya kehilangan tulang di daerah interdental. (B)

Gambar 1. Klasifikasi resesi gingiva menurut Miller (1985).


Klasifikasi Resesi Miller
Kelas 3: resesi meluas ke mucogingival junction dengan
kehilangan jaringan lunak di interdental atau terdapat
malposisi gigi. (C)

Kelas 4: resesi meluas ke mucogingival junction, dengan


kehilangan tulang dan jaringan lunak di daerah interdental
yang parah, dan/atau terdapat malposisi yang parah. (D)

Gambar 1. Klasifikasi resesi gingiva menurut Miller (1985).


Terapi Hipersensitif Dentin
Terapi Invasif
• Terapi hipersensitif dentin yang bersifat invasif antara lain
bedah mukogingival, resin dan pulpektomi serta laser.

Terapi Non Invasif


• Terapi hipersensitif dentin yang bersifat non invasif antara
lain pasta desensitisasi dan bahan topikal.

• Terapi hipersensitif dentin dapat dilakukan oleh pasien


sendiri di rumah ataupunoleh dokter gigi di praktek. Terapi
di rumah lebih sederhana dan murah. Sedangkan terapi di
praktek lebih lengkap dan mahal.
POTASSIUM NITRAT TERAPI NON
Pasta gigi yang mengandung ion potassium invasif
menyebar sepanjang tubulus dentin dan
mengurangi rangsangan terhadap syaraf-syaraf
interdental dengan mengubah potensial membrane
syaraf-syaraf tersebut.

Pasta gigi yang mengandung bahan 5% potassium


nitrate atau 3,75% potassium chloride secara
signifikan dapat mengurangi hipersensitif dentin.
Pasta gigi yang mengandung 5% potassium nitrate
dan 0,454% stannous fluoride secara signifikan
juga mengurangi hipersensitif dentin
OXALATE TERAPI NON
Oxalate merupakan bahan desensitisasi topikal. invasif
Pada tahun 1981, Greenhill dan Pashley
melaporkan bahwa 30% potassium oxalate dapat
mengurangi permeabilitas dentin sekitar 98 %.
Selain mengurangi permeabilitas dentin, bahan
yang mengandung oxalate juga dapat menutup
tubulus dentin.
STRONTIUM
CHLORIDE TERAPI NON
Pasta gigi yang mengandung strontium chloride invasif
hexahydrate 10% terbukti sangat menyerap ke seluruh
jaringan kalsifikasi, termasuk dentin. Akibatnya, efek
pada hipersensitivitas dentin disebabkan oleh
penyumbatan matriks organik permukaan akar. Hal ini
diduga bertindak sebagai endapan protein dan
menutupnya tubulus dari pasta gigi.

CALCIUM PHOSPATES
Calcium phosphates juga efektif dalam mengurangi
hipersensitif dentin dengan cara menutup tubulus
dentin dan mengurangi permeabilitas dentin
FLUOR TERAPI NON
Pasta gigi yang mengandung gabungan antara bahan invasif
desensitisasi, seperti fluoride (sodium
monofluorophosphate, sodium fluoride, stannous
fluoride). Bahan topical fluoride seperti sodium fluoride
dan stannous fluoride dapat mengurangi hipersensitif
dentin dengan cara mengurangi permeabilitas dentin.
Hal ini dimungkinkan oleh adanya pengendapan calcium
fluoride yang tidak terlarut di dalam tubulus
TERAPI INVASIF TERAPI
Resin dan Adesif INVASIF
Bahan resin dan adesif seperti fluoride varnish, oxalic
acid dan resin, sealant danprimer, etching dan adhesive
dapat juga digunakan sebagai terapi hipersensitif
dentin. Bahan resin dan adesif lebih adekuat sebagai
terapi hipersensitif dentin dibandingkan dengan yang
topikal. Hal ini dikarenakan bahan desensitisasi topikal
tidak berikatan dengan struktur gigi dan efeknya hanya
sementara.

Saat ini, terapi hipersensitif dentin yang paling sering


digunakan melibatkan bahan adesif diantaranya
varnish, bahan bonding dan bahan restorasi.
IONTOPHORESIS TERAPI
Terapi invasif lainnya adalah iontophoresis yang INVASIF
merupakan terapi dengan menggunakan daya listrik
untuk meningkatkan difusi ion-ion ke dentin. Dental
iontophoresis biasanya digunakan bersamaan dengan
penggunaan pasta fluoride.
LASER TERAPI
Terapi dengan menggunakan laser juga dapat merawat INVASIF
hipersensitif dentin,tergantung pada jenis laser dan
parameter perawatan. Penelitian Lier BB dkk
melaporkan bahwa laser neodymium: Yttrium-
Aluminum-Garnet (YAG), laser erbium: YAG dan laser
galium-aluminium- arsenide tingkat rendah juga dapat
mengurangi hipersensitif dentin. Namun, terapi dengan
menggunakan laser membutuhkan biaya lebih mahal
dan perawatan yang kompleks.
BEDAH
MUKOGINGIVA TERAPI
Jika faktor etiologi hipersensitif dentin merupakan INVASIF
resesi gingiva, maka terapi yang dipilih adalah bedah
mukogingiva, seperti lateral sliding flaps, coronally
positioned flaps dan connective tissue grafts, yang
menghasilkan penutupan akar yang tersingkap sekitar
65 % hingga 98 %. Generasi jaringan terarah (Guided
tissue regeneration) juga mulai dikenal sebagai terapi
resesi gingiva dengan menggunakan membran yang
bioabsorbable atau non absorbable dan mampu
menutup akar yang tersingkap sekitar 48 % hingga 92%.
PULPEKTOMI TERAPI
Pulpektomi juga dapat dilakukan untuk merawat INVASIF
hipersensitif dentin. Namun, terapi ini dipilih sebagai
jalan terakhir. Pulpektomi merupakan perawatan
saluran akar yang terpapar dengan cara membuang
pulpa dan jaringan periradikular. Biasanya kamar pulpa
dibuka untuk mendapatkan akses ke saluran akar.
Setelah pulpa dan jaringan yang terinfeksi lainnya
dibuang, proses debridemen dan preparasi saluran
akardilakukan. Lalu proses pengisian saluran akar
dilakukan dengan bahan yang diterimasecara biologis
dan tidak diserap (nonresorbable).
Indikasi kontra indikasi Hipersensitif INDIKASI
Dentin DAN
Indikasi KONTRA
• Gigi dengan resesi kelas 1 dan 2 miller INDIKASI
• Gigi tanpa abrasi, abfraksi, atrisi
• Gigi tanpa karies
• Gigi tanpa kerusakan tulang

Kontraindikasi
• Gigi dengan resesi miller kelas 3 dan 4
• Gigi dengan adanya abrasi, abfraksi, atrisi
• Gigi dengan karies
• Gigi dengan adanya kerusakan tulang
LAPORAN KASUS

Nama O.S. : T. S Nama Mahasiswa:


Tanggal Lahir : 18 September 1990
Mokhamad Reza (2018-16-067)
Jenis kelamin : Perempuan
Muhamad Raiza (2018-16-068)
Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Pondok Betung


Nama Pembimbing:

drg. Umi Ghoni, Sp. Perio


ANAMNESA LAPORAN
KASUS
Pasien perempuan berusia 19 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan gigi
depan bawah terasa ngilu yang singkat dan tajam saat makan atau
minum dingin sejak ± 3 bulan yang lalu. Pasien sudah dilakukan
perawatan pembersihan karang gigi pada 14 February 2019. Namun
pasien merasa giginya masih terasa ngilu ketika makan atau minum
panas dan dingin. Pasien menyikat gigi 2x sehari saat pagi sebelum
makan dan malam sebelum tidur. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik. Pasien datang dalam keadaan tidak sakit dan ingin
dirawat.
STATUS UMUM LAPORAN
Kesadaran umum : composmentis, KASUS
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 80x/menit
Pernafasan : 15x/menit
Suhu : 37°𝐶.
Riwayat Sistemik : Hipertensi (-)
Hipotensi (-)
Hepatitis (-)
Penyakit jantung (-)
Asma (-)
Diabetes Mellitus (-)
Alergi (-)
PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL LAPORAN
KASUS
Wajah : Simetris, tidak ada kelainan
Pipi : Tidak ada pembengkakan
Bibir : Kompeten, tidak ada kelainan
Limfonodi : Tidak teraba, tidak sakit
Mata : Tidak ada kelainan
Kelenjar
Submandibularis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit
Kelenjar
Sublingualis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit
PEMERIKSAAN INTRA ORAL LAPORAN
 Kalkulus rahang atas dan bawah KASUS
 Missing :-
 Resesi gingiva : gigi 31, 32, 33, 41, 42, 43 resesi
miller kelas 1
 Abrasi :-
 Atrisi :-
 Mobilitas :-
 Impaksi : 18, 28, 38, 48
 Crowding : gigi 13, 31, 41 mesiopalato versi,
gigi 12 mesiolabio versi,
gigi 23 mesiopalato versi,
gigi 35, 45 mesiolabio torsi,
gigi 42 distolinguo versi
 Sistemik :-
 Missing : Missing gigi 36 dan 46.
GINGIVA LAPORAN
RA KA : merah muda, edema (-) konsistensi kenyal, interdental papil lancip, stipling (+), KASUS
BOP (-)

RA M : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental papil lancip, stipling (+),

BOP (-)

RA KA : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental papil lancip, stipling (+),

BOP (-)

RB KA : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental papil lancip, stipling (+),

BOP (-)

RB M : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental papil lancip, stipling (-),

BOP (+)

RB KR : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental papil lancip, stipling (+),

BOP (-)
LAPORAN
a.Keadaan gigi geligi KASUS
V : Vital
V G O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab G : Goyang
Pb : Poket Bukal
Pm : Poket Mesial
33 + - + - - + - - - - -/- Pp/Pl : Poket Palatal
Poket Lingual
32 + - + - D + - - - - -/-
Pd : Poket Distal
31 + - + MLV M + - - - - -/- O : Oklusi
R : Resesi
Mp : Malposisi
M : Migrasi
41 + - + MLV - + - - - - -/- Tk : Titik Kontak

K : Karang Gigi
T : Trauma Oklusi
42 + - + DLV - + - - - - -/- Kr : Karies
Tm : Tumpatan
At/Ab: Atrisi / Abrasi
MLV : Mesio Labio Versi
43 + - + - - + - - - - -/- LV : Labio Versi
LAPORAN
KASUS
- Poket periodontal bagian labial - Poket periodontal bagian palatal/lingual
Gigi Mesial Median Distal Gigi Mesial Median Distal

41 1 1 1 41 1 1 1

42 2 0 2 42 2 1 2

43 2 0 2 43 1 1 1

31 1 1 1 31 1 1 1

32 2 1 2 32 1 1 2

33 0 2 2 33 2 0 2
LAPORAN
KASUS
- Resesi - Loss of Attachment

Gigi Mesial Labial Lingua Distal Gigi Mesial Labial Lingual Distal

l
31 3 2 3 2
31 2 1 2 1

32 4 3 3 4
32 2 2 2 2

33 1 4 2 3
33 1 2 2 1

41 2 3 3 1
41 1 0 2 0

42 3 1 3 3
42 0 1 2 0

43 1 1 2 1 43 4 1 4 2
FOTO
INTRAORAL
GAMBARAN
RADIOGRAFI

Gigi 41, 42, 43 tidak terdapat kerusakan mahkota. Terdapat kerusakan


tulang horizontal sebanyak 2 mm pada mesial distal gigi 41, mesial gigi
42. Terdapat kerusakan tulang sebanyak 1 mm pada distal gigi 42 dan
mesial distal gigi 43. Terdapat pelebaran ligamen periodontal. Lamina
dura tidak terputus. Jumlah akar normal. Tidak ada lesi periapical.

