ANASTESI LOKAL
Tugas Mata Kuliah RPL 2018
Dosen Pembimbing
Drg. Arnetty,M.Kes
SYOFIMAR
NIS : 175140936
Pengertian
• obat yang mengahambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan
saraf dengan kadar cukup (Ganiswarna, 1995))
• obat yang menyebabkan anestesia, mati rasa, melumpuhkan ujung saraf sensorik
atau serabut saraf pada tempat pemberian obat (Kamus saku Kedokteran Dorland,
1998)
Indikasi:
Kontra Indikasi:
Titik suntikan terletak pada lipatan mukobukal di atas gigi molar kedua atas,
gerakkan jarum ke arah distal dan superior kemudian suntikkan obat anestesi 1-2
ml di atas apeks akar gigi molar ketiga.
Untuk melengkapi anestesi pada gigi molar pertama, dapat diberikan injeksi
supraperiosteal di atas apeks akar premolar kedua.
Injeksi ini cukup untuk prosedur operatif, sedangkan untuk ekstraksi atau bedah
peri odontal, dilakukan penyuntikan pada nervi palatini minor sebagai tambahan.
Titik suntikan adalah lipatan mukobukal di atas gigi premolar pertama. Jarum
diarahkan ke suatu titik sedikit di atas apeks akar, kemudian suntikkan obat
anestesi perlahan-lahan. Agar akurat, raba kontur tulang dengan hati-hati.
Injeksi ini cukup untuk prosedur operatif, sedangkan untuk ekstraksi atau bedah
peri odontal, dilakukan injeksi palatinal.
Injeksi ini sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, harus
ditambahkan injeksi palatinal pada regio kaninus atau foramen insisivus.
Injeksi Blok
Obat anestesi disuntikkan pada suatu titik di antara otak dan daerah yang
dioperasi, menembus batang saraf atau serabut saraf pada titik tempat anestesi
disuntikkan sehingga memblok sensasi yang datang dari distal.
Keuntungannya adalah hanya dengan sedikit titik suntikan dapat diperoleh daerah
anestesi yang luas dan dapat menganestesi tempat-tempat yang merupakan
kontraindikasi injeksi supraperiosteal.
Jika blok menyeluruh pada salah satu sisi mandibular tidak diperlukan, atau bila
karena alasan tertentu injeksi mandibular menjadi kontraindikasi, blok sebagian
bisa dilakukan dengan injeksi mentalis.
Jika sulit melakukan anestesi terhadap gigi atas dengan menggunakan injeksi
supraperiosteal atau jika diperlukan anestesi untuk beberapa gigi sekaligus, akan
lebih efektif bila digunakan injeksi infraorbital atau zigomatik.
Injeksi Mandibular
Dilakukan palpasi fossa retromolaris dengan jari telunjuk sehingga kuku jari
menempel pada linea oblikua. Dengan bagian belakang jarum suntik terletak di
antara kedua pre molar pada sisi yang berlawanan jarum diarahkan sejajar dengan
dataran oklusal gigi-gigi mandibula ke arah ramus dan jari. Jarum ditusukkan
pada apeks trigonum pterygomandibu lar dan gerakan jarum di antara ramus dan
ligamentum serta otot yang menutupi fasies interna ramus diteruskan sampai
ujungnya kontak dengan dinding posterior sulkus mandibularis. Keluarkan 1,5 ml
obat anestesi di sini (rata-rata kedalaman insersi jarum adalah 15 mm, tapi
bervariasi tergantung ukuran mandibula dan proporsinya berubah sejalan dengan
pertambahan umur). Dapat juga menganestesi nervus lingualis dengan cara
mengeluarkan obat anestesi pada pertengahan perjalanan masuknya jarum.
Injeksi Mentalis
Untuk menganestesi gigi premolar dan kaninus untuk prosedur operatif. Untuk
menganestesi gigi insisivus, serabut saraf yang bersimpangan dari sisi yang lain
juga harus diblok.
Injeksi Lingual
Untuk gigi premolar dan gigi anterior, karena jaringan lunak pada permukaan
lingual mandibula tidak teranestesi dengan injeksi foramen mental dan injeksi
mandibular.
Titik suntikan terletak sepanjang papil insisivus yang berlokasi pada garis tengah
rahang, di posterior gigi insisivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada
garis tengah menuju kanalis palatina anterior. Walau anestesi topikal bisa
digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada daerah titik suntikan,
anestesi ini mutlak harus dipakai untuk injeksi nasopalatinus. Sebaiknya
dilakukan anestesi permulaan pada jaringan yang akan dilalui jarum.
Untuk ekstraksi gigi atau anestesi mukoperiosteum palatum dari tuber maksila
sampai ke regio kaninus dan dari garis tengah ke krista gingiva pada sisi
bersangkutan.
Tentukan titik tengah garis khayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga
atas di sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan obat
anestesi sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi kontralateral.
Karena hanya bagian dari nervus palatinus mayor yang keluar dari foramen
palatinum posterior yang akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai
masuk ke foramen. Injeksi ke foramen atau penyuntikkan obat anestesi dalam
jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan teranestesinya nervus
palatinus medius sehingga palatum molle menjadi kebal. Akibatnya akan timbul
gagging. makalah anastesi lokal maksila
Current mood: calm Teknik-teknik anastesi blok pada maksila
BAB 1
PENDAHULUAN
Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri
yang baik akan membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati,
tidak terburu-buru, tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan
dokter bedah. Sebagai tambahan pasien yang tenang akan sangat mambantu bagi
seorang dokter gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi minor
lainnya yang dilakukan pada pasien rawat jalan sangat tergantung pada anestesi
lokal yang baik. (1)
Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada
bagian tubuh tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local
merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh,
kebalikan dari anestesi umum yang meliputi seluruh tubuh dan otak. Local
anestesi memblok secara reversible pada system konduksi saraf pada daerah
tertentu sehingga terjadi kehilangan sensasi dan aktivitas motorik. (2)
Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari syaraf perifer
dan system syaraf pusat. Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi local
pada permukaan kulit atau tubuh. (1)
Untuk mencapai keadaan anestesi lokal, dikenal beberapa cara pemberian, khusus
dibidang kedokteran gigi yaitu : (1)
Anestesi topikal
Anestesi infiltrasi
Anestesi blok
Field blok
Nerve blok
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dasar dari anestesi lokal juga berlaku untuk anestesi blok syaraf serta
untuk teknik lainnya. Larutan anestesi lokal didepositkan didekat atau disekitar
bundel serat syaraf, untuk mendapatkan anestesi jaringan yang disuplai oleh
bundel nerovaskular. Perbedaan pertama pada kasus anestesi blok syaraf adalah
diperlukannya sejumlah besar larutan anestetik lokal untuk memperoleh anestesi
yang memadai. Selain itu, ukuran anatomi dari bundel syaraf membuat larutan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menembus bagian tengahnya, jadi
harus diberikan waktu yang lebih lama sebelum prosedur operasi dilakukan. (2)
Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada syaraf, sehingga
menghambat jalannya rangsangan dari daerah operasi yang diinnervasinya.
Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan operasi, sehingga
menghambat semua cabang syaraf proksimal sebelum masuk kedaerah operasi.
(2)
Molar ketiga atas, molar kedua, dan akar distobukal serta palatal molar pertama
diinervasi oleh cabang-cabang saraf gigi superior posterior. Cabang-cabang kecil
dari saraf yang sama akan meneruskan sensasi jaringan pendukung bukal pada
daerah molar dan mukoperiosteum yang melekat padanya. Deposisi larutan
anestesi di dekat saraf setelah saraf keluar dari kanalis tulang, akan menimbulkan
efek anastesi regional dari struktur yang disuplainya. Teknik ini disebut blok gigi
superior posterior.
Sejak diperkenalkannya agen anastesi lokal modern, teknik infiltrasi sudah lebih
sering digunakan untuk daerah tersebut karena deposisi larutan 1 ml, normalnya
memberikan efek anastesi tanpa resiko kerusakan pleksus venosus pterigoid atau
arteri-arteri kecil yang ada di daerah ini.
Akar mesiobukal dari molar pertama, kedua gigi premolar dan jaringan
pendukung bukal serta mukoperiosteum yang berhubungan dengannya mendapat
inervasi dari saraf gigi superior tengah. Teknik infiltrasi biasanya digunakan
untuk menganastesi struktur-struktur tersebut. Deposisi 1 ml larutan sudah cukup
untuk menganastesi lingkaran saraf luar yang mensuplai premolar kedua. (4)
Gigi-gigi insicivus dan kaninus atas diinervasi oleh serabut yang berasal dari saraf
gigi superior anterior. Saraf ini naik pada kanalis tulang yang kecil untuk
bergabung dengan saraf infraorbital 0,5 cm di dalam kanalis infraorbitalis. Gigi
insicivus sentral, insicivus lateral atau kaninus dapat teranestesi bersama dengan
jaringan pendukungnya, pada penyuntikan 1 ml larutan anestesi di dekat apeks
gigi yang dituju. (4)
Pada anak yang masih muda, rasa tidak enak dari suntikan palatum yang
digunakan untuk prosedur pencabutan gigi atau pemasangan matriks, dapat
dihindari dengan cara sebagai berikut.
Suntikan Infraorbital
Karena teknik infiltrasi sangat efektif bila digunakan pada maksila, maka anastesi
regional umumnya jarang dipergunakan. Walaupunn demikian, suntikan
infraorbital akan sangat bermanfaat bila akan dilakukan pancabutan atau operasi
besar pada daerah insisivus dan kaninus rahang atas. Suntikan ini juga dapat
digunakan untuk menganastesi gigi anterior dimana teknik infiltrasi tidak
mungkin dilakukan karena ada infeksi di daerah penyuntikan.
Teknik ini berdasar pada fakta bahwa larutan akan didepositkan pada orifice
foramen infraorbital, berjalan sepanjang kanalis ke saraf gigi superior anterior dan
superior tengah, menimbulkan anastesi pada gigi-gigi insicivus, kaninus dan
premolar serta struktur pendukungnya. Larutan ini kadang-kadang dapat mencapai
ganglion speno-palatina dan menganastesi lingkaran saraf dalam, namun
seringkali masih diperlukan suntikan palatum tambahan.
Baik cara intraoral maupun ekstraoral dapat digunakan untuk blok infraorbital.
Teknik infraorbital umumnya lebih popular dan memungkinkan jarum
ditempatkan di luar lapang pandang pasien. Suntikan tersebut dapat dilakukan
dengan cara berikut ini.
Dengan ujung jari telunjuk lakukanlah palpasi linger infraorbital dan takikan
infraorbital, kemudian geser jari sedikit ke bawah agar terletak tepat di atas
foramen infraorbital. Dengan tetap mempertahankan posisi ujung jari tersebut, ibu
jari dapat digunakan untuk membuka bibir atas dan mengekspos daerah yang akan
disuntik. (4)
II.2 Teknik-teknik Anestesi Blok Pada Maksila
Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus,
Arahkan jarum keapeks kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks
akar gigi tersebut.
Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam
gigi anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk
prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi
palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum. (2)
Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus
vena pterigoid pecah, menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal,
teknik infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan. (2)
Tekniknya : (2)
Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba
dengan menggunakan ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi.
Dengan ujung jari tetap pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik
bibir atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar
kedua dan meluas segaris dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm
baru larutan analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapat diraba dibalik
jari pertama bila letak ujung jarum, tepat. Biarkan keadaan ini selama 3 menit,
untuk memastikan diperolehnya analgesia yang memadai. (2)
Tekniknya : (2)
Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.
Tekniknya : (2)
Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral
approach)
Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk
mencegah kemungkinan bahaya untuk mata
Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita
memasukkan jarum dengan membuat sudut 45º, dan jarum tersebut diluncurkan
sesuai dengan arah garis khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara
perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan melalui papila
nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila tulang berkontak
dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan
didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat karena dapat
menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia
cukup cepat.
Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi
adalah bagian bukkal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan.(2)
Incisivus papilla
Incisivus centralis
Tekniknya : (2)
Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang
pertama harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut
diluncurkan dalam arah paralel dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam
garis median.
Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan
secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc.
Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek
Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat diperoleh dengan
mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar
dari foramen palatina besar.
Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan karena
jaringan melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan ludah dari kelenjar ludah
minor dapat dikeluarkan.
Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah
bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolar(2)
Indikasi : (2)
Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga
Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.
Tekniknya : (2)
Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara
molar dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median
Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut
(bila di suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan)
Sehingga membentuk sudut 90º dengan curve tulang palatinal
Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian
kita semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.
BAB III
PEMBAHASAN
Injeksi Zigomatik
Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar distobukal molar
kedua atas. Arahkan jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman kurang lebih
20 mm. ujung jarum harus tetap menempel pada periosteum untuk menghindari
masuknya jarum ke dalam plexus venosus pterygoideus.
Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat menganestesi akar
mesiobukal molar pertama atas. Karen itu, apabila gigi tersebut perlu dianestesi
untuk prosedur operatif atau ekstraksi, harus dilakukan injeksi supraperiosteal
yaitu di atas premolar kedua. Untuk ekstraksi satu atau semua gigi molar,
lakukanlah injeksi n.palatinus major. (3)
Injeksi Infraorbital
Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis median, dalam hal ini,
bagian yang di tusuk adalah pada titik refleksi tertinggi dari membran mukosa
antara incisivus sentral dan lateral. Dengan cara ini, jarum tidak perlu melalui
otot-otot wajah.
Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi pada garis
tengah rahang, di posterior gigi insicivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas
pada garis tengah menuju canalis palatina anterior. Walaupun anestesi topikal bisa
digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada daerah titik suntikan,
anestesi ini mutlak harus digunakan untuk injeksi nasopalatinus. Di anjurkan juga
untuk melakukan anestesi permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.
Tentukan titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas
di sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan anestetikum
sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi kontralateral.
Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari foramen palatinum majus
(foramen palatinum posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan
sampai masuk ke foramen. Injeksi ke foramen atau deponir anestetikum dalam
jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan teranestesinya
n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan ini akan
menyebabkan timbulnya gagging.
Injeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi ini
digunakan bersama dengan injeksi supraperiosteal atau zigomatik.
Rasa takut bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah meski sebenarnya ia tidak
merasa takut. Anomali inervasi nervus atau variasi bentuk dan kepadatan tulang
juga dapat menghambat usaha operator untuk mendapat efek anestesi yang layak.
Kurangnya pengetahuan mengenai anatomi bisa mengakibatkan teknik anetesi
yang digunakan kurang baik sehingga akhirnya menimbulkan kegagalan.
Kecerobohan, rasa percaya diri yang berlebihan, keacuhan atau operasi yang
dilakukan sebelum efek anestesi maksimal, merupakan penyebab kegagalan pada
beberap kasus. Operasi yang dilakukan sebelum efek anestesi yang memuaskan
diperoleh, akan memberikan hasil akhir yang meragukan. Jaringan-jaringan yang
mengalami peradangan dan infeksi kronis tidak mudah dianestesi.(5)
Pada injeksi n.mentalis, kegagalan akan timbul apabila jarum tidak masuk ke
dalam foramen mentale atau jika n.lingualis atau nn.cervicales superficiales tidak
teranestesi.
BAB IV
PENUTUP
I.1 KESIMPULAN
Anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh
tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan
aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh.
Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada syaraf, sehingga
menghambat jalannya rangsangan dari daerah operasi yang diinnervasinya.
Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan operasi, sehingga
menghambat semua cabang syaraf proksimal sebelum masuk kedaerah operasi.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Fadillah. Teknik-teknik anestesi local. 2007.
Rughaidah. Teknik anestesi local gow gates dan citoject. 1994
Purwanto, drg. Petunjuk praktis anestesi local. 1993. Penerbit buku kedokteran.
Jakarta: EGC
Howe, Geoffrey L. Anestesi local. 1994. Jakarta : Hipokrates