PENANGANAN AVULSI
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
1. Avulsi.........................................................................................................1
2. Replantasi Perawatan pada Gigi Avulsi.....................................................1
3. Media Penyimpanan Gigi Avulsi...............................................................2
4. Fiksasi Gigi Avulsi dengan Splint.............................................................3
5. Jenis Splinting...........................................................................................4
6. Borang Penilaian........................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................6
ii
1. Avulsi
Avulsi merupakan keadaan terlepasnya gigi secara keseluruhan dari soketnya,
atau keadaan dimana terjadi robeknya perlekatan ligamen periodontal dan
keluarnya gigi dari soket1,2. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis pulpa dan
tertinggalnya sel ligamen periodontal yang masih hidup di sebagian besar
permukaan akar. Umumnya gigi insisif sental rahang atas yang sering
mengalami avulsi, yang dapat disebabkan karena adanya kekerasan,
perkelahian, kecelakaan, cedera pada saat olahraga, hingga terjatuh 1. Avulsi
dipertimbangkan masuk dalam kondisi kegawatdaruratan dental2.
1
Soket gigi yang mengalami avulsi tetap utuh dan menyediakan tempat yang
cukup untuk gigi avulsi.
Tidak ada pertimbangan ortodontik seperti overcrowding.
Periode ekstraalveolar atau lamanya gigi berada diluar soket harus
dipertimbangkan, jika replantasi dilakukan sebelum 30 menit pada gigi yang
avulsi maka akan meningkatkan peluang penyembuhan dan reformasi
ligamen periodontal. ada peluang bagus untuk implantasi ulang yang
berhasil. Apabila gigi avulsi dibiarkan lebih dari 2 jam (tidak di dalam
media penyimpanan yang memadai), sel-sel dan serabut ligamentum
tidak akan bertahan hidup, serta kemungkinan terjadi resorbsi
replacement (ankilosis) setelah replantasi1,2.
Keberhasilan replantasi gigi yang avulsi tergantung luas kerusakan
ligamentum periodontal, derajat kerusakan alveolar, efektifitas stabilisasi,
serta jarak waktu kejadian avulsi dengan dilakukannya replantasi. Replantasi
dapat dikatakan berhasil ketika kunjungan berkala dapat terlihat adanya
perbaikan yang nyata seperti gigi tidak goyang, warna gingiva normal, tidak
ada keluhatan sakit spontan dari penderita, serta rasa sakit saat perkusi
cenderung berkurang2.
2
untuk jangka waktu yang lama. pembersihan lembut tanpa menghancurkan
ligamen periodontal.
Saline, putih telur, cairan lensa kontak, susu, dan viaspan
Handuk yang dibasahi air liur.
Beberapa penelitian menyatakan air tidak direkomendasikan untuk
menjadi media pembersihan dan penyimpanan gigi avulsi karena tidak baik
dalam mempertahankan vitalitas sel, dan lingkungan hipotonik dapat
menyebabkan sel rusak dengan cepat serta terjadi peningkatan peradangan
setelah replantasi1,2.
3
Avulsi gigi bersamaan dengan fraktur alveolar, disarankan untuk
menggunakan splint selama 4-8 minggu1.
Avulsi yang disertai luka pada daerah sekitar rongga mulut serta dagu,
sebaiknya dilakukan pencegahan kemungkinan infeksi dengan menggunakan
suntikan anti tetanus, dan antibiotika. Pelepasan splint dilakukan ketika tidak
keluhan dari pasien, tidak ada perubahan warna pada gigi, dan tidak ada
kegoyangan pada gigi. Pelepasan splint juga diikuti kontrol radiografi, lalu
dilanjutkan kontrol klinis dan radiografi setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan, 1
tahun dan setiap tahun setelahnya2.
5. Jenis Splinting
Ada beberapa jenis splinting diantaranya yaitu sebagi berikut:
1. Acid etch splint
2. Dental wiring (essig’s wiring, gilmer’s wiring, risdon’s wiring, ivy eyelet
wiring, col stout’s multiloop wiring)
3. Arch bar
4. Custom made splint (acrylic splint)
5. Semirigid splint
Jenis splinting yang digunakan untuk avulsi yang diajarkan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas YARSI yaitu tipe essig’s wiring. Essig’s wiring
digunakan untuk menstabilkan fraktur dentoalveolar, gigi yang goyang, dan
dapat juga sebagai penyangga untuk intermaxillary fixation (IMF). Splinting
jenis ini dapat digunakan jika jumlah gigi di kedua garis fraktur cukup untuk
dijadikan sebagai penyangga. Cara melakukan splinting jenis essig’s wiring
yaitu dengan gigi dimasukan kembali kedalam soketnya dan area stabilisasi
minimal 3 gigi dari garis fraktur. Ujung wire dimasukan dari bukal ke arah
lingual, lalu melewati sekitar servikal gigi, dan ujung lainnya masuk dari
lingual kearah bukal, keduanya ujung wire masuk melalui ruang interdental
gigi. Regangkan bagian ujung bukal untuk menyangga sisi bukal dari servikal
gigi dekat garis fraktur dan di sisi berlawanan garis fraktur yang meninggalkan
kurang lebih 3 gigi. Prosedur yang sama diulang dengan wire dimasukan dari
4
bukal ke lingual dan ujungnya kemudian dibawa keluar ke bukal gigi penahan
setelah mengikat servikal tiga gigi di sisi yang berlawanan. Kedua ujung wire
yang ada di bukal dipilin, dipotong dan disesuaikan pada ruang interdental,
agar tidak ada ujung wire yang tajam dan melukai mukosa3.
6. Borang Penilaian
Borang Penilaian Keterampilan Klinik Penanganan Avulsi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas YARSI
N Aspek yang Dinilai
O
1 Menyebutkan diagnosis pasien berdasarkan skenario
2 Persiapan alat dan bahan untuk membersihkan gigi yang avulsi,
mereplantasi, dan splinting (alat standar, wire twister, wire, tang potong,
pinset anatomi, spuit untuk mengirigasi, wadah meletakan gigi)
3 Menggunakan APD (masker dan sarung tangan)
4 Operator ada didepan kanan pasien
5 Memperagakan cara membersihkan gigi avulsi dengan irigasi NaCl,
mahkota dipegang menggunakan pinset
6 Membersihkan soket dari debris atau gumpalan darah dengan irigasi NaCl
7 Mereplantasi gigi dalam soket
8 Melakukan splinting tipe essig’s wiring meliputi 5 gigi
5
Daftar Pustaka
1. Ballaji, SM, Padma B. Textbook of oral & maxillofacial surgery. 3rd rev. ed.
Tamil Nadu India: Elsevier, 2018. 1021-1026 p.
2. Inayah Y, Herdiyati Y. Penanganan avulsi dua gigi permanen pada anak usia
12 tahun. Jurnal of Indonesian Dental Association. Maret 2018; 1(1): 86-90.
3. Rahaswati LWA. Penatalaksanaan fraktur maksilofasial dengan teknik
splinting (literatur review/tinjauan pustaka). Perogram pendidikan kedokteran
gigi fakultas kedokteran unibersitas UDAYANA. 2017. 6-25 p.
4. Fakultas kedokteran gigi universitas YARSI. Buku nilai keterampilan
klinik/skills lab. Jakarta, 2019. 33p.