Dimensi vertical (DV) merupakan salah satu komponen penting dalam perawatan gigi
tiruan. Hal ini disebabkan karena fungsi mastikasi, berbicara, maupun estetika wajah, semuan
ya bergantung pada hubungan vertical dan horizontal mandibula dengan maksila. Menurut
Miller, penentuan dimensi vertical yang tepat sangatlah penting, tidak hanya membangun
oklusi yang harmonis, tetapi juga untuk kenyamanan dan estetika wajah pasien. Apabila
dimensi vertical tidak ditentukan dengan tepat, selain mengakibatkan berkurangnya efisiensi
mastikasi, tetapi juga merusak sisa ridge (residual ridge), gigi geligi yang tersisa, serta sendi
jarak antara dua titik anatomi yang dipilih, yaitu satu titik pada maksila dan satu titik pada
mandibula.
penentuan dimensi vertical harus dilakukan setepat mungkin (atau mendekati tepat). Dalam
menentukan dimensi vertical, terdapat beragam metode yang dapat digunakan antara lain
dengan metode physiologic rest position, fonetik, estetik, fenomena menelan, biometric
Pada umumnya, terdapat dua jenis dimensi vertical yang dapat diukur, yaitu dimensi
vertical oklusal, DVO (occlusal vertical dimension) dan dimensi vertical fisiologis, DVF (
rest vertical dimension). DVO adalah jarak vertical rahang saat gigi geligi beroklusi atau
dalam posisi oklusi sentrik, dan bibir atas dan bawah berkontak wajar. Sedangkan DVF
adalah jarak vertical saat otot-otot pembuka dan penutup mandibula dalam kondisi istirahat
pada tonic contraction, dimana gigi geligi tidak saling berkontak. Posisi istirahat fisiologis
diartikan posisi rahang bawah saat otot elevator dan depressor dalam keadaan
istirahat/fisiologis ,tonus seimbang, dan kondilus dalam kedudukan rileks dalam fossa
glenoid. Oleh karna itu, DVF selalu lebih besar daripada DVO. Kedua DV ini dipengaruhi
oleh perubahan akibat kehilangan gigi dan jarigan pendukuungnya. Selisih antara DVF
dengan DVO disebut freeway space atau interocclusal gap atau interocclusal clearance.
dimensi vertikal yaitu metode konvensional dan antropometri. Salah satu metode
konvensional yang digunakan secara luas oleh dokter gigi di Indonesia yaitu two dot
technique. Metode konvensional secara garis besar dibagi atas metode mekanik dan
fisiologis. Metode mekanis menggunakan catatan yang digunakan sebelum pasien mengalami
kehilangan gigi, dimana catatan yang digunakan dapat berupa gambaran radiografik atau
cetakan gigi pada saat gigi dioklusikan. Metode mekanis antara lain menentukan relasi
linggir, penggunaan gigi tiruan lama, serta catatan pra-ekstraksi dan pengukurannya. Salah
satu pengukuran catatan pra-ekstraksi menggunakan two dot technique untuk mengukur
Pada saat menghitung DVF, garis FP berada pararel dengan lantai. Garis FP adalah
garis yang meluas dari titik terendah tepi orbitale dan titik tertinggi tepi external auditory
meatus.
Keterangan :
FP Frankfort’s Plane
CL Camper’s Line
OP Occlusal Plane
a. Pengukuran wajah
Pengukuran ini umumnya dilakukan dengan alat ukur jangka sorong. Willis
yang mempopulerkan Teknik pengukuran DVF bahwa jarak dari pupil mata ke
sudut bibir adalah sama dengan jarak dari dasar hidung ke ujung dagu. Tiga
pengukuran wajah yang dianggap konstan selama hidup, yaitu : jarak dari tengah
pupil mata ke garis yang ditarik dari sudut bibir, jarak glabella ke subnasion, dan
jarak antara sudut mulut ketika bibir istirahat. Dua dari tiga pengukuran ini akan
ujung dagu. Metode yang sering digunakan di klinik adalah metode 2 titik. Alat
yang digunakan pada metode pengukuran 2 titik adalah jangka sorong dan Will’s
b. Swallowing (penelanan)
Pada cara ini, pasien diinstrusikan melakukan geraka menelan dengan rileks
sampai garis dari bibir atas ke ujung dagu yang segaris dengan median wajah.
Posisi tersebut diukur sebagai DVF. Instruksikan pasien untuk rileks. Tentukan 2
titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu pasien. Ketika pasien telah menelan
atau membasahi bibirnya, maka mandibular akan berada pada posisi istirahat
c. Metode Fonetik
menghasilkan suarah ‘ss’ atau ‘sh’, tidak ada kontak antar gigi. Posisi ini
DVO
d. Metode Taktil
Menentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu. Dengan
ada rsa tidaka nyaman pada ototnya. Lalu instrusikan pasien untuk menurutp
mulutnya secara perlahan dan segera berhenti ketika merasa ototnya telat rileks
dan nyaman kembali. Hitung jarak dari titik acuan, bandingkan dengan hasil
e. Rumus Hayakawa
Pengukuran DVF secara tidak langsung dapat dengan rumus yang telah
referensi pada wajah dan tangan, serta disesuaikan dengan jenis kelamin dan
Metode antropometri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
penentuan DVO. Metode yang digunakan untuk menghitung DVO pada pasien yang masih
memiliki gigi adalah dengan menginstrusikan pasien untuk menelan saliva dan menahan
posisi rahang setelah pasien menelan. Selama proses penelanan saliva, mandibula
meninggalkan posisinya saat istirahat dan bergerak naik ke posisi dimensi vertical oklusi,
sehingga pada saat saliva didorong ke faring oleh lidah, mandibula mengalami pergerakan
retrusi bersamaan dengan lidah dan mencapai relasi sentris. Sedangkan pada pasien dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Glossary of Prosthodontics Terms. 8th ed. J Prosthet Dent 94; 2005: 10 – 85.
2. Nelson SJ, Ash MM. Wheeler’s dental anatomy, physiology, and occlusion ninth edition. St.
3.