Anda di halaman 1dari 48

DEPARTEMEN PERIODONSIA

LAPORAN KASUS KURETASE

Disusun Oleh:

Dhamma Cahya Paramitha 2019-16-034

Fasya Des Qinthara 2019-16-044

Felicia Elvina Johana 2019-16-047

Dosen Pembimbing:

drg. R.M. Norman Trikusumo Indro, Sp. Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit gigi dan mulut masih menduduki urutan pertama yang banyak

diderita oleh masyarakat Indonesia (Depkes, 2014). Hal tersebut terjadi karena

kesehatan gigi dan mulut bukan menjadi prioritas utama bagi sebagian orang.1

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang banyak

di jumpai pada masyarakat dunia khususnya di Indonesia.2 Penyakit periodontal

adalah penyakit gigi dan mulut kedua terbanyak setelah karies gigi.2 Periodontitis

merupakan penyakit peradangan pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh

bakteri spesifik pada subgingiva, yang dapat menimbulkan respon inflamasi

gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi yaitu sementum,


3
ligamentum periodontal dan tulang alveolar.

Periodontitis terbagi menjadi dua jenis yaitu periodontitis marginalis yang

merupakan lanjutan dari perkembangan gingivitis yang tidak dirawat tetapi tidak

semua gingivitis menjadi periodontitis, sedangkan periodontitis apikalis adalah

peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar apeks gigi yang merupakan lanjutan

dari infeksi atau peradangan pulpa. Periodontitis merupakan peradangan pada

jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik yang dan

mengakibatkan hilangannya perlekatan gingiva dan terjadinya kerusakan tulang

alveolar lebih dalam sehingga terjadi pembentukan poket periodontal.4

Poket periodontal adalah pendalaman sulkus gingiva yang tidak normal,

yang merupakan salah satu tanda klinis pada penyakit periodontal. Poket

dibedakan menjadi pseudo poket atau poket suprabony yang terjadi akibat

1
pergerakan margin gingiva ke arah korona, dan true poket atau poket infrabony

yang terjadi karena pergerakan junctional epithelium ke arah apikal.5

Terapi awal penyakit periodontal terdiri dari scaling, root planing,

meningkatkan oral hygiene, bahkan mungkin diperlukan penyesuaian oklusal.

Setelah dilakukan perawatan scaling dan root planning akan terjadi perubahan

dalam mikroba yang disertai dengan berkurangnya atau hilangnya peradangan

klinis. Apabila setelah dilakukan perawatan awal masih ditemukan adanya

inflamasi, edema, dan poket dengan kedalaman 3-5 mm pada gingiva, maka dapat

dilakukan perawatan lanjutan yaitu kuretase.4

Kuretase adalah prosedur untuk menyingkirkan jaringan granulasi

terinflamasi yang berada pada dinding poket periodontal yang berisi jaringan

patogen dan debris yang harus segera dihilangkan sehingga tidak meluas menjadi

lebih parah. Kuretase merupakan salah satu teknik bedah periodontal dan dapat

dilakukan sebagai bagian dari prosedur perlekatan baru pada saku infraboni

dengan kedalaman sedang yang berada pada sisi yang dapat diakses atau disebut

dengan bedah “tertutup” yang diperhitungkan lebih menguntungkan. Selain itu,

kuretase sering juga dilakukan pada kunjungan berkala dalam rangka fase

pemeliharaan sebagai metode pemeliharaan pada daerah-daerah dengan rekurensi

atau kambuhnya inflamasi dan pendalaman poket.5

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Periodontal

2.1.1 Gingivitis

A. Pengertian

Secara umum, gingiva yang sehat berwarna pink, memiliki

konsistensi yang kenyal, memiliki tekstur yang berbintik-bintik seperti

kulit jeruk yang disebut stippling, tepinya meruncing, dan tidak mudah

berdarah.6 Namun, tidak selamanya gingiva memiliki kondisi yang sehat.

Gingiva juga dapat terserang penyakit. Bentuk penyakit yang sering

dijumpai adalah gingivitis. Gingivitis dapat didefinisikan sebagai

peradangan pada gingiva. Gingivitis merupakan salah satu bentuk dari

penyakit periodontal. Gingivitis terjadi pada jaringan periodonsium tanpa

disertai dengan hilangnya perlekatan.7 Dalam menetapkan suatu diagnosis

gingivitis, perlu diperhatikan bahwa terdapat empat perubahan yang terjadi

dalam rongga mulut yaitu:6

a. Perubahan gambaran klinis

Perubahan yang terjadi pada gingiva dapat dilihat

berdasarkan warna, konsistensi, tekstur, ukuran, dan kontur.

Pada mulanya, inflamasi gingiva dimulai ketika plak melekat

pada papil interdental, lalu meluas ke margin gingiva.

Pembuluh darah yang dilatasi pada jaringan menyebabkan

gingiva berwarna merah dan odem disertai eksudat gingiva.

3
Begitu juga, pada tepi gingiva berubah menjadi membulat,

interdental groove menjadi hilang dan permukaan gingiva

menjadi lunak dan mengkilap. Stippling pada permukaan

gingiva berkurang.6 Jika iritasi plak berlangsung lama, maka

jaringan akan menghasilkan produk yaitu jaringan fibrosa.

Jaringan fibrosa ini menyebabkan perubahan gingiva menjadi

keras dan menyebabkan perubahan bentuk gingiva menjadi

tidak beraturan.6

b. Gingiva mudah berdarah

Keluhan utama pasien yang menderita gingivitis adalah

gingiva yang mudah berdarah. Pasien sering mendapati

gingivanya berdarah ketika menyikat gigi. Begitu juga ketika

makan makanan yang keras. Oleh karena itu, gingiva yang

mengalami peradangan juga akan berdarah ketika dilakukan

pemeriksaan dengan probing.6 Pada umumnya, perdarahan

dimanapun selalu dikaitkan dengan keadaan patologis. Gingiva

yang memiliki konsistensi yang sangat lunak, perdarahan dapat

terjadi secara spontan. Darah tersebut kemudian dapat

dirasakan dan dihirup oleh pasien. Jika gingiva mengeras

akibat penumpukan jaringan fibrosa, gingiva tidak mudah

berdarah. Meskipun gingiva tidak berdarah, tetapi keadaan ini

juga merupakan keadaan patologis.6

4
c. Rasa yang tidak nyaman

Rasa yang tidak nyaman didapat ketika pasien merasakan

darah pada lidahnya. Terlebih ketika pasien menghisap darah

pada daerah interdental.6

d. Halitosis

Halitosis atau bau mulut biasanya menyertai pasien dengan

gingivitis. Halitosis pada gingivitis disebabkan oleh bau darah

dan buruknya oral hygiene.6

B. Etiologi

a. Faktor Utama

Penyebab utama dari gingivitis adalah bakteri pada plak

gigi.8 Plak gigi memiliki kecenderungan terbentuk di segala usia

dari individu. Akumulasi plak dengan jumlah yang sangat banyak

di regio interdental menimbulkan inflamasi gingiva pada daerah

papila interdental kemudian menyebar ke daerah marginal

gingiva.6

1. Plak gigi

Plak gigi dapat diklasifikasikan menjadi plak supragingiva dan

plak subgingiva. Plak yang berperan pada gingivitis adalah

sebagian besar plak supragingiva. Ketika gingivitis telah

memasuki tahap lanjut, plak subgingiva ikut berperan.8

2. Bakteri yang berperan pada gingivitis

Adapun bakteri yang berperan pada gingivitis terdiri dari 56%

spesies gram positif dan 44% gram negatif, 59% spesies yang

5
fakultatif dan 41% spesies yang anaerob. Bakteri gram positif

pada gingivitis antara lain Streptococcus sanguinis,

Streptococcus mitis, Streptococcus intermedius, Streptococcus

oralis, Actinomyces viscosus, Actinomyces naeslundii, dan

Peptostreptococcus micros. Bakteri gram negatif yaitu

Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, Veilonella

parvula, Haemofilus influenza, spesies Capnocyphaga, dan

spesies Campylabacter.8

b. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan

retensi plak pada gigi sehingga menyebabkan inflamasi gingiva.

Menurut B M Elley dan JD Manson (2004), faktor predisposisi

dapat berupa kesalahan restorasi, kavitas karies, impaksi makanan,

gigi tiruan yang tidak adekuat, alat ortodonti, gigi yang berjejal,

bernapas melalui mulut, dan developmental groove pada

permukaan servikal.6

C. Klasifikasi Gingivitis

Berdasarkan durasi dan keparahannya, gingivitis dibagi menjadi

tiga yaitu gingivitis akut, gingivitis rekuren dan gingivitis kronis.

Gingivitis akut terjadi tiba-tiba, durasinya singkat dan disertai rasa sakit.

Gingivitis rekuren muncul kembali setelah gingivitis sembuh. Gingivitis

rekuren juga dapat hilang secara tiba-tiba. Gingivitis kronis terjadi secara

perlahan, memiliki durasi yang lama, dan tidak disertai rasa sakit kecuali

terdapat eksaserbasi akut.7 Berdasarkan distribusinya, gingivitis dapat

6
dibagi menjadi gingivitis marginal lokal, gingivitis difus lokal, gingivitis

papil lokal, gingivitis marginal general, dan gingivitis difus general.

Gingivitis marginal lokal terjadi pada satu atau beberapa area pada margin

gingiva, sedangkan gingivitis marginal general melibatkan margin gingiva

pada seluruh gigi. Gingivitis difus lokal melibatkan margin gingiva sampai

dengan lipatan mukobukal, sedangkan gingivitis difus general melibatkan

seluruh gingiva baik dari margin gingiva, interdental gingiva, mukosa

alveolar dan gingiva cekat. Gingivitis papil lokal melibatkan satu ataupun

lebih interdental gingiva pada daerah yang terbatas. Berdasarkan

International Workshop for Classification of Periodontal Disease and

Condition (1999), penyakit gingiva dibagi menjadi:7,8

a. Gingivitis yang diinduksi oleh plak gigi

 Gingivitis yang hanya berhubungan dengan plak gigi

 Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh sistemik

 Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh medikasi

 Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi

b. Gingivitis yang tidak diinduksi oleh plak gigi

 Penyakit gingiva disebabkan oleh bakteri spesifik

 Penyakit gingiva disebabkan oleh virus

 Penyakit gingiva disebabkan oleh jamur

 Manifestasi pada gingiva oleh keadaan sistemik

 Lesi traumatic

 Reaksi tubuh terhadap benda asing

 Tidak terspesifikasi (idiopatik)

7
2.1.2 Periodontitis

Periodontitis merupakan penyakit peradangan pada jaringan

periodontal yang disebabkan oleh bakteri spesifik pada subgingiva, yang

dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur

jaringan penyangga gigi yaitu sementum, ligamentum periodontal dan

tulang alveolar. Keadaan ini mengakibatkan hilangannya perlekatan

gingiva dan terjadinya kerusakan tulang alveolar lebih dalam dan terjadi

pembentukan poket periodontal dan migrasi patologis sampai

menimbulkan kegoyangan gigi.3 Pada beberapa kasus, terlihat resesi

gingiva pada kasus kehilangan perlekatan. Gejala klinis pada peradangan

terlihat perubahan warna, kontur, dan konsistensi pada gingiva dan

pendarahan pada saat probing.9

Telah dilakukan observasi bahwa kerusakan jaringan periodontal

diakibatkan oleh terakumulasinya faktor lokal (seperti plak, kalkulus).6

Bakteri penyebab utama keradangan gingiva pada periodontitis adalah

bakteri plak subgingiva meliputi bakteri obligat anaerobik gram negatif

seperti Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Bacteroides

forsythus, Fusobacterium nucleatum, Selenomonas dan Campylobacter,

serta bakteri fakultatif anaerob gram negatif seperti Actinobacillus

actinomycetemcomitans, Capnocytophaga dan Eikenella corrodens.3

Klasifikasi bentuk periodontitis terbagi menjadi:9

a. Periodontitis kronis, merupakan tipe yang paling sering ditemukan.

Periodontitis kronis banyak ditemukan pada orang dewasa pada

usia lebih dari 35 tahun. Periodontitis kronis dikaitkan dengan

8
terdapatnya akumulasi plak dan kalkulus, dan progresnya lama,

tetapi kerusakan yang lebih cepat juga ditemukan. Kerusakan yang

cepat terjadi dipengaruhi oleh faktor lokal, sistemik (seperti

diabetes mellitus dan HIV), atau dari faktor lingkungan (seperti

merokok dan stres) yang mempengaruhi interaksi bakteri yang

normal. Periodontitis kronis dapat terjadi secara lokalis dimana

kurang dari 30% ditemukan kehilangan perlekatan dan kehilang

tulang alveolar, atau dapat terjadi secara menyeluruh dimana terjadi

lebih dari 30%. Kelainan ini juga dijelaskan menjadi beberapa

macam kehilangan perlekatan, ringan (1-2mm), sedang (3-4mm).

Atau hebat (≥5mm) jumlah dari kehilangan perlekatan.9

Gambar 2.1. Periodontitis kronis9

b. Periodontitis agresif merupakan bentuk kronis dimana kerusakan

terjadi lebih cepat, tidak terdapatnya akumulasi plak dan kalkulus,

dan adanya riwayat peridontitis agresif pada keluarga mengarahkan

penyakit ini bersifat genetik. Bentuk periodontitis ini telah

9
diklasfikasikan kedalam periodontitis pada usia muda dan oleh

sebab itu masih menyertakan ciri-ciri dari periodontitis usia muda

yang bersifat lokalis atau menyeluruh. Seperti sebelumnya telah

disebutkan pada tipe agresif biasanya terkena pada pasien diusia

muda selama atau belum lama setelah pubertas. Tipe ini dapat

terjadi secara lokalis seperti periodontitis juvenil lokal atau

menyeluruh seperti periodontitis juvenil keseluruhan, dan

periodontitis dengan progres yang cepat.9

Gambar 2.2. Periodontitis kronis9

Tabel 1. Perbedaan Periodontitis Kronis dan Periodontitis Agresif


No. Periodontitis Kronis Periodontitis Agresif
1. Terjadi pada orang dewasa, namun Biasanya terjadi pada pasien yang
dapat juga terjadi pada anak-anak. secara klinis sehat.
2. Jumlah kerusakan tulang sebanding Jumlah deposit mikroba tidak
dengan faktor lokal. sebanding dengan keparahan
penyakit.
3. Berhubungan dengan beberapa pola Terdapat hubungan keluarga pada
mikroba. pasien yang menderita periodontitis
agresif.
4. Biasanya ditemukan kalkulus Area penyakit diinfeksi oleh
subgingiva. Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.
5. Proses perkembangan penyakit yang Kerusakan tulang dan kehilangan
lambat-sedang dengan kemungkinan perlekatan yang cepat.
adanya masa periode cepat.
6. Dapat dimodifikasi atau berhubungan Lokalisata :
dengan : Terjadi pada usia sekitaran pubertas.
Penyakit sistemik seperti DM dan Lokalisata pada molar pertama dan
HIV. insisivus dengan kehilangan

10
Faktor lokal yang mempengaruhi perlekatan pada paling sedikit dua
terjadinya periodontitis. gigi permanen, yang salah satunya
Faktor lingkungan seperti merokok adalah molar pertama.
dan stress emosional. Respon serum antibody yang sehat
terhadap agen infeksi.
7. Dapat disubklasifikasikan menjadi : Generalisata :
Lokalisata : melibatkan <30% gigi Biasanya terkena pada pasien yang
yang terlibat. berusia dibawah 30 tahun, walau
Generalisata : melibatkan >30% gigi dapat juga terjadi pada pasien yang
yang terlibat. lebih tua.
Ringan : 1-2 mm clinical attachment Generalisata melibatkan paling
loss. sedikit tiga gigi permanen selain
Sedang : 3-4 mm clinical attachment molar pertama dan insisivus.
loss. Respon serum antibody yang
Berat : ≥5 mm clinical attachment kurang terhadap agen infeksi.
loss.
8. Terdapat keabnormalan pada fungsi
fagosit.
9. Makrofag yang hiperresponsif,
menghasilkan peningkata PGE2 dan
IL-1β.
Sumber : Michael G. Newman, dkk. Carranza's Clinical Periodontology. 11th Ed.
Missouri : Elsevier. 2012. P.43

c. Periodontitis sebagai manisfestasi penyakit sistemik, seperti

beberapa kelainan darah dan genetik dikaitkan dengan terjadinya

periodontitis. Dapat dikatakan bahwa efek utama dari gangguan ini

adalah melalui perubahan dalam mekanisme pertahanan pasien

yang telah jelas digambarkan untuk kelainan tersebut (seperti,

neutropenia, defisiensi leukosit). Dapat dikatakan peridontitis

sebagai manifestasi penyakit sistemik ketika kondisi sistemik

pasien merupakan faktor predisposisi dimana faktor lokal (seperti

jumlah plak dan kalkulus) tidak mendukung. Pada kasus dimana

kerusakan jaringan periodontal secara jelas terlihat disebabkan oleh

karena faktor lokal yang telah diperburuk dengan adanya diabetes

11
mellitus atau infeksi HIV, dapat didiagnosis dengan periodontitis

kronis didukung oleh kondisi sistemik.9

Gambar 2.3. Periodontitis sebagai manisfestasi penyakit sistemik9

2.4 Abses
Abses periodontal adalah suatu lesi akut mengakibatkan kerusakan

pada jaringan pendukung gigi. Terjadinya abses periodontal akibat adanya

infeksi lokal. Bakteri utama penyebab terjadinya bases periodontal adalah

Streptococcus viridans, Actinobacillus actinomycetemcomitans, dan

Spirochetes. Terjadinya lesi abses periodontal sangat erat kaitannya

dengan kondisi periodontitis dan poket periodontal, baik pada pasien yang

melakukan perawatan maupun pada pasien yang tidak melakukan

perawatan. Dalam penelitian diterangkan bahwa 62% abses periodontal

terjadi pada pasien periodontiti namun tidak melakukan perawatan, 14%

terjadi pada pasien yang telah melakukan perawatan periodontal seperti

scalling maupun root planning. Abses periodontal merupakan suatu

penyebab utama terjadi hilangnya gigi.8,9

Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:6

a) Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis

12
Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang

berhubungan dengan periodontitis adalah:

1. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.

2. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat

mengakibatkan perluasan infeksi ke jaringan

periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam

saku tertutup.

3. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi

bakteri, atau dalam pertahanan host bisa juga membuat

lumen saku tidak efisien dalam meningkatkan

pengeluaran suppurasi.

4. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa

debridemen subgingiva pada pasien dengan

periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan

pembentukan abses.

b) Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis Hal-

hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak

berhubungan dengan periodontitis adalah:6

1. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji

popcorn, potongan tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang

tidak diketahui.

2. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.

3. Infeksi lateral kista

13
4. Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar

dapat menjadi predisposisi pembentukan abses periodontal.

Adanya cervical cemental tears dapat memicu

pekembangan yang cepat dari periodontitis dan

perkembangan abses.

Abses periodontal dapat di klasifikasikan atas 3 kriteria, yaitu berdasarkan lokasi

abses:9

a. Abses gingival

Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada

marginal gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi

akut yang mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak

mikroba, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran klinisnya

merah, licin, kadang-kadang sangat sakit dan pembengkakan sering

berfluktuasi.

b. Abses periodontal

Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam dinding

gingiva pada saku periodontal yang dapat menyebabkan destruksi

ligamen periodontal dan tulang alveolar.

c. Abses perikoronal

Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak

operkulum, yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling

sering terjadi pada gigi molar tiga rahang atas dan rahang bawah.Sama

halnya dengan abses gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh

retensi dari plak mikroba dan impaksi makanan atau

14
trauma.Gambaran klinis berupa gingiva berwarna merah terlokalisir,

bengkak, lesi yang sakit jika disentuh dan memungkinkan

terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati, demam dan

malaise.

2.4. Kuretase

Kuretase dalam ilmu periodontologi adalah proses pengikisan dinding

gingiva pada poket periodontal untuk menghilangkan jaringan lunak yang

terinflamasi. Kuretase merupakan bagian dari terapi poket konservatif yang

dilakukan setelah atau bersamaan dengan prosedur scaling dan root planing.10

Kuretase dibagi menjadi dua, kuretase gingiva dan kuretase subgingiva.

Kuretase gingiva merupakan Pengangkatan jaringan lunak yang meradang

(inflamasi) di lateral dinding poket dan junctional epithelium. Kuretase

subgingiva merupakan prosedur kuretase yang dilakukan lebih apikal dari

junctional epithelium dan memotong perlekatan jaringan ikat hingga ke puncak

tulang alveolar.11

Hasil prosedur kuretase diketahui dapat mengurangi kedalaman poket jauh

lebih baik dibandingkan hanya melakukan prosedur scaling dan root planning saja

sehingga prosedur kuretasi gingiva dapat mempercepat proses penyembuhan dan

pembentukan perlekatan jaringan baru pada permukaan akar gigi.12

2.4.1. Tujuan Kuretase

Tujuan dilakukannya prosedur kuretase secara umum, yaitu:13

1. Membuat perlekatan baru terutama pada poket infraboni.

2. Mengeliminasi poket gingival.

15
3. Memperbaiki gingiva menjadi sehat baik warna, kontur, konsistensi, dan

tekstur permukaan.

2.4.2. Indikasi dan Kontraindikasi Kuretase

Indikasi untuk prosedur kuretase, yaitu:12

1. Upaya dalam pembentukan perlekatan baru pada jaringan gingiva ketika

teknik bedah konvensional tidak dapat dilakukan.

2. Upaya dalam mengurangi inflamasi non responsif sebelum melakukan

prosedur bedah lainnya.

3. Upaya dalam merawat inflamasi yang persisten, khususnya jika prosedur

bedah untuk pengurangan poket telah dilakukan sebelumnya.

Kontraindikasi dari prosedur kuretase, yaitu:12

1. Bentuk poket yang berliku-liku (tortuous).

2. Poket berada di daerah yang sulit dilakukan, misalnya pada gigi molar.

3. Dinding poket fibrotik, misalnya pada kasus hiperplasia oleh karena

dilantin sodium pada penderita epilepsi.

4. Keterlibatan furkasi.

5. Poket yang dalam.

6. Daerah yang sulit dijangkau.

2.4.3. Armamentarium11

1. APD
2. Alat standar
3. Cotton pellet dan cotton roll
4. Lidocaine 2%
5. Povidone iodine
7. NaCl 0,9%
8. Spuit

16
9. Hoe
10. Kuret Universal
11. Kuret Gracey

○ #1-2 dan #3-4: gigi anterior


○ #5-6: gigi anterior dan premolar
○ #7-8 dan #9-10: gigi posterior permukaan fasial dan lingual
○ #11-12: gigi posterior permukaan mesial
○ #13-14: gigi posterior permukaan distal

Gambar 2.4. Kuret Universal11 Gambar 2.5. Kuret Gracey11

2.4.4. Teknik Kuretase13

Saat ini terdapat 6 jenis kuretase, yaitu teknik dasar yang terdiri dari

kuretase gingiva dan kuretase subgingiva, ENAP, ENAP modifikasi, kuretase

ultrasonik, chemical curettage, dan Diode laser curettage.

a. Teknik Dasar :

Kuretase adalah teknik tertutup, maksudnya prosedur pembedahan

yang dilakukan di bawah anastesi lokal yang bertujuan untuk mengurangi

dan menghilangkan poket, memperbaiki perlekatan atau membentuk

17
perlekatan baru. Untuk poket supraboni yang oedematus, yang mengalami

kelainan dan penurunan pada dasar sulkus atau dipakai sebagai tujuan

untuk mengeliminasi poket yang mengalami inflamasi diperlukan

ketajaman alat kuretase untuk memperbaiki sulcular epithelium atau

epithelium attachment, inflamasi dari jaringan di dinding poket. Instrumen

yang dipakai adalah kuret gracey dan kuret universal.13

18
Prosedur kuretase gingival diawali anestesi lokal. Kuret yang

dipilih, misalnya Gracey #13-14 untuk permukaan mesial, Gracey #11-12

untuk permukaan distal. Kuretase juga dapat dilakukan dengan 4R-4L

Columbia Universal kuret. Instrumen dimasukkan ke lapisan dalam

dinding poket, dan kemudian dilakukan pengerokan sepanjang jaringan

lunak, biasanya dengan gerakan stroke horizontal. Dinding poket harus

didukung oleh tekanan jari lembut pada permukaan eksternal. Kuret

tersebut ditempatkan di bawah tepi potongan epitel junctional untuk

merusaknya. Selama kuretase subgingival, jaringan yang ada antara bawah

poket dan puncak alveolar dikeluarkan dengan gerakan menyendoki.

Daerah yang memerah untuk menghilangkan kotoran, dan sebagian

disesuaikan dengan gigi dengan tekanan jari yang lembut. Irigasi

dilakukan untuk mengairi daerah agar menghilangkan kotoran dan tekan

jaringan pada permukaan gigi lembut yang memungkinkan perdarahan dan

adaptasi jaringan lunak pada permukaan akar. Dalam jaringan pada

beberapa kasus, menjahit papila terpisah dan penerapan periodontal pack

dapat diindikasikan jika daerah bekuan telah terganggu dan papila telah

dipisahkan. Penyembuhan ini akan menghasilkan penyusutan jaringan.13

19
Gambar 2.1 Gingival Curettage13

Gambar 2.2 Kuretase subgingiva. Penyingkiran epitel dinding poket (kiri),


penyingkiran epitel penyatu dan jaringan granulasi (tengah), prosedur
pengkuretan selesai (kanan).13

b. Teknik ENAP (Excisional New Attachment Procedure)

Teknik ENAP memungkinkan penyusutan jaringan lunak

menyeluruh, membuat akses yang lebih baik ke permukaan akar. Indikasi

teknik ENAP yaitu untuk poket supraboni, jaringan keratin yang memadai,

dan estetika tidak penting. Sedangkan kontra indikasinya adalah poket

yang melebihi junction mukogingival, jaringan edema, kurangnya jaringan

keratin, jaringan hiperplastik, keterlibatan bifurkasi, dan probing

kedalaman 3 mm atau kurang.13

Keuntungan dari dilakukannya ENAP adalah peningkatan

visualisasi akar, penghapusan lengkap dari epitel sulcular dan lampiran

epitel, trauma gingiva minimal, tidak ada kehilangan keratin gingiva.

20
Sedangkan kekurangannya adalah sulit untuk menentukan sejauh apikal

epitel attachment dan tidak membentuk attachment baru. 13

Instrumen yang dipakai (Bard parker no.3) pisau bedah no.11, 12,

15, curettes gracey, teknik scaling dan root planing yang dilakukan

minimal 1 minggu sebelum yang ENAP, yang meningkatkan potensi

penyembuhan. Pertama dilakukan anastesi, poket diperiksa untuk

memastikan bahwa zona jaringan keratin memadai dan bahwa poket tidak

melebihi mukogingival junction. 13

c. Chemical Curettage

Chemical curettage dilakukan dengan menggunakan sodium

sulphide, phenol, camphor, antiformin, dan sodium hipoklorit. Prosedur

yang dilakukan dimulai dengan anestesi pada daerah yang dipilih, setelah

mengisolasi semua sisi dengan cotton rolls, larutan sodium hipoklorit

ditempatkan ke dalam poket selama 1 menit, lalu larutan asam sitrat 5%

dimasukkan ke poket selama 1 menit untuk menetralkan sodium

hipoklorit. Jaringan kemudian dikeluarkan dengan kuretase dan dibilas

dengan larutan salin untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan. 13

d. Ultrasonik Kuret

Kuretase ultrasonik efektif untuk membersihkan lapisan epitel dari

poket periodontal. Morse scaler dan instrumen ultrasonik berbentuk batang

dapat digunakan pada teknik ini. Namun alat ultrasonik ini tidak seefektif

alat manual yang bisa menghilangkan dan membuat halus dinding poket. 13

e. Laser Curettage

21
Pengurangan bakteri dengan prosedur Laser Curettage tidak dapat

mencapai hasil yang maksimal. Namun, saat ini telah dikembangkan

teknik diode laser. 13

2.4.5 Prosedur Kuretase Gingiva13

1. Persiapan alat dan bahan

2. Persiapan operator dan pasien

 Periksa keadaan umum pasien, tensi, cek ada atau tidaknya penyakit
sistemik/minum obat
 Informed consent
 Posisi pasien semi supine, rahang atas 45o terhadap lantai
 Posisi kerja operator jam 8-12
 Cek OHIS dan poket. Tindakan dilakukan jika OHIS < 1

3. Prosedur scaling dan profilaksis satu minggu sebelum dilakukan kuretase

4. Anastesi lokal

22
5. Pengukuran poket sebelum prosedur kuretase

6. Scaling dan rootplaning

7. Prosedur Kuretase

2.5. Proses Penyembuhan Jaringan Lunak setelah Kuretase

Restorasi dan epitelisasi dari sulkus umumnya dimulai sekitar 2-3 hari

setelah kuretase dan selesai antara 7-10 hari setelah perawatan. Perubahan klinis

dari jaringan setelah kuretase gingiva marginal tampak merah dan darah

koagulum akan nampak pada margin gingiva pertama setelah 2 hari gingiva

23
muncul cahaya merah kebiruan. Setelah 4 hari gingiva tampak merah edema

dengan intensitas berkurang. Setelah 6 hari jaringan gingiva akan tampak merah

dan edema berkurang. Setelah 7 hari jaringan gingiva akan menjadi merah muda

dengan penyempitan dan resesi tapi marjinal gingiva halus dan mengkilap.

Setelah 8 hari gingiva tetap lancar. Setelah 9 hari gingiva muncul merah muda

pucat dengan keritinisasi pada permukaan. Proses penyembuhan diamati dan plak

profesional kontrol dilakukan selama pemeriksaan dan 3 minggu klinis setelah

intervensi. Dilaporkan bahwa penyembuhan lapisan epitel saku setelah

debridement periodontal dan gingiva kuretase dapat diharapkan untuk

berlangsung selama 5-12 hari sementara studi lain mengatakan bahwa pemulihan

dan epitelisasi dari sulkus umumnya memerlukan 2-7 hari. 13

2.6. Penampilan Klinis setelah Kuretase

Gambar 2.3. Sebelum dilakukan kuretase gingiva pada kasus

gingival enlargement anterior mandibula14

24
Gambar 2.4. 1 bulan setelah Gambar 2.5. 2 bulan setelah
kuretase gingival14 kuretase gingiva14

Gambar 2.6. Sebelum dilakukan kuretase. Kedalaman poket periodontal 7-8 mm13

Gambar 2.7. Setelah kuretase13 Gambar 2.8. 3 bulan setelah


kuretase. Kedalaman pocket 3 mm13

25
BAB III
LAPORAN KASUS

Nama : Ny. T Nama Mahasiswa:


Tgl lahir : 12 / 06 / 1958 1. Alila Amani
Jenis kelamin : Wanita 2. Annisa Nurma
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 3. Bryan Elbert
Alamat : Jl. Swadarma I, Ciputat
Telepon : 081398656290 Pembimbing :
drg Amelia K., Sp.Perio

I. Anamnesa
Pasien wanita berusia 61 tahun datang ke RSGM Moestopo dengan

keluhan gigi terasa panjang dan ngilu saat makan atau minum dingin.

Pasien menyikat gigi 2x sehari, pagi sebelum sarapan dan malam sebelum

tidur. Pada tanggal 31 Oktober 2019 pasien datang untuk membersihkan

karang gigi namun, pasien masih mengeluhkan ngilu saat makan atau

minum dingin.Pasien mengeluh gigi depan bawah sering ngilu. Pasien

datang dalam keadaan tidak sakit dan ingin dirawat.

II. Status Umum


 Umum : Compos mentis
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Baik (Secara anamnesa)
 Hipertensi : (-)
 Hipotensi : (-)
 Penyakit Jantung : (-)
 Diabetes : (-)
 Hemofilia : (-)

26
 Hepatitis : (-)
 Asma : (-)
 Alergi : (+) : obat antibiotik golongan penisilin
 Asam urat : (+)
 Kolestrol : (+)

III. Status Lokal


1. Pemeriksaan E.O :

a. Wajah : Simetris (TAK)

b. Bibir : Tidak Kompeten

c. Pipi : TAK

d. Limfonodi : TAK

e. Mata :

- Pupil : isokor

- Sklera : non ikterik


- Konjungtiva : non anemik

2. Pemeriksaan I.O :

Resesi gingiva pada gigi 18, 28, 23, 28 klas I Miller, resesi gingiva

pada gigi 22, 24, 25, 33, 35, 44 klas II Miller, resesi gingiva pada gigi

13-21, 32-43, 45 klas III Miller, gigi 12, 28, 35, 38 karies, gigi 34

gangren radiks, gigi 32-42 goyang °1, gigi 11,21 mesiopalatoversi, gigi

35 mesial drifting, gigi 31, 42 labioversi, gigi 41 mesiolinguoversi,

gigi 45 distoversi.

27
a. Gingiva :

- RA. KA : Gingiva merah tua, Konsistensi lunak, Stippling (-),


Interdental papil tumpul, Edema (+), BOP (+)

- RA. M : Gingiva merah muda, Konsistensi kenyal, Stippling (-),


Interdentalpapil tumpul, Edema (+), BOP (-)

- RA. KR : Gingiva merah tua, Konsistensi lunak, Stippling (-),


Interdentalpapil tumpul, Edema (+), BOP (+)

- RB. KA : Gingiva merah muda, Konsistensi kenyal, Stippling (- ),


Interdentalpapil lancip, Edema (-),BOP (-)

- RB. M : Gingiva merah tua, Konsistensi lunak, Stippling (-),


Interdentalpapil tumpul, Edema (+), BOP (+)

- RB. KR : Gingiva merah muda, Konsistensi kenyal, Stippling (-),


Interdentalpapil tumpul, Edema (+), BOP (+)

b. Keadaan gigi geligi

V G O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab

18 + - + - - - - - - - -/-
D (-)
13 + - + - - - - - - +/+
M(+)
12 + - + - - + - - DP - +/+
11 + - + MPV - + - - - - +/+
21 + - + MPV - + - - - - +/+
22 + - + - - + - - - - +/+
23 + - + - - + - - - - +/+
24 + - + - - + - - - - -/+
D (-)
25 + - + - - - - - - -/+
M(+)
28 + - + - - - - - MP - -/-

28
V G O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab
38 + - + - - - - - MP - -/-
35 + - + MD MD + - - S,MP,DP - -/-
34 -
M(+)
33 + - + - - - - - - -/-
D (-)
o
32 + 1 + - - + - - - - -/-
o
31 + 1 + LV - + - - - - +/-
o
41 + 1 + MLV - + - - - - +/-
o
42 + 1 + LV - + - - - - -/-
43 + - + - + - - - - -/-
44 + - - - - + - - - - -/-
M(+)
45 + - - DV - - - - - -/-
D(-)
48 + - + - - - - - - -/-

Keterangan :

V : Vital Pd : Poket Distal K : Karang Gigi


G : Goyang O : Oklusi T : Trauma Oklusi
Pb : Poket Bukal R : Resesi Kr : Karies
Pm : Poket Mesial Mp : Malposisi Tm : Tumpatan
Pp/Pl : Poket Palatal M : Migrasi At/Ab : Atrisi / Abrasi
Poket Lingual Tk : Titik Kontak LV : Linguo Versi
MPV : Mesiopalatoversi MD : Mesial drifting MLV : Mesio Linguo Versi
MP : Mesioproksimal S : Servikal DV : Disto Versi
DP : Distoproksimal

POKET RAHANG ATAS

Gigi Mesial Bukal Distal Palatal Gigi Mesial Bukal Distal Palatal
18 5 mm 3 mm 3 mm 3 mm 22 3 mm 2 mm 3 mm 3 mm
13 3 mm 3 mm 3 mm 4 mm 23 3 mm 2 mm 3 mm 2 mm
12 3 mm 2 mm 4 mm 3 mm 24 3 mm 2 mm 3 mm 3 mm
11 3 mm 2 mm 2 mm 3 mm 25 5 mm 1 mm 3 mm 3 mm
21 3mm 2 mm 3mm 3mm 28 5 mm 4 mm 2 mm 2 mm

29
POKET RAHANG BAWAH

Gigi Mesial Bukal Distal Lingual Gigi Mesial Bukal Distal Lingual
38 3 mm 2 mm 5 mm 2 mm 41 4 mm 1 mm 4 mm 2 mm
35 5 mm 2 mm 3 mm 2 mm 42 2 mm 2 mm 4 mm 1 mm
33 2 mm 3 mm 2 mm 2 mm 43 2 mm 2 mm 5 mm 1 mm
32 3 mm 2 mm 3 mm 1 mm 44 4 mm 1 mm 3 mm 2 mm
31 4 mm 2 mm 3 mm 2 mm 45 3 mm 3 mm 2 mm 3 mm

Foto ekstraoral:

Foto intra oral :

2
Gambaran Radiografi :

 Gigi 18 : Terjadi penurunan tulang alveolar crest sebesar 6 mm dibagian


mesial dan 2 mm dibagian distal, lamina dura terputus, terjadi pelebaran
ligament periodontal dibagian mesial dan distal, tidak ada kelainan
periapikal.

 Gigi 28 : Terjadi penurunan tulang alveolar crest sebesar 7 mm dibagian


mesial dan 4 mm dibagian distal, lamina dura terputus, terjadi pelebaran
ligament periodontal dibagian mesial dan distal, tidak ada kelainan
periapikal.
 Gigi 38 : Terjadi penurunan tulang alveolar crest sebesar 4 mm dibagian
mesial dan 2 mm dibagian distal, lamina dura terputus, terjadi pelebaran
ligament periodontal dibagian mesial dan distal, tidak ada kelainan
periapikal.
 Gigi 31 : Terjadi penurunan tulang alveolar crest sebesar 6 mm dibagian
mesial dan 5 mm dibagian distal, lamina dura terputus, terjadi pelebaran
ligament periodontal dibagian distal, tidak ada kelainan periapikal.
 Gigi 41 : Terjadi penurunan tulang alveolar crest sebesar 6 mm dibagian
mesial dan 7 mm dibagian distal, lamina dura terputus, tidak terjadi
pelebaran ligament periodontal, tidak ada kelainan periapikal.
 Gigi 48 : Terjadi penurunan tulang alveolar crest sebesar 2 mm dibagian
mesial dan 3 mm dibagian distal, lamina dura terputus, terjadi pelebaran
ligament periodontal dibagian mesial, tidak ada kelainan periapikal.

3
IV. Diagnosis

Periodontitis kronis generalis oleh karena bakteri plak diperberat oleh

kalkulus supragingiva dan subgingiva disertai resesi gingiva

a. Etiologi

i. Etiologi Primer : Bakteri plak

ii. Etiologi Sekunder :

a. Lokal :

 kalkulus,
 resesi gingiva pada gigi 18,28,23,28 klas I Miller,
 resesi gingiva pada gigi 22,24,25,33,35,44 klas II Miller,
 resesi gingiva pada gigi 13-21, 32-43, 45 klas III Miller,
 gigi 12, 28, 35, 38 karies, gigi 34 gangren radiks,
 gigi 32-42 goyang °1,
 gigi 11,21 mesiopalatoversi,
 gigi 35 mesial drifting,
 gigi 31, 42 labioversi,
 gigi 41 mesiolinguoversi,
 gigi 45 distoversi.
b. Sistemik :-

c. Gambaran klinis : Gingiva kemerahan, poket

periodontal (1-5mm).

V. Prognosis
i. Umum: Baik, pasien kooperatif, ada faktor sistemik namun
terkontrol, tidak mengkonsumsi obat-obatan.
ii. Lokalis : Sedang, gigi vital, terjadi kerusakan tulang alveolar,
poket periodontal 1-5mm, terdapat resesi gingiva klas I, II, III
Miller, terdapat kegoyangan gigi °1.

4
VI. Rencana Terapi
 Fase I (inisial) :
1. Scaling + Polishing
2. Root planing + Polishing
3. Penambalan gigi 12, 28, 35, 38
4. Exo gigi 34
5. Splinting gigi 32,31,41,42
6. Occlusal adjustment gigi 32,31,41,42
 Fase II (surgical) : Kuretase gigi 18, 28, 38, 31, 41, 48
 Fase III (restoratif) : Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
 Fase IV (maintanance) :
1. Kontrol periodik, kontrol plak, kalkulus, gingiva dan OHIS.
2. Evaluasi keadaan gingiva (pemeriksaan kembali kedalaman
poket, plak, kalkulus dan inflamasi gingiva).

5
VII. Rujukan
1. Radiologi : Foto roentgen panoramik
2. Oral Surgery : Pencabutan gangren radiks gigi 34
3. Konservasi : Penambalan gigi 12, 28, 35, 38
4. Prosthodontia : Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan

VIII. Prosedur Kuretase

1. Alat :

- Lap putih, set alat diagnostik, yaitu neirbeken, 2 buah kaca mulut no.

4, sonde halfmoon dan sonde lurus, pinset, probe periodontal

- Brush

- Syringe irigasi

- 3 Cawan (untuk menampung bahan antiseptik: povidone iodine dan

bahan irigasi: larutan aquadest yang dicampur)

- Kuret universal atau kuret gracey nomor 7-8 untuk bagian bukal gigi

posterior, 9-10 untuk bagian palatal atau lingual gigi posterior, 11-12

untuk bagian mesial gigi posterior dan 13-14 untuk bagian distal gigi

posterior.

Gambar 3.1. Kuret Gracey.9

6
2. Bahan

- Antiseptik : povidone iodine

- Bahan irigasi : larutan saline H2O2 3% (gelembung onasen

(oksigen) dapat mematikan bakteri anaerob) dan 3 cc larutan aquades

- Cotton pellet, cotton roll dan kassa steril

- Disclosing agent

- Pumice

- Anastesi topikal (Benzocaine 20%)

Prosedur perawatan

1. Persiapan alat dan bahan

2. Pemeriksaan umum

3. Instruksikan untuk mengisi informed consent kepada pasien

4. Asepsis operator (memakai masker dan sarung tangan)

5. Profilaksis yaitu menghilangkan plak dengan sikat gigi agar bakteri tidak

semakin masuk kedalam poket, kemudian periksa kedalaman poket

dengan periodontal probe

6. Asepsis daerah kerja (ekstraoral dan intraoral) menggunakan betadine dari

luar ke dalam

7. Gunakan anestesi topikal untuk mengatasi rasa sakit dan adanya

perdarahan

8. Lakukan prosedur kuretase dengan alat kuret gracey :

Kuret dimasukkan ke dalam poket sampai menyentuh epitel poket dengan

sisi pemotong diarahkan ke dinding jaringan lunak poket. Permukaan luar

gingiva ditekan dari arah luar dengan jari dari tangan yang tidak

7
memegang alat, lalu dengan sapuan kearah luar dan koronal epitel poket

dikuret. Untuk penyingkiran secara tuntas semua epitel poket dan jaringan

granulasi perlu dilakukan beberapa kali sapuan.

Prosedur kuretase dilakukan hingga terlihat adanya darah segar yang

keluar, semua jaringan granulasi hilang, dinding jaringan lunak halus dan

tidak ada sisa kalkulus.

9. Daerah operasi diirigasi dengan saline fisiologis (NaCl)/ H2O2 3% (untuk

melepaskan oksigen pada poket yang memiliki suasana anaerob) di

suction, lalu bilas dengan aquades 3cc sampai bersih untuk menyingkirkan

sisa-sisa debris dan jaringan nekrotik dan periksa kembali.

10. Gingiva diadaptasikan ke permukaan gigi dengan cara ditekan dengan

kasa steril 1-2 menit agar terbentuk pembekuan darah dengan baik.

11. Pemberian instruksi paska kuretase pada pasien dan pemberian resep obat

Instruksi paska kuretase :

- Diet makanan keras dan panas yang dapat memicu perdarahan

- Luka tidak boleh dimainkan dengan lidah, tangan, atau dihisap-

hisap

- Instruksikan kepada pasien untuk menjaga OH mulut. Teknik sikat

gigi yang tepat paska operasi adalah teknik

- Hati-hati saat menyikat gigi pada daerah paska operasi

- Minum obat sesuai aturan

- Jika ada keluhan atau terjadi perdarahan, langsung menghubungi

operator atau dokter gigi terdekat

8
- Pemberian resep obat antibiotik tablet amoxycilin 500 mg yang
diminum 3 x sehari selama 5 hari, obat analgesik berupa tablet

asam mefenamat 500mg yang diminum 2 x sehari selama 3 hari,

dan obat kumur Chlorhexidine gluconate 0.2% yang dipakai 2 x

sehari. Kontrol pasien 1 minggu paska kuretase untuk melihat

penutupan luka dan penyembuhan jaringan.

9
BAB 4
PEMBAHASAN

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang

banyak dijumpai di masyarakat dunia khususnya di Indonesia. Penyakit

periodontal yang banyak dijumpai adalah peradangan gusi atau gingivitis dan

periodontitis.2

Gingivitis merupakan salah satu bentuk dari penyakit periodontal.

Gingivitis terjadi pada jaringan periodonsium tanpa disertai dengan hilangnya

perlekatan.7 Periodontitis merupakan penyakit peradangan pada jaringan

periodontal yang disebabkan oleh bakteri spesifik pada subgingiva, yang dapat

menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan

penyangga gigi yaitu sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar.3

Pasien wanita berusia 61 tahun datang ke RSGM Moestopo dengan

keluhan gigi terasa panjang dan ngilu saat makan atau minum dingin. Pasien

menyikat gigi 2x sehari, pagi sebelum sarapan dan malam sebelum tidur. Pada

tanggal 31 Oktober 2019 pasien datang untuk membersihkan karang gigi namun,

pasien masih mengeluhkan ngilu saat makan atau minum dingin.Pasien mengeluh

gigi depan bawah sering ngilu. Pasien datang dalam keadaan tidak sakit dan ingin

dirawat.

Pasien didiagnosis periodontitis kronis generalis oleh karena bakteri plak

diperberat oleh kalkulus supragingiva dan subgingiva disertai resesi gingiva klas

I Miller pada gigi 18, 28, 23, 28, resesi gingiva klas II Miller pada gigi 22, 24, 25,

33, 35, 44, resesi gingiva klas III Miller pada gigi 13-21, 32-43, 45, karies, gigi

pada gigi 12, 28, 35, 38, gangren radiks pada gigi 34, gigi 32-42 goyang 01

10
dengan gambaran klinis gingiva kemerahan dan terdapat poket periodontal (1-

5mm).

Setelah pasien menerima perawatan fase I (inisial) berupa scaling, root

planing dan polishing, penambalan gigi 12, 28, 35, 38, ekstraksi gigi 34, splinting

gigi 32,31,41,42, dan occlusal adjustment gigi 32,31,41,42, perawatan dilanjutkan

dengan kuretase menggunakan teknik dasar kuretase subgingiva oleh karena poket

yang terbentuk merupakan poket periodontal atau lebih apikal dari junctional

epithelium.

Pasien diinstruksikan untuk melakukan kontrol pertama yaitu 1 minggu

setelah dilakukan perawatan kuretase. Karena perbaikan epitel sulkus gingiva

terjadi selama 2-7 hari, perbaikan epitel attachment terjadi selama 5 hari dan

perbaikan gingiva tepi terjadi selama 7 hari. Setelah itu, pasien diinstruksikan

untuk melakukan kontrol kedua yaitu 2 minggu setelah dilakukan perawatan

kuretase. Karena terjadi proses penyembuhan sempurna pada jaringan periodontal

terjadi selama 14 hari atau 2 minggu.9

11
BAB 5

KESIMPULAN

Penyakit periodontal secara umum dapat dibagi menjadi gingivitis dan

periodontitis. Gingivitis terjadi pada jaringan periodonsium tanpa disertai dengan

hilangnya perlekatan, sedangkan periodontitis merupakan peradangan pada

jaringan periodontal yang disertai hilangnya perlekatan dan kerusakan tulang.

Perawatan fase dua untuk gingivitis dan periodontitis adalah kuretase,

yaitu proses pengikisan dinding poket periodontal untuk menghilangkan jaringan

lunak yang terinflamasi. Secara umum, kuretase dibagi menjadi dua, yaitu

kuretase gingiva dan kuretase subgingiva, sedangkan berdasarkan tekniknya,

kuretase dibagi menjadi teknik dasar, ENAP, kuretase ultrasonik, chemical, dan

Diode laser curettage.

Pada laporan kasus ini pasien didiagnosis periodontitis kronis generalis

oleh karena bakteri plak diperberat oleh kalkulus supragingiva dan subgingiva.

Setelah dilakukan scaling dan rootplaning, dilakukan kuretase dengan teknik

kuretase dasar subgingiva untuk perawatan lanjutan mereduksi poket,

mengeliminasi, memperbaiki perlekatan / membuat perlekatan baru agar

diharapkan proses penyembuhan kuretase dimulai dengan restorasi dan epitelisasi

dari sulkus sekitar 2-3 hari setelah perawatan dan berlangsung selama 5-12 hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI:

Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. 2014.

2. Notohartojo, Indirawati T dan Marice Sihombing. Faktor Risiko Pada

Penyakit Jaringan Periodontal Gigi di Indonesia (RISKESDAS 2013).

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik , Badan

Litbang Kesehatan, Kemenkes RI. 2015; 87-94.

3. Suwandi, Trijani. Perawatan Awal Penutupan Diastema Gigi Goyang Pada

Penderita Periodontitis Kronis Dewasa. Jurnal PDGI. 2010; 59(3): 105-

109.

4. Asykarie, Ichda, Faizah A. Perawatan Kuretase Gingiva Pada Gigi Incisivus

Lateral Rahang Bawah. Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi. 2017; 1: 64-70.

5. Dinyati, Maisaroh, Andi Mardiana A. Kuretase Gingiva Sebagai Perawatan

Poket Periodontal. Makassar Dental Journal. 2016; 5(2): 58-64.

6. Elley BM, Manson JD. Periodontics. Ed ke-5. London: Wright; 2004: 112,

114, 191-2

7. Carranza FA. Glickman’s Clinical Periodontology. Ed ke-10. Philadelphia:

W.B. Saunders Company; 2006: 728-45

8. Zahnmed SM. Subgingival plaque due to gingivitis and inactive periodontitis

sites in the adult periodontitis patient. 1995. USA: Pubmed.

13
9. Newman, Michael G. Takei, Henry dan Klokkevold, Perry. Carranza’s

Clinical Periodontology, 12th Ed. St. Louis: Elsevier Saunders. 2015;

50-57, 576-578.

10. Khoman JA, Singal GA. Perawatan Kuretase Gingiva pada Gigi Premolar Kiri

Rahang Atas: Laporan Kasus. e-GiGi. 2020;8(2); 93-98

11. Newman, M., Takei, H., Klokkevold, P. and Carranza, F., 2019. Newman And

Carranza's Clinical Periodontology. 13th ed. Elsevier.

12. Carranza FA, dkk. Carranza’s Clinical Periodontology. Ed 12. Canada:

Elsevier. 2015; 21, 576-78

13. Dinyati M, Adam AM. Kuretase Gingiva Sebagai Perawatan Poket

Periodontal. Makasar Dent J. 2016; 5(2): 58-64

14. Das AC, et al. Chronic Inflammatory Gingival Enlargement Managed by

Scaling and Root Planing with Curettage: A Case Report. Indian

Journal of Forensic Medicine & Toxicology. 2020; 14(4); 8067-8069

14
LAMPIRAN BUKTI STATUS

15
16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai