Anda di halaman 1dari 11

HIPERSENSITIVITAS DENTIN

NURFADILLAH PANGGALO

J014201010

DEPARTEMEN PERIODONSIA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi manusia memiliki berbagai macam fungsi. Fungs utamanya adalah membantu

pencernaan makanan, berbicara dan juga restetik. Sama hanya dengan gigi permanen, gigi

sulung secara umum berfugsi sebagai pembantu proses pencrnaan, pengucapan dan

estetika. Di sampng itu, fungsi istimewa yang dimiliki gigi sulung adalah posisi gigi sulung

sebagai petunjuk bagi gigi prmanen aga kelak tumbuh pada tempatnya dan menjaga

pertumbuhan lengkukng rahang. 1

Dentin hipersensitif merupakan rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam akibat

adanya rangsang terhadap dentin yang terbuka, yang dapat disebabkan oleh atrisi, abrasi,

fraktur mahkota, resesi gingiva, dan trauma ortodontik. Dentin hipersensitif seringkali

terjadi pada gigi permanen, terutama kaninus dan premolar karena hilangnya lapisan email

dan atau sementum.2 Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang

paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai rasa nyeri akibat dentin

yang terbuka jika diberikan stimulus termal, taktil, osmotik dan mekanis, seperti menyikat

gigi, makan makanan manis dan asam, dan minuman dingin atau panas. Hal ini

menyebabkan pasien merasa nyeri tajam yang singkat yang dikenal dengan

hipersensitivitas dentin dan tidak berasal dari kelainan atau patologi gigi. 3

Tingkat keparahannya tergantung pada karakteristik dentin yang terpapar, yaitu tidak

semua paparan dentin menyebabkan hipersensitivitas lokal. Adanya smear layer, luasnya

sklerosis dentin peritubular, dan luasnya reparatif dentin lokal dapat mengubah patensi

tubulus dentin dan dengan demikian mengurangi aliran cairan dan stimulasi proses

odontoblast.4
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Jelaskan pengertian hipersensitivitas dentin?

2. Bagaimana prevalensi hipersensitivitas?

3. Jelaskan Etiologi hipersensitivitas dentin?

4. Bagiamana pathogenesis hipersensitivas dentin?

5. Bagaimana perawatan hipersentivitas dentin?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian hipersensitivitas dentin

2. Mengetahui prevalensi hipersensitivitas

3. Mengetahui Etiologi hipersensitivitas dentin

4. Mengetahui pathogenesis hipersensitivas dentin

5. Mengetahui perawatan hipersentivitas dentin


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hipersensitivitas Dentin

Hipersensitivitas dentin didefinisikan sebagai nyeri tajam yang timbul dari

tereksposnya permukaan dentin sebagai reaksi terhadap rangsangan yang berasal dari

rangsangan termal, taktil, osmotik, atau rangsangan kimiawi. Hipersensitivitas dentin

berbeda dengan sensitivitas yang dihasilkan dari kondisi klinis lain seperti sebagai

cracked tooth, gigi atau restorasi yang fraktur, karies atau adanya kebocoran mikro dari

bahan restoratif. Sekitar setengah dari jumlah pasien mengalami hipersensitivitas dentin

setelah scaling dan root planning. Gejala ini umumnya mengganggu scaling ultrasonik

pada Supportive Periodontal Treatment (SPT), yang dapat mengakibatkan penumpukan

plak gigi dan secara negatif mempengaruhi prognosis setelah terapi periodontal.5

Secara klinis dianggap sebagai nyeri akut, terlokalisasi, berkembang pesat dan

durasi pendek. Kondisi klinis yang menyakitkan ini mempengaruhi 8% sampai 35%

dari populasi. Insiden hipersensitivitas dentinal ini dilaporkan mencapai puncaknya

pada dekade ketiga dan keempat kehidupan. 6

2.2 Prevalensi Hipersensitifitas

Dentin Distribusi prevalensi hipersensitifitas dentin telah di laporkan berbeda

dalam beberapa penelitian. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan populasi,

kebiasaan, pola makan, dan metode penelitian. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa kejadian hipersensitifitas dentin sebagian besar antara 10-30% dari total

populasi umum dan rentang usia bervariasi dari 20-50 tahun dan terjadi peningkatan

pada akhir dekade ketiga dan menurun selama dekade keempat dan kelima. Walaupun

demikian, prevalensi paling banyak terjadi pada pasien dengan usia antara 30 – 40 tahun

