Anda di halaman 1dari 11

DASAR-DASAR PENCABUTAN GIGI SULUNG DAN GIGI PERMANEN

DOSEN PENGAMPU :
Drg. ABRAL M. Pd

DISUSUN OLEH :
REDIFA DAMURA
(20183111054)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2019/2020
BUKU SAKU PENCABUTAN GIGI SULUNG

Prinsip pencabutan gigi sulung tidak berbeda dengan gigi permanen, tidak
memerlukan tenaga besar, tetapi harus diingat bahwa di bawah gigi sulung
terdapat gigi permanen yang mahkotanya sangat dekat dengan gigi sulung
terutama gigi molar dua sulung atau kadang-kadang penggantinya yaitu premolar
dua terjepit diantara akar gigi sulung molar dua tersebut. Sehingga waktu
pencabutan gigi molar dua sulung, premolar dua dapat terganggu atau ikut
terangkat, sehingga pada akar yang resorbsinya tidak sempurna terutama pada
molar dua sulung pencabutannya harus hati-hati.

 Indikasi Pencabutan Gigi Sulung


Dalam pertimbangan ekstraksi gigi sulung, harus selalu ditekankan bahwa umur
bukanlah kriteria untuk menentukan apakah gigi sulung harus diekstraksi atau tidak.
Contohnya molar kedua sulung tidak dapat diekstraksi hanya karena anak sudah berumur 11
atau 12 tahun tanpa indikasi khusus. Sebab untuk beberapa pasien, ada gigi premolar dua
yang sudah siap erupsi pada umur 8 atau 9 tahun, sementara pada kasus lain gigi tersebut
belum menunjukkan perkembangan akar yang cukup pada umur 12 tahun.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, indikasi ekstraksi untuk gigi sulung adalah
sebagai berikut:
1. Jika gigi mengalami karies yang tidak dapat direstorasi
2. Jika terjadi infeksi pada daerah periapikal dan interradikular.
3. Pada kasus abses dentoalveolar akut dengan selulitis.
4. Jika gigi sulung bertabrakan dengan erupsi normal gigi permanen suksesornya.
5. Gigi sulung yang sudah waktunya tanggal
6. Untuk keperluan orthodonti

 Kontraindikasi Pencabutan Gigi sulung


1. Blood dyscrasias atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah konsultasi
dengan hematologist.
2. Penyakit jantung
3. Darah tinggi
4. Diabetes melitus
 Persiapan anestesi
Dalam persiapan anestesi lakukan premedikasi ½ sampai 1 jam sebelum ke dokter
gigi, premedikas dengan menggunakan Phenobarbital sesuai dosis.
Sebelum melakukan anestesi, hendaknya lakukan sterilisasi pada tangan operator dan mukosa
sekitar dearah jarum suntik.
Alat anestesi yang digunakan haruslah jarum yang tajam, disposable atau siap pakai, dan
ukuran harus sesuai (pada anak-anak < dewasa).
Obat anestesi yang dipakai:
Topikal dengan chlor ethyl berupa pasta atau spray
Anestesi lokal : ester dengan prokain, non ester dengan lidokain atau prilokain, dan ditambah
vasokonstriktor.

 Anestesi topikal
digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat insersi jarum ke membran mukosa. Selain
itu, interaksi operator dengan anak untuk mengalihkan perhatian mereka dan meningkatkan
sugestibilitas mereka terhadap kecemasan dapat mengurangi kekurangan dari anestesi topical.
Anastesi topical efektif pada permukaan jaringan (kedalaman 2-3 mm).

Bahan anastesi topikal yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut :


1. Menurut bentuknya : Cairan, salep, gel
2. Menurut penggunaannya : Spray, dioleskan, ditempelkan
3. Menurut bahan obatnya : Chlor Etil, Xylestesin Ointment, Xylocain Oitment,
Xylocain Spray
4. Anastesi topikal benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi > 20 %,
lidokain tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5 % dan dalam bentuk spray
dengan konsentrasi > 10%.

Cara melakukan anastesi topikal adalah :


1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal.
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik (Gambar 5) ± 15
detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.
3. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar
obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal
adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi
topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.

 Anestesi Lokal

Persiapan pemberian lokal anestesi


1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari orang tua
(Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak.
2. Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ± 2 jam
3. Memakai jarum yang kecil dan tajam
4. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih dahulu. Misalnya
dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
5. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah,
juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
6. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan ± 5 menit dan dijelaskan sebelumnya
kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti mati rasa, bengkak,
kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak
bingung atau merasa aneh. Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika
tanda parastesi tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang
kembali.
7. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya xylocaine 2
% dan epinephrine 1 : 100.000.

 Teknik pencabutan gigi sulung


Teknik pencabutan tidak berbeda dengan orang dewasa. Karena pada anak-anak ukuran gigi
dan mulut lebih kecil dan tidak memerlukan tenaga yang besar, maka bentuk tang ekstraksi lebih kecil
ukurannya. Harus diingat juga bentuk akar gigi sulung yang menyebar dan kadang-kadang
resorpsinya tidak beraturan dan adanya benih gigi permanen yang ada di bawah akar gigi sulung.
Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan pencabutan perlu dilakukan fiksasi rahangnya
dengan tangan kiri. Jika resorpsi akar telah banyak, maka pencabutan sangat mudah, tetapi jika
Resorpsi sedikit terutama gigi molar pencabutan mungkin sulit dilakukan, apalagi bila terhalang benig
gigi permanendi bawahnya.
Untuk gigi sulung berakar tunggal :
Gerakan rotasi dengan satu jurusan diikuti dengan gerakan ekstraksi (penarikan).
Untuk gigi berakar ganda :
Gerakan untuk melakukan pencabutan adalah gerakan luksasi pelan-pelan juga. Gerakan luksasi ini ke
arah bukal dan ke arah palatal, diulang dan juga harus hatihati serta tidak dengan kekuatan yang besar.
Gerakan luksasi diikuti dengan gerakan ekstraksi.

Instruksi setelah pencabutan


1. Instruksikan pasien untuk menggigit tampon
2. Jangan kumur
3. Jangan isap
4. Jangan meludah terlalu kering
5. Jangan dimainkan dengan lidah
6. Pemberian analgetik
7. Pemberian antibiotik bila perlu
BUKU SAKU PENCABUTAN GIGI PERMANEN

Eksodonsia adalah salah satu cabang ilmu bedah mulut yang mempelajari tentang hal-hal

yang berhubungan dengan tindakan bedah gigi. Eksodonsia merupakan tindak bedah mulut

yang bertujuan untuk mengeluarkan seluruh bagian gigi bersama jaringan patologisnya dari

dalam soket gigi serta menanggulangi komplikasi yang mungkin ditimbulkannya. Eksodonsia

yang sempurna menunjukkan bahwa bagian gigi dan jaringan patologis yang melekat

seluruhnya harus ikut terambil keluar dari dalam soket. Sisa akar gigi, granuloma apikalis,

dan serpihan jaringan gigi harus ikut diangkat keluar soket.

A. Indikasi .

Indikasi ekstraksi pada gigi permanen tidak sama dengan gigi sulung. Indikasi

ekstraksi pada gigi permanen adalah :

1. Gigi yang telah mengalami kerusakan yang besar sehingga tidak dapat direstorasi dan
tidak dapat dilakukan perawatan endodontik.
2. Gigi yang sudah sangat goyah akibat resorbsi tulang alveolar.
3. Gigi yang mengalami impaksi
4. Gigi yang perlu diekstraksi untuk keperluan ortodontik.
5. Gigi yang merupakan pusat infeksi dan jika gigi tidak diekstraksi, maka akan menjadi
sumber infeksi bagi tubuh.
6. Gigi yang menyebabkan trauma jaringan lunak disekitarnya.
7. Gigi yang sudah rapuh atau terkena karies akibat terapi radiasi pada region kepala dan
leher.
8. Gigi supernumerary.
9. Gigi yang mengalami fraktur pada akar. Kondisi ini akan menyebabkan rasa sakit
berkelanjutan pada penderita sehingga gigi tersebut menjadi non vital.
10. Gigi dengan sisa akar.
11. Gigi dengan fraktur pada tulang alveolar.
12. Gigi yang terletak pada garis fraktur yang mengganggu reposisi.
13. Keinginan pasien untuk diekstraksi namun dengan beberapa alasan, seperti ingin
terhindar dari rasa sakit, ingin diganti dengan gigi tiruan, maupun faktor ekonomi.

B. Kontra indikasi

1. Pasien dengan riwayat penyakit diabets melitus


2. Pasien dengan riwayat penyakit jantung
3. Pasien dengan riwayat penyakit hipertensi
4. Pasien dengan riwayat penyakit kelainan darahseperti hemofilia, anemia, leukimia
C. Prosedur pencabutan gigi permanen
Persiapkan alat dan bahan yaitu jarum suntik dan bahan anestesi. Jarum suntik dysposible
syringe dengan panjang 1 seperempat inci dan diameter nya 23 g.
1. Buka bungkus jarum suntik
2. Kemudian terikkan jarumnya
3. Putar ampul sampai bahan anestesi dalam keadaan turun semua
4. Patahkan ampul dan tuangkan 90 derajat dan ambil gunakan dysposible syrunge sebanyak
2ml
5. Suntikkan pada mukosa labial dan palatal
6. Aspirasi apakah bahan anestesi masuk atau tidak ke pemuluh darah.
7. Cek socket gusi menggunakan sonde untuk mengetahui apakahanestesi telah berjalan.
8. Siapkan tang, bein, crayer dan alat diagnostik
9. Gunakan bein untuk membuka socket gusi dengan gerakan mencungkil
10. Kemudian goyangkan gigi dengan teknik
a. Rotasi : gigi 1, 2,3 rahang atas dan gigi 4,5 rahang bawah
b. Luksasi : gigi 1, 2,3 rahang bawah dan gigi 4,5 rahang atas
c. Kombinasi gigi molar rahang atas dan bawah
11. Lakukan pencabutan dimana beak tang harus menyentuh dan mengapit leher gigi
12. Cek dan pastikan tidak ada akar gigi yang tetrtinggal

 Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika ekstraksi antara lain :

Posisi untuk ekstraksi


1) Untuk ekstraksi gigi maxilla, dental chair diposisikan sekitar 120 0 terhadap lantai
dimana mulut pasien harus sama tingginya dengan bahu dokter gigi dan bidang
oklusal harus 45o terhadap bidang horizontal saat mulut terbuka
2) Selama ekstraksi pada kudran maxilla sebelah kanan, kepala pasien seharusnya
mengarah ke operator, sehingga akses yang cukup dan visualisasi bisa didapatkan
3) Untuk ekstraksi gigi anterior maxilla, kepala pasien harus diposisikan lurus ke depan
4) Pada ekstraksi kuadran maxilla sebelah kiri, kepala pasien hanya sedikit diarahkan ke
operator
5) Untuk ekstraksi gigi mandibula, pasien harus diposisikan lebih trgak lurus sehingga
ketika mulut dibuka, occlusal plane sejajar dengan lantai
6) Posisi kursi harus lebih rendah dari pada posisi kursi saat ekstraksi gigi maxilla, dan
dental chair diposisikan 110o terhadap lantai.
7) Posisi dokter gigi untuk semua daerah maxilla dan posterior mandibula di kanan
depan menghadap pasien. Posisi dokter gigi untuk anterior mandibula kanan belakang
atau kanan depan pasien.

D. Instruksi seteleah pencabutan

1. Instruksikan pasien untuk menggigit tampon


2. Jangan kumur
3. Jangan dimainkan dengan lidah
4. Jangan di isap
5. Pemberian analgetik
6. Pemberian antibiotik bila perlu
SOP PENCABUTAN GIGI SULUNG

 PENGERTIAN :

Pencabutan gigi sulung adalah pencabutan gigi sulung yang sudah terekfoliasi atau goyang

fisiologis derajat 2 atau lebih, persistensi,dan sisa akar.

 TUJUAN :

1. sebagai acuan petugas medis dalam melakukan perawatan/tindakan Pencabutan gigi sulung
2. mengeliminasi penyebab terjadinya infeksi fokal

 ALAT DAN BAHAN :

1. alat dasar: sonder, pinset, ekskavator


tang cabut/ekstraksi untuk anak-anak, bein/elevator
2. tampon, povidon iodine, kloretil dan/atau spuit 3 cc beserta ampul
lidokain
3. handscoon, masker
4. gelas kumur
5. tisu

 PROSEDUR
1. menjelaskan prosedur kepada pasien/orangtua pasien
2. mengisi lembar informed consent, dan meminta tanda tangan Orangtua/wali yang mengantar.
3. mengatur posisi pasien dan posisi operator menyesuaikan
4. mencuci tangan dengan sabun
5. melakukan anastesi pada daerah gigi yang akan dicabut. Pelaksanaan pencabutan dimulai bila
sudah tercapai kondisi teranastesi. Pada gigi sulung yang telah mengalami mobility derajat ≥2,
anastesi menggunakan kloretil dengan cara disemprotkan ke kapas yang ditempelkan ke gusi dari gigi
yang akan dicabut.
6. buka soket gusi menggunakan bein (jika perlu)
7. posisikan tang ekstraksi sejauh mungkin ke dalam soket, paruh tang sejajar dengan sumbu gigi
8. gerakan untuk pencabutan gigi sulung anterior adalah luksasi perlahan ke arah labio-palatal atau
labio-lingual, diikuti dengan gerakan rotasi dan ekstraksi.
9. gerakan untuk pencabutan gigi sulung posterior adalah luksasi perlahan ke arah labio-palatal atau
labio-lingual, diikuti dengan gerakan ekstraksi.
10. pemberian tampon pada daerah pencabutan
11. berikan instruksi pasca pencabutan gigi
12. mencuci tangan dengan sabun
13. menyerahkan resep berupa antibiotik (jika perlu) dan anti nyeri.
SOP PENCABUTAN GIGI PERMANEN

 PENGERTIAN :
Pencabutan gigi tetap adalah pencabutan gigi tetap berakar tunggal maupun jamak yang tidak
dapat dilakukan perawatan.

 TUJUAN :
1. sebagai acuan bagi tenaga medis dalam melakukan pencabutan gigi tetap
2. agar pasien mengetahui prosedur penanganan penyakitnya
3. mengeliminasi penyebab terjadinya infeksi fokal

 ALAT DAN BAHAN :


1. alat dasar: sonder, pinset, ekskavator
tang cabut/ekstraksi dewasa, bein/elevator
2. tampon, povidon iodine, spuit 3 cc beserta ampul Lidokain/
pehakain
3. handscoon, masker
gelas kumur
4. tisu

 PROSEDUR :
1. Pengukuran tekanan darah.
Jika tekanan darah pasien dalam batas normal, maka dapat langsung
dilakukan pencabutan gigi. Namun, jika di atas normal atau di
bawah normal, maka pasien dirujuk ke poli umum.
2. Menjelaskan prosedur kepada pasien/orangtua pasien
3. Mengisi lembar informed consent, dan meminta tanda tangan pasien/orangtua
4. Mencuci tangan dengan sabun
5. Mengatur posisi pasien dan posisi operator menyesuaikan
6. Mempersiapkan spuit 3 cc, membuka tutup spuit dan memindahkan lidokain ke dalam spuit
dengan cara menghisap isi ampul sampai habis dan menutup kembali spuit.
7. Membuang udara dalam spuit dengan cara memposisikan spuit
dengan ujung jarum menghadap ke atas, kemudian ketuk perlahan. Kemudian dorong pompa
perlahan-lahan sampai udara tidak tampak lagi dan cairan keluar sedikit di ujung jarum.
8. Mengambil tampon yang telah ditetesi dengan povidone iodine.
9. Mengolesi gusi yang akan dilakukan injeksi dengan gerakan searah 1 kali.
10. Untuk menganastesi gusi bagian bukal, lidokain di suntikkan ke gusi di sekitar apeks pada
gigi yang akan dicabut dan melakukan aspirasi, apabila keluar darah, geser posisi jarum ke
titik lain dan memasukkan jarum sampai menyentuh tulang.
11. Cek socket gusi menggunakan sonde untuk mengetahui apakah anestesi telah berjalan

12. Gunakan bein untuk membuka socket gusi dengan gerakan mencungkil.

13. Kemudian cabut gigi dengan teknik


a. Rotasi : gigi 1, 2,3 rahang atas dan gigi 4,5 rahang bawah
b. Luksasi : gigi 1, 2,3 rahang bawah dan gigi 4,5 rahang atas
c. Kombinasi gigi molar rahang atas dan bawah.

14. Pemberian tampon pada daerah pencabutan


15. Berikan instruksi pasca pencabutan gigi
16. Mencuci tangan dengan sabun
17. Menyerahkan resep berupa antibiotic (jika perlu) dan anti nyeri

Anda mungkin juga menyukai