NURFADILLAH PANGGALO
J014201010
DEPARTEMEN PERIODONSIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
ng gigi, ditandai dengan pembentukan poket, peningkatan kedalam probing, resorbsi tulan
g, atau kombinasi ketiganya. Penyakit periodontal merupakan penyakit rongga mulut yang
menjadi masalah hampir di seluruh dunia dengan jumlah penderita mencapai 50% dari ju
Perawatan periodontitis dengan initial fase therapy yang terdiri dari scaling, root plani
ng, peningkatan oral hygiene, bahkan mungkin diperlukan penyesuaian oklusal. Secara um
um penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri plak pada permukaan gigi, dimana plak b
erupa lapisan tipis biofilm yang berisi kumpulan mikroorganisme patogen seperti Porphyr
lla forsythia serta Fusobacterium nucleatum yang merupakan deposit lunak. Gingivitis dan
poket gingiva terjadi karena rusaknya perlekatan gingiva (loss of gum attachment) dengan
akar gigi menandakan adanya periodontitis ringan. Kerusakan jaringan karena infeksi jari
ngan periodontal mengandung bahan-bahan toksik (berasal dari bakteri maupun respon inf
lamasi).2
Sebuah fakta bahwa terapi mekanik adalah dasar dari terapi periodontal. Di masa lalu,
hanya necrotizing ulcerative gingivitis yang diobati dengan terapi antibiotik karena diangg
ap sebagai infeksi fusospirochetal. Dengan munculnya bukti spesifisitas bakteri dalam kai
tannya dengan bentuk agresif periodontitis dan juga kesulitan dalam menekan patogen yan
g menyerang jaringan dengan terapi konvensional dalam kasus tertentu (seperti juvenile p
PEMBAHASAN
2.1.1 Antibiotik
Sebuah systematic review dan meta-analisis pada perawatan non-bedah pasien dengan
periodontitis kronis yang telah dilakukan SRP melaporkan bahwa terjadi peningkatan clin
ical attachment level (CAL) pada kelompok SRP saja dengan rerata sebesar 0,49 mm (95
% CI, 0,36-0,62) dan tambahan rata-rata 0,35 mm CAL (95% CI, 0.20-0.51) untuk SRP di
kombinasikan dengan aantibiotik sistemik Analisis ini menggabungkan semua studi yang t
bahan CAL setidaknya setelah 6 bulan tetapi memiliki jarak waktu follow-up yang bervari
asi. Nilai SRP untuk perawatan periodontal non-bedah awal tetapi menganggap peningkat
an 71% yang diberikan oleh antibiotik sistemik terlalu sedikit untuk merekomendasikan p
2.1.2 Anti-inflamasi
ndin, termasuk PGE2, yang diproduksi oleh neutrofil, makrofag, fibroblas, dan sel epitel g
ingiva sebagai respons terhadap LPS, komponen dinding sel bakteri gram negatif. PGE2 t
elah dipelajari secara ekstensif pada penyakit periodontal karena PGE2 mengatur resorpsi
tulang oleh osteoklas. Kadar PGE2 meningkat pada pasien dengan penyakit periodontal di
bandingkan dengan pasien sehat. PGE2 juga menghambat fungsi fibroblast dan memiliki e
fek penghambatan dan modulasi pada respon imun. NSAID menghambat sintesis prostagl
andin dan karenanya mengurangi peradangan jaringan. Mereka digunakan untuk mengoba
ti rasa sakit, peradangan akut, dan berbagai kondisi peradangan kronis. NSAID termasuk s
alisilat (misalnya, aspirin), indometasin, dan turunan asam propiont (misalnya, ibuprofen,
flurbiprofen, naproxen).
si dan menghambat aktivitas osteoklas di jaringan periodontal, telah diteliti pada pasien de
ngan periodontitis. Pemberian NSAID jangka pendek mengurangi kadar MMP-8 cairan su
lkus gingiva (GCF), tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik yang diama
ti pada tingkat perlekatan klinis (CAL). Studi juga menunjukkan bahwa aspirin dosis rend
tan periodontal.6
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme (bakteri, fungi,
aktinomicetes) yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme jenis lain. Sifat ant
ibiotik berbeda satu dengan lainnya. Aktivitasnya bergantung pada jenis bakteri yang men
adi spektrum sempit, dan spektrum luas. Batas antara kedua spektrum ini sebenarnya tida
k terlalu jelas. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dibedakan atas beberapa kelomp
ok, yaitu:1
1) betalaktam yang terdiri atas golongan penisilin dan derivatnya, sefalosporin, karbap
3) linkomisida,
4) metronidazol,
5) tetrasiklin,
6) kuinolon,
7) aminoglikosida,
8) vankomisin,
9) sulfonamid,
10) kloramfenikol.
