Anda di halaman 1dari 12

TELAAH KASUS

HIPERSENSITIVITAS

Oleh :

Wira Putri Winata


1311412016

Dosen Pembimbing :

Drg. Kosno Suprianto, MDSc, Sp.Perio

DEPARTEMEN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
HIPERSENSITIVITAS DENTIN

A. DEFENISI
Hipersensitivitas dentin adalah respon yang berlebih pada dentin yang terbuka dengan
gejala klinis nyeri yang tajam dan singkat. Keadaan ini terjadi karena terpaparnya tubulus
dentin karena resesi gingiva atau kehilangan enamel (Utami, dan Komara, 2015)

B. MEKANISME SENSITIVITAS DENTIN


Telah diajukan berbagai teori untuk membantu menjelaskan mekanisme yang
terkait dengan etiologi hipersensitivitas dentin yaitu teori neural, teori transduksi
odontoblas, dan teori hidroninamik (Nisha, 2013).
1. Teori Neural
Teori neural mengacu pada aktivasi ujung saraf yang terletak di dalam tubulus
dentin. Sinyal saraf ini dialirkan sepanjang serabut saraf aferen primer di dalam pulpa
menuju percabangan saraf dental dan kemudian diteruskan ke dalam otak. Teori neural
menganggap bahwa seluruh badan tubulus mengandung ujung-ujung saraf bebas.
2. Teori Transduksi Odontoblas
Teori ini mengasumsikan bahwa odontoblas memanjang ke perifer. Awalnya
stimulus mengeksitasi prosesus odontoblas atau badan sel odontoblas. Membran
odontoblas bisa berdekatan dengan ujung-ujung saraf dalam pulpa atau di dalam
tubulus dentin dan odontoblas akan mentransmisikan sinyal eksitasi dari ujung-ujung
saraf terkait. Namun demikian, pada penelitian terakhir, Thomas (1984)
mengindikasikan bahwa prosesus odontoblast terbatas hanya sampai sepertiga bagian
dalam dari tubulus dentin. Dengan demikian, tampaknya bagian luar dari tubulus dentin
tidak mengandung elemen seluler tetapi hanya berisi cairan dentin.
3. Teori Hidroninamik
Menurut teori ini, stimulus menyebabkan perpindahan cairan yang berada di
dalam tubulus dentin. Perpindahan cairan ini bisa terjadi dengan bergerak ke arah luar
atau bergerak ke arah dalam dan gangguan mekanis ini akan mengaktifkan ujung saraf
yang terdapat pada pulpa atau dentin. Brannstrom (1962) menduga bahwa pergerakan
isi tubulus cukup cepat untuk merusak bentuk serabut saraf di dalam pulpa atau
predentin, atau merusak sel odontoblas. Kedua efek ini nampaknya mampu
menimbulkan nyeri. Saat ini sebagian besar peneliti setuju bahwa sesitivitas dentin
disebabkan oleh pergerakan cairan hidrodinamis sepanjang dentin yang terpajan dengan
tubulus dentin yang terbuka. Pergerakan cairan yang cepat ini, pada gilirannya
mengaktifkan saraf mekanoreseptor dari grup A di dalam pulpa. Mathews et al. (1994)
mencatat bahwa stimulus seperti rasa dingin menyebabkan cairan bergerak menjauhi
pulpa, menghasilkan respons-respons saraf pulpa yang lebih besar dan lebih cepat
dibandingkan dengan stimulus lain seperti panas, yang menghasilkan gerakan aliran ke
dalam. Hal ini menjelaskan mengapa respons terhadap stimulus dingin lebih cepat dan
lebih parah dibandingkan dengan respons tumpul dan lambat yang timbul terhadap
stimulus panas.Dehidrasi dentin akibat semprotan udara atau kertas penyerap
menyebabkan pergerakan cairan ke arah luar dan menstimulasi mekanoreseptor dari
odontoblas, menimbulkan nyeri. Semprotan udara yang diperlama akan menyebabkan
pembentukan sumbatan protein di dalam tubulus dentin, mengurangi pergerakan cairan
dentin, sehingga akan mengurangi rasa sakit. Nyeri yang ditimbulkan ketika larutan
gula atau garam berkontak dengan dentin yang terbuka juga dapat dijelaskan melalui
pergerakan cairan dentin. Cairan dentin memimiliki tingkat osmolaritas rendah,
cenderung mengalir menuju larutan dengan osmolaritas tinggi, dalam hal ini larutan
garam dan gula.

