PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gigi yang berawal dari inflamasi gingiva dan berlanjut ke kerusakan struktur
tulang alveolar.1 Penyebab utama penyakit periodontal yaitu plak bakteri dan
merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang sering dialami masyarakat
Indonesia.4
masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sebesar 25,9%, 5 sementara itu
oleh hampir seluruh manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi
Gingivitis sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Gingivitis pada anak
atau puberty gingivitis terjadi karena adanya peningkatan hormon endokrin yang
1
biasa terjadi pada anak di bawah usia 17 tahun atau selama masa remaja. 8
biofilm pada plak di sekitar margin gingiva dan respon peradangan terhadap
bakteri. Plak yang tidak dibersihkan dari lapisan luar gigi akan menjadi tempat
berkumpulnya bakteri. Bakteri tersebut akan mengeluarkan zat yang bersifat asam
dan dapat merusak gingiva, di samping itu bakteri mendukung perubahan plak
yang tidak dibersihkan sehingga akan menjadi karang gigi atau kalkulus.9
pasien, merupakan bentuk perawatan dasar yang efektif dalam merawat gingivitis
yang diinduksi oleh plak dan kalkulus. Diharapkan pasca tindakan skeling akan
gingiva. 7,10
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi (RSGM Unsrat)
merupakan satu-satunya rumah sakit gigi dan mulut yang ada di kota Manado
yang terletak di Jl. Dr. Sutomo nomor 3, kelurahan pinaesaan, kecamatan wenang.
Rumah sakit tersebut terdiri atas empat lantai dan memiliki beberapa pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, salah satunya yaitu tindakan skeling. Rata-rata jumlah
efektivitas skeling terhadap gingivitis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
terhadap gingivitis.
2. Bagi institusi
3. Bagi peneliti
E. Hipotesis
Manado.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gingiva
1. Pengertian gingiva
Gingiva atau gusi adalah bagian mukosa di dalam rongga mulut yang
mengelilingi gigi dan menutupi linggir alveolar. Gingiva merupakan bagian dari
pengaruh lingkungan rongga mulut. Secara klinis gingiva dapat terlihat di dalam
periodontal, tulang alveolar, dan sementum tidak terlihat. Gingiva terbagi atas tiga
4
Beberapa istilah yang dipakai untuk menggambarkan jaringan gingiva
sehat penting untuk diketahui. Konsep yang jelas mengenai gambaran klinis
a. Warna gingiva
pink) yang diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan
keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap
pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit
b. Ukuran gingiva
c. Kontur gingiva
5
(interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi
d. Konsistensi gingiva
tegas.11
e. Tekstur gingiva
B. Gingivitis
1. Pengertian gingivitis
oleh akumulasi biofilm pada plak di sepanjang gingiva margin dan respon
6
gingiva (Gambar 3). Gingivitis apabila dibiarkan dapat berlanjut menjadi
periodontitis.9
2. Karakteristik gingivitis
b. Perubahan konsistensi
konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis
kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous
7
secara bersamaan serta konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan
kronis ialah halus, mengkilap, dan kaku yang dihasilkan oleh atropi
Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi traumatik seperti
lesi akibat kimia, fisik, dan termal. Lesi akibat kimia termasuk karena
Lesi karena fisik termasuk tergigit, tindik pada lidah, dan cara
Lesi karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang
8
panas. Gambaran umum pada kasus gingivitis akut ialah epitelium yang
atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi
pada gingiva yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah
festoon.11
3. Etiologi gingivitis
yaitu faktor sistemik dan faktor lokal. Faktor sistemik berupa perubahan
gigi dan mulut, trauma jaringan lunak, pernapasan melalui mulut, dan
a. Faktor sistemik
hormon yang terjadi selama pubertas atau usia dewasa muda akan
9
mempengaruhi jaringan gingiva yang mengubah respon terhadapjjj
penyakit periodontal.13
sehingga mudah dilekati plak. Akumulasi plak pada tepi margin gingiva
b. Faktor lokal
disebabkan oleh adanya plak yang tidak tersikat, yang berkaitan dengan
10
perubahan flora gram positif aerob ke gram negatif anaerob. Keadaan
jaringan lunak dapat disebabkan oleh penggunaan sikat gigi yang tidak
4. Penilaian gingivitis
mempunyai dua perbedaan dengan gingiva indeks (GI) dari Loe dan Sillness
11
4 Inflamasi parah: tanda kemerahan, edema, dan atau hipertrofi
pada marginal atau papila gingiva; perdarahan spontan, ulserasi
C. Skeling
1. Pengertian skeling
2. Jenis-jenis skeling
a. Skeling manual
b. Skeling ultrasonik
12
Skeler ultrasonik merupakan alat skeling yang lebih mudah untuk
sehingga dapat melepaskan kalkulus dari permukaan gigi. Alat ini dapat
karena permukaan gigi langsung dicuci dengan air yang keluar dari alat
ini.17
i. Flushing action
dilakukan skeling.
ii. Cavitation
13
Cavitation merupakan tempat keluarnya air dari ujung skeler yang
3. Teknik skeling
digunakan.17
yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal (koronal), horizontal,
14
(misalnya: sonde). Skeling dikatakan bersih jika tidak ada kalkulus
pada permukaan gigi dan permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat
saat tindakan skeling, darah yang keluar cukup banyak maka pandangan
karena itu untuk mencegah trauma dan kerusakan jaringan yang lebih
besar, maka alat skeler harus diaplikasikan dan digunakan secara hati-
hati serta yang lebih penting lagi ialah pemilihan alat dengan
15
antara adanya kalkulus atau karena adanya bentukan yang variatif dari
permukaan akar.17
kontak antara dua gigi, yaitu daerah batas sementum dan enamel
terlepas.17
c. Pemolesan
16
perlekatan kembali plak dan kalkulus dalam waktu yang singkat jika
a. Asesibilitas
dengan posisi operator. Hal ini penting karena berkaitan pula dengan
sehingga membutuhkan waktu dan energi yang cukup, oleh karena itu
i. Posisi operator
17
Pandangan langsung dibantu dengan penerangan yang terang
diperlukan. Jika pandangan tidak bisa secara langsung tertuju pada area
dengan kaca mulut. Kaca mulut dalam hal ini juga berfungsi sebagai
adanya halangan.17
c. Kondisi alat
d. Stabilisasi alat
dari permukaan gigi dapat dicegah. Selain itu juga mencegah injuri
18
skeling dan root planing. Ada tiga cara memegang alat, yaitu:
modified pen grasp, standard pen grasp, dan palm and thumb
saat skeling.18
bakteri plak. Bakteri plak akan menyebar dan berkembang, kemudian toksin
19
pendukungnya. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna gingiva
yang sempurna tidak akan tercapai jika masih terdapat bakteri yang terus
khususnya gingivitis.10
E. Kerangka Teori
Pernafasan
melalui mulut Skeling
Trauma
jaringan
Faktor lokal lunak
Kebersihan
mulut Gingivitis
(kalkulus)
Pemakaian
alat
orthodontik
Merokok
Obat-obatan
20
Faktor
sistemik
Perubahan
hormon
F. Kerangka Konsep
Skeling Gingivitis
21
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Populasi
22
RSGM Unsrat berjumlah 32 orang yang dihitung dari rata-rata jumlah
2. Sampel
kriteria inklusi.
N 32 32
2 2
n = N.d + 1 = 32(0,05) + 1 = 1,08 = 29,6 = 30
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
D. Variabel Penelitian
23
1. Variabel Dependen : Gingivitis sebelum skeling
E. Definisi Operasional
gingiva index (MGI). Pemeriksaan dilakukan pada gigi 16 sisi bukal, 11 sisi
labial, 26 sisi bukal, 36 sisi lingual, 31 sisi labial, dan 46 sisi lingual.
Apabila salah satu gigi yang diperiksa sudah tanggal, maka diganti dengan
diperiksa akan didapat skor indeks gingiva seseorang. Jumlah skor semua
gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka
2. Gingivitis pasca skeling yang dimaksud pada penelitian ini yaitu gingivitis
yang dilihat kembali pasca dua hari tindakan skeling. Penilaian gingivitis
diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka diperoleh skor
MGI.
24
mencakup bagian marginal atau papila gingiva
2 Inflamasi ringan 2: sedikit perubahan warna dan tekstur yang
meliputi semua permukaan, termasuk bagian marginal atau
papila gingiva
3 Inflamasi sedang: permukaan mengkilat, kemerahan, edema,
dan atau hipertrofi pada marginal atau papila gingiva
4 Inflamasi parah: tanda kemerahan, edema, dan atau hipertrofi
pada marginal atau papila gingiva; perdarahan spontan, ulserasi
1. Instrumen penelitian
a. Masker
c. Kaca mulut
d. Nierbeken
f. Kamera handphone.
1. Pertimbangan etik
25
Penelitian ini diawali dengan mengajukan izin kepada Direktur RSGM
2. Pengumpulan data
sampel. Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari jumlah kunjungan
3. Prosedur penelitian
informed consent.
1. Pengolahan Data
telah diperoleh.
26
b. Coding dilakukan untuk mengklasifikasikan hasil penelitian yang
2. Analisis data
Data yang telah diperoleh pada penelitian ini, kemudian dilakukan analisis
27
I. Alur Penelitian
Populasi penelitian:
Pasien gingivitis yang melakukan tindakan skeling
Sampling frame:
Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Hasil pemeriksaan
Pengolahan28
dan analisis data
Kesimpulan
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Sam Ratulangi (RSGM Unsrat) berlokasi di pusat kota Manado Jl. Dr.
Sulawesi Utara. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unsrat dikelola oleh
Dokter Gigi. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unsrat menyediakan berbagai
29
penambalan gigi, pembuatan gigi palsu, dan lain-lain yang ditangani oleh
2. Karakteristik sampel
sampel pasien yang akan melakukan tindakan skeling ultrasonik dan pasca
jenis kelamin, usia, serta efektivitas skeling sebelum dan dua hari pasca
yang berjenis kelamin laki-laki sama besar dengan jumlah sampel yang
(50,0%).
30
Total 30 100
jumlah sampel terbanyak yaitu sebesar 60,0% dan jumlah sampel yang
3. Analisis univariat
gingivitis dua hari pasca skeling di RSGM Unsrat. Hasil dari analisis
80.00%
70.00%
60.00%
50% 50%
50.00%
40.00%
70%
30.00%
20.00%
10.00% 23% 0.07
0.00%
Gingivitis Sebelum Skeling Gingivitis 2 Hari Setelah Skeling
dan jumlah sampel paling sedikit yang mengalami gingivitis parah yaitu
31
sampel yang mengalami gingivitis ringan maupun gingivitis sedang
yaitu 50,0%.
b. Gingivitis sebelum skeling dan dua hari pasca skeling berdasarkan jenis
kelamin
80
70
60
50
40
73.4 66.7
30
20
33.3
10
13.3 13.3
0
Laki-laki Perempuan
70
60
50
40
30
53.4 60
20 46.6 40
10
0
Laki-laki Perempuan
32
Gambar 9 menunjukkan kriteria gingivitis dua hari pasca skeling
banyak terjadi sebesar 60% dan paling sedikit terdapat pada perempuan
c. Gingivitis sebelum skeling dan dua hari pasca skeling berdasarkan usia
120
100
80
60
100
40
66.6 62.5
20 12.5
27.8 5.6 25
0
17-25 26-35 36-45
karakteristik usia
berdasarkan usia. Usia sampel paling banyak yaitu usia 17-25 tahun
120
100
80
60
100
40 77.8 75
20
22.2 25
0
17-25 26-35 36-45
Gambar 11. Grafik distribusi kriteria gingivitis dua hari skeling berdasarkan
karakteristik usia
33
Gambar 11 menunjukkan kriteria gingivitis dua hari pasca skeling
4. Analisis bivariat
dan dua hari pasca skeling yang diuji statistik dengan uji paired samples t-
Tabel 5. Hasil Uji Paired Sampels Test skor MGI sebelum dan pasca skeling
Sig.
Sebelum skeling – pasca skeling
0.000
adanya perubahan bermakna sebelum skeling dan dua hari pasca dilakukan
skeling.
B. Pembahasan
jumlah sampel yang didapat berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah
yang berjenis kelamin perempuan sama besar dengan jumlah sampel yang berjenis
34
Homata et al di Yunani pada tahun 2016 tentang perbedaan jenis kelamin pada
status kesehatan gigi dan mulut dan perilaku kesehatan gigi dan mulut pada
memiliki resiko yang sama terhadap penyakit periodontal, sehingga baik laki-laki
tindakan skeling terdapat pada usia 17-25 tahun berjumlah 18 orang (60%). Hal
perawatan kesehatan gigi dan mulut yang didasarkan gejala awal dari kelainan
jaringan gingiva, sedangkan pada usia yang lebih lanjut, rendahnya permintaan
akan perawatan gigi lebih berkurang karena motivasi merawat diri yang juga
2015 tentang gambaran status kebersihan rongga mulut dan status gingiva pasien
sebelum skeling banyak terjadi pada kriteria gingivitis sedang sebesar 21 orang
(70%) dan yang mengalami gingivitis paling sedikit terjadi pada gingivitis parah
sebesar 2 orang (6,70%), sedangkan dua hari pasca skeling didapatkan adanya
penurunan skor MGI dimana gingivitis ringan dan sedang menjadi sama besar
35
inflamasi pada gingiva yang dapat dilihat secara klinis dan laboratoris, dimana
mengamati perubahan gingiva dari inflamasi menjadi normal yang dapat dilihat
mulai dari dua hari pasca skeling. Hal ini juga didukung oleh penelitian
mengeliminasikan bakteri yang terdapat pada plak dan kalkuklus yang menjadi
kriteria gingivitis sedang sebesar 11 orang (73,4%) dan sampel dengan jenis
sebesar 10 orang (66,7%). Hal ini dapat terjadi dikarenakan perempuan cenderung
laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur di Surabaya pada
tahun 2016 tentang keparahan gingivitis pada pasien poli puskesmas Sawahan
pasca skeling pada sampel berjenis kelamin laki-laki yang mengalami gingivitis
terbanyak yaitu gingivitis sedang sebesar 8 orang (53,4%) dan pada sampel
36
gingivitis ringan yaitu sebesar 9 orang (60,0%). Penelitian ini menunjukkan dua
hari pasca skeling didapatkan penurunan skor MGI yang berarti skeling efektif
dan progesteron yang dapat berpengaruh pada proses pemulihan gingiva pasca
skeling.13,25
sebelum skeling yang paling banyak muncul terjadi pada usia 17-25 tahun sebesar
18 orang dengan gingivitis sedang sebesar 12 orang (66,6%). Hal ini terjadi
karena usia remaja akhir cenderung mengonsumsi makanan rendah vitamin C dan
berumur 17-25 tahun banyak yang menderita defisiensi vitamin C dan kalsium
penelitian yang dilakukan oleh Tadjoedin dkk pada tahun 2017 di Jakarta tentang
korelasi antara usia dan penyakit periodontal yang menyatakan bahwa kelompok
usia remaja akhir yang berumur 17-25 tahun mempunyai prevalensi gingivitis
pemeriksaan dua hari pasca skeling, gingivitis paling banyak muncul terjadi pula
pada usia 17-25 tahun dengan mengalami gingivitis ringan sebesar 14 orang
(77,8%), sedangkan gingivitis pada usia 36-45 tahun sebesar 4 orang (100%)
masih sama dengan gingivitis sebelum skeling yaitu masih berada di kriteria
37
gingivitis sedang tetapi telah mengalami penurunan skor MGI menjadi lebih
rendah dari sebelum skeling. Pada usia 17-25 tahun gingivitis ringan masih
banyak terjadi pada dua hari pasca skeling, tetapi terdapat penurunan kriteria
gingivitis ringan dari kriteria gingivitis sedang saat sebelum skeling. Hal ini dapat
terjadi karena pada usia 17-25 tahun jaringan pada tubuh lebih mudah dan lebih
regenerasi tidak berjalan dengan cepat. Faktor ini menyebabkan pada usia 36-45
tahun gingivitis tetap pada kriteria yang sama namun terjadi penurunan skor MGI
Berdasarkan hasil uji paired samples t-test pada Tabel 5 sebelum skeling
dan dua hari pasca skeling terjadi perubahan yang bermakna, yang berarti
gingivitis karena faktor lokal penyebab terjadinya gingivitis seperti bakteri plak
dan mencegah perkembangan dari periodontitis. Hasil akhir dari tindakan skeling
gingiva pada keadaan sehat.28 Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya
tentang efektivitas skeling terhadap penyakit periodontal yang dikutip oleh Perry
38
39
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
terhadap gingivitis dengan jumlah populasi dan sampel yang lebih banyak
2. Diharapkan pada penelitian lebih lanjut, waktu kontrol dibuat menjadi lebih
lama atau lebih dari dua hari sehingga proses perbaikan jaringan periodontal
40
DAFTAR PUSTAKA
9. Kasiha HE, Kawengian SES, Juliatri. Gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang gingivitis di puskesmas Kakaskasen Tomohon. J e-Gigi 2017;5(2);166-
71.
10. Octavia M, Soeroso Y, Kemal Y. Efek klinis pasca skeling dan penghalusan
akar kasus periodontitis kronis poket 4-6 MM. J UI 2015;18(3);211-7.
11. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Clinical periodontology. 9th ed.
Philadelphia: WB Saunder Co; 2002. p.16-32, 79-81, 269-77, 631.
12. Grant DA, Stern IB, Everett FG. Orban’s periodontics (a concept-theory and
practice). 4th ed. Saint Louis: The C.V Mosby Company; 1972. p.217-23.
13. Mitchell L, Mitchell DA, McCaul L. Kedokteran gigi klinik (semua bidang
kedokteran gigi). Ed 5. Jakarta: EGC; 2014. h.197.
41
14. Poana PM, Mariati NW, Anindita PS. Gambaran status gingiva pada
perokok di desa buku kecamatan Belang kabupaten Minahasa Tenggara. J
eG 2015;5(1);223-8.
19. Nasri, Imran H. Efektivitas berkumur dengan larutan teh rosella dalam
menghambat plak gigi serta mempercepat penyembuhan gingivitis pasca
skeling. Aceh Nutr J 2017;2(1);18-24.
20. Homata EM, Kounari HK, Margaritis V. Gender differences in oral health
status and behavior of Greek dental student: a meta-analysis of 1981, 2000,
amd 2010 data. J Int Soc Prev Comm Dent 2016;6(1);60-8.
22. Tadjoedin FM, Fitri AH, Kuswandani SO, et al. The correlation between
age and periodontal diseases. International Dental and Medical J
2017;10(2);327-32.
25. Loannidou E. The sex and gender intersection in chronic periodontitis. Front
Pub Health 2017;5(5);189
26. Aljehani YA. Risk factors of periodontal disease: review of the literature.
Int J of Dent 2014;1-9.
42
27. Wijaya NPAP, Ulfah N, Krismariono A. Keparahan gingivitis pada pasien
poli gigi puskesmas mulyorejo tahun 2016 menggunakan gingiva indeks.
Surabaya: Universitas Airlangga;2016;8-12.
29. Perry DA, Schmid MO, Takei HH. Phase I periodontal therapy.In:Newman,
Takei H, Klokkevold PR, Carranza FA. Clinical periodontology. 10th ed.
Philadelphia: WB Saunder Co;2006. p.722-880.
43