1) Penisilin
Penisilin banyak dipakai, baik untuk penyakit infeksi dalam rongga mulut mau
pun penyakit infeksi pada bagian tubuh yang lain. Penisilin bersifat bakterisid dengan
aktifitas kerja merusak dinding sel bakteri. Penisilin dikenal sebagai first line antibioti
infeksi. Banyak bakteri yang peka terhadap penisilin, kecuali bakteri yang memproduk
si enzim β-laktamase, karena cincin β-laktam yang terdapat pada struktur kimia penisi
lin dirusak oleh enzim tersebut sehingga penisilin menjadi tidak aktif. Penisilin termas
iotikanya lebih luas dibanding penisilin, efektif terhadap bakteri gram positif dan nega
tif. Amoksisilin bermanfaat sebagai antibiotika penunjang pada kasus refractory maup
un juvenile periodontitis. Dosis yang disarankan adalah 500mg 3x1 sehari selama 7 ha
ri.
(Augmentin) dengan dosis 375mg yang diberikan selama 14 hari dapat mengurangi ke
dalaman poket, insiden perdarahan saat probing serta meningkatkan terbentuknya perl
ekatan periodontal setelah 1 (satu) tahun evaluasi. Seymour and Heasman menyebutka
2) Makrolida8,9,10
nisilin, terutama terhadap mikroba Gram positif sehingga merupakan alternatif untuk p
asien- pasien yang alergi penisilin dan resisten terhadap penisilin. Klindamisin merupa
kan derivat linkomisin, termasuk antibiotika bakteriostatik dengan aktifitas kerja meng
hambat sintesa protein bakteri. Klindamisin mempunyai aktifitas penetrasi yang baik k
e jaringan lunak dan keras. Klindamisin efektif terhadap bakteri stric anaerob yang me
osisnya untuk klindamisin adalah 150mg 4x1 sehari selama 10 hari , dapat menibulkan
miliki aktivitas spektrum yang hampir sama dengan penisilin, terutama terhadap mikro
3) Metrodinazole
emukan cukup tinggi pada GCF dan serum.Metronidazole adalah senyawa nitroimidaz
ole yang dikembangkan di Prancis untuk mengobati infeksi protozoa. Antibiotik ini be
rsifat bakterisidal bagi organisme anaerobik dan dianggap mengganggu sintesis DNA
bakteri dalam kondisi dengan potensi reduksi yang rendah. Metronidazole bukanlah o
4) Tetrasiklin12
Tetrasiklin populer pada tahun 1970an sebagai antibiotika spektrum luas denga
sintesa protein tetapi tidak membunuhnya, oleh karena itu tetrasiklin disebut sebagai a
, generasi baru dari golongan ini antara lain adalah minosiklin, doksisiklin dan demekl
osiklin. Tetrasiklin mampu menghambat kerja enzim kolagenase yang dihasilkan oleh
bakteri, oleh karena itu tetrasiklin disebut sebagai antibiotika yang bersifat anti kolage
g banyak ditemukan pada kasus juvenile periodontitis. Tetrasiklin tidak efektif terhada
Scopp (1994) melaporkan hasil studi kasus terhadap penderita laki-laki usia 30
50mg 4x1 sehari selama 2 minggu, kemudian setelahnya diikuti dosis tunggal 250mg s
elama 1 tahun. Evaluasi selama 1 tahun didapatkan hasil tidak ada pembengkakan yan
ulut tidak ada kelainan, kecuali karies tahap awal pada beberapa gigi. Secara umum gi
ngiva normal, 90% permukaan gigi bebas plak, tidak ada kegoyangan. Rata-rata kedal
aman poket 1-3 mm, kecuali pada molar pertama atas dan bawah + 8 mm, hal ini didu
ga merupakan ciri khas LJP. Tetrasiklin yang diberikan secara sistemik dapat terikat p
ada permukaan akar dan dilepaskan sedikit demi sedikit dalam bentuk aktif selama jan
gka waktu tertentu. Efek samping yang ditimbulkan dengan pemberian tetrasiklin seca
5) Klindamisin 12
ktifitas penetrasi yang baik ke jaringan lunak dan keras. Klindamisin efektif terhadap
bakteri stric anaerob yang memproduksi enzim β-laktamase, antara lain pigmented da
n nonpigmented prevotella.
