Anda di halaman 1dari 4

Nama DGM : Siti Nur Aini Ayu Ningjanah

NIM : J3A018017
DPK : drg. Enggardini
Waktu Daring : Senin, 02 November 2020

1. Apakah yang disebut dengan Resesi dan Etiologi Resesi?


 Resesi gingiva adalah terbukanya permukaan akar gigi akibat migrasi gingival
margin dan junctionalepithelium ke apikal. Secara klinis ditandai dengan gingival
margin berada apikal dari cemeto-enamel junction (CEJ).
 Faktor Etiologi Resesi Gingiva
Etiologi resesi gingiva dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
anatomi, fisiologi maupun patologi. Faktor anatomi yang dapat menyebabkan
resesi gingiva adalah fenestration dan dehiscence yang terjadi pada tulang alveolar,
posisi gigi di luar lengkung yang normal, serta morfologi akar yang prominent.
Semua kondisi tersebut menyebabkan tulang alveolar maupun gingiva yang
melapisinya menjadi lebih tipis, sehingga memudahkan terjadinya resesi gingiva.
Selain itu, perlekatan frenum dan frenulum yang terlalu koronal, attached gingiva
yang sempit, serta faktor keturunan, misalnya epitel gingiva yang tipis dan mudah
rusak, cenderung mengakibatkan resesi gingiva.
Resesi gingiva secara fisiologis dapat terjadi akibat pergerakan gigi secara
ortodontik, baik ke arah lingual maupun labial, yang cenderung mengakibatkan
terjadinya dehiscence. Bertambahnya umur juga menjadi salah satu penyebab
timbulnya resesi gingiva secara fisiologis. Sedangkan resesi gingiva secara
patologis antara lain dapat terjadi karena: keradangan gingiva akibat oral hygiene
buruk sehingga terjadi akumulasi plak dan kalkulus, trauma oklusi, trauma sikat
gigi, merokok, mengkonsumsi alkohol, tepi restorasi yang tidak baik, faktor
hormonal, serta akibat prosedur operasi periodontal.
Faktor etiologi resesi gingiva yang berhubungan dengan penyakit periodontal
cenderung bersifat irreversible. Sebaliknya, resesi gingiva yang diakibatkan oleh
trauma oklusi maupun trauma akibat kesalahan menyikat gigi bersifat reversible,
artinya gingival margin dapat dikembalikan ke posisi normalnya dengan prosedur
rekonstruksi periodontal disertai dengan eliminasi penyebabnya
 Klasifikasi resesi gingiva
Klasifikasi Resesi Gingiva Ada beberapa teori tentang klasifikasi resesi
gingiva, namun yang umum digunakan adalah teori Miller. Menurut Miller, resesi
gingiva dibagi menjadi 4 klas :
a. Kelas I: resesi gingiva belum meluas sampai mucogingival junction dan belum
disertai kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental.
b. Kelas II: resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction dan belum
disertai kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental.
c. Kelas III: resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction dan sudah
disertai kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental, bisa
disertai malposisi gigi maupun tidak.
d. Kelas IV: resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction, disertai
kehilangan tulang yang parah pada daerah interdental, dan atau disertai
malposisi gigi yang parah.

 Cara mengukur resesi gingiva

Mengukur resesi gingiva menggunakan probe periodontal mencakup 3 parameter


dasar :

a. Dimensi vertikal resesi  diukur dengan probe periodontal dari batas CEJ
hingga margin gingiva. Jika resesi disertai dengan kerusakan cuneiform,
pengukuran dapat dilakukan dari titik apikal ke margin gingiva.
b. Lebar resesi  diukur dengan probe periodontal pada bagian terluas dari batas
CEJ.
c. Lebar papilla interdental  ditentukan dengan probe periodontal pada batas
CEJ

Sumber :
Viorica Chetru‫ ܈‬,I. Roman. 2014. Gingival Recession, Diagnostic Methods. University of
Medicine and Pharmacy - Chiúinău, Rep. Moldova, Faculty of Dentistry, Department of
Stomatological Therapy;6(3).
2. Mekanisme kerja splinting ?
Splinting diharapkan dapat membantu peningkatan perlekatan jaringan
periodontal pada kasus-kasus periodontitis. Splin periodontal adalah alat yang
digunakan untuk mengimobilisasi atau menstabilkan gigi-gigi yang mengalami
kegoyangan dan memberi hubungan yang baik antara tekanan oklusal dengan jaringan
periodontal, dengan cara membagi tekanan oklusal ke seluruh gigi secara merata
sehingga dapat mencegah kerusakan lebih lanjut akibat kegoyangan tersebut. Splin
periodontal digunakan jika kapasitas adaptasi periodonsium telah terlampaui dan
derajat kegoyangan gigi tidak kompatibel dengan fungsi pengunyahan.

Pemakaian splin periodontal dapat dilakukan saat sebelum, selama, atau


setelah dilakukan perawatan jaringan periodontal pada gigi goyang. Splin sementara
atau splin provisional merupakan bagian dari terapi awal atau fase I saat sebelum
pembedahan periodontal. Splin dapat mencegah kerusakan lebih lanjut akibat
kegoyangan gigi-geligi. Selama pembedahan, splin membantu mengimobilisasi dan
melindungi gigi goyang agar memudahkan perawatan selama dilakukan tindakan
skeling, kuretase, bedah, gingivektomi, dan lain-lain, sehingga membantu
penyembuhan. Penyembuhan jaringan dapat terjadi dan progresivitas serta prognosis
perawatan dapat dievaluasi dengan lebih baik. Setelah pembedahan periodontal pada
gigi yang goyang, splin dapat membantu penyembuhan jaringan yang sering
terganggu karena tekanan kunyah saat proses perbaikan sedang berlangsung. Splin
dapat menstabilkan gigi goyang tersebut dan memberi hubungan yang baik antara
tekanan oklusal dengan jaringan periodontal.

Sumber :
Mora Octavia.,et al. 2014. Adjunctive Intracoronal Splint in Periodontal Treatment:
Report of Two Cases. Journal of Dentistry Indonesia; 21 (3):94-99.

Anda mungkin juga menyukai