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Penyebab utama hipersensitivitas dentin adalah tubulus dentin yang terbuka.
Dentin dapat terbuka terjadi karena dua proses yaitu hilangnya struktur periodontium
yang melindunginya (resesi gingiva) atau melalui hilangnya email. Penyebab klinis
terpajannya tubulus dentin yang paling umum adalah resesi gingiva.
Ketika terjadi resesi gingiva, lapisan pelindung luar dentin akar, yaitu sementum,
terkikis atau tererosi. Hal ini menyebabkan dentin di bawahnya terbuka. Daerah ini
mengandung prosesus odontoblas yang berasal dari kamar pulpa. Sel-sel ini berisi ujung
saraf, yang bila terganggu, saraf akan mengalami depolarisasi yang akan diterjemahkan
sebagai nyeri. Setelah tubulus dentin terpajan, terjadi proses oral yang membuatnya
tetap terpajan. Proses Ini meliputi kontrol plak yang buruk, keausan emaill, teknik
higienis mulut yang tidak tepat, erosi servikal, dan terpajan pada asam (Nisha, 2013).
Gambar 1. Etiologi hipersensitivitas dentin

D. PERAWATAN HIPERSENSITIVITAS DENTIN


1. Perawatan di rumah
Setelah melalui diagnosis profesional, hipersentivitas dentin dapat dirawat secara
sederhana dan murah dengan perawatan di rumah menggunakan pasta gigi
desensitisasi.
Produk yang biasa digunakan di rumsh untuk hipersensitif dentin:
a. Pasta Gigi Strontium Khlorida
Pasta gigi desensitisasi dengan strontium khlorida 10 % efektif menghilangkan
nyrti hipersensitivitas gigi.
b. Pasta Gigi Kalium Nitrat
Pasta gigi kalium nitrat 5 % dapat meringankan nyeri terkait hipersensitivitas
gigi
c. Pasta Gigi Fluor
Pasta gigi natrium monofluorofosfat adalah cara efektif mengobati
hipersensitivitas gigi.
2. Prosedur Perawatan di Klinik
a. Varnish
Tubulus yang terbuka dapat ditutupi dengan selapis tipis varnis, yang dapat
meredakan nyeri untuk sementara; varnis seperti Copalite bisa digunakan untuk
hal ini. Untuk meredakan nyeri lebih lanjut, dapat digunakan Duraflor, varnis
yang mengandung fluor.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid terdiri atas 1% prednisolone yang dikombinasikan dengan 25%
parakhorofenol, 25% metakresilasetat dan 50% gum camphor terbukti efektif
dalam mencegah sensitivitas termal pasca perawatan. Penggunaan kortikosteroid
berdasarkan pada asumsi bahwa hipersensitivitas itu terkait dengan inflamasi
pulpa; dengan demikian diperluan informasi lebih lanjut mengenai hubungan di
antara kedua kondisi ini.
c. Obliterasi Parsial Tubulus Dentin
Pembentukan endapan tak larut untuk menyumbat tubulus. Garam larut tertentu
bereaksi dengan ion di struktur gigi dan membentuk kristal di permukaan dentin.
Agar efektif, kristalisasi sebaiknya terjadi dalam 1 sampai 2 menit dan kristal
harus cukup kecil untuk memasuki tubulus namun cukup besar untuk
menyumbat sebagian tubulus.
 Senyawa Fluor
Lukomsky (1941) adalah orang pertama yang mengajukan natrium fluorida
sebagai bahan desensitisasi, karena cairan dentin jenuh dengan ion kalsium
dan ion fosfat. Aplikasi NaF menyebabkan presipitasi kristal kalsium
fluorida, dengan demikian mengurangi diameter tubulus dentin.
- Natrium fluorida yang diasamkan (acidulated). Konsentrasi fluor di dalam
dentin yang diberi terapi dengan natrium fluorida yang diasamkan secara
signifikan lebih tinggi daripada yang dirawat hanya dengan natrium
fluorida.
- Natrium silikofluorida. Silicic acid membentuk gel dengan kalsium gigi dan
membentuk barier yang berfungsi sebagai insulator. Aplikasi 0.6% natrium
silikofluorida lebih manjur daripada larutan natrium fluorida 2% sebagai
agen desensitisasi.
- Stannous fluoride 10% membentuk lapisan tebal dari timah dengan partikel
bulat berisi fluor yang menyumbat tubulus dentin. SnF 0.4% juga
merupakan agen efektif, namun perlu penggunaan yang lebih lama (s/d 4
minggu) untuk mencapai hasil yang memuaskan.
3. Edukasi Pasien
a. Konseling Diet
Asam yang dikonsumsi mampu menyebabkan hilangnya struktur gigi karea
erosi sehingga sementum akan terlepas dan menyebabkan terbukanya tubulus
dentin. Karena itu, konseling diet harus difokuskan pada kuantitas dan
frekuensi konsumsi asam dalam hubungannya dengan menggosok gigi.
Perawatan akan gagal jika faktor ini tidak dikontrol. Riwayat diet secara
tertulis harus diperoleh dari pasien yang menderita dentin hipersensitif agar
bisa memberi saran terkait kebiasaan makan. Karena risiko tergerusnya dentin
meningkat ketika sikat gigi dilakukan segera setelah gigi bersentuhan dengan
makanan asam, pasien harus diperingatkan untuk tidak melakukan hal ini.
b. Teknik Menyikat Gigi
Karena menyikat gigi yang tidak benar sepertinya merupakan faktor etiologi
pada hipersensitif dentin, instruksi mengenai cara menggosok gigi yang tepat
dapat mencegah tergerusnya dentin dan timbulnya hipersensitivitas.
c. Kontrol Plak
Saliva mengandung kalsium dan ion fosfat dan karena itu dapat membantu
pembentukan deposit mineral dalam tubulus dentin yang terpajan. Hadirnya
plak dapat mengganggu proses ini, karena plak adalah bakteri yang
menghasilkan asam dan mampu melarutkan endapan mineral yang terbentuk
dan membuka tubulus.
TELAAH KASUS HIPERSENSITIVITAS

Nama Operator : Wira Putri Winata


No BP : 1311412016
Preseptor : drg. Kosno Suprianto, MDSc, Sp. Perio

A. Data Pasien
Nama pasien : Masri
Jenis Kelamin : laki- laki
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Ampang, Kuranji
No RM : 14741

B. Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Subjektif :

1. CC
Pasien datang dengan keluhan gigi terasa ngilu pada gigi bawah jika makan dan minum
dingin.
2. PI
Keluhan dirasakan pasien sejak 6 bulan yang lalu. Pasien merasakan ngilu pada gigi
rahang bawah jika makan atau minum dingin. Ngilu yang dirasakan bertahan hingga 3
menit.
3. PDH
Pasien terakhir kali datang ke RSGM Unand untuk membersihkan karang gigi 2 bulan
yang lalu, menambal gigi 1 bulan yang lalu. Menyikat gigi 2x sehari (pagi dan malam),
dengan teknik horizontal menggunakan bulu sikat medium. Tidak menggunakan obat
kumur dan benang gigi.
4. PMH
Pasien pernah dirawat di rumah sakit 2 tahun yang lalu karena kelelahan. Tidak memiliki
alergi obat. Tidak pernah mengkonsumsi obat dalam jangka waktu panjang.

5. FH

Ibu : tidak dicurigai menderita penyakit sistemik


Ayah : menderita penyakit diabetes melitus

6. SH
Pasien merupakan seorang pegawai PT.KAI. Pasien sering mengonsumsi kopi. Pasien
jarang makan buah dan sayur. Pasien rutin berolahraga.