dan prevalensi lebih umum terjadi pada wanita yang mungkin terkait dengan kebersihan
gigi dan pola makan. Menurut sebuah studiepidemologi, prevalensi dentin hipersensitif

berkisar antara 4% - 74% di dunia, dengan jumlah 27% 7

Ada dua metode umum untuk menentukan intensitas hipersensitas dentin. Salah

satunya adalah dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada pasien dan melalui

pemeriksaan klinis. Dentin hipersensitif seringkali terjadi pada gigi permanen, terutama

kaninus dan premolar karena hilangnya lapisan email dan atau sementum dan diikuti

oleh insisivus, dan /molar. Permukaan bukal gigi merupakan bagian yang terlibat lebih

banyak dibandingkan dengan permukaan yang lain.8

2.3 Etiologi Hipersensitif Dentin6,9,10

Pemahaman tentang etiologi penyakit atau kondisi apa pun penting untuk

pencegahan dan perawatan yang efektif. Pengetahuan tentang etiologi hipersensitivitas

dentin saat ini masih terbatas dan faktor-faktor yang menyebabkan paparan dentin

masih belum pasti. Dentin dalam kondisi normal dilapisi oleh enamel dan sementum,

tidak menimbulkan kepekaan terhadap rangsangan eksternal. Dengan demikian, dentin

mulai menunjukkan hipersensitivitas hanya saat terpapap lingkungan rongga mulut,

setelah keausan struktur yang melindunginya. Lapisan enamel dapat rusak dengan

gesekan dari keausan oklusal dan kebiasaan parafungsional, abrasi sikat gigi, erosi dari

asam, fraktur koronal, abfraksi atau restorasi yang rusak. Resesi gingiva, penyakit

periodontal, bedah periodontal dan penyikatan gigi yang tidak tepat dapat mengekspos

permukaan akar. Setelah terbuka, lapisan sementum yang tipis (20-25 mm) mudah

dihilangkan dengan scaling dan root planing, pasta abrasif, makanan asam dan

menyikat gigi. Selain faktor-faktor ini, sekitar 10% individu, enamel dan sementum

tidak memenuhi area dentin yang terbuka. Hipersensitivitas dentin mungkin terkait erat

dengan stres oklusal, di mana gaya oklusal akan menyebabkan peningkatan tekanan

intrapulpal, memicu peningkatan kecepatan pergerakan cairan dentin, dan kemudian


menyebabkan hipersensitivitas. Beberapa faktor yang diyakini sebagai penyebab

hipersensitivitas dentin adalah sebagai berikut:

1) Pengikisan enamel akibat dari gesekan, abrasi, dan erosi

2) Tereksposnya permukaan akar yang dilapisi oleh sementum

3) Kehilangan jaringan periodontal

4) Trauma kronis akibat menyikat gigi

5) Fleksur gigi akibat tekanan oklusal yang abnormal

6) Kebiasaan parafungsional

7) Inflamasi gingiva akut dan kronis

8) Penyakit periodontal

9) Trauma akut

10) Operasi periodontal

11) Komponen makanan asam biasanya disebut sebagai penyebab utama lesi

servikal dan hipersensitivitas dentin.

2.4 Patomekanisme hipersensitifitas dentin

Tubulus dentin menembus ke dalam dentin seperti miniatur terowongan yang

memanjang sepanjang ketebalan dentin. Bagian dari tubulus dentin yang paling dekat

dengan pulpa biasanya mengandung prosessus odontoblastik, yaitu ekor tipis

sitoplasma dari sel di pulpa gigi yang disebut odontoblast Bagian tubulus dentin yang

tidak terisi oleh prosessus odontoblas diisi oleh cairan. Stimulasi permukaan akar dapat

menyebabkan aliran cairan di dalam tubulus yang diteorikan untuk mengaktifkan ujung

saraf (A-β and A-δ fibers) di pertemuan dentin-pulpa; ujung saraf yang tereksitasi

dianggap sebagai mekanoreseptor. Pergerakan cairan dentin yang tiba-tiba mungkin

diarahkan ke luar atau ke dalam, bergantung pada jenis rangsangannya. Pendinginan,


pengeringan, penguapan, dan larutan hipertonik menghasilkan aliran keluar, yang

menghasilkan lebih banyak rasa sakit daripada aliran masuk karena aplikasi panas.11,12

Teori lain yang diajukan untuk menjelaskan hipersensitivitas dentin adalah teori

saraf dan teori transduksi ondontoblastik. Teori saraf menunjukkan bahwa dentin

dipersarafi dan ujung saraf di dalam tubulus dentin secara langsung diaktifkan oleh

stimulus. Teori transduksi odontoblastik mengasumsikan bahwa stimulus

ditransmisikan sepanjang odontoblas melalui sambungan sinaptik ke ujung saraf

sensorik.11

Biasanya, dentin superfisial kurang permeabel dibandingkan lapisan yang lebih

dalam karena jumlah dan diameter tubulus per area menurun dari dentin pulpa ke DEJ.

Dentin hipersensitif menunjukkan tubulus dentin yang lebih banyak dan lebih luas

daripada dentin yang tidak sensitif. Namun, dentin yang terpapar tidak selalu dikaitkan

dengan hipersensitivitas, karena permeabilitas berkurang pada dentin sklerotik. Selain

itu, adanya smear layer, yang dihasilkan dari pengangkatan lapisan sementum selama

debridemen akar, dapat mengurangi permeabilitas untuk sementara.12

2.5 Perawatan Hipersensitif Dentin13-15

1. Reduksi faktor etiologi

a. Memperbaiki cara menyikat gigi; yang mencakup penggunaan sikat gigi berbulu

keras atau tebal, menyikat gigi dengan tekanan berlebihan, menggosok berlebihan

di area servikal atau bahkan tidak menyikat area serviks.

b. Memperbaiki premature contact dengan occlusal splint

c. Jika terjadi resesi gingiva, maka perlu dilakukan bone graft atau flap d.

Menghindari agen-agen erosif (pasta erosif, makanan dan minuman mengandung

asam)
2. Desensitisasi

Desensitisasi merupakan sebuah perawatan untuk mengkontrol hipersensitivitas

dentin menggunakan agen-agen desensitisasi. Agen desensitisasi bekerja melalui dua

mekanisme. Salah satu mekanismenya adalah melibatkan penggunaan agen seperti

fluorida dan arginin untuk mengurangi diameter tubulus dentin, mencegah pergerakan

cairan dentin, dan membantu remineralisasi dentin. Mekanisme lainnya adalah

memblokir aktivitas dari saraf pulpa, menurunkan rangsangan sensorik dari nosiseptor,

yang sering melibatkan agen seperti potasium nitrat.

Agen desensitisasi dibedakan atas klasifikasi cara pemberian, yaitu at home atau

inoffice, dan klasifikasi berdasar mekanisme aksi. Klasifikasi berdasarkan mekanisme

aksi dibedakan atas mekanisme kerjanya, yaitu mengganggu respon neural terhadap

stimulus sakit (desensitisasi saraf dengan menggunakan potasium nitrat) dan memblok

aliran cairan tubuler sehingga menutup tubulus dentinalis. Beberapa contohnya adalah

presipitasi protein dengan glutaraldehida, silver nitrat, zinc chloride, dan strontium

chloride hexahydrate; memblok tubulus dentinalis dengan sodium fluoride, stannous

fluoride, strontium chloride, potassium oxalate, calcium phosphate, calcium carbonate,

dan bioactive glasses (SiO2–P2O5–CaO–Na2O); pelapis (sealer) dentin adesif dengan

fluoride varnishes, oxalic acid dan resin, glass ionomer cement, komposit, dan dentin

bonding agent; laser dengan neodymium: yttrium aluminum garnet (Nd-YAG) laser,

GaAlAs (galium-aluminium-arsenide laser), dan Erbium-YAG laser; medikasi

homeopathic dengan propolis. Teknik aplikasi agen desensitisasi dentin ada

bermacammacam dalam berbagai bentuk, misalnya krim topikal, varnish, pasta gigi,

bubuk polis, single dose applicator, campuran bubuk/cairan, modifikasi resin.


BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Hipersensitivitas dentin adalah suatu kondisi klinis yang berasal dari paparan

jaringan dentin dan ditandai dengan sensasi nyeri setelah rangsangan termal, kimiawi,

mekanis atau osmotik. Terdapat beberapa etiologi dari terjadinya hipersensitivitas

dentin ini, seperti adanya abrasi, erosi, terpaparnya akar akibat resesi gingiva, penyakit

periodontal, dan lain lain. Beberapa jenis perawatan yang dilakukan untuk menangani

masalah hipersensitivitas dentin ini dapat dilakukan secara bedah dan non-bodah.