amisin digunakan pada perawatan penyakit periodontal yang bersifat kambuhan, teruta
ma bila perawatan secara mekanis maupun perawatan dengan antibiotika yang lain (pe
lindamisin terhadap bakteri dalam poket. Evaluasi setelah 1 minggu pemberian klinda
misin 150mg 3x sehari selama 5 (lima) hari efektif mengurangi jumlah bakteri porphy
engurangi skor gingival index secara signifikan tanpa dilakukan perawatan mekanis.
n bahan kimia seperti ibuprofen, indometasin, α-tokoferol (suatu bentuk vitamin E), da
ya menghambat PGE2 dengan potensi tinggi dalam kisaran nanomolar atau mikromol
ar rendah. Studi selanjutnya menunjukkan bahwa penghambat siklooksigenase (COX)
spesifik secara efektif mengobati penyakit periodontal. Namun, obat tersebut tidak dap
necrosis factor α (TNFα), seperti etanercept atau infliximab, atau steroid. Perawatan i
ni memiliki efek samping yang serius dan tidak ideal untuk terapi jangka panjang. Stat
in, yang memiliki sifat anti-inflamasi juga menghentikan perkembangan penyakit peri
odontal. Seperti penghambat sintesis prostaglandin, ini hanya efektif selama pengobat
an dan tidak membalikkan efek penyakit. Dengan efek sampingnya, tidak ada yang di
yang potensial. Ibuprofen merupakan salah satu obat antiinflamasi nonsteroid, derivat
dari asam propionat. Efek farmakologinya memiliki banyak persamaan dengan obat a
nti-inflamasi yang lain. Obat ini merupakan persenyawaan yang mempunyai khasiat a
gi 4x sehari.14
cara penghambatan kompetitif jalur enzim siklooksigenase. Enzim ini berperan sebag
ai katalis asam arakidonat dalam proses produksi berbagai mediator radang terutama p
acam obat-obatan mampu mengurangi jumlah bakteri patogen subgingiva. Akan tetap
i satu kali irigasi tidak merespons baik obat-obatan lokal ini untuk diberikan obat-oba
tan secara sistemik. Menurut Sweeting dkk, lokasi yang dapat diberikan obat-obatan s
ecara lokal antara lain poket > 5 mm dengan perdarahan gingival, setelah skeling dan
penghalusan akar awal, poket > 5 mm dengan perdarahan gingiva atau lokasi > 6 mm
dalaman poket pada distal-fasial line angle dari molar kedua yang berhubungan deng
an pencabutan gigi molar ketiga jika tindakan intervensi bedah menghasilkan kondisi
rkasi kelas II (dangkal atau dalam) yang tidak akan dilakukan tindakan bedah. Dokter
gigi harus mengestimasi jumlah waktu kunjungan yang dibutuhkan berdasarkan kead
aan pasien.
Salah satu contoh yang dapat dilakukan adalah menjadwalkan sebuah kunjung
an yang lama atau dua kunjungan singkat sementara pasien menerima agen antimikro
rawatan ini disebut juga perawatan anti-infeksi atau disinfeksi. Data dari penelitian se
belumnya menunjukan adanya perbaikan pada kedalaman poket dan pengurangan per
Seringkali dokter gigi sulit untuk memutuskan antibiotik apa yang harus diberikan
biotik, misalnya tetrasiklin berakumulasi pada tulang dan gigi dalam masa pert
umbuhan.
b. Fungsi renal dan hepatik: Penggunaan dan penentuan dosis antibiotik harus
n ini.
c. Faktor-faktor lokal: Kondisi pada area infeksi sangat mempengaruhi aksi ant
ibiotik, seperti adanya pus dan sekresi, bahan nekrotik dan foreign body, pH ya
ng rendah, dll.
rus diperhatikan.
f. Kehamilan: Semua antibiotik harus dihindari saat hamil, karena risiko perke
mbangan fetus
h. Faktor-faktor obat: Hal ini termasuk sifat spesifik antibiotik seperti spektrum
kinetik, jalur administrasi obat, bukti efektivitas klinis dan harga obat.
