Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

PRODI PERIODONSIA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tinjauan Literature

Gingiva Tiruan Sebagai Perawatan Non Bedah Pada Resesi Gingiva

Oleh

Nur Masyta Suriadi

J035201007

Dosen Pembimbing :
DR.drg. Arni Irawaty Djais Mkes Sp perio (K)
drg Eri Hendra Jubhari Mkes Sp Pros (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

1
Gingiva Tiruan Sebagai Perawatan Non Bedah Pada Resesi Gingiva
(Tinjauan Literature)

ABSTRAK

Masalah estetik dan hipersensitif dentin merupakan keluhan umum yang sering
dirasakan oleh pasien dengan resesi gingiva. Perawatan resesi gingiva pada
prinsipnya bertujuan untuk menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh adanya
resesi. Salah satu perawatan non bedah pada resesi gingiva adalah pembuatan gingiva
tiruan. Bahan yang digunakan untuk membuat gingiva tiruan merupakan bahan yang
biasa digunakan sebagai liner basis akrilik gigi tiruan lepasan, sehingga mudah
dibentuk sesuai kondisi dalam mulut. Keunggulan lain adalah warna bahan soft liner
sedikit transparan, sehingga apabila diaplikasikan pada regio gingiva yang mengalami
resesi, warnanya menyerupai warna gingiva asli. Perawatan resesi dengan
menggunakan gingiva tiruan hanya dapat dilakukan pada resesi klas III dan IV Miller.
Walaupun gingiva tiruan hanya menutupi resesi pada permukaan labial/bukal tetapi
sudah dapat meminimalkan rangsangan terhadap syaraf gigi, sehingga baik keluhan
estetik dan hipersensitif dentin dapat ditangani secara bersamaan.

Kata Kunci : Gingiva Tiruan, Resesi Gingiva, Gingival mask

PENDAHULUAN

Resesi gingiva merupakan suatu kondisi dimana permukaan akar terbuka yang
disebabkan adanya migrasi margin gingiva ke arah apikal dari cemento enamel
junction (CEJ). Kondisi ini dapat bersifat lokal maupun menyeluruh dan dapat
terbentuk pada satu atau lebih permukaan gigi.1 Resesi ditandai dengan hilangnya
perlekatan sehingga secara klinis dapat terlihat proporsi gigi yang lebih panjang bila
dibandingkan dengan gigi yang berdekatan. Hal ini menyebabkan pasien dengan
resesi gingiva rentan terhadap penyakit periodontal. Resesi gingiva dapat disebabkan
oleh banyak faktor, dan dapat terjadi pada satu maupun sekelompok gigi, baik pada
rahang atas maupun rahang bawah. 2,3
Insiden resesi gingiva cukup tinggi, bervariasi dari 8% pada anak-anak sampai
100% setelah usia 50 tahun, resesi dapat terjadi pada semua usia dan akan meningkat

2
sesuai dengan bertambahnya usia, dimana pria dan wanita mempunyai faktor resiko
yang sama. Berbagai masalah dapat timbul akibat resesi gingiva, mulai dari masalah
estetik, hipersensitif dentin akibat permukaan akar yang terbuka, serta menyempitnya
lebar attached gingiva, tetapi akibat langsung resesi gingiva yang umumnya
dikeluhkan penderita adalah masalah estetik dan hipersensitif dentin, kedua masalah
tersebut sering mengganggu aktivitas penderita. Pada prinsipnya perawatan resesi
gingiva ditujukan untuk menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh adanya resesi.
Dengan demikian perawatan yang dilakukan selain memperbaiki estetik juga untuk
menghilangkan keluhan hipersensitif dentin.3,4,5

Akhir-akhir ini dikembangkan perawatan non bedah untuk mengatasi resesi


gingiva. Perawatan ini ditujukan untuk mengatasi masalah estetik maupun
hipersensitif dentin. Perawatan tersebut adalah dengan gingiva tiruan yang
diaplikasikan pada daerah resesi.4 Tinjauan ini akan membahas mengenai
penggunaan gingiva tiruan sebagai perawatan resesi gingiva.

TINJAUAN PUSTAKA
Resesi Gingiva
Etiologi resesi gingiva dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
faktor anatomi, fisiologi maupun patologi. Faktor anatomi yang dapat menyebabkan
resesi gingiva adalah fenestration dan dehiscence yang terjadi pada tulang alveolar,
posisi gigi di luar lengkung yang normal, serta morfologi akar yang cembung. Semua
kondisi tersebut menyebabkan tulang alveolar maupun gingiva yang melapisinya
menjadi lebih tipis, sehingga memudahkan terjadinya resesi gingiva. Selain itu,
perlekatan frenum dan frenulum yang terlalu koronal, attached gingiva yang sempit,
serta faktor keturunan, seperti epitel gingiva yang tipis dan mudah rusak, cenderung
mengakibatkan resesi gingiva. Resesi gingiva secara fisiologis dapat terjadi akibat
pergerakan gigi secara ortodontik, baik ke arah lingual maupun labial, yang
cenderung mengakibatkan terjadinya dehiscence. Bertambahnya umur juga menjadi

3
salah satu penyebab timbulnya resesi gingiva secara fisiologis. Sedangkan resesi
gingiva secara patologis antara lain dapat terjadi karena keradangan gingiva akibat
oral hygiene buruk sehingga terjadi akumulasi plak dan kalkulus, trauma oklusi,
trauma sikat gigi, merokok, mengkonsumsi alkohol, tepi restorasi yang tidak baik,
faktor hormonal, serta akibat prosedur operasi periodontal.3,6,7
Secara klinis, resesi gingiva ditandai dengan terbukanya bagian akar gigi
akibat penurunan margin gingiva dari cemento enamel junction (CEJ) ke arah
apikal.12 Resesi gingiva biasanya dimulai dengan migrasi apikal secara bertahap dari
seluruh aspek fasial gingiva sehingga CEJ menjadi terlihat. Tanda pertama dari resesi
adalah pembentukan groove kecil yang cepat pada gingiva, disebut Stillman Cleft,
tetapi hal ini jarang ditemukan. Groove ini dapat berkembang menjadi resesi yang
lebih parah. Sebagai akibat dari resesi, maka sisa gingiva yang menempel menjadi
tebal dan menggulung sebagai respon fibrosis terhadap inflamasi yang dikenal
sebagai McCall’s Festoons.8,9
Terdapat beberapa teori tentang klasifikasi resesi gingiva, tetapi yang umum
digunakan adalah klasifikasi resesi gingiva berdasarkan Teori Miller, dengan
pembagian resesi gingiva dibagi menjadi 4 kelas, yaitu :
- Klas I : Resesi pada margin gingiva yang belum meluas ke
mucogingival junction. Pada kelas ini belum terjadi
kehilangan tulang atau jaringan lunak di daerah
interdental. Resesi ini dapat berukuran kecil atau besar.
- Klas II : Resesi pada margin gingiva yang meluas ke arah
mucogingival junction, tetapi belum terjadi kehilangan
tulang atau jaringan lunak di daerah interdental. Resesi
ini dapat berukuran kecil atau besar.
- Klas III : Resesi pada margin gingiva yang meluas ke arah
mucogingival junction disertai dengan kehilangan

4
tulang dan jaringan lunak di daerah interdental atau
terdapat malposisi gigi yang ringan.
- Klas IV : Resesi pada margin gingiva meluas ke arah
mucogingival junction, disertai kehilangan tulang dan
jaringan lunak yang parah di daerah interdental atau
terdapat malposisi gigi yang parah.10

5
Gbr 1 : Resesi gingiva berdasarkan klasifikasi Miller 3

Resesi gingiva merupakan salah satu kelainan yang banyak dijumpai pada
pasien yang berkunjung ke dokter gigi Umumnya pasien datang dengan keluhan gigi
menjadi sensitif terhadap rangsangan suhu ataupun makanan tertentu, menyebabkan
karies akar dan mengganggu estetik terutama pada daerah anterior10,11
Terapi untuk penderita dengan resesi gingiva, bervariasi menurut besarnya
resesi, jenis resesi serta penyebabnya. Terapi dibagi menjadi dua, yaitu terapi bedah
dan terapi non-bedah.3

Gingiva Tiruan Sebagai Terapi Non Bedah

Tidak semua penderita dan tidak semua tipe resesi dapat dilakukan perawatan
secara bedah. Untuk menutupi resesi yang tidak dapat dilakukan secara pembedahan
maka dikembangkan teknik perawatan non bedah dengan menggunakan gingiva
tiruan. Teknik ini cukup mudah dalam pembuatan dan praktis dalam pemakaian.4

Menurut beberapa literatur, penatalaksanaan pasien resesi dengan gingiva


tiruan menggunakan bahan gingiva tiruan dari bahan soft liner (chairside vinyl
polysiloxane resilient denture liner). Bahan tersebut digunakan karena mempunyai
kompatibilitas yang baik terhadap jaringan serta warna dan teksturnya paling

6
mendekati gingiva asli.12

Pasien harus melakukan kontrol secara teratur untuk menjaga kesehatan


jaringan periodontal dan mencegah resesi semakin bertambah parah. Selain itu juga
untuk menjaga gingiva tiruan berubah warna, pasien harus diinstruksikan untuk
menjaga kebersihan gingiva tiruan. Fungsi utama gingiva tiruan ini adalah fungsi
estetis, yaitu menutupi resesi gingiva.12

(A) (B)
Gbr 2: Pemasangan gingiva tiruan pada pasien resesi gingiva (A)sebelum pemasangan gingiva tiruan.
(B) Setelah pemasangan gingiva tiruan .6

Perawatan resesi dengan menggunakan gingiva tiruan hanya dapat dilakukan


pada resesi klas III dan IV Miller, sedangkan klas I dan II bukan merupakan indikasi
perawatan dengan teknik ini. Hal ini cukup beralasan karena gingiva tiruan
memerlukan retensi mekanis untuk perlekatannya. Retensi mekanis ini memanfaatkan
celah proksimal diantara gigi sebagai undercut bagi gingiva tiruan. Celah proksimal
seperti ini tidak didapatkan pada tipe resesi klas I dan II Miller. 4

Gingiva tiruan harus dibuat dua sampai tiga bulan setelah perawatan
periodontal untuk mendapatkan gingiva yang sehat. Namun dalam situasi tertentu
gingiva tiruan bisa digunakan sebagai tindakan sementara untuk meningkatkan
estetika mahkota anterior setelah terapi periodontal awal untuk memberikan waktu
untuk penyembuhan dan pembentukan stabilitas dan prognosis periodontal. Dengan
cara ini estetika pasien dapat dipertahankan sementara keputusan perencanaan

7
perawatan akhir ditunda sampai prognosis periodontal ditetapkan.13,14

PEMBAHASAN

Kondisi klinis resesi gingiva sering ditemukan dan menimbulkan efek estetik
yang buruk dan juga meningkatnya prevalensi karies. Etiologi utama terjadinya resesi
adalah proses keradangan yang disebabkan oleh akumulasi biofilm dan kesalahan
teknik menyikat gigi. Pada pasien yang kontraindikasi atau menolak dilakukan
tindakan bedah, pembuatan gingiva tiruan dapat dipilih sebagai alternatif pilihan
perawatan kasus resesi gingiva.12,15

Pembuatan gingiva tiruan cukup mudah dilakukan karena bahan yang


digunakan adalah bahan yang dipakai pada liner basis akrilik gigi tiruan lepasan,
sehingga mudah dibentuk sesuai kondisi dalam mulut. Sifat bahan soft liner ini cukup
menguntungkan, karena dapat menjadikan gingiva tiruan bersifat lentur sehingga
mudah diaplikasikan. Gingiva tiruan dapat dengan mudah dipasang dan dikeluarkan
dari celah proksimal tanpa menimbulkan rasa sakit. Sifat lentur ini juga membuat
undercut gingiva tiruan berfungsi dengan baik sehingga retensinya cukup bagus.4,11

Keunggulan yang lain adalah warna bahan soft liner sedikit transparan,
sehingga apabila diaplikasikan pada regio gingiva yang mengalami resesi, warna
gingiva tiruan dapat mirip dengan warna gingiva asli, sehingga gingiva tiruan dipilih
menjadi alternatif penanganan masalah estetik pada kasus resesi gingiva. Disamping
dapat mengatasi masalah estetik, kenyataan klinis membuktikan bahwa gingiva tiruan
yang diaplikasikan pada regio gigi-gigi yang mengalami resesi gingiva dapat
mengurangi keluhan hipersensitif dentin. 4,11,12

Konsekuensi yang harus diketahui oleh pasien tentang penggunaan gingiva


tiruan adalah bahwa gingiva tiruan tidak dapat digunakan setiap saat, tetapi harus
dilepas pada saat makan dan harus rajin dibersihkan, karena sisa makanan yang ada
akan menjadi tempat akumulasi plak selain itu gingiva tiruan tidak dapat diberikan

8
kepada pasien dengan kontrol plak yang buruk, kesehatan periodontal yang tidak
terkontrol, aktivitas karies yang tinggi, merokok dan alergi terhadap akrilik atau
silikon.4,13,14

Selain itu, kekurangan dari teknik ini adalah tidak dapat menutupi seluruh
permukaan akar terutama bagian palatal/lingual, sehingga permukaan ini masih dapat
dipengaruhi oleh rangsangan terhadap syaraf gigi. Walaupun demikian pengaruh ini
bersifat minimal, karena sebagian besar permukaan akar telah tertutup oleh gingiva
tiruan. 4,11

Gbr 3: Perawatan resesi gingiva menggunakan protesa gingiva 3

Kesimpulan

Resesi gingiva merupakan suatu kondisi dimana permukaan akar terbuka yang
disebabkan adanya migrasi margin gingiva ke arah apikal dari cemento enamel
junction (CEJ). Resesi gingiva merupakan salah satu kelainan yang banyak dijumpai
pada pasien yang berknjung ke dokter gigi. Perawatan pada resesi gingiva bervariasi
tergantung dari tingkat keparahan resesi, jenis resesi, serta penyebabnya.  Prosedur
gingiva tiruan pada perawatan non bedah ini selain bertujuan untuk menutup daerah

9
resesi juga berfungsi sebagai koreksi estetik, tetapi pemakaian gingiva tiruan hanya
dapat dilakukan pada resesi klas III dan IV Miller, sedangkan klas I dan II bukan
merupakan indikasi perawatan gingiva tiruan.

10
DAFTAR PUSTAKA
1. Alghamdi H, Babay N, Sukumaran A. Surgical management of
gingival recession: A clinical update. Saudi Dent J. 2009;21(2):83–94.
2. Suryono,2012, penggunaan composit resin pada kasus resesi gingiva,
majalah kedokteran gigi, Yogyakarta Juni 2012 ;19(1):86-88
3. Krismariono A. Prinsip Dasar Perawatan ( Basic Principle in the
Treatment. Dentika Dent J. 2014;18(1):96–100.
4. Krismariono, A. (2017). Gingiva tiruan sebagai perawatan alternatif
untuk resesi gingiva ( Artificial gingiva as alternative treatment for
gingival recession ) Case Report Gingiva tiruan sebagai perawatan
alternatif untuk resesi gingiva ( Artificial gingiva as alternative treatm.
Periodontic Journal, 1(July), 10–14.
5. Pradeep, K., Rajababu, P., Satyanarayana, D., & Sagar, V. (2012).
Gingival Recession: Review and Strategies in Treatment of Recession.
Case Reports in Dentistry, 2012, 1–6.
https://doi.org/10.1155/2012/563421 (diakses tanggal 10 september
2020)
6. Ravipudi S, Appukuttan D, Prakash PSG, Victor DJ. Gingival
recession: Short literature review on etiology, classifications and
various treatment options. J Pharm Sci Res. 2017;9(2):215–20
7. Chetru, V., & Roman, I. (2014). Gingival Recession , Diagnostic
Methods, 6(3), 38–42.Jati, A. S., Furquim, L. Z., & Consolaro, A. (2016).
Gingival recession: Its causes and types, and the importance of
orthodontic treatment. Dental Press Journal of Orthodontics, 21(3), 18–
29. https://doi.org/10.1590/2177-6709.21.3.018-029.oin (diakses
tanggal 10 september 2020)
8. F.Wolf H, Hassell TM. Color Atlas of Dental Hygiene. Stuttgart · New
York: Thieme; 2006.
9. Maulani, C., & Nurwanti, K. (2017). Tingkat Resesi Gingiva
Menggunakan Bulu Sikat Gigi Lembut dan Sedang Pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Jurnal Kedokteran Yarsi 25,
25(1), 1–9. Retrieved from
http://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jurnal-fk-
yarsi/article/download/343/233 (diakses tanggal 10 september 2020)
10. Utami ED. Perawatan Bedah Resesi Gingiva dengan Teknik
Subepithelial Connective Tissue Graft. J Kedokt Gigi Dent.
2017;11(1):96–102
11. Ulfah N, Augustina EF. Perawatan resesi gingiva dengan bedah dan
non-bedah. J Dentomaxillofacial Sci. 2010;9(1):29.
12. Eka Fitria Augustina. Penatalaksanaan Resesi Gingiva Dengan
Menggunakan Gingiva Tiruan. Dentika Dent J. 2011;16(1):82–5.

11
13. Verdine Virginia Antony RK. Gingival Mask - Restoring The Lost
Smile. IOSR J Dent Med Sci. 2013;5(3):20–2.
14. Shenava A. Gingival mask: A case report on enhancing smiles. J Oral
Res Rev. 2014;6(2):68–70.
15. Bruckmann C, Wimmer G. Gingival Recession Management. In:
Gingival Recession Management. 2018

12

Anda mungkin juga menyukai