Pemeriksaan Objektif
1. Ekstra oral
- Mata : konjungtiva non anemis, sclera non ikterik, pupil isokor
- Kelenjar Limfe
kiri : tidak teraba, tidak sakit
kanan : tidak teraba, tidak sakit
- Bibir : hipotonus, kompeten
- TMJ : normal
- Pembukaan mulut : normal
- Kebiasaan buruk : mengunyah 1 sisi di sebelah kanan (sejak ±4 tahun yang lalu)

2. Gambaran klinis
3. Odontogram

C. Catatan Keadaan Intraoral


1. RKP

KUNJUNGAN I KUNJUNGAN II KUNJUNGAN III


16/4/2019 23/4/2019 16/5/2019
51% 39 % 21%

2. Probing Depth

Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
I MISS MISS MISS MISS RX 233 222 322 232 233 222 MISS MISS MISS MISS MISS
Bukal
III MISS MISS MISS MISS RX 333 222 222 111 222 233 MISS MISS MISS MISS MISS
I MISS MISS MISS MISS RX 111 111 111 111 111 111 MISS MISS MISS MISS MISS
Palatal
III MISS MISS MISS MISS RX 332 222 211 211 111 111 MISS MISS MISS MISS MISS
Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
I MISS MISS MISS MISS 132 333 223 443 434 333 333 333 MISS MISS MISS MISS
Bukal
III MISS MISS MISS MISS 111 122 323 333 334 333 333 333 MISS MISS MISS MISS
I MISS MISS MISS MISS 332 223 222 222 222 222 222 222 MISS MISS MISS MISS
Lingual
III MISS MISS MISS MISS 222 222 222 222 222 222 222 222 MISS MISS MISS MISS

D. Diagnosa
Resesi gingiva klas I klasifikasi Miller pada gigi 32, 31, 41, 42, 43
Tes air syringe : (+) ngilu pada gigi 31, 41, 42
D/ Hipersensitivitas dentin
Etiologi : Cara menyikat gigi yang salah  resesi gingiva
Sikap pasien : kooperatif

E. Rencana Perawatan
1. Fase Initial : SRP (Scaling and root planning), DHE

2. Fase Korektif : Perawatan Hipersensitivitas dan kontrol 1 minggu

3. Fase Restoratif :-

4. Fase Pemeliharaan : Evaluasi kesehatan periodontal setiap minimal 6 bulan sekali,

F. Perawatan Yang Telah Dilakukan

 16/04/2019. RKP, Probing depth, SRP (Scaling and Root planing )

 23/04/2019. Kontrol 1 minggu : RKP, DHE

 16/05/2019. Kontrol 1 bulan : RKP, Probing depth, SRP (Scaling and Root planning)

G. Alat dan Bahan yang digunakan


1. Alat
 Diagnostic set
 Saliva Ejector
 Low speed handpiece
 Brush
 Probe
2. Bahan
 Fluoride gel
 Cotton palette
 Cotton roll

H. Prosedur Kerja
1. Bersihkan daerah kerja dengan brush yang dihubungkan dengan low speed handpiece.
Pastikan bebas dari plak, debris, dan kalkulus.
2. Isolasi gigi dengan menggunakan cotton roll. Isolasi bertujuan untuk mencegah
kontaminasi fluor dengan saliva.
3. Keringkan gigi dengan air syringe
4. Oleskan fluoride menggunakan cotton pellet ke bagian permukaan gigi yang mengalami
Hipersensitivitas. Biarkan gigi tertutup larutan selama 1 atau 4 menit. Ulangi prosedur
sampai dengan 3 kali.
5. Setelah 3 kali pengulangan bersihkan larutan fluoride dari permukaan gigi
menggunakan cotton pellet dan tes kembali dengan air syringe.

I. DHE

1. Instruksikan pasien untuk tidak makan/minum selama 30 menit pasca tindakan


2. Instruksikan pasien untuk menggunakan pasta gigi untuk gigi sensitif
3. Instruksikan pasien untuk menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut
4. Instruksikan pasien untuk menyikat gigi dari arah gusi ke gigi (teknik Stillman)
5. Instruksikan pasien untuk menghindari makanan dingin atau panas
6. Instruksikan pasien untuk datang kontrol 1 minggu pasca perawatan
DAFTAR PUSTAKA

Utami, D.N dan I, Komara. (2015). Dentine Hypersensitive: Ethiology and Treatment.
Indonesia. Padjajaran Journal of Dentistry. Vol.27(3): 146:155

Garg, Nisha. (2013). Tect book of Operative Dentistry: India. Jaypee Brothers Medical
Publishers. Edisi 2.

Anda mungkin juga menyukai