Desensitisasi adalah pilihan perawatan yang paling sering dilakukan dengan dengan

beberapa agen bahan desensitizer dan yang paling umum digunakan adalah potasium

nitrat.

3.2.Saran

Dengan pembuatan karya tulis ini diharapkan agar dapat membantu penulis maupun

pembaca dalam memahami dengan baik terkait definisi, etiologi, mekanisme, serta

perawatan dari resesi gingiva. Dibutuhkan penjelasan lebih mendalam terkait

perawatan dalam penggunaan bahanbahan. Karya tulis ini masih membutuhkan banyak

masukan untuk dapat menjadi lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Setyorono D, Amandia DPS. Berbagai faktor etilogi perawatan hipoplasia email pada anak.

Stomatognatic J.KG. Unej.Jan 2009;6(1):45

2. Mulya HB, Putri Kusma AR, Susilowati A. Perbedaan Kemampuan Pasta Gigi Desensitisasi

Komersial Dengan Bahan Aktif Hidroksiapatit Dan Novamin Dalam Penutupan Tubulus

Dentin Dengan Scanning Electron Microscope. ODONTO Dental Journa. 2017;3(1):14.

3. Shinta P, Suardita K, Mudjiono M. Perbedaan efektifitas penutupan tubulus dentin antara

pasta gigi yang mengandung bioaktif glass (novamin) dan strontium chloride. Conservative

Dentistry Journal 2018; 8(2): 96-103

4. Moraschini V, da Costa LS, dos Santos GO. Effectiveness for dentin hypersensitivity

treatment of non-carious cervical lesions: a meta-analysis. Clin Oral Investig.

2018;22(2):617–31.

5. Farooq I, Ali S. Dentin Hypersensitivity: A Review of its Etiology, Mechanism, Prevention

Strategies and Recent Advancements in its Management. World J Dent. 2013;4(3):188–92.

6. Sen S. Comparative Desensitizing Effect of a Toothpaste & MouthwashContaining

Potassium Nitrate: An In Vivo & In Vitro Scanning Electron Microscopic Study. Adv Dent

Oral Heal. 2018;8(5):12–8.

7. Bubteina N, Garaoushi S. dentin hypersensitivity: A Review. Dentistry. 2015; 5(9): 1

8. Que K, Guo B, Jia Z, Chen Z, Yang J, Gao P. A crosssectional study: noncarious cervical

lesions, cervical dentine hypersensitivity and related risk factors. J Oral Rehabil. 2013; 40:

24-32.

9. Borges AB, Barcellos DC, Torres CRG, Borges ALS, Marsilio AL, Carvalho CAT. Dentin

Hypersensitivity—Etiology, Treatment Possibilities and Other Related Factors: A Literature

Review. World Journal of Dentistry 2012; 3(1): 60-67


10. Utami ND, Komara I. Dentin hypersensitive: Ethiology and treatment. Vol. 27, Padjadjaran

Journal of Dentistry. 2015

11. Bresciani E., Torres C.R.G., Wiegand A. Dentin Hypersensitivity and Cracked Teeth. In:

Torres C. (eds) Modern Operative Dentistry. Textbooks in Contemporary Dentistry.

Switzerland: Springer, Cham. 2020. p.692-6

12. Gehrig JS dan Willmann DE. Foundations of Periodontics for the Dental Hygienist. 4th Ed.

Philadelphia, PA: Wolsters Kluwer. 2016 p.380-2

13. Davari AR., Ataei E., Assarzadeh H. Dentin Hypersensitivity: Etiology, Diagnosis and

Treatment; A Literature Review. J Dent Shiraz Univ Med Sci, Sept. 2013; 14(3): 136-145.

14. Pierote JJA, Prieto LT, Dias CTDS, Câmara JVF, Lima DANL, Aguiar FHB, et al. Effects

of desensitizing products on the reduction of pain sensitivity caused by in-office tooth

bleaching: A 24-week follow-up. J Appl Oral Sci. 2020;28:1–9.

15. Mattulada IK. Penanganan Dentin hipersensitif. Makassaar Dent J 2015; 4(5): 148-151

Anda mungkin juga menyukai