Anda di halaman 1dari 19

Anatomi jaringan periodontal

Penyebab utama penyakit periodontal


Penyakit periodontal adalah suatu keadaan peradangan dan degenerasi dari jaringan
periodontal seperti gingiva, sementum, ligamen periodontal, serta tulang alveolar. Penyakit
periodontal bersifat kronis, kumulatif dan progresif yang dapat mengakibatkan penderita
kehilangan gigi. Etiologi penyakit periodontal ini sangat kompleks, dan merupakan penyebab
utama kehilangan gigi pada kelompok usia 35 tahun ke atas.
faktor etiologi penyakit gingival dan periodontal diklasifikasikan sebagai berikut :
Faktor etiologi primer, berupa plak dental atau plak bakteri.
Faktor etiologi sekunder atau pendorong, yang mempengaruhi efek dari faktor primer.
Berdasarkan keberadaanya:
Faktor etiologi lokal/ ekstrinsik
Faktor sistemik/ intrinsik
Faktor lokal adalah faktor yang berakibat langsung pada jaringan periodonsium; dapat
dibedakan dalam dua bagian yaitu faktor iritasi lokal dan fungsi lokal. Yang dimaksud dengan
faktor lokal adalah plak bakteri sebagai penyebab utama. Faktor-faktor lainnya antara lain adalah
bentuk gigi yang kurang balk dan letak gigi yang tdak teratur, maloklusi, malfungsi gigi, over
hanging restoration dan bruksisme. Faktor tersebut dinamakan faktor ekstrinsik karena berada di
luar jaringan periodonsium
Faktor sistemik sebagai penyebab penyakit periodontal antara lain adalah pengaruh
hormonal pada masa pubertas, kehamilan, menopause, defisiensi vitamin, diabetes mellitus dan

lain-lain. Faktor sistemik adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi umum pasien. Faktor
sistemik dinamakan juga faktor intrinsik karena berada dalam tubuh pasien.

Definisi Poket Periodontal


Poket periodontal, didefinisikan sebagai proses bertambah dalamnya sulkus gingiva,
merupakan salah satu gambaran klinis penyakit periodontal. Seluruh tipe periodontitis yang
berbeda berbagai gambaran histopatologis, seperti perubahan jaringan periodontal, mekanisme
destruksi jaringan, dan mekanisme penyembuhan. Namun demikian, periodontitis tersebut
memiliki etiologi, riwayat alami, progresi, dan respon terhadap terapi yang berbeda.
Walaupun penyakit periodontal yang disertai dengan kerusakan tulang biasanya dialami oleh
orang tua, sebanyak 10% - 29% berusia diantara 19-25 tahun dilaporkan mengalami penyakit ini.
Prevalensi dan keparahannya meningkat sesuai dengan umur, dari data yang dikumpulkan dalam
National Health Examination Pada usia 18 24 tahun hanya 10% yang memiliki satu atau lebih
yang memiliki poket periodontal, tetapi pada usia 75-79 tahun jumlah poket periodontal
mencapai 50%.
Poket periodontal merupakan sulkus yang mengalami sakit. Area sulkus dan poket
merupakan area perawatan tempat kalkulus berkumpul, dan instrumentasi untuk terapi
periodontal non-bedah diaplikasikan. Dasar poket merupakan marjin koronal jaringan
periodontal yang melekat. Secara hisltologis, dasar sebuah sulkus sehat adalah batas koronal
perletakan jaringan konektif. Poket dibagi menjadi gingival dan periodontal untuk menegaskan
derajat keterlibatan anatomi.
Pertambahan dalam sulkus gingiva mungkin terjadi akibat pergerakan koronal dari margin
gingiva, pergeseran apikal dari perlekatan gingiva atau sebuah kombinasi kedua proses tersebut.
Poket dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Poket Gingiva (pseudo-poket/false poket)
Tipe poket ini dibentuk oleh pembesaran gingiva tanpa disertai destruksi jaringan
periodontal sekitar.

Sulkus

mengalami

pendalaman

akibat

peningkatan

pembesaran

gingiva.

Tipe

poket

ini

terjadi

bersama dengan destruksi jaringan


periodontal pendukung. Bertambah
dalamnya poket secara progresif
menyebabkan

destruksi

jaringan

periodontal pendukung, dan gigi


menjadi goyang, dan tanggal.

2. Poket Periodontal (True-poket)


Tipe poket yang terbentuk sebagai akibat proses
penyakit atau degenerasi yang menyebabkan junctional
epithelium bermigrasi ke apikal sepanjang sementum.
Struktur poket periodontal bartambah dalam (tingkat
perlekatan)

terlibat

berupa

sementum,

ligamen

periodontal, dan tulang alveolar. Poket periodontal


dibagi berdasarkan posisi poket terhadap tulang alveolar
dengan dasar poket suprabony atau infrabony.
Gambaran Klinis Poket Periodontal
Tanda klinis yang menunjukkan adanya poket periodontal termasuk gingiva marjinal
berwarna merah kebiruan, dan mengalami penebalan, sebuah zona vertikal berwarna merah
kebiruan dari marjin gingiva sampai dengan mukosa alveolar, pembentukan diastema, dan gejala
seperti rasa sakit terlokalisasi atau rasa sakit jauh di dalam tulang. Satu-satunya metode
terpercaya untuk menemukan poket periodontal dan menentukan perluasannya adalah melakukan
probing secara perlahan pada margin gingiva di sepanjang seluruh permukaan gigi. Namun
demikian, berdasarkan pemerikasan kedalaman itu, seringkali sulit untuk membedakan sebuah
sulkus normal yang dalam dan poket periodontal yang dangkal. Pada kasus tersebut, perubahan
patologis pada gingiva membedakan kedua kondisi tersebut.

a.

Suprabony (suprakrestal atau supraalveolar)

Suprabony bagian dasar poket ini berada di koronal pada tulang alveolar.
Gambaran poket periodontal suprabony :

Dasar poket berada di koronal pada tulang alveolar

Pola destruksi tulang pendukung pada arah horizontal

Secara interproksimal, fiber trans-septal yang direstorasi selama penyakit


periodontal progresif tersusun secara horizontal pada ruang antara dasar poket dan
tulang alveolar

Pada permukaan fasial dan lingual, fiber ligamen periodontal di bawah poket
mengikuti jalus horizontal-oblik normal antara gigi dan tulang

b.

Intrabony (infrabony, subkrestal atau intraalveolar)

Intrabony bagian dasar poket berada di apikal dari tinggi tulang alveolar sekitar. Pada tipe
poket kedua ini, dinding poket lateral terdapat di antara permukaan gigi dan tulang
alveolar.
Poket dapat melibatkan satu, dua atau lebih permukaan gigi, dan dapat memiliki
kedalaman berbeda, dan tipe pada permukaan berbeda dari gigi yang sama, dan pada
bagian aproksimal ruang interdental yang sama. Poket juga dapat berbentuk spiral
(sebagai contoh berasal dari satu permukaan gigi, dan berputar di sepanjang gigi dan
melibatkan satu atau lebih permukaan tambahan). Tipe poket tersebut paling umum pada
area furkasi.
Gambaran poket periodontal intrabony :

Dasar poket berada di bawah atau apikal dari crest tulang alveolar. Intra berarti
terletak di dalam tulang.

Pola destruksi tulang pendukung pada arah vertikal (angular).

Secara interproksimal, fiber trans-septal tersusun pada arah oblik dari pada
horizontal. Fiber tersebut meluas dari sementum di bawah dasar poket sepanjang
tulang alveolar dan di atas crest alveolar terhadap sementum gigi sekitar.

Pada permukaan fasial dan lingual, fiber ligamen periodontal mengikuti pola
angular tulang sekitar. Ligamen periodontal meluas dari sementum di bawah
dasar poket sepanjang tulang alveolar, dan di atas crest alveolar
dan menyatu dengan periosteum terluar.

Gejala Gingivitis
Gingivitis adalah inflamasi pada gingival tanpa adanya kerusakan perlekatan epitel
sebagai dasar sulkus, sehingga epitel tetap melekat pada permukaan gigi di tempat aslinya.
Gambaran klinis gingivitis umumnya berupa jaringan gingiva berwarna merah dan lunak, mudah
berdarah pada sentuhan ringan, ada perbedaan kontur gingiva, ada plak bahkan kalkulus, tanpa
adanya kerusakan puncak alveolar yang dapat diketahui secara radiografis. Gingivitis disebabkan
oleh faktor lokal dan sistemik.
Faktor lokal adalah plak bakteri gigi, yang menyebabkan terjadinya gingivitis kronis sedangkan
faktor sistemik adalah gingivitis yang disebakan oleh karena peyakit sistemik. Gingivitis
merupakan tahapan awal terjadinya suatu peradangan jaringan pendukung gigi (periodontitis)
dan terjadi karena efek jangka panjang dari penumpukan plak. Gingivitis kronis merupakan suatu
kondisi yang umum. Jika di obati, maka prognosis gingivitis adalah baik, namun jika tidak di
obati maka gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis. Gingivitis kronis merupakan suatu
penyakit gusi yang timbul secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama. Penderita gingivitis
jarang merasakan nyeri atau sakit sehingga hal ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang
mendapat perhatian. Rasa sakit merupakan salah satu symptom yang membedakan antara
gingivitis kronis dengan gingivitis akut.

Periodontitis
Periodontitis adalah keradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi, disebabkan oleh
mikroorganisme spesifik dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligament
periodontal, tulang alveolar disertai pembentukan poket, resesi atau keduanya. Periodontitis
berdasarkan gejala klinis gambaran radiografis diklasifikasikan menjadi periodontitis kronis dan
periodontitis agresif.

Karakteristik
1. Warna

Gingiva Sehat
Coral pink

2. Kontur

Marginal

Penyakit Gingiva
Kemerahan
atau
kebiruan
: Marginal

Berlekuk

dan

merah
papilla

interdental membengkak

Papila interdental :
membentuk
3. Konsistensi
4. Ukuran
5. Tekstur
6. Posisi

segitiga piramid
Kuat & kenyal
Normal
Stippling
Gingiva
melekat
pada

gigi

Lunak, dapat digerakkan


Edema
Kehilangan stippling
Gingiva bisa berada pada

dan koronal (pseudopocket), atau

berada 1mm diatas apikal CEJ (resesi gingival)


CEJ
7. Perdarahan

Adanya perdarahan

saat probing

Perbedaan Periodontitis Agresif dan Periodontitis Kronis


Periodontitis berdasarkan gejala klinis gambaran radiografis diklasifikasikan menjadi
periodontitis kronis dan periodontitis agresif.
1. Periodontitis kronis merupakan penyakit yang secara progresif berjalan lambat.
Penyakit ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Walaupun periodontitis kronis
merupakan penyakit yang paling sering diamati pada orang dewasa, periodontitis kronis
dapat terjadi pada anak-anak dan remaja sebagai respon terhadap akumulasi plak dan
kalkulus secara kronis.

2. Periodontitis agresif dikenal juga sebagai early-onset periodontitis. Periodontitis agresif


diklasifikasikan sebagai periodontitis agresif lokal dan periodontitis agresif generalis.
Periodontitis agresif biasanya mempengaruhi individu sehat yang berusia di bawah 30
tahun. Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada usia serangan,
kecepatan progresi penyakit, sifat, dan komposisi mikroflora subgingiva yang menyertai,
perubahan dalam respon imun host, serta agregasi familial penderita.

Furkasi: Keterlibatan dan Perawatan


Perkembangan penyakit periodontal, jika tidak mereda, akhirnya akan mengakibatkan
kehilangan perlekatan yang cukup berpengaruh terhadap bifurkasi atau trifurkasi dari gigi
berakar lebih dari satu. Furkasi adalah daerah morfologi anatomi kompleks yang mungkin sulit
atau tidak mungkin untuk dibersihkan dengan perawatan instrumensi periodontal rutin. Metode
perawatan rutin di rumah tidak dapat melindungi daerah furkasi bebas dari plak.
Adanya keterlibatan furkasi adalah suatu temuan klinis yang dapat mengawali suatu
diagnosa dari periodontitis lanjut dan menunjukkan prognosis yang kurang baik dari kerusakan
gigi. Keterlibatan furkasi diperlukan untuk masalah diagnosa dan terapi perawatan.
Faktor Etiologi
Faktor etiologi primer dalam perkembangan kerusakan furkasi adalah plak bakteri dan
inflamasi yang terjadi karena terpaparnya plak dental dalam waktu yang lama. Luas kehilangan

perlekatan yang menyebabkan kerusakan furkasi bervariasi dan berhubungan dengan faktor
anatomi lokal (misalnya jarak furkasi akar, morfologi akar) dan anomali perkembangan lokal
(misalnya proyeksi servikal enamel). Faktor lokal mempengaruhi tingkat deposisi plak atau
mempersulit prosedur pelaksanaan kebersihan mulut, sehingga memicu perkembangan
periodontitis dan kehilangan perlekatan. Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi dan
keparahan keterlibatan furkasi meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Karies dan kematian
pulpa juga mempengaruhi gigi yang furkasinya terpapar atau bahkan daerah furkasi itu sendiri.
Semua faktor ini harus dipertimbangkan selama diagnosa, rencana perawatan, dan perawatan
pasien dengan kerusakan furkasi.
Diagnosa dan Klasifikasi Kerusakan Furkasi
Pemeriksaan klinis yang menyeluruh adalah kunci untuk mendiagnosa dan menetapkan
rencana perawatan. Probing secara hati-hati diperlukan untuk menentukan adanya keterlibatan
furkasi dan perluasannya; posisi perlekatan sehubungan dengan furkasi dan perluasannya; dan
susunan kerusakan furkasi. Transgingival sounding dapat menentukan anatomi kerusakan
furkasi. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan perluasan
keterlibatan furkasi, serta mengidentifikasi faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan
kerusakan furkasi atau mempengaruhi hasil perawatan akhir. Faktor-faktor ini termasuk (1)
morfologi gigi yang terlibat, (2) posisi gigi-gigi yang berdekatan, (3) anatomi lokal dari tulang
alveolar, (4) konfigurasi dari beberapa kerusakan tulang, dan (5) adanya penyakit gigi lain dan
perluasannya (seperti karies, nekrosis pulpa).
Dimensi pemaparan furkasi bervariasi tetapi biasanya kecil; 81% furkasi memiliki furkasi
1 mm, dan 58% memiliki furkasi 0,75 mm. Pemeriksa harus mempertimbangkan dimensi ini,
berserta anatomi lokal dari daerah furkasi, ketika memilih instrumentasi probing. Probe
crosscectional kecil diperlukan jika pemeriksa ingin mendeteksi keterlibatan furkasi secara dini.
Faktor Anatomi Lokal
Pemeriksaan klinis pasien memungkinkan pemeriksa untuk mengidentifikasi tidak hanya
kerusakan furkasi tetapi juga beberapa faktor anatomi lokal yang mungkin mempengaruhi hasil
terapi (prognosis). Radiografi dental yang baik, walaupun tidak memberikan klasifikasi
keterlibatan furkasi yang pasti, cukup mendukung informasi penting tambahan untuk rencana

perawatan. Faktor lokal penting termasuk ciri anatomis dari gigi yang terlibat, seperti penjabaran
selanjutnya.
Jarak Furkasi Akar
Jarak furkasi akar merupakan faktor kunci dalam perkembangan dan perawatan
keterlibatan furkasi. Jarak dari sementoenamel junction ke pintu masuk furkasi dapat berubah.
Gigi mungkin memiliki akar yang sangat pendek, sedang, atau akar yang mungkin bersatu pada
titik dekat apeks gigi. Kombinasi jarak furkasi akar gigi dengan konfigurasi akar mempengaruhi
kemudahan dan keberhasilan perawatan. Semakin pendek akar gigi, semakin sedikit perlekatan
yang dibutuhkan untuk hilang sebelum furkasi terlibat. Sebelum furkasi terbuka, gigi dengan
percabangan akar yang pendek mungkin lebih mudah dicapai untuk prosedur perawatan, dan
percabangan akar yang pendek mungkin memudahkan prosedur bedah. Adanya pilihan, gigi
dengan panjang percabangan akar yang tidak biasa atau akar yang bersatu tidak mungkin
menjadi kandidat yang tepat untuk perawatan sebelum furkasi terlibat.
Panjang Akar
Panjang akar secara langsung berhubungan level perlekatan penyangga gigi. Gigi dengan
percabangan akar yang panjang dan akar yang pendek mungkin kehilangan dukungan lebih
banyak ketika furkasi terinfeksi. Gigi dengan akar yang panjang dan percabangan akar yang
pendek hingga sedang memerlukan perawatan yang tepat karena kurangnya perlekatan yang
tersisa untu memperoleh peran fungsional.
Bentuk Akar
Akar mesial pada kebanyakan molar satu dan dua mandibula dan akar mesiobukal dari molar
pertama maksila biasanya membengkok ke arah distal pada sepertiga apikal. Sebagai tambahan,
aspek distal akar ini biasanya sangat bergalur. Lekukan dan galur mungkin meningkatkan potensi
untuk terjadinya perforasi akar selama perawatan endodontik atau terjadinya komplikasi pasca
peletakan restorasi. Bentuk anatomi ini mungkin juga menghasilkan peningkatan insidensi
fraktur akar vertikal. Ukuran radikular pada pulpa mesial mungkin mengakibatkan pembuangan
jaringan gigi yang sangat banyak sewaktu preparasi.

Dimensi Interadikuler
Tingkat pemisahan akar juga merupakan faktor penting dalam rencana perawatan. Akar
gigi yang cukup rapat atau menyatu dapat menghalangi prosedur instrumentasi yang adekuat
selama scalling, root planning, dan pembedahan. Gigi dengan akar yang terpisah jauh memiliki
lebih banyak pilihan perawatan dan perawatan dapat lebih tepat.
Anatomi Furkasi
Anatomi furkasi adalah kompleks. Adanya puncak bifurkasi, bentuk konkaf pada
puncaknya dan kemungkinan adanya kanal aksesoris merupakan komplikasi tidak hanya
scalling, root planning, dan pembedahan, tetapi juga pemeliharaan jaringan periodontal.
Odontoplasti untuk menurunkan atau mengurangi puncak ini mungkin diperlukan selama
perawatan pembedahan untuk hasil yang optimal.
Proyeksi Servikal Enamel
Proyeksi enamel servikal (CEP) dilaporkan terjadi pada 8,6% sampai 28,6% dari molar.
Prevalensi tertinggi yaitu pada molar kedua maksila dan mandibula. Perluasan CEP
diklasifikasikan oleh Masters dan Hoskins pada tahun 1964 (tabel 68-1); gambar 68-4
merupakan contoh CEP kelas III. Proyeksi ini dapat mempengaruhi kontrol plak, komplikasi
scalling, root planning, dan mungkin menjadi faktor lokal dalam perkembangan gingivitis dan
periodontitis. CEP harus dihilangkan untuk mendukung fase pemeliharaan.
Anatomi Lesi Tulang
Pola Kehilangan Tulang
Bentuk lesi tulang yang berhubungan dengan furkasi dapat berbeda secara signifikan.
Kehilangan tulang horizontal dapat mengakibatkan terpaparnya furkasi dengan selapis tipis plat
tulang bagian bukal/lingual yang mungkin hilang seluruhnya selama resorpsi. Alternatif lain,
daerah dengan leakage tulang yang tebal mungkin bertahan lama dan predisposisi terhadap
perkembangan furkasi dengan kehilangan tulang vertikal yang dalam. Pola kehilangan tulang
pada permukaan gigi lainnya yang terlibat dan gigi-gigi yang berdekatan juga harus
dipertimbangkan selama rencana perawatan. Respon perawatan pada cacat tulang berdinding
banyak yang dalam, berbeda dengan daerah kehilangan tulang horizontal. Lesi kompleks

berdinding banyak dengan komponen interadikular vertikal yang dalam mungkin menjadi
kandidat untuk perawatan regeneratif. Alternatif lainnya, molar dengan kehilangan perlekatan
pada hanya satu akar mungkin dirawat dengan prosedur resektif.
Masalah Gigi Lainnya
Kondisi gigi dan jaringan periodontal dari gigi yang berdekatan harus dipertimbangkan
selama rencana perawatan untuk keterlibatan furkasi. Kombinasi keterlibatan furkasi dan
prakiraan akar gigi yang berdekatan mewakili masalah yang sama dengan adanya furkasi tanpa
pemisahan akar yang adekuat. Sama halnya dengan adanya kemungkinan dilakukannya
pencabutan gigi yang terlibat atau pemotongan satu atau lebih dari akar gigi.
Adanya gingival cekat yang adekuat dan vestibulum yang sedang sampai dalam akan
memfasilitasi hasil perawatan bedah, jika diindikasikan.
Indeks Keterlibatan Furkasi
Perluasan dan konfigurasi kerusakan furkasi adalah faktor yang mempengaruhi diagnosa
dan rencana perawatan. Hal ini menuntun perkembangan sejumlah indeks untuk mencatat
keterlibatan furkasi. Indeks ini didasarkan pada pengukuran horizontal dari kehilangan
perlekatan dari kerusakan furkasi, kombinasi pengukuran horizontal dan vertikal, atau kombinasi
temuan ini dengan konfigurasi lokal dari deformitas tulang. Glickman mengklasifikasikan
keterlibatan furkasi kedalam empat derajat.
Derajat I
Keterlibatan furkasi derajat I adalah tahap permulaan atau tahap dini dari keterlibatan
furkasi. poketnya adalah poket supraboni dan awalnya mempengaruhi jaringan lunak.
Kehilangan tulang dini mungkin terdeteksi dengan adanya peningkatan kedalaman probing,
tetapi perubahan radiografi tidak selalu ditemukan.
Derajat II
Keterlibatan furkasi derajat II dapat mempengaruhi satu atau lebih furkasi pada gigi yang
sama. kerusakan furkasi, pada dasarnya merupakan cul de sac (saluran buntu yang dibatasi oleh
permukaan) dengan komponen horizontal yang nyata. Jika kerusakan multiple terjadi, kerusakan

tidak tergabung satu dengan yang lain karena ada satu bagian tulang alveolar yang tersisa
melekat pada gigi. Tingkat probing horizontal dari furkasi menentukan apakah kerusakannya
merupakan kerusakan awal atau lanjutan. Kehilangan tulang vertikal mungkin terjadi dan
mengakibatkan komplikasi perawatan. Radiografi mungkin bisa atau tidak menggambarkan
keterlibatan furkasi, khususnya dengan molar maksila karena gambaran radiografi yang tumpang
tindih dari akar-akar gigi. Dalam beberapa hal, bagaimanapun adanya furkasi mengindikasikan
kemungkinan adanya keterlibatan furkasi.
Derajat III
Keterlibatan furkasi derajat III, tulang tidak melekat pada puncak furkasi. Pada awal
keterlibatan furkasi derajat III, pemaparan furkasi mungkin terisi jaringan lunak dan mungkin
tidak terlihat. Klinisi bahkan mungkin tidak dapat melewatkan probe periodontal secara
sempurna melewati furkasi karena terhalang oleh puncak bifurkasi atau margin tulang
fasial/lingual. Bagaimanapun, jika klinisi menambahkan dimensi probing bukal dan lingual dan
memperoleh pengukuran probing kumulatif yang sama atau lebih besar daripada dimensi
bukal/lingual dari orifisi furkasi gigi, klinisi harus menyimpulkan adanya furkasi derajat III.
Tepatnya penjelasan dan sudut radiografi dari gambaran radiografi dari furkasi derajat III dini
menggambarkan adanya daerah radiolusen pada percabangan akar gigi.
Derajat IV
Keterlibatan furkasi derajat IV, tulang interdental rusak, dan jaringan lunak turun ke apikal
maka pembukaan furkasi secara klinis dapat terlihat. Gambaran seperti terowongan terjadi antara
akar gigi yang terlibat. Oleh karena itu probe periodontal dapat dengan mudah lewat dari satu sisi
ke sisi lainnya.
Indeks Klasifikasi Lainnya.
Hamp dkk. memodifikasi sistem klasifikasi derajat III dengan pengukuran perlekatan dalam
millimeter untuk membatasi perluasan keterlibatan horizontal. Easley, Drennan, Tarnow, dan
Fletcher menggambarkan sistem klasifikasi yang mempertimbangkan keduanya, kehilangan
perlekatan horizontal dan vertikal dalam klasifikasi keterlibatan furkasi. Subkelasnya adalah: A,
B, dan C. A berukuran 1-3mm, B berukuran 4-6mm, dan C berukuran 7 mm atau lebih.

Furkasi juga diklasifikasikan sebagai IA, IB, dan IC; IIA, IIB, dan IIC; IIIA, IIIB, dan IIIC.
Pertimbangan konfigurasi kerusakan dan komponen kerusakan vertikal memberikan
informasi tambahan yang mungkin berguna dalam rencana perawatan.
Perawatan
Perawatan objektif dari kerusakan furkasi adalah untuk: (1) memfasilitasi prosedur
pemeliharaan, (2) mencegah kehilangan tulang lebih jauh, dan (3) menghilangkan kerusakan
furkasi yang menjadi masalah pemeliharaan jaringan periodontal. Pemilihan cara perawatan
bervariasi sesuai dengan derajat keterlibatan furkasi, perluasan dan konfigurasi kehilangan
tulang, dan faktor anatomi lainnya.
Kelas-kelas Terapi dari Kerusakan Furkasi
Kelas I: kerusakan awal. kerusakan furkasi awal atau dini (derajat I) diterima untuk perawatan
periodontal konservatif. Karena poketnya poket supraboni dan tidak memiliki jalan masuk ke
furkasi, Oral higiene, scalling, dan root planning cukup efektif. Adanya tambalan overhanging
pada restorasi margin, groove bukal, atau CEP harus dieliminasi dengan odontoplasti,
recontouring, dan replacement. Resolusi inflamasi dan hasil perbaikan ligament periodontal dan
tulang biasanya cukup untuk mengembalikan kesehatan periodontal.
Kelas II: Ketika terdapat perkembangan komponen horizontal dari furkasi (derajat II), perawatan
dapat menjadi lebih rumit. Keterlibatan tulang horizontal yang dangkal tanpa kehilangan tulang
vertikal yang signifikan biasanya memberikan respon yang baik untuk prosedur flep lokal
dengan odontoplasti dan osteoplasti. Isolasi furkasi kelas II yang parah mungkin memberikan
respon terhadap prosedur bedah flep dengan osteoplasti dan odontoplasti. Perlakuan ini
menurunkan puncak furkasi dan mengubah kontur gingival untuk memfasilitasi kontrol plak
pasien.
Kelas II sampai IV: kerusakan lanjutan. Perkembangan dari komponen horizontal yang signifikan pada
satu atau lebih furkasi dari gigi berakar banyak (derajat II, III atau IV lanjut) atau perkembangan
komponen vertikal yang dalam terhadap posisi furkasi menjadi masalah tambahan. Perawatan non-bedah
biasanya tidak efektif karena kemampuan instrument mencapai permukaan gigi menjadi masalah. Bedah
periodontal, terapi endodontik, dan restorasi gigi mungkin diperlukan untuk menahan gigi.

Root planning

: Proses dimana kalkulus yang berada disementum dikeluarkan dari akar


gigi untuk mengahasilkan permukaan akar gigi yang halus, keras dan
bersih.

Tujuan

: Untuk memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh untuk menghapus


elemen yang dapat menyebabkan inflamasi gusi dari permukaan gigi.

Indikasi

:-

Peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh faktor lokal.

- Kedalaman poket 3-5mm.


Konta indikasi

Tahapan

:-

Pada dinding poket terdapat jaringan fibrotik.

Kedalaman poket >5mm.

Adanya ketelibatan furkasi.

Daerah yang sulit dijangkau.

1. Dengan kuret universal/ gracey (No.7-8,9-10,11-12,13-14) alat dipegang pens grap atau
modifikasi.
2. Membentuk sudut 45o. Tumpuan tangan pada gigi tetangga terdekat.
3. Tepi tajam alat ditempatkan pada apical kalkulus.
4. Gerakan scaling pendek dan kuat kearah korona dengan arah vertikal.
5. Gerakan penghalusan akar dilakukan pelan dan panjang.
6. Scaling aproksimal leher gigi agar sejajar dengan sumbu panjang gigi.
7. Cek dengan memakai sonde hingga mendapatkan permaukaan akar yang halus.
8. Irigasi dengan menggunakan H2O2 3% kemudian irigasi kembali dengan aquades steril.

tulang

Permukaan

Tanda tanda inflamasi :


1. Rubor : Merah.
2. Kalor : Panas.
3. Dolor : Sakit.
4. Tumor : Bengkak.
5. Fungsio lesa : Kehilangan fungsi normal.

Alat- alat yang digunakan :


1. Alat standar : Kaca mulut No. 4 dan 5.
Pinset.
Sonde half moon.
Ekskavator.
2. Curet universal/gracey:
3. Kapas.
4. Kasa.
5. Syring.
6. Cotton roll.
7. Betadine.
8. Alkohol.
9. H2O2 3% 3 cc.
10. Aquades.
11. Suction.

Kuretase
Kuretase adalah: Penyingkiran jaringan granulasi yang terinfeksi kronis yang berada pada
dinding saku periodontal.

Kuretase gingival: mengambil jaringan inflamasi pada gingiva lateral ke dinding poket dan
junctional epitelium.
Kuretase sub gingival: Apikal ke junc. Epitelium dan memotong perlekatan jaringan ke alveolar
crest.
Indikasi kuretase:
1. Menghilangkan poket supraboni
2. Menghilangkan poket infraboni dengan kedalaman sedang dan mudah dicapai (3-4 mm)
3. Kuretase dapat dilakukan sebagai perawatan alternatif untuk meredakan inflamasi
sebelum penyingkiran saku dengan tehnik bedah lain, atau pada pasien kontra indikasi
flap.
4. Kuretase sering juga dilakukan pada kunjungan berkala dalam fase pemeliharaan, sebagai
metode perawatan pemeliharaan pada daerah dengan rekurensi inflamasi dan pendalaman
saku.
5. Hiperemi gingiva yang menetap setelah root planing.
Kontra indikasi:
1. Acute necrotizing ulserative gingivitis
2. Kelainan mucogingiva karena gingiva/mukosa yang rapuh dan tipis mudah sobek
3. Poket dengan dinding gingival yang fibrotik.
4. Adanya cacat tulang yang harus dikoreksi

RENCANA TERAPI
1. Scalling + OHI
2. Evaluasi 5-7 hari

3. Instruksi dan motivasi pasien


4. Root planning dan kuretase
5. Kontrol I
6. Kontrol II

Alat root planing dan kuretase:


Kuret dibedakan atas dua tipe: kuret universal dan kuret khusus (area-specific/Gracey curette).
Perbedaan antara kuret universal dengan kuret khusus/Gracey adalah
1. Kuret universal dapat digunakan pada semua daerah dan sisi/permukaan, sisi pemotong pada
kuret universal ganda. Kuret melengkung ke arah atas. Permukaan mata pisau kuret
universal tegak lurus terhadap leher alat.
2. Kuret gracey hanya pada daerah dan sisi tertentu sedangkan pada kuret khusus tunggal. Kuret
melengkung kearah atas dan samping. Mata pisau kuret membentuk sudut 60 terhadap leher
alat.
Kuret Gracey:
1. Kuret gracey no 1-2 : untuk gigi anterior.
2. Kuret gracey no 3-4 : untuk gigi anterior.
3. Kuret gracey no 5-6 : untuk gigi anterior dan premolar.
4. Kuret gracey no 7-8, 9-10 : untuk gigi posterior fasial dan lingual.
5. Kuret gracey no 11-12 : untuk gigi posterior mesial.
6. Kuret gracey no 13-14 : untuk gigi posterior distal.
7. Kuret gracey no 15-16: untuk daerah mesio-posterior.

Tahapan kuretase:
1. Lihat keadaan umum (tensi, tekanan darah)

2. Lakukan tindakan asepsis


3. Anestesi lokal
4. Membersihkan jaringan granulasi dan jaringan nekrotik dari dinding poket hingga
bersih,halus, sampai keluar darah segar.
5. Membersihkan epitel dasar poket.
6. Irigasi: H2O2 dan aquades
7. Permukaan gingiva ditekan selama 5 menit ke permukaan gigi.
8. Bila perlu ditutup menggunakan periodontal pack.
9. Kontrol paska kuret 2 kali interval 5-7 hari.
Kontrol:

Pemeriksaan berkala secara teratur.

Kontrol plak

OHI (Menyikat gigi, obat kumur, dental floss, kontrol rutin setiap 6 bulan ke dokter gigi)

Oral profilaksis

Anda mungkin juga menyukai