2.6 Cara Pemberian Medikamen Dalam Bidang Periodontal15,16,17
a) Secara Lokal
Pemberian obat secara lokal disebut juga dengan local drug delivery
ideal untuk memasukkan agen, yang tidak sesuai untuk administrasi sistemik
misalnya CHX. LDDS tersedia dalam bentuk sistem irigasi, fiber, gel, strip,
metabolisme presistemik.
dipertimbangkan
Irigasi oral adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
sistem irigasi yang digunakan secara profesional di klinik gigi serta diterapkan
secara pribadi oleh pasien di rumah untuk mencegah dan mengobati penyakit
periodontal. Sistem OI terdiri dari dua komponen, perangkat dan larutan irigasi
yang efektivitasnya diatur oleh tekanan irigasi, karakteristik aliran, dan jenis jet.
Tip mono-jet / multi-aliran jet tersedia untuk irigasi supra-gingiva, dan kanula
tumpul dengan port ujung atau samping tersedia untuk irigasi subgingiva.
melalui salah satu / kombinasi dari tiga mekanisme: difusi, pembengkakan, dan
degradasi.
Strip dan film (SF) adalah pita tipis berbasis polimer dari sistem matriks
yang dirancang untuk memberikan agen terapeutik aktif dengan cara yang
dengan menggunakan jarum suntik dengan port yang lebar untuk memastikan
b) Secara Sistemik
Keuntungan:
sedikit
c. Antibiotik murah
d. Dapat mengakses lokasi infeksi yang tidak dapat dijangkau oleh terapi
mekanik
Kekurangan:
b. Patogen merupakan bagian flora rongga mulut pada periodontal sehat dan
yang terinfeksi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dilandasi teori bahwa konsentrasi obat antibiotika pada poket periodontal mampu membunuh
bakteri spesifik yang dianggap sebagai penyebabnya. Pertimbangan lain adalah bahwa
perawatan mekanis saja tidak cukup untuk menghilangkan bakteri yang berada pada dasar
poket, epitel gingiva dan sementum. pemberian antibiotika secara sistemik untuk menunjang
perawatan mekanis dalam perawatan penyakit periodontal memberikan hasil yang baik. Setiap
golongan antibiotika mempunyai spesifikasi pada kasus tertentu sesuai dominasi bakteri
menempel kembali ke permukaan gigi segera setelah gigi dibersihkan dan mulai membentuk
biofilm. Antibiotik dapat diberikan secara lokal dan sistemik. Pada kasus periodontitis kronis,
direkomendasikan menggunakan antibiotik yang diberikan secara lokal melalui fiber, gel, dan
periodontitis dan necrotizing ulcerative gingivitis dan periodontitis. Dokter gigi harus
3.2 Saran .
penyakit periodontal.
DAFTAR PUSTAKA
Periodontology. 11th ed. Riverport Lane St. Louis, editor. Missouri: Elsevier Saunders;
2012; 257-70
3. Van Dyke, TE. Shifting the paradigm from inhibitors of inflammation to resolvers of
4. Smiley CJ, Tracy SL, Abt E, Michalowicz BS, John MT, Gunsolley J, et al. Systematic
means of scaling and root planing with or without adjuncts. J Am Dent Assoc.
2015;146(7):508–24 e5.
5. Smiley CJ, Tracy SL, Abt E, Michalowicz BS, John MT, Gunsolley J, et al. Evidence-
by means of scaling and root planing with or without adjuncts. J Am Dent Assoc.
2015;146(7):525–35.
6. Newman MG. Takei HH, Klokkevold PR, Carranzan FA. Newman and carranza’s
8. Suardi HN. Antibiotik Dalam Dunia Kedokteran Gigi. Cakradonya Dent J 2014;
6(2):678- 744
13. Dowd FJ, Johnson BS, Mariotti AJ. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry. 7th
39.
16. H.R. R, Dhamecha D, Jagwani S, Rao M, Jadhav K, Shaikh S, et al. Local drug delivery systems in the
management of periodontitis: A scientific review. J Control Release 2019;307:393–409.
17. Joshi D, Garg T, Goyal AK, Rath G. Advanced drug delivery approaches against periodontitis. Drug
Deliv 2016 Feb 12;23(2):363–77.