Gigi 31, 32, 33 tidak terdapat kerusakan mahkota. Terdapat kerusakan


tulang horizontal sebanyak 2 mm pada mesial distal gigi 31, mesial gigi
32. Terdapat kerusakan tulang sebanyak 1 mm pada distal gigi 32 dan
mesial distal gigi 33. Terdapat pelebaran ligamen periodontal. Lamina
dura tidak terputus. Jumlah akar normal. Tidak ada lesi periapical
Diagnosis :
Etiologi Sekunder
Gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33
 Kalkulus rahang atas dan bawah
periodontitis kronis lokalis  Missing :-

Etiologi :  Resesi gingiva : gigi 31, 32, 33, 41, 42, 43 resesi
miller kelas 1
 Abrasi :-
Etiologi Primer  Atrisi :-
 Mobilitas :-
Bakteri Plak  Impaksi : 18, 28, 38, 48
 Crowding : gigi 13, 31, 41 mesiopalato versi,
gigi 12 mesiolabio versi,
gigi 23 mesiopalato versi,
gigi 35, 45 mesiolabio torsi,
gigi 42 distolinguo versi
 Sistemik :-
 Missing : Missing gigi 36 dan 46.
 Karies : Karies oklusal gigi 17, 26, 27, 28,
karies distomesiopalatooklusal gigi 37
karies distobukaloklusal gigi 47
Fase Non Bedah (Fase I)

 Scalling + OHI + Polishing + DHE


RENCANA
PERAWATAN
 Desensitisasi untuk resesi klas I: gigi
43, 42, 41, 31, 32, 33
Fase Bedah (Fase II) : -
 Restorasi Kelas I gigi 17, 26, 27, 28
Fase Restoratif (Fase III) :
 Restorasi kelas II gigi 37, 47
 GTSL gigi 36, 46
 Ortodontik
Fase Maintenance (Fase IV)

 Kontrol Periodik, kontrol plak,


kalkulus

 Kondisi gingival

 Pemberian OHIS

 Cek perubahan patologis lainnya


Prognosis: Rujukan :
Good Prognosis: Dukungan tulang - Bagian Radiologi: Foto
yang adequat, kemungkinan kontrol periapikal
faktor etiologi dan pemeliharaan gigi  - Bagian Konservasi: Restorasi
yang adequat, pasien kooperatif, Kelas I gigi 17, 26, 27, 28,
tidak ada faktor sistemik/ lingkungan. Restorasi kelas II gigi 37, 47

 - Bagian Prostodonsia: GTSL


gigi 36, 46

 - Bagian Ortodonti
ALAT DAN
ALAT BAHAN
• Lap Putih
• Set alat diagnostik:
Nierbekken, 2 buah kaca
mulut no 4, sonde halfmoon,
pinset, probe periodontal
• Brush bur + mikromotor
• Cotton roll, cotton pallete
• Air spray (semprotan udara)
• Glass plate
• Microbrush
ALAT DAN
BAHAN BAHAN
• Disclosing agent
• Pumish/pasta profilaksis
• Bahan topical desensitisasi
(5% Sodium Fluoride White
Varnish)
• Kontrol plak: pastikan permukaan gigi bersih
PROSEDUR
• Oral profilaksis: bersihkan gigi dengan brush dan
pumice atau pasta profilaksis, bilas air hingga
bersih dan keringkan
• Periksa permukaan gigi 31, 32, 33, 41, 42, 43
yang hipersensitifitas dengan menggunakan
sonde atau semprotan udara
• Isolasi daerah kerja dengan cotton roll
• Letakkan bahan topical desensitisasi (5% Sodium
Fluoride White Varnish) pada glass plate
• Aplikasikan bahan desensitisasi dengan
microbrush pada permukaan gigi 31, 32, 33, 41, PROSEDUR
42, 43 dengan gerakan searah pada daerah yang
hipersensitif
• Biarkan 1 menit
• Periksa keberhasilan aplikasi dengan sonde dan
semprotan udara
• Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur, tidak
makan dan minum selama 1 jam
• Instruksikan pasien cara sikat gigi yang benar
• Kontrol setelah 1 minggu
Sekian…
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai