Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi
masing-masing jenis gigi. Proses erupsi masing-masing gigi baik pada fase gigi sulung
maupun gigi permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang mengalami gangguan.
Gangguan sering terjadi pada fase gigi sulung menuju ke fase gigi permanen, sehingga gigi
permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi atau gagal erupsi yang secara utuh pada
posisi yang seharusnya.
Gigi impaksi adalah gigi yang tidak erupsi atau erupsi sebagian yang proses erupsinya
dipengaruhi oleh gigi tetangga, tulang, atau jaringan sekitar yang patologis. Gigi impaksi
merupakan sumber potensial yang terus-menerus dapat menimbulkan keluhan sejak gigi
mulai erupsi. Keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah rasa sakit dan
pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi gigi tersebut.
Jenis perawatan pada kasus gigi impaksi dapat dikerjakan dengan pencabutan dan
tindakan bedah mulut. Odontektomi adalah tindakan operasi untuk mengangkat gigi yang
impaksi.

BAB II
IMPAKSI

A. Definisi Impaksi
Gigi impaksi adalah gigi yang jalan erupsinya terhalang, biasanya oleh gigi di dekatnya
atau jaringan patologis. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah
erupsi dan hampir dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi. Gigi
impaksi terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya
gigi dan angulasi yang tidak benar pada gigi tersebut.1,4
Gigi molar tiga adalah gigi yang paling terakhir erupsi dalam rongga mulut. Keadaan
ini yang memungkinkan gigi molar tiga menjadi gigi yang paling sering mengalami impaksi
dibandingkan gigi yang lain, karena seringkali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi gigi
untuk erupsi.5

Gigi Impaksi

B. Etiologi Gigi Impaksi


1. Penyebab Lokal2,3
1. Kedudukan gigi tetangga yang tidak teratur.
2

2. Tekanan gigi tetangga.


3. Kurangnya tempat, karena kurangnya pertumbuhan rahang.
4. Densitas tulang diatas dan disekeliling gigi yang bersangkutan.
5. Persistensi gigi sulung.
6. Premature lost gigi sulung.
7. Keradangan

kronis

yang

lama

dan

berkesinambungan

yang

menyebabkan terjadinya penebalan mukosa.


8. Penyakit nekrosis karena keradangan/abses.
9. Perubahan pada tulang karena proses keradangan.
2.

Penyebab Sistemik2,3
a. Penyebab prenatal
1) Keturunan
2) Miscegeneration (perkawinan campur antar suku/bangsa).
b. Penyebab postnatal
1) Ricketsia (gangguan penulangan normal karena defisiensi vitamin
D)
2) Anemia
3) Kongenital syphilis
4) TBC
5) Gangguan kelenjar endokrin
6) Malnutrisi
3

c. Kelainan pertumbuhan
1) Cleidocranial dysostosis
2) Oxycephaly
3) Progeria
4) Achondroplasia (kerdil)
5) Cleft palate (celah langit-langit)

C. Indikasi dan Kontraindikasi Pengangkatan Gigi Impaksi


1. Indikasi4,7,8
Adapun indikasi pengangkatan gigi impaksi, adalah :
a) Pencegahan dari terjadinya :

Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal (perikoronitis)

Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan


neoplasma)

b) Adanya infeksi (focus selulitis)


c) Adanya keadaan patologi (odontogenik)
d) Adanya rasa nyeri
e) Penyimpangan

panjang

lengkung

rahang

dan

mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonti.


2. Kontraindikasi7,8,9

untuk

membantu

Adapun kontraindikasi pengangkatan gigi impaksi, adalah :


a) Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan apabila tulang
yang menutupinya terlalu banyak (pencabutan prematur)
b) Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur penting di
sekitarnya atau kerusakan tulang pendukung yang luas misalnya rasio
risiko/manfaat tidak menguntungkan
c) Apabila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat
d) Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan
terganggu oleh kondisi fisik

D. Dampak gigi impaksi10


a) Infeksi: perikoronitis, abses, selulitis, osteitis dan osteomyelitis
b) Rasa sakit biasa terlokalisir maupun menyebar hingga ke telinga, belakang
telinga, maupun bagian yang disarafi oleh n. trigeminus (revered pain)
c) Kista dentigerous yang bisa berlanjut menjadi ameloblastoma
d) Pergeseran gigi tetangga
e) Food impaction karies pada gigi tetangga dan gigi impaksi yang erupsi
sebagian
f) Gigi yang impaksi dapat menyebabkan relaps setelah perawatan orthodontik,
sehingga hasil dari perawatan orthodontik tidaklah sempurna.

E. Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah6,7


a) Jarak antara gigi M rahang bawah, dan batas anterior ramus mandibula.

Posisinya berdasarkan jarak antara molar kedua rahang bawah dan batas anterior ramus
mandibula dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara
bagian distal molar kedua ke ramus mandibula :

1) Klas I : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula cukup
lebar mesiodistal molar tiga bawah

Klas I

2) Klas II : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula lebih
kecil dari lebar mesiodistal molar tiga bawah

Klas II

3) Klas III : gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibula

Klas III

b) Kedalaman
Impaksi gigi rahang bawah dapat di kelompokan berdasarkan kedalamannya,
dalam hubungannya terdapat garis servikal molar 2 disebelahnya.
7

1) Pada level A, mahkota molar 3 yang impaksi bearada pada atau diatas garis oklusal.

Level A

2) Pada level B mahkota molar 3 dibawah garis oklusal tetapi diatas garis servikal dari
molar 2

Level B

3) Pada level C mahkota gigi molar 3 yang impaksi terletak di bawah garis servikal.

Level C

c)

Hubungan radiografis terhadap molar kedua.9

Hubungan radiografis terhadap molar kedua. Gigi molar 3 rahang atas dan bawah yang
impaksi dikelompokan berdasarkan hubungan dengan molar kedua. Klasifikasi yang di
dasarkan sinar-X ini dilakukan dengan melihat inklinasi gigi yang mengalami impaksi yaitu:
a. Mesioangular

b. Distoangular

c. Vertikal

d. Horizontal

e. Melintang

F. Analisa kesulitan.11
Kategori ini merupakan titik awal untuk suatu analisa atau memperkirakan tingkat
kesulitan pencabutan gigi impaksi. Secara umum, semakin dalam letak gigi impaksi dan
semakin banyak tulang yang menutupinya serta makin besar penyimpangan angulasi gigi
impaksi dari kesejajaran terhadap sumbu panjang molar kedua, makin sulit pencabutannya.
Pilihan yang diperoleh dari analisa ini adalah (1) tidak diapa-apakan (2) pencabutan gigi
impaksi (3) rujukan.
Tabel 2.1 : Indeks kesulitan dari pembedahan molar ketiga bawah yang impaksi.
Klasifikasi

Nilai

Hubungan ruang
Mesioangular

Horizontal/melintang

Vertikal

Distoangular

Kedalaman

10

Level A

Level B

Level C

Ruangan yang tersedia/hubungan dengan ramus


Kelas I

Kleas II

Kelas III

Indeks kesulitan
Sangat sulit 7-10
Kesulitan sedang 5-7
Kesulitan minimal 3-4
Contoh: impaksi mesioangular

=1

Level B

=2

Klas II

=2

Skor tingkat kesulitan = 5


Jadi gigi impaksi tersebut mempunyai tingkat kesulitan sedang.

BAB III
ODONTEKTOMI

11

A.

Prosedur6,9
Menurut Archer odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan

pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang
disekitar akar bukal dengan chisel, bur, atau rongeurs. Ada 2 metode / teknik :
a. Odontotomi : Pencabutan gigi secara utuh. Teknik ini juga dipakai untuk gigi dengan
akar hiper sementosis
b. Odontektomi disertai odontotomi : Pencabutan gigi disertai dengan pemotongan
gigi {gigi dipotong menjadi beberapa bagian in separate}

1. Pemilihan Anestesi10
1. Anestesi Lokal:
1. Dilakukan untuk pengangkatan 1 gigi impaksi
2. Pasien kooperatif
2. Anestesi Umum:
1. Apabila kita hendak melakukan pengangkatan seluruh gigi impaksi secara bersamaan.
2. Untuk pengangkatan gigi impaksi dengan derajat kesukaran yang tinggi.
3. Penderita yang gelisah / tidak kooperatif.

2. Anamnesa6
Suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang
keluhan dan penyakit yang diderita pasien. Biasanya menggunakan aturan 5W 1H. Dari
12

anamnesa kita dapat mengetahui keluhan utama pasien serta riwayat penyakit yang dapat
digunakan untuk memoerkirakan diagnosa, penanganannya serta pemberian obat. Anamnesa
dapat dilakukan dengan dua acara , yaitu :
a)Auto-anamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien karena pasien
dianggap mampu melakukan tanya jawab
b) Allo-anamnesa yaitu kegiatan wawancara secara tidak langsung atau dilakukan
wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang
pasien
c) Allo-anamnesa dilakukan karena :

Pasien belum dewasa (anak-anak yang belum dapat mengemukakan


pendapat terhadap apa yang dirasakan)

Pasien dalam keadaan tidak sadar karena sesuatu

Pasien tidak dapat berkomunikasi

Pasien dalam keadaan gangguan jiwa

3. Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi,12
Rujukan pemeriksaan radiologi dilakukan bila dokter gigi ingin melihat gambaran
radiologis suatu penyakit atau kelainan dengan bantuan foto rontgen. Beberapa tipe foto
rontgen yang umum digunakan dokter gigi:

Cephalometric

Panoramic

13

Lateral

Periapical

Occlusal

Foto radiologi

b) Laboratorium7
Periksa darah memang diwajibkan untuk pasien operasi. Dengan mengetahui kondisi
darah dari pasien, dokter otomatis akan mempelajari riwayat penyakit pasien tersebut.
Termasuk juga untuk menyiapkan antisipasi jika ternyata dalam pemeriksaan darah itu
ditemukan sesuatu yang tidak normal sehingga mempengaruhi keadaan pasien saat dan
14

setelah dilakukan operasi. Pemeriksaan hematologi lengkap meliputi pemeriksaan


hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan sel darah putih atau leukosit, pemeriksaan trombosit
atau faktor pembeku darah, pemeriksaan cloying time (CT) bleeding time (BT),
pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan kadar gula darah, dsb.

4. Alat dan bahan3,11


a) Alat standart : kaca mulut, sonde, eskavator, pinset anatomis.
b) Alat anestesi : disposable syring 2,5 ml
c) Alat pembuatan flap: handle scalpel, rasparatorium.
d) Alat untuk menghilangkan tulang : contra high speed, diamond bur gigi bentuk
long shank bur, diamond bur bentuk ulir.
e) Alat pengungkit : bein lurus, bein bengkok, cryer.

bein

15

luxator

f) Alat pencabutan: tang mahkota dan tang sisa akar rahang atas dan bawah, serta
tang trismus.
g) Alat penjahitan: needle holder, needle cutting, gunting, dan pinset chirrugis.
h) Benang jahit: benang jahit dibagi menjadi yang bisa diabsorbsi dan tidak.
Secara umum jahitan yang terletak diluar tubuh menggunakan bahan non
absorbsi, yang dibawah kulit menggunakan bahan absorbsi. Pada odontektomi
digunakan benang non absorbsi.

Alat-alat yang digunakan selama operasi

16

B.

Pembuatan Flap5,6,16
Flap merupakan suatu bagian mukosa yang secara bedah dipisahkan dari jaringan di

bawahnya. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur di bawahnya
(biasanya pada tulang atau gigi) atau untuk prosedur koreksi, untuk mencapai daerah
patologis, merawat luka, atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan. Klasifikasi flap ada
tiga parameter penting untuk mempermudah aplikasi klinisnya yaitu lokasinya, komposisi
jaringannya, dan desain/bentuknya.
Berdasarkan komponen jaringan yang membentuknya atau ketebalannya, flap dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu full thickness flap (berketebalan penuh) atau flap mukoperiosteal yang
mengikut sertakan mukosa dan periosteum dan partial thickness flap (berketebalan sebagian)
atau flap mukosa yang

hanya menyertakan mukosa saja sedangkan periosteum tetap

ditempatnya.
Ada beberapa prinsip yang mendasari desain flap mukoperiostal, yaitu: 10
1. Menyediakan ruang yang cukup bagi daerah yang akan di operasi
2. Dasar flap harus lebar sehingga jaringan lunak mendapatkan suplai darah yang
cukup setelah penutupan luka
3. Untuk menghindari pendarahan, full thickness mukoperiosteal flap harus
ditinggikan
4. Insisi harus didesain sedemikian rupa sehingga flap dapat menutupi tulang
padat
5. Dapat memperbaiki margin pada tulang yang sehat.
6. Insisi seharusnya tidak merusak struktur anatomi yang penting

Pada dasarnya desain flap untuk operasi gigi molar tiga dibagi menjadi dua kategori :
17

a)

Flap envelope

Insisi yang bisa diandalkan untuk pembedahan impaksi molar tiga bawah adalah flap
envelope. Teknik ini biasanya dilakukan dengan membuat insisi horizontal pada tepi gingiva.
Flap dibuat memanjang dari papilla mesial molar pertama rahang bawah dan mengelilingi
sekitar leher gigi ke sudut garis distobukal dari molar kedua. Kemudian garis insisi
memanjang ke posterior dan lateral sampai ke perbatasan anterior ramus mandibular. Flap
envelope seringkali digunakan untuk membuka jaringan lunak mandibular dalam pencabutan
gigi impaksi molar tiga, perluasan insisi posterior harus divergen kearah lateral untuk
menghindari cedera pada saraf lingual. Insisi envelope dibuka kearah lateral sehingga tulang
yg menutupi gigi impaksi terbuka. Keuntungan flap ini adalah kerusakan minimal dari suplai
vaskular pada jaringan flap, penutupan dan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik.
Akses bedah yang terbatas merupakan kelemahan utama desain flap ini.

Desain flap envelope

18

Desain flap envelope

b) Flap Triangular
Flap triangular merupakan bagian dari desain envelope dengan membebaskan insisi
vertikal. Teknik ini biasanya dilakukan dengan membuat insisi horizontal pada tepi gingiva,
kemudian dimodifikasi seperlunya dengan melakukan insisi serong kearah anterior. Saat flap
jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapang pandang yang lebih luas,
terutama pada aspek apikal daerah pembedahan dapat dilihat pada gambar 12.
Flap triangular modern terdiri dari satu insisi intra sulkular horizontal dan satu insisi
bebas (vertical releasing incision). Flap triangular menunjukkan kasus di mana gigi yang
terkena dampak tertanam dalam tulang dan membutuhkan pengangkatan tulang yang luas.
Flap ini memiliki dua keuntungan utama. Membuat insisi yang longgar yaitu berupa
suatu insisi pendek pada gingiva cekat dan margin yang akan mempermudah operator untuk
melebarkan flap dan untuk mendapatkan akses yang diperlukan. Flap triangular juga memacu
penyembuhan luka yang sangat cepat. Flap ini terutama diindikasikan untuk gigi-gigi
posterior mandibular dan anterior maksila.

19

Desain flap triangular

.Desain flap triangular

C. Penjahitan14,15
Simple interrupted suture

20

Simple interrupted suture merupakan teknik penjahitan yang paling sering dipakai.
Jahitan dilakukan satu persatu. Jarak dari setiap jahitan dengan garis insisi dapat bervariasi
berdasarkan kebutuhan. Jahitan ini memiliki kekuatan yang baik.
Keuntungan:

Pemilihan ujung penjahitan dapat dilakukan.


Kegagalan satu jahitan tidak mempengaruhi jahitan lainnya.

Kerugian:

Dapat menghasilkan bekas jahitan setelah edema pasca pembedahan.


Karena jumlah simpul bertambah, kekuatan benang jahit dapat berkurang
sebanyak 50%

D. Teknik Pembedahan Odontektomi13,14


Prinsip dan langkah-langkah untuk menghilangkan gigi impaksi sama dengan surgical
extraction lain. Ada lima teknik pembedahan odontektomi yaitu:

1. Asepsis
Mensterilkan daerah kerja menggunakan betadine

21

Asepsis pada daerah operasi

2. Umumnya operasi molar tiga mandibular dilakukan dengan anestesi lokal dengan
bahan anestesi yang bersifat vasokonstriktor untuk mendapatkan efek anestesi yang
cukup lama dan memberikan daerah operasi yang relatif bebas darah, sehingga tidak
menghalangi pandangan saat pembedahan dilakukan. Untuk molar tiga madibula
dilakukan injeksi blok pada nevus alveolaris inferior dan nevus bukalis atau anestesi
umum jika jumlah gigi impaksi yang dilakukan odontektomi lebih dari satu gigi.

22

Anestesi di area gigi yang akan dilakukan odontektomi

3. Pembuatan flap yang biasa di lakukan dalam odontektomi adalah flap triangular
yaitu dengan melakukan insisi. Tujuannya agar mendapatkan lapang pandang yang
baik, jalan masuk alat yang cukup, dan trauma secukup mungkin.

Insisi untuk membuat flap

4. Mendapatkan akses yang diperlukan untuk pembuangan tulang mandibula dengan


alat bur dan dibantu dengan irigasi larutan saline agar gigi terlihat untuk dilakukan
pemotongan atau pengangkatan.

23

Pengeburan tulang disertai irigasi larutan saline

5. Melakukan tehnik odontektomi yaitu membelah / membagi gigi dengan bur agar
ekstraksi gigi dapat dilakukan tanpa pembuangan tulang yang berlebihan.
6. Penjahitan pada daerah yang telah dilakukan odontektomi.

24

Penjahitan atau hecting pada area yang telah dilakukan odontektomi

7. Pembersihan daerah operasi dengan menggunakan larutan NaCl dan betadine, socket
di spooling dengan penggunaan dua macam campuran ini, kemudian lakukan
penghalusan tulang dengan bone file supaya tidak ada tulang yang tajam, sesudah itu
lakukan spooling kembali untuk memastikan socket telah bersih secara sempurna,
berikan medikasi berupa spongostan pada lubang socketnya dengan tujuan
menghentikan perdarahan.
8. Kemudian evaluasi minggu depannya. Pasien diberi obat secara injeksi pada saat
rawat inap: ceftriaxone, ketorolac, dexamethasone, ranitidine dan pada saat pulang
diberikan obat secara oral yaitu: clindamycin, asam mefenamat, dexamethasone.

E.

Komplikasi Bedah Gigi Impaksi serta Penanganannya11,12

1. Komplikasi intra operatif


a. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi selama pembedahan yang umumnya terjadi
hal ini di karenakan pemutusan jaringan yang di ikuti oleh putusnya pembuluh
darah.

25

b. Fraktur
Fraktur bisa mengenai akar gigi, gigi tetangga atau gigi antagonis, restorasi,
prosesus alveolaris dan kadang-kadang mandibula. Etiologi fraktur adalah
adanya tekanan yang berlebih atau tidak terkontrol atau keduanya. Fraktur
pada gigi antagonis dapat disebabkan karena pada waktu mencabut gigi tang
berkontak gigi antagonis atau tetangganya.
c. Menelan atau aspirasi gigi, fragmen gigi, restorasi, dan mahkota
Disebabkan karena kecerobohan operator dalam memegang instrument dan
aplikasi teknik yang kurang tepat.
d. Dislokasi kondilus
Penyebab terjadinya dislokasi kondilus adalah tekanan kebawah yang berlebih
dan kurangnya fiksasi rahang.
e. Cedera saraf
Saraf yang memungkinkan terjadinya cedera selama pencabutan dan
pembedahan gigi molar ketiga rahang bawah adalah divisi ketiga nervus
trigeminus yaitu, alveolaris inferior, nervus lingualis, nervus bukalis. Cedera
saraf akan menyebabkan beberapa risiko antara lain:

Anestesi atau hipestesi: sensasi yang menurun atau hilang secara


perlahan

Distesi: sensasi abnormal yang tidak nyaman terhadap stimulus normal.


Misalnya sensasi terbakar pada rangsangan sederhana

Parastesi: sensasi subjektif seperti kebakar, kesemutan, tertusuk, mati


rasa parsial dan lain-lain.

26

2. Komplikasi pasca operatif


a. Oeteitis alveolar (dry socket)
Oeteitis alveolar atau dry socket adalah salah satu komplikasi bedah yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan karena tidak terbentuknya bekuan darah atau
terlepasnya bekuan darah pada soket sehingga terjadi infeksi. Aplikasi
chlorexidine gel setelah dilakukannya pencabutan atau pembedahan gigi molar
ketiga mengurangi terjadinya dry socket.
Penanganannya : buat perdarahan baru, lakukan kuretase, spooling, lalu beri
alvogyl
b.

Infeksi
Infeksi setelah pencabutan gigi biasanya disebabkan karena jarum dan larutan
anestesi yang terkontaminasi, dan asespsis yang tidak memadai.
Penanganan : pemeberian antibiotik dan NSID. Jika ada abses maka lakukan
insisi dan drainase

BAB IV
KESIMPULAN

Gigi impaksi adalah gigi yang tidak erupsi atau erupsi hanya sebagian oleh karena
proses erupsi normalnya terhalang, biasanya oleh gigi di dekatnya, tulang atau jaringan
sekitar yang patologis. Etiologi Gigi Impaksi disebabkan oleh karena faktor lokal dan
sistemik. Molar tiga rahang bawah yang impaksi di klasifikasikan berdasarkan: panjang
lengkung/atau kedekatannya dengan ramus mandibula, kedalamannya dalam rahang dan
hubungan radiografis terhadap molar kedua. Klasifikasi Impaksi molar tiga rahang atas,
dikelompokkan berdasarkan: Kedalaman relatif M3 atas impaksi di dalam tulang. Klasifikasi
27

yang didasarkan pada perbandingan sumbu aksis M3 atas dengan sumbu aksis M2 atas yang
mengalami impaksi, dan klasifikasi didasarkan pada rongten gigi yang dilakukan dengan
melihat hubungan impaksi M3 atas dengan sinus maksilaris.
Odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan
mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar
bukal dengan bur, atau rongeurs. Tindakan odontektomi ini dapat menimbulkan komplikasi
baik pra bedah dan pasca bedah. Maka perlu dilakukan tindakan odontektomi sebaiknya
dengan spesialis bedah mulut.

28

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.scribd.com/doc/27547187/gigi impaksi-Bedah mulut-kedokteran gigi


2. Alamsyah RM, Situmorang N, 2005. Dampak Gigi Molar Tiga mandibula Impaksi
Terhadap Kualitas Hidup Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Dentika Dental
Journal, Vol 10: ISSN: 1693-671X: 73
3. Adam K, 2000. Odontektomi Pada Penderita Dengan Trombositopenia. PABMI,
ISSN: 1410-0746
4. Pedersen GW, 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa. Purwanto dan
Basoeseno, Lilian Yuwono.

1st

ed, Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran EGC, hal 47-

48, 60-63
5. Adam K, 2000. Odontektomi Pada Penderita Dengan Trombositopenia. PABMI,
ISSN: 1410-0746
6. http://gigisehatalami.files.wordpress.com/2011/07/defenisi-gigi-impaksi1.jpg
7. Dym, Harry. 2001. Atlas of Minor Oral surgery. Philadelphia : W.B. Saunders
Company, 80-83.
8. Suwelo A, 2006. Impaksi Mesiodens Pada Anak Perempuan Usia 10 Tahun.
Journal Ilmiah dan Teknologi kedokteran Gigi, Vol 3: ISSN: 1693-3079
9. Maulani IR, 2010. Diktat Impaksi Gigi, Jakarta, 32-39
10. Balaji, S M. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery, New dehli :
Elsevier, hal 231-234
11. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR, 2008. Contemporary Oral and Maxillofacial
Surgery. 5th ed, Elsevier: Mosby, 160-163, 171, 172

29

12. http://www.scribd.com/doc/50823115/Teknik-Odontektomi
13. Archer WH, 1975. Oral Surgery. 3th ed, Philadelphia: WB Saunders Company,
253, 255.
14. Nasir M, Mawardi, 2003. Perawatan Impaksi Gigi Insisivus Sentralis Kiri Maksila
dengan Kombinasi Teknik Flep Tertutup dan Tarikan Ortodontik. Dentika Dental
Journal, Vol 8: ISSN: 1410-1629: 95.
15. Pedlar J,frame JW, 2007. Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed, Edinburgh:
Elsevier, 37
16. Arens DE, Adams WR, 1817. Endodontioc Surgery. Philadelphia: Harper & Row,

112

30

Anda mungkin juga menyukai