Anda di halaman 1dari 17

DEPARTEMEN PERIODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Resesi Gingiva

Nama : Ananda Nurul Fadhilah


NIM : J014192062

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Gingiva adalah bagian dari mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi alveolar ridge. Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang
berfungsi melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh
lingkungan rongga mulut. Bagian-bagian gingiva adalah margin gingiva (free
gingiva) yaitu bagian gingiva yang mengelilingi servikal gigi di daerah CEJ
(cemento enamel junction) dan tidak secara langsung melekat pada gigi, attached
gingiva yakni gingival keratinized yang terbentuk dari margin gingiva hingga ke
MGJ (Mucogingival Junction), dan mukosa alveolar.1

Resesi gingiva adalah terbukanya permukaan akar gigi akibat migrasi gingival
margin dan junctional epithelium ke apikal. Secara klinis ditandai dengan gingival
margin berada apikal dari cemeto-enamel junction (CEJ). Kondisi ini dapat terjadi
pada satu maupun sekelompok gigi, baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
Insiden meningkat dengan bertambahnya umur, pria dan wanita mempunyai resiko
yang sama.2,3

Third National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika


menemukan bahwa prevalensi resesi gingiva meningkat seiring bertambahnya usia,
dimana 0,5% pada usia 18-24 tahun mempunyai resesi gingiva parah (>3mm),
meningkat menjadi 45% pada usia diatas 65 tahun. Resesi gingiva dapat terjadi
secara fisiologis dan patologis, dan resesi gingiva secara patologis umumnya
disebabkan oleh kesalahan penyikatan gigi.4

Penyebab resesi gingiva bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang dapat


menimbulkan resesi seperti destruksi jaringan periodontal, sikat gigi yang
berlebihan atau kurang membersihkan gigi, malposisi gigi, kurangnya tulang
alveolar, tingginya perlekatan frenulum dan trauma oklusi, faktor iatrogenik,

2
merokok. Namun bakteri di dalam plak merupakan etiologi penting dalam resesi
gingiva. Masalah yang sering dikeluhkan penderita akibat resesi gingiva adalah
masalah estetis, terutama jika resesi terjadi pada gigi anterior atas. Selain itu, resesi
gingiva juga dapat menyebabkan hipersensitivitas dentin akibat terbukanya
permukaan akar yang semula tertutup oleh gingiva.2

Permukaan akar yang terbuka juga memudahkan terjadinya erosi maupun abrasi
pada sementum maupun dentin akibat lingkungan rongga mulut maupun akibat
aktifitas menyikat gigi. Kondisi ini cenderung menimbulkan rasa sakit (ngilu) jika
terkena rangsangan terutama akibat perubahan suhu. Selain itu, permukaan akar
yang terbuka menyebabkan gigi rentan terhadap karies servikal. Perawatan resesi
gingiva bertujuan untuk menurunkan sensitivitas gigi dan meningkatkan estetik. 2,5

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi resesi gingiva6,7

Resesi gingiva didefinisikan sebagai perpindahan margin gingiva dari


cementoenamel junction (CEJ). Resesi gingiva adalah migrasi apikal dari margin
gingiva ke CEJ. Jarak antara CEJ dan margin gingiva menunjukkan tingkat resesi.
Resesi gingiva dapat disebabkan oleh penyakit periodontal, akumulasi, peradangan,
flossing yang tidak tepat, penyikatan gigi yang agresif, hubungan oklusal yang
salah, dan akar yang dominan. Hal ini dapat muncul sebagai resesi gingiva localized
atau generalized. Resesi dapat terjadi dengan atau tanpa kehilangan attached tissue.
Resesi gingiva dapat berpengaruh pada sensitivitas yang timbul karena dentin yang
terekspos, hal ini dapat dinilai dengan penampilan gigi klinis yang panjang dan
proporsi gigi yang bervariasi bila dibandingkan dengan gigi yang berdekatan.

2.2 Etiologi resesi gingiva2,8,9

Etiologi resesi gingiva dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
anatomi, fisiologi maupun patologi. Faktor anatomi yang dapat menyebabkan resesi
gingiva adalah fenestration dan dehiscence yang terjadi pada tulang alveolar, posisi
gigi di luar lengkung yang normal, serta morfologi akar yang prominent. Semua
kondisi tersebut menyebabkan tulang alveolar maupun gingiva yang melapisinya
menjadi lebih tipis, sehingga memudahkan terjadinya resesi gingiva. Selain itu,
perlekatan frenulum yang terlalu koronal, attached gingiva yang sempit, serta
faktor keturunan, misalnya epitel gingiva yang tipis dan mudah rusak, cenderung
mengakibatkan resesi gingiva.

4
Resesi gingiva secara fisiologis dapat terjadi akibat pergerakan gigi secara
ortodontik, baik ke arah lingual maupun labial, yang cenderung mengakibatkan
terjadinya dehiscence. Bertambahnya umur juga menjadi salah satu penyebab
timbulnya resesi gingiva secara fisiologis. Sedangkan resesi gingiva secara
patologis antara lain dapat terjadi karena: keradangan gingiva akibat oral hygiene
buruk sehingga terjadi akumulasi plak dan kalkulus, trauma oklusi, trauma sikat
gigi, merokok, mengkonsumsi alkohol, tepi restorasi yang tidak baik, faktor
hormonal, serta akibat prosedur operasi periodontal.

Faktor etiologi resesi gingiva yang berhubungan dengan penyakit periodontal


cenderung bersifat irreversible. Sebaliknya, resesi gingiva yang diakibatkan oleh
trauma oklusi maupun trauma akibat kesalahan menyikat gigi bersifat reversible,
artinya gingival margin dapat dikembalikan ke posisi normalnya dengan prosedur
rekonstruksi periodontal disertai dengan eliminasi penyebabnya.

2.2.1 Faktor lokal9

Plak dan kalkulus telah dikaitkan dengan peradangan pada jaringan ikat yang
berdekatan dengan junctional epithelium yang mengakibatkan perkembangan
resesi gingiva.

2.2.2 Penyakit periodontal9

Interaksi antara bakteri yang ada dalam plak dan respon imun dari inang
menghasilkan degradasi matriks, resorpsi tulang, dan pertumbuhan epitel ke bawah,
menghasilkan poket periodontal, GR, atau kombinasi keduanya.

2.2.3 Gaya mekanis9

Menyikat gigi yang salah adalah penyebab umum resesi gingiva. Menyikat gigi
yang agresif secara bertahap mengikis jaringan gingiva. Gingiva tampak bebas dari
inflamasi namun pergeseran apikal dari margin gingiva mengekspos permukaan
akar. Gesekan dari jaringan lunak yaitu ablasi gingiva telah terlibat dalam resesi
gingiva. Trauma oklusal juga merupakan faktor etiologi yang menyebabkan
masalah margin gingiva tetapi mekanisme kerjanya tidak pernah dibuktikan.

5
2.2.4 Faktor iatrogenik9

Pergerakan gigi ortodontik dapat mengubah jaringan marginal dan papiler.


Dehiscence selama gerakan ortodontik sering menyebabkan resesi gingiva, hal ini
lebih sering terjadi pada gigi insisivus rahang bawah dan akar mesio-bukal molar
pertama, terutama pada kasus ekstraksi premolar, tetapi dapat terjadi di lokasi mana
pun. Penelitian telah menunjukkan bahwa volume jaringan lunak dapat menjadi
faktor kunci dalam memprediksi apakah resesi gingiva akan terjadi selama atau
setelah terapi ortodontik. Prosedur restoratif dan prostodontik seperti preparasi
mahkota yang diperpanjang secara subgingiva, teknik pencetakan yang melibatkan
retraksi gingiva, restorasi dan mahkota sub-gingiva, serta restorasi yang
overhanging. Demikian pula, gigi tiruan yang dirancang dengan buruk dan
penempatan klamer dapat menyebabkan penumpukan plak di sekitar gigi abutment
yang akan menyebabkan resesi gingiva.

2.2.5 Faktor anatomi9

Dehiscence tulang alveolar, perlekatan frenal yang menyimpang, posisi gigi dan
morfologi gingiva dapat berperan dalam perkembangan resesi gingiva. Morfologi
atau biotipe periodonsium dapat tipis dan scalloped, atau tebal dan datar. Resesi
gingiva papiler dan fasial sering terjadi pada biotipe tipis karena tulangnya juga
tipis dan ada insiden dehiscence dan fenestrasi yang lebih tinggi pada tulang tipis.
Gaya menyikat yang minimal dapat menyebabkan resesi jaringan lunak dan akar
gigi terpapar dengan dehiscence yang ditutupi dengan gingiva tipis. Resesi sering
berlanjut sampai margin jaringan lunak mendekati margin tulang, namun gagal
berlanjut tanpa adanya peradangan dan fenomena ini disebut sebagai self-limiting
recession.

Posisi gigi dalam kaitannya dengan dimensi bucco-lingual dari proses alveolar
berpengaruh pada posisi dan ketebalan gingiva yang akan terbentuk di sekitar gigi.
Ketika gigi diposisikan secara fasial, tulang dan jaringan lunak di wajah gigi
tersebut lebih tipis dan lebih rentan terhadap resesi jaringan lunak daripada gigi

6
yang berdekatan. Studi juga menunjukkan hubungan antara root prominence dan
resesi gingiva.

2.3 Patogenesis resesi gingiva9

Mekanisme resesi gingiva akibat proses inflamasi terlokalisasi pada jaringan


ikat dengan akumulasi sel mononuklear dijelaskan oleh Baker dan Seymour pada
tahun 1976, mereka menjelaskan tahapan yang berbeda dalam perkembangan resesi
gingiva. Pada tahap awal terjadi inflamasi normal atau subklinis, setelah inflamasi
ini muncul secara klinis dan secara histologis terjadi proliferasi epithelial rete pegs.
Tahap 3 menunjukkan peningkatan proliferasi epitel yang mengakibatkan
hilangnya inti jaringan ikat dan akhirnya terjadi penggabungan epitel oral dan
sulkuler yang mengakibatkan pemisahan dan resesi jaringan gingiva akibat
hilangnya suplai nutrisi.

Waerhaug mengusulkan bahwa jarak antara pinggiran plak pada permukaan


gigi dan labial, ekstensi apikal dari infiltrat inflamasi hampir tidak pernah melebihi
1-2 mm. Jadi jika gingiva bebas banyak maka infiltrat akan menempati hanya
sebagian kecil dari jaringan ikat. Namun, jika tipis seluruh bagian jaringan ikat
mungkin terlibat akibatnya terjadi proliferasi sel epitel dari epitel oral dan dento-
gingiva. Dengan demikian, zona jaringan ikat menurun dan dilenyapkan oleh fusi
kedua epitel ini. Akhirnya, epitel kehilangan sumber nutrisinya, dan terjadi resesi
gingiva.

2.4 Akibat yang ditimbulkan resesi gingiva7

1. Masalah estetik
Penampilan gigi menjadi tidak menarik.
2. Perdarahan gingiva dan retensi plak
Gingiva yang resesi dapat memudahkan plak untuk retensi.
3. Hipersensitivitas

7
Resesi akan mengekspos dentin area servikal. Hipersensitivitas biasanya
dalam durasi yang tajam dan singkat yang sering berhubungan dengan
stimuli dingin. Mekanisme hipersensitivitas yang diterima adalah teori nyeri
hidrodinamik, yang menjelaskan bahwa pergerakan cairan gigi di tubulus
dentin memicu serabut saraf sensorik pada inner dentine dan dentinopulpal
junction.
4. Karies
Terdapat risiko berkembangnya karies akar akibat permukaan akar
terekspos pada lingkungan oral dan membantu menahan plak.

2.5 Klasifikasi resesi gingiva berdasarkan Miller 10,11

Kelas I = Resesi pada permukaan fasial dan papilla interdental mengisi ruang
interdental yang berdekatan. Resesi tidak meluas ke mucogingival line. Dapat
terbagi menjadi sempit atau lebar.

Gambar 1. Kelas I Miller.10

Kelas II = Resesi pada permukaan fasial dan papilla tetap utuh dan mengisi ruang
interdental. Resesi tidak melampaui mucogingival line ke dalam mukosa.

8
Gambar 2. Kelas II Miller.10

Kelas III = Resesi cukup luas dengan papilla interdental hilang karena kerusakan
akibat penyakit. Resesi melampaui mucogingival line ke dalam mukosa.

Gambar 3. Kelas III Miller.10

Kelas IV = Resesi meluas atau melampaui mucogingival junction dengan


kehilangan tulang alveolar yang mengakibatkan area interdental terbuka.

Gambar 4. Kelas IV Miller.10

9
2.6 Hubungan antara free gingival margin dengan CEJ10

1. Free gingival margin dapat sedikit koronal di (atas) CEJ


Hal ini merupakan tingkat normal dari margin gingiva bila tidak terdapat
penyakit atau trauma.
2. Free gingival margin dapat koronal secara signifikan terhadap CEJ
Margin gingiva dapat signifikan koronal terhadap CEJ akibat (1)
pembengkakan (edema), (2) pertumbuhan berlebih (seperti pada pasien
yang mengonsumsi obat tertentu), atau (3) peningkatan jaringan ikat fibrosa
(seperti inflamasi jaringan yang berlangsung lama).
3. Free gingival margin dapat apikal terhadap CEJ
Hubungan ini disebut dengan resesi gingiva, mengakibatkan tereksposnya
bagian permukaan akar.

2.7 Teknik untuk menentukan tingkat margin gingiva10

Ketika gingiva mengalami pembengkakan atau resesi, periodontal probe


digunakan untuk mengukur jarak margin gingiva baik apikal maupun koronal
terhadap CEJ. Perlu diketahui bahwa tingkat margin gingiva yang normal tanpa
adanya penyakit atau trauma yaitu sedikit koronal terhadap CEJ.

1. Resesi gingiva
Jarak antara CEJ dengan margin gingiva diukur menggunakan periodontal
probe yang dikalibrasi. Jarak ini dicatat sebagai tingkat margin gingiva.
2. Pembesaran gingiva
Jarak antara CEJ dengan margin gingiva juga diukur menggunakan
periodontal probe yang dikalibrasi. Jarak ini diestimasikan menggunakan
teknik berikut:
a. Posisi ujung probe dengan sudut 45 derajat terhadap permukaan gigi.
b. Gerakkan ujung probe secara perlahan dibawah margin gingiva hingga
junction antara enamel dengan sementum.

10
c. Ukur jarak antara margin gingiva dengan CEJ. Jarak ini dicatat sebagai
tingkat margin gingiva.

2.8 Perawatan resesi gingiva2,12,13,14,15

Resesi gingiva dapat dirawat secara bedah maupun non bedah. Tujuan kedua
macam perawatan tersebut adalah menghilangkan keluhan penderita, baik secara
estetik, fungsi maupun bila ada keluhan rasa sakitnya. Perawatan non bedah untuk
mengatasi masalah estetis dapat dilakukan dengan memberi tumpatan sewarna
dengan gingiva pada area akar yang terbuka maupun memberi gingiva tiruan yang
diaplikasikan pada area resesi. Sedangkan untuk mengatasi masalah
hipersensitivitas dentin dapat dilakukan pengulasan bahan desensitisasi, misalnya:
fluoride, chloride, potassium nitrat, atau dapat pula dengan bahan varnish maupun
komposit untuk melapisi akar yang terbuka.

Perawatan resesi gingiva secara bedah meliputi berbagai teknik bedah


mukogingiva antara lain: coronally positioned flap, laterally positioned flap,
semilunar coronally positioned flap, modified semilunar coronally positioned flap,
free gingival graft, connective tissue graft. Bahan graft yang digunakan dapat
berasal dari individu yang sama maupun diperoleh dari tissue bank yang telah
tersedia.

Rencana perawatan sangat terkait dengan etiologi. Jika resesi gingiva terjadi
akibat gigi malposisi, maka perawatan yang tepat adalah kombinasi antara
perawatan periodontal dan ortodonti. Dari segi periodontal, disarankan untuk
melakukan kontrol plak dengan baik, sedangkan dari segi ortodonti diperlukan
untuk memperbaiki posisi giginya. Perbaikan posisi gigi dapat meningkatkan lebar
attached gingiva. Hal ini disebabkan attached gingiva bukan merupakan jaringan
yang statis, namun merupakan struktur yang berdasarkan fungsinya mampu
memberi respons terhadap perubahan posisi gigi. Pergerakan gigi secara ortodontik
juga dapat meningkatkan aktivitas mitosis yang menstimulasi regenerasi tulang.

11
Resesi gingiva umumnya terjadi sebagai manifestasi keradangan akibat
akumulasi plak dan kalkulus pada permukaan gigi. Interaksi antara bakteri dan
respons imun host dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang mengakibatkan
resesi gingiva. Pada kondisi seperti ini, perawatan yang tepat adalah scaling dan
root planing terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan lebih lanjut. Penyebab
lain resesi gingiva adalah kesalahan menyikat gigi. Tanda khas akibat kesalahan
menyikat gigi adalah abrasi pada labial area dekat CEJ, kondisi seperti ini umumnya
tanpa disertai keradangan. Oleh karena itu, penderita disarankan merubah cara
menyikat gigi. Jika derajat resesi masih ringan, kemungkinan gingival margin dapat
kembali pada posisi normalnya. Aimetti et al, juga menyebutkan bahwa jika resesi
gingiva masih dalam batas < 2 mm, maka perawatan masih dapat dilakukan secara
non bedah. Perawatan yang disarankan adalah scaling, root planing dan polishing.

Perawatan resesi gingiva diharapkan dapat mengembalikan gingiva kedalam


kondisi normal, yaitu: marginal gingiva menutupi cemento-enamel junction,
kedalaman sulkus gingiva 2-3mm, warna gingiva normal dan tidak berdarah saat
probing. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan bedah mukogingiva. Indikasi teknik
bedah mukogingiva adalah untuk resesi gingiva kelas I dan II klasifikasi Miller.
Keberhasilan perawatan bedah mukogingiva dapat ditunjang dengan penggunaan
graft jaringan. Faktor penting yang harus diperhatikan adalah: imobilisasi,
stabilisasi dan vaskularisasi.

Imobilisasi bertujuan untuk mengeliminasi kekuatan tarik yang bekerja pada


jaringan yang telah diposisikan untuk menutup resesi. Imobilisasi dapat dicapai
dengan pendalaman vestibulum untuk memperlebar attached gingiva. Stabilisasi
bertujuan agar jaringan yang telah diposisikan dapat bertahan dengan baik pada
permukaan akar yang mengalami resesi. Stabilisasi dapat diperoleh dengan cara
jahitan yang adekuat sehingga jaringan dapat bertahan pada posisi barunya tanpa
mengalami pergeseran. Vaskularisasi bertujuan agar gingiva pada posisi barunya
dapat bertahan. Vaskularisasi yang optimal dapat dicapai dengan cara
meminimalkan insisi sehingga suplai darah menuju area gingiva yang menutupi
resesi masih mencukupi. Selain itu, jarum yang digunakan sebaiknya atraumatic

12
needle untuk meminimalkan laserasi jaringan. Ketiga syarat di atas merupakan satu
kesatuan yang perlu diperhatikan, karena kegagalan sering kali terjadi akibat
terganggunya ketiga proses tersebut.

Keberhasilan bedah mukogingiva untuk menutup permukaan akar yang terbuka


dapat ditingkatkan dengan biomodifikasi permukaan akar. Tujuannya agar terjadi
adaptasi yang baik antara jaringan gingiva pada posisi barunya dengan permukaan
akar. Hal ini perlu dilakukan karena permukaan akar yang terbuka telah
terkontaminasi bakteri dan produknya membentuk smear layer yang menjadi
penghalang perlekatan gingiva ke permukaan sementum. Prosedur biomodifikasi
permukaan akar dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi maupun kombinasi
keduanya.

Secara mekanis dilakukan dengan scaling dan root planing, tujuannya untuk
menghilangkan sementum dan dentin yang nekrotik serta menghaluskan
permukaan akar. Sedangkan prosedur kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi
salah satu dari berikut ini: asam sitrat, tetrasiklin HCl ataupun EDTA yang
dioleskan pada permukaan akar. Tujuannya agar terjadi demineralisasi pada
permukaan akar yang akan memperlebar orifice tubulus dentin sehingga
mempermudah perlekatan kolagen dan serat gingiva. Namun demikian,
penggunaan bahan kimia, terutama asam sitrat yang diaplikasikan pada permukaan
akar mempunyai kerugian, yaitu jika cairan mengenai jaringan gingiva, maka akan
terjadi nekrosis jaringan.

Hasil perawatan resesi gingiva dengan bedah mukogingiva efektif untuk


menutup permukaan akar yang terbuka dan mengurangi hipersensitivitas dentin,
namun banyak penderita resesi yang tidak mungkin dilakukan perawatan dengan
prosedur bedah karena ada kontraindikasi dilakukan tindakan operasi. Guna
mengatasi kekurangan teknik bedah mukogingiva, maka dikembangkan perawatan
non bedah untuk mengatasi resesi gingiva. Perawatan tersebut juga ditujukan untuk
mengatasi masalah estetik maupun hipersensitivitas dentin. Perawatan yang
dimaksud adalah dengan pembuatan gingiva tiruan yang diaplikasikan pada area
resesi.

13
Gambar 5. Perawatan resesi gingiva dengan gingiva tiruan 2

Keunggulan perawatan dengan gingiva tiruan yaitu dapat diterapkan pada resesi
gingiva kelas III dan IV klasifikasi Miller, yang dengan cara bedah mukogingiva
kondisi klinis seperti ini sulit untuk dilakukan perawatan. Pada resesi kelas III dan
IV ada celah proksimal yang sulit untuk ditutup secara bedah. Namun demikian,
gingiva tiruan justru memerlukan celah proksimal untuk perlekatannya. Perlekatan
gingiva tiruan diperoleh melalui perlekatan mekanis yang dibuat sedemikian rupa
pada celah proksimal tersebut.

Selain pembuatan gingiva tiruan untuk mengatasi masalah resesi gingiva,


dikembangkan pula bahan tumpatan yang sewarna dengan gingiva. Tumpatan
tersebut berbahan dasar kompomer yang merupakan modifikasi penggabungan
antara resin komposit dengan glass ionomer. Keunggulan perawatan resesi gingiva
dengan aplikasi bahan tumpatan ini adalah warna dapat disesuaikan dengan warna
gingiva secara individual serta mempunyai perlekatan yang baik pada permukaan
akar gigi.

14
BAB III

PENUTUP

Resesi gingiva adalah terbukanya permukaan akar gigi akibat migrasi gingival
margin dan junctional epithelium ke apikal. Secara klinis ditandai dengan gingival
margin berada apikal dari cemeto-enamel junction (CEJ). Kondisi ini dapat terjadi
pada satu maupun sekelompok gigi, baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
Insiden meningkat dengan bertambahnya umur, pria dan wanita mempunyai resiko
yang sama.

Resesi gingiva merupakan salah satu keluhan estetik utama pasien. Hal ini juga
membuat pasien menjadi sensitif dan berisiko lebih besar mengalami karies akar.
Indikasi pemilihan teknik perawatan sangat erat kaitannya dengan kondisi klinis
pada area resesi maupun kondisi penderita secara umum. Masing-masing perawatan
mempunyai keunggulan dan kekurangan untuk mengatasi masalah resesi gingiva.
Prinsip dasar perawatan tergantung pada penegakan diagnosis yang terkait dengan
faktor etiologi. Baik teknik bedah maupun non-bedah yang digunakan untuk
mengatasi resesi gingiva, hal mendasar yang harus dilakukan sebelum perawatan
lebih lanjut adalah prosedur scaling dan root planing.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Maulani C, Nurwanti K. Tingkat resesi gingiva menggunakan bulu sikat gigi


lembut dan sedang pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas yarsi.
Jurnak Kedokteran YARSI 2017; 25(1): 1-4
2. Krismariono A. Prinsip dasar perawatan resesi gingiva. Dentika Dental Journal
2014; 18(1): 96-9
3. Beltran V, Laroza M, Wilckens M, Fuentes R, Padilla M, Aillapan E, et al.
Effects of manual toothbrushing on gingival recession in an adult population
sample in south of chile. Int J Odontostomat 2014; 8(3): 461
4. Christiany J, Wowor V, Mintjelungan C. Pengaruh teknik menyikat gigi vertikal
terhadap terjadinya resesi gingiva. Jurnal e-GiGi 2015; 3(2): 604
5. Beltran V, Laroza M, Wilckens M, Fuentes R, Padilla M, Aillapan E, et al.
Effects of manual toothbrushing on gingival recession in an adult population
sample in south of chile. Int J Odontostomat 2014; 8(3): 461
6. Alamri AM, Alshammery HM, Almughamis MA, Alissa AS, Almadhi WH,
Alsharif AM, et al. Dental recession aetilogy, classification and management.
Arch Pharma Pract 2019; 10(2): 28-9
7. Pradeep K, Rajababu P, Satyanarayana D, Sagar V. Gingival recession review
and strategies in treatment of recession. Case Reports in Dentistry 2012: 1-2
8. Amran AG, Ataa MAS. Statistical analysis of the prevalence, severity and some
possible etiologic factors of gingival recessions among the adult population of
Thamar city yemen. RSBO 2011; 8(3): 305-13.
9. Ravipudi S, Appukuttan D, Prakash P, Victor D. Gingival recession short
literature review on etiology, classifications and various treatment options. J
Pharm Sci & Res 2017; 9(2): 215-9
10. Gehrig JS, Willmann DE. Foundations of periodontics for the dental hygienist.
4th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2016. p.325-6.

16
11. Mani A, James R. Classifications for gingival recession a mini review. Galore
International Journal of Health Sciences and Research 2018; 3(1): 33-4
12. Saglam M, Koseoglu S. Treatment of localized gingival recessions with free
gingival graft. European J General Dentistry 2012; 1(1): 10-4
13. Munjal S, Munjal S. Gum regeneration with enamel matrix protein a novel
approach for root coverage a case report. Research J Pharmaceutical, Biological
and Chemical Sciences 2014; 5(2): 1966-9
14. Shah M, Gujjari SK, Gaekwad S, Dalal S. Double papilla flap with platelet rich
fibrin in isolated gingival recession a case report. J Contemporary Dental
Sciences 2012; 2(1): 36-40
15. Balakrishnan B, Janam P. Comparative SEM study on the effect two different
deminarization methods with tetracycline on diseased root surfaces a SEM
study. International J Res in Dentistry 2013; 3(4): 14-28

17

Anda mungkin